• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan teknik penting dalam setiap penelitian, apalagi penelitian ini sebagian merupakan penelitian sejarah, di mana mempelajari buku-buku kepustakaan yang terkait dengan sejarah menjelang kelahiran PUI, khususnya untuk memperoleh gambaran kondisi sosial di Indonesia pada masa penjajahan Belanda dan Jepang (menjelang kemerdekaan) sangat mengandalkan studi pustaka, karena tidak mungkin menemukan langsung pelaku sejarah pada zaman itu.

Studi pustaka merupakan teknik dasar yang sangat membantu peneliti, baik diperlukan saat merancang usulan/proposal penelitian, mengidentifikasi masalah-masalah yang patut dirumuskan dalam penelitian, menentukan metodologi penelitian, maupun membahas hasil penelitian, tidak dapat terlepas dari studi pustaka. Studi pustaka diperlukan untuk penelitian lapangan (field research) maupun apalagi penelitian kepustakaan (library research). Oleh karena studi pustaka sangat diperlukan dalam penelitian, boleh dikatakan bahwa penelitian tanpa studi pustaka kurang dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah dalam lapangan akademik, betapapun penelitian tersebut dilakukan secara sungguh-sungguh.

Studi pustaka juga merupakan awal pijakan urgensinya melakukan penelitian dalam isu atau masalah yang akan diteliti, dengan cara melakukan studi awal terhadap penelitian-penelitian yang sudah dilakukan terdahulu dalam masalah yang sama atau yang relevan dengan yang akan diteliti. Dengan studi pustaka, maka tidak ada duplikasi atau pengulangan penelitian yang membuang energi percuma untuk masalah yang pernah diteliti.

Dalam penelitian ini, telah dilakukan studi pustaka, bahwa telah ditemukan beberapa penelitian tentang PUI, antara lain: Pertama, penelitian oleh Toto Syatori Nasehuddin tahun 2004 “Sekilas tentang Sejarah PUI Periode 1952-1976”. Dari penelitian tersebut, peneliti memperoleh banyak informasi tentang sejarah PUI, yang mencakup: Cikal bakal PUI, latar belakang berdiri POI, latar belakang berdiri AII, latar belakang fusi antara PO dan AII, sifat, dasar, dan tujuan PUI, struktur organisasi PUI, struktur kepengurusan PUI, majlis-majlis PUI, Badan/Lembaga Otonom PUI, Dokrin PUI, dan amal usaha

PUI. Penelitian ini mengkhususkan pada sejarah PUI sebagai ormas pada periode tersebut, hanya sedikit sekali data yang dapat digali menyangkut bidang pendidikan PUI dari penelian tersebut.

Kedua, penelitian oleh Muhammad Musa Suradinata tahun 1982 “K.H.

Abdul Halim Majalengka: Sejarah Hidup dan Perjuangannya”. Dari penelitian tersebut, peneliti memperoleh banyak informasi yang mencakup: biografi K.H. Abdul Halim dari mulai riwayat hidup, perjuangan di bidang politik, perjuangan di bidang pendidikan, dan pikiran-pikirannya, kemudian juga tentang PUI dan peranan K.H. Abdul Halim dengan membahas tujuan berdiri, pedoman pokok PUI, usaha-usaha, dan perkembangan PUI sebagai ormas. Dari beberapa pemikiran K.H. Abdul Halim, pemikiran di bidang pendidikan tampak lebih dominan, lebih intens, dan diimplementasikan dalam lembaga pendidikan yang sempat didirikannya, antara lain SMP Prakarya Santi Asromo.

Informasi tentang pemikiran pendidikan K.H. Abdul Halim itulah yang menginspirasi penelitian ini dilakukan, dengan berusaha ingin memfokuskan kepada dua lembaga yang pernah didirikan K.H. Abdul Halim dan sampai saat ini masih eksis dan mempertahankan karakteristik model pendidikan yang diidealkan oleh pendirinya, di samping beberapa inovasi secara kontekstual sesuai dengan tuntutan zaman.

Sepanjang yang pernah peneliti pelajari, belum ada yang melakukan penelitian secara intens memotret model pendidikan PUI, khususnya di Madrasah Muallimat Majalengka. Memang penelitian Musa di atas sudah sedikit membahas keberadaan lembaga pendidikan Santi Asromo tetapi belum difokuskan pada sistem pendidikan yang diterapkannya, dan apalagi lembaga Madrasah Muallimat Majalengka belum ada yang membahas dalam penelitian, padahal lembaga ini masih eksis, bahkan unik, karena siswanya tetap khusus puteri dan guru-gurunya sebagian besar kaum perempuan. Inilah alasan melakukan penelitian di kedua lembaga PUI tersebut dengan memfokuskan pada model pendidikannnya.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang dimaksud di sini agak berbeda dengan studi kepustakaan, meskipun sama-sama mempelajari bacaan dari buku-buku yang terdokumentasikan. Studi kepustakaan merujuk kepada buku-buku publikasi

umum, sementara studi dokumentasi merupakan dokumen organisasi, seperti: sejarah PUI, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PUI, Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga PUI, Khittah dan Tafsirnya, serta Peraturan-peraturan organisasi.

Teknik dokumentasi diperlukan untuk memperoleh informasi tentang kondisi objektif, sejarah pertumbuhan dan perkembangan, program belajar, kurikulum, sistem pendidikan (metode, materi, sarana prasarana, dan lain-lain), dan berbagai dokumen yang tidak memungkinkan disampaikan melalui wawancara. Menurut Guba dan Lincoln114 , dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian karena beberapa alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan: (1) dokumen merupakan sumber yang stabil dan kaya informasi, (2) berguna sebagai bukti untuk pengujian, (3) sesuai dengan penelitian kualitatif yang sifatnya alamiah, sesuai konteks, lahir dan berada dalam konteks.

Dokumen yang dijadikan sumber data adalah dokumen organisasi resmi yang tertulis, seperti sejarah singkat PUI, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PUI, Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga PUI, laporan tahunan yang sengaja didokumentasikan dan dipublikasikan untuk kepentingan organisasi dan lembaga.

3. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara merupakan teknik andalan dalam penelitian kualitatif, meskipun kurang diminati oleh para peneliti kuantitatif, karena data yang diperoleh tidak mudah dikuantifikasi, namun dalam penelitian kualitatif merupakan teknik penting karena mengandung beberapa kelebihan: (1) memungkinkan memperoleh data yang lebih dalam dari sumber informasi karena dapat mengembangkan pertanyaan lebih lanjut yang relevan dengan informasi yang dibutuhkan, (2) memungkinkan memperoleh data yang lebih jelas dan akurat karena dapat langsung dikonfirmasi kepada sumber informasi, (3) memperoleh jawaban tidak sebatas yang terkatakan oleh responden, tetapi lebih jauh dari itu dapat menangkap makna di balik kata-kata yang diekspresikan dalam mimik percakapan, intonasi bahasa, kelancaran penuturan bahasa, seting alamiah yang

114Egon G. Guba & Yvonna S. Lincoln. Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey Bass Publishers. (1981: 45).

mengalir apa adanya, dan bahasa tubuh yang memancarkan emosi penuturnya, (4) memungkinkan dapat menangkap subjektivitas jawaban responden dalam kapasitas sebagai pribadi maupun jabatannya, di mana subjektivitas jawaban merupakan hal penting yang memperkaya deskripsi alamiah dalam penelitian kualitatif, yang sebaliknya dihindari oleh penelitian positivistik dengan pendekatan kuantitatif. Menurut pendekatan kuantitatif, data subjektif dipandang tidak ilmiah karena tidak objektif dan tidak dapat dikuantifikasi dan digeneralisasi.

Teknik wawancara dilakukan untuk mengeleborasi dan mengkonfirmasi informasi yang diperoleh dari bahan kepustakaan maupun dokumen organisasi, atau mendeskripsikan informasi apa adanya hasil dari wawancara lisan jika data tertulis tidak ditemukan.

Untuk menghimpun data yang diperoleh dari wawancara dilakukan pencatatan. Pencatatan data lapangan sudah dilakukan sejak awal pengumpulan data. Pencatatan terdiri dari pencatatan sementara dan pencatatan akhir. Pencatatan sementara adalah melakukan pencatatan singkat saat mengumpulkan data langsung dari wawancara. Setelah sampai di rumah, pencatatan sementara segera disalin dan disempurnakan redaksinya sehingga menjadi catatan akhir untuk bahan penulisan laporan. Hasil pencatatan akhir dikonfirmasi lagi kepada pemberi sumber informasi.

Yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah K.H. Cholid Fadlullah untuk menggali informasi tentang sejarah PUI, perkembanganya, serta model pendidikan PUI di Santi Asromo maupun Madrasah Muallimat. Beliau merupakan generasi ketiga (cucu) dari K.H. Abdul Halim yang masih aktif mengelola Pondok Pesantren Santi Asromo dan Hj. Uum Ummayah, seorang guru senior yang masih aktif mengajar di Madrasah Muallimat. Di samping itu, penulis juga melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Prakarya Santi Asromo, Lili, sebagai bahan informasi komparasi tentang penyelenggaraan pendidikan di Santi Asromo sekarang, dan wawancara dengan kepala Madrasah Muallimat (Madrasah Aliyah Puteri) di Majalengka, Hj. Yati Rohyati, sebagai bahan informasi komparasi penyelenggaraan pendidikan di Madrasah tersebut sekarang.

4. Observasi Lapangan

Teknik observasi lapangan digunakan untuk mengetahui kondisi di lapangan sekarang ini, sebagai bahan komparasi dari keadaan sebelumnya, yang pernah Peneliti ketahui di kedua lembaga tersebut.