• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

3.4 Metode penelitian

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, dan 3). dokumentasi. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Sebelum masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi, mana yang harus kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik sangat tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Wawancara tidak terstruktur

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010:50). Byrne (2001) menyarankan agar sebelum memilih wawancara sebagai metoda pengumpulan data, peneliti harus menentukan apakah pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh orang yang dipilih sebagai partisipan. Studi hipotesis perlu digunakan untuk menggambarkan satu proses yang digunakan peneliti untuk memfasilitasi wawancara.

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept-interview hal tersebut dikemukakan oleh Sugiyono (2009:233), dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas, tidak terstruktur. Wawancara jenis ini adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara dilakukan kepada semua warga sekolah baik kepala sekolah, guru dan tentunya peserta didik.

Fungsi wawancara dalam penelitian ini sebagai metode yang diberi kedudukan utama dalam serangkaian metode-metode pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode primer. Sebagai metode primer wawancara mengemban tugas yang sangat penting.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap guru kelas dan kedua siswa berkebutuhan khusus kesulitan membaca tentang kesulitan membaca

siswa dalam pembelajaran di kelas dan pengaruhnya terhadap prestasi siswa. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti di luar mata pelajaran secara informal dan terencana, tetapi tidak terstruktur agar alami dan tidak dibuat-buat. Dalam pelaksanaan wawancara dengan siswa, peneliti mewawancarai kedua siswa secara terpisah agar siswa menjawab sesuai dengan apa yang dirasakan dan tidak terpengaruh oleh jawaban siswa yang lainnya.

2) Observasi langsung

Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981: 191-193).

Observasi langsung ini akan dilakukan dengan cara formal dan informal, untuk mengamati berbagai peristiwa yang terjadi di kelas pada saat pembelajaran, juga kegiatan siswa sehari-hari dalam pergaulan di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih mendalam Dalam hal ini, biasanya observasi dijadikan sebagai metode pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi akan membantu

untuk mengontrol atau memeriksa di lapangan, seberapa jauh hasil wawancara tersebut sesuai dengan fakta yang ada.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap kedua siswa kelas III yang mengalami kesulitan belajar membaca dengan melakukan pengamatan dan pencatatan pelaksanaan kegiatan membaca dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan dengan instrumen lembar observasi yang dilengkapi dengan pedoman observasi dan dokumentasi foto.

Cara observasi yang paling efektif menurut Razak (2003) adalah, melengkapinya dengan pedoman observasi/pedoman pengamatan seperti format atau blangko pengamatan. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian, tingkah laku yang digambarkan akan terjadi, kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi sosial subjek. Acuan pengamatan adalah indikator, karena indikator merupakan tanda tercapainya suatu kompetensi, dan indikator harus terukur. Dalam penelitian ini indikator merupakan tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik, yang dapat diamati atau diobservasi oleh peneliti sebagai representasi dari kondisi siswa yang diamati. Berikut ini pedoman observasi menurut Razak (2003).

Tabel 3.1 Pedoman Observasi

Pedoman Observasi

No Pengamatan Indikator Deskripsi

1 Kondisi Fisik Postur tubuh Tinggi dan berat badan

Ciri-ciri fisik Bentuk muka, warna kulit dan rambut, jenis rambut

dimiliki subjek Afektif Rendah diri,

gelisah, malu, bingung, bahagia, sedih

Psikomotorik Rasa percaya diri subjek saat membaca, melamun saat belajar membaca Moral Aktivitas ibadah

yang subjek lakukan

3 Kondisi sosial Keterlibatan

dalam lingkungan sekolah

Cara

berkomunikasi dengan teman, peneliti dan guru. Menarik diri pada teman

Sumber: Razak (2003)

Tabel 3.2 Pedoman Observasi Modifikasi Razak (2003) dan Hargrove dan Poteet (1984)

No Pengamatan Indikator Deskripsi

1 Kondisi Fisik Postur tubuh Tinggi dan berat badan Ciri-ciri fisik Bentuk muka, warna

kulit dan rambut, jenis rambut

2 Kondisi psikologis Kognitif Tidak dapat

membaca/membunyikan perkataan yang tidak pernah dijumpai, menggerakakn kepala, menelusuri tiap baris bacaan

Afektif Rendah diri, gelisah, malu, bingung, putus asa saat membaca

Psikomotorik Tidak percaya diri saat membaca, melamun saat belajar membaca. Membaca lambat dan terputus-putus. Nada suara aneh atau tegang

saat membaca

Moral Kurang paham dalam beribadah, sering

diingatkan dan dibimbing oleh guru

3 Kondisi sosial Keterlibatan dalam lingkungan sekolah

Kesulitan mengingat nama teman, peneliti dan guru. Suka menyendiri, bermain sendiri

3) Dokumentasi

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Fungsi dokumen yaitu untuk menggali informasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna (Faisal, 1990: 77).

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat di masing-masing sekolah mengenai prestasi akademik siswa. Dalam penelitian ini, dokumentasi berupa foto-foto kegiatan atau untuk menangkap kejadian selama proses kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas dan pada saat peneliti melakukan tes assesmen berlangsung.

Dokumen terkait