• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Penjiplakan dan Identifikasi Landmark pada Film

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Cephalometric Radiography

2.4.2 Teknik Penjiplakan dan Identifikasi Landmark pada Film

Cephalogram

Pertama film cephalogram diletakkan di atas viewbox dengan wajah pasien menghadap ke kanan, selanjutnya ke empat sudut dilekatkan dengan plester ke viewbox. Dengan menggunakan pena tinta hitam dibuat tiga buah tanda tambah (+) di atas film cephalogram, dua buah di dalam kranium dan satu buah di daerah vertebra cervical. Tanda tambah ini akan membantu orientasi saat penjiplakan pada kertas asetat. Berikutnya, kertas asetat diletakkan di atas film cephalogram dan diplester dengan kuat pada film dan viewbox. Setelah kertas asetat dilekatkan dengan kuat, kemudian dibuat jiplakan tiga buah tanda tambah. Tuliskan nama pasien, nomor catatan medik, umur dalam tahun dan bulan, tanggal film cephalogram dibuat dan nama pemeriksa pada sudut kiri bawah kertas asetat. Seksi selanjutnya

dimulai penjiplakan sketsa dengan menggunakan pensil. Penggunaan pensil dengan tekanan yang halus, tidak putus-putus dan hindari penghapusan (Caufield, 1995).

Gambar 2.1 Film cephalogram (Shin 2002).

Sketsa bentuk jaringan lunak atau jaringan keras (seperti nasion, anterior nasal spine) bila merupakan bayangan garis yang kabur, maka untuk lebih memperjelas visualisasi kurangi pencahayaan dengan menggunakan satu atau lebih kertas karbon hitam (Caufield, 1995).

Setelah penjiplakan selesai, hasil penjiplakan dapat dilepaskan dari viewbox dan film cephalogram. Terlebih dahulu landmark dibuat, kemudian dilakukan beberapa fotokopi hasil penjiplakan asli. Sudah merupakan

ketetapan umum, hanya titik yang melambangkan landmark yang ditulis langsung pada kertas penjiplakan asli. Menggambar beberapa garis atau notasi pada hasil penjiplakan asli harus dihindari, karena hal yang demikian dapat membuat berantakan penjiplakan dan sering mengaburkan bagian- bagian yang dibutuhkan untuk perbandingan selanjutnya (Caufield, 1995).

Pada saat sekarang ini, mesin radiografi konvensional yang menggunakan film sudah mulai digantikan oleh sistem digital. Keuntungan menggunakan radiografi digital dibandingkan dengan radiografi konvensional yang menggunakan film akan membuat penyimpanan hasil pencitraan menjadi lebih mudah, pencitraan yang dihasilkan lebih cepat, beban radiasi lebih kecil, penggunaan bahan-bahan kimia berkurang dan lebih banyak pilihan untuk memanipulasi hasil pencitraan dari segi ukuran dan kontras. Dari hasil penelitian Schulze et al pada tahun 2002 di Jerman mendapatkan bahwa ketepatan dan kemampuan untuk mengidentifikasi landmark pada cephalogram digital dibandingkan dengan cephalogram konvensional adalah sama (Schulze, 2002).

a. Titik dan garis referensi pada lateral cephalometric radiography. Beberapa titik dan garis referensi yang digunakan sebagai landmark pada lateral cephalometric radiography, yaitu : (Caufield 1995; Kemaloğlu, 1999; Kemaloğlu, 2000)

ans : Anterior nasal spine, titik paling ujung pada bagian anterior dasar hidung.

ar : Articulare, titik perpotongan antara kontur eksternal basis kranial dan kontur dorsal caput atau collum condylaris.

ba : Basion, titik paling postero-inferior dari tulang spheno-occipital pada batas anterior foramen magnum.

go : Gonion, titik paling posterior-inferior pada bagian luar angulus mandibulae.

gn : Gnathion, titik paling antero-inferior pada symphysis mandibulae. m : Titik paling antero-inferior pada batas posterior foramen magnum. me : Menton, titik paling inferior pada symphysis mandibulae.

mep : Middle ear point, titik paling antero-inferior pada bayangan telinga tengah.

n : Nasion, titik paling anterior pada fronto-nasal suture.

pg : Pogonion, titik paling anterior pada symphysis mandibulae. pns : Posterior nasal spine, titik paling posterior dari tulang palatum. ptm : Pterygomaxillare, titik paling inferior dari fissure antara lamina

pterygoideus dan kontur posterior maksila. s : Sella, titik dipertengahan sella turcica.

sep : Sphenoethmoidal point, titik paling superior pada perpotongan tulang sphenoidale dan ethmoidale.

sm : Supramentale, titik paling posterior pada kontur anterior processus alveolar inferior.

ss : Subspinale, titik paling posterior pada kontur anterior processus alveolar superior.

PL : Palatal line, garis yang menghubungkan titik ans dan pns. NSL : Nasion-sella line, garis yang menghubungkan titik n dan s.

SBaL : Sella-basion line (posterior cranial base line), garis yang menghubungkan titik s dan ba.

Gambar 2.2 Titik dan garis referensi yang berhubungan dengan tulang- tulang kraniofasial (Kemaloğlu, 1999).

b. Titik, garis dan sudut referensi yang berhubungan dengan sistem mastoid-telinga tengah-tuba Eustachian pada lateral cephalometric

radiography

Beberapa titik, garis dan sudut referensi yang digunakan sebagai landmark yang berhubungan dengan sistem mastoid-telinga tengah-tuba

Eustachian pada lateral cephalometric radiography, yaitu : (Kemaloğlu, 1999; Kemaloğlu, 2000)

ma : Mastoid apex, titik paling inferior pada apeks mastoid.

mep : Middle ear point, titik paling anteroinferior bayangan telinga tengah. pmp : Posterior mastoidal point, titik paling posterior sel udara mastoid. ta : Tuberculum articulare, titik paling inferior pada tuberculum articulare

yang terletak anterior fossa glenoid, pada processus zygomaticus. ptm : Pterygoid, titik paling inferior dari fissure antara lamina pterygoideus

dan kontur posterior maksila.

pns : Posterior nasal spine, titik paling posterior dari palatum durum. TL : Tubal line, garis yang mehubungkan titik mep dan ptm.

mep-pmp : Garis yang menghubung titik mep dan pmp, kedalaman mastoid. mep-ma : Garis yang menghubungkan titik mep dan ma, tinggi mastoid. mep-ptm : Garis yang menghubungkan titik mep dan ptm, total panjang tuba Eustachius.

mep-ta : Panjang bagian tulang tuba Eustachius.

ptm-pns : Panjang bagian vertikal otot tensor veli palatini (TVP) yang berhubungan dengan tuba Eustachius.

ta-ptm : Panjang bagian tulang rawan tuba Eustachius.

ta-pns : Panjang bagian horizontal otot tensor veli palatini (TVP) yang berhubungan dengan tuba Eustachius.

mep-s : Garis yang menghubungkan titik mep dan s. mep.ptm.pns angle : Sudut tuba Eustachius.

SBaL/TL angle : Sudut antara garis SBaL dan TL, posisi dari tuba Eustachius terhadap basis kranial posterior.

NSL/TL angle : Sudut antara garis NSL dan TL, posisi dari tuba Eustachius terhadap basis kranial anterior.

Gambar 2.3 Titik dan garis referensi berhubungan dengan sistem mastoid-telinga tenga-tuba Eustachius (Kemaloğlu, 1999).

c. Parameter garis dan sudut referensi yang berhubungan dengan tulang kraniofasial pada lateral cephalometric radiography

Beberapa parameter garis dan sudut referensi yang digunakan sebagai landmark yang berhubungan dengan tulang kraniofasial pada lateral cephalometric radiography, yaitu : (Kemaloğlu, 1999; Kemaloğlu, 2000)

Basis kranial dan nasofaring

s-ba : Garis yang menghubungkan titik s dan ba, panjang basis kranial posterior (posterior cranial base / PCB).

s-ptm : Garis yang menghubungkan titik s dan ptm.

s-n : Garis yang menghubungkan titik s dan n, panjang basis kranial anterior (anterior cranial base / ACB).

m-ba : Garis yang menghubungkan titik m dan ba, lebar foramen magnum. ba-ptm: Garis yang menghubungkan titik ba dan ptm.

s-sep : Garis yang menghubungkan titik s dan sep, panjang bagian anterior tulang sphenoidale.

sep-n : Garis yang menghubungkan titik sep dan n, kedalaman daerah nasoethmoidale.

ba-pns: Garis yang menghubung titik ba dan pns, kedalaman nasofaring. ba.s.n angle : sudut antara titik ba, s dan n, sudut basis kranial.

Wajah

s-go : Garis yang menghubungkan titik s dan go, tinggi wajah posterior (posterior face height / PFH).

s-pns : Garis yang menghubungkan titik s dan pns, tinggi wajah posterior bagian atas (posterior upper face height / PUFH)

ans-pns: Garis yang menghubungkan titik ans dan pns, panjang maksila (maxillary depth / MxD).

n-me : Garis yang menghubungkan titik n dan me, tinggi wajah anterior (anterior face height / AFH)

bagian atas (anterior upper face height / AUFH)

ans-me : Garis yang menghubung titik ans dan me, tinggi wajah anterior bagian bawah (anterior lower face height / ALFH)

go-pg : Garis yang menghubungkan titik go dan pg, panjang corpus mandibulae.

ar-go : Garis yang menghubungkan titik ar dan go, panjang ramus mandibulae.

sm.n.ss angle : Sudut antara titik sm, n dan ss, sudut ini menunjukkan posisi anterior maksila terhadap anterior mandibula (facial profile angle).

s.n.ans angle : Sudut antara titik s, n dan ans, sudut ini menunjukkan posisi “ans” terhadap basis kranial anterior.

ba.s.pns angle : Sudut antara titik ba, s dan pns, sudut ini menunjukkan posisi “pns” terhadap basis kranial posterior, sudut nasofaring.

s.n.go angle : Sudut antara titik s, n dan go, menunjukkan posisi “go” terhadap basis kranial anterior, sudut wajah posterior.

ar.go.me angle : Sudut antara titik ar, go dan me, sudut mandibula.

NSL/PL angle : Sudut antara garis NSL dan PL, sudut ini menunjukkan posisi palatum terhadap basis kranial anterior.

SBaL/PL angle : Sudut antara garis SBaL dan PL, sudut ini menunjukkan posisi palatum terhadap basis kranial posterior.

PFR : Posterior facial ratio, rasio panjang garis s-pns dan s-go. AFR : Anterior facial ratio, rasio antara panjang garis n-ss dan n-me.

Dokumen terkait