• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

SEKOLAH MENURUT STATUS

C. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila kita lihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber sekunder dan sumber primer. Sumber sekunder merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan sumber primer merupakan data yang langsung diperoleh dari orang yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

Mengingat data yang dikumpulkan dalam penelitian ini masih merupakan data mentah / lunak (soft data), maka harus disusun, diklasifikasikan, diolah dan dianalisis menurut teknik / prosedur tertentu. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan melalui Teknik Observasi, Angket (Kuesioner), Wawancara

validitas (internal/eksternal), reliabilitas, dan objektivitas.

Validitas internal (kredibilitas) menunjuk pada apakah instrumen sungguh-sungguh mengukur variabel yang sebenarnya, yaitu kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen atau kesesuaian konsep per responden. Validitas eksternal (transferabilitas, applicabilitas), menunjuk pada kaitan generalisasi, yakni hingga manakah generalisasi yang dirumuskan berlaku bagi kasus-kasus lain di luar penelitian atau dapat diterapkan oleh orang lain pada situasi lain.

Reliabilitas (depentabilitas), menunjuk pada adanya konsistensi, yakni memberikan hasil yang konsisten atau kesamaan hasil, sehingga dapat dipercaya sehubungan dengan apakah penelitian itu dapat diulangi atau direplikasi oleh peneliti lain dengan hasil yang konsisten.

Objektivitas (konfirmabilitas), menunjuk bila hasil penelitian sama, siapapun penelitinya. Objektivitas terdapat, bila hasil penelitian dapat dibenarkan atau dikonfir oleh peneliti lain. Dengan kata lain berusaha untuk sedapat mungkin memperkecil subyektivitas.

Selanjutnya bila dilihat dari segi teknik pengumpulan data, seperti yang diungkapkan di atas, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan : (1) observasi (pengamatan), (2) interview (wawancara), (3) dokumentasi, (4) triangulasi.

1) Observasi

Pengumpulan data melalui cara observasi merupakan metode dengan pengamatan terhadap obyek suatu peneltian. Dalam mengadakan observasi,

(1995:98) menyatakan bahwa “through observation, the research learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Nasution (1988 : 23) mengemukakan bahwa, observasi dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai data kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas.

2) Wawancara

Dalam melakukan wawancara pada penelitian kualitatif, menurut Nasution (1988:54) bahwa :

Wawancara yang dilakukan sering bersifat terbuka dan tak berstruktur. Ia tidak menggunakan test standard atau instrument lain yang telah diuji validitasnya. Ia mengobservasi apa adanya dalam kenyataan. Ia mengajukan pertanyaan dalam wawancar menurut perkembangan wawancara itu secara wajar berdasarkan ucapan dan bauh pikiran yang dicetuskan orang yang diwawancarai.

Dalam melaksanakan penelitian kualitatif tersebut, digunakan wawancara yang tidak berstruktur dan lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan, sikap dan keyakinan subyek atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subyek. Pendapat yang dikemukakan oleh Enterberg (2002 : 97) bahwa wawancara adalah sebagai berikut : “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting ini communication and joint construction of meaning about a particular topic”.

ide melalui tanya-jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna ke topik tertentu. Susan Stainback (1988 : 98) mengemukakan bahwa : interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpet a situation or phenomenon than can be gained through observation alone. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Dalam penelitian kualitatif, sering dapat dilakukan penggabungan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada orang-orang yang ada di dalamnya. Untuk melakukan wawancara, dapat dilakukan dengan terstruktur sehingga pengumpulan data dapat lebih pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dan juga dapat tidak dengan terstruktur, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan, di mana peneliti berusaha mendapatkan infromasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan yang harus diteliti.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, yang bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang yang bisa dijadikan data guna melengkapi penelitian yang dilakukan. Data dokumentasi akan dipublikasi dan selanjutnya dilakukan konfirmasi melalui wawancara

maupun melalui wawancara yang tidak terstruktur. Proses tanya-jawab bersifat tidak memaksa dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan secara sistimatis, juga bersifat terbuka.

4) Triangulasi

Pengumpulan data dengan teknik tringulasi merupakan pengumpulan data bersifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Selanjutnya semua data yang diperoleh, baik observasi, wawancara, kuesioner adalah “chek and recheck” untuk memperoleh keobjektifan, validitas, dan reabilitas data.

Ketika pengumpulan data dilakukan proses “etik” yang rasional tetap menjadi bagian penting dalam memberikan makna terhadap data yang diamati. Sedangkan konsep “emik” pun dilakukan sepanjang tidak menganggu sistem yag yang telah baik. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan menjadi komponen penting dalam proses penghumpulan data dan ditopang oleh fasilitas lainnya untuk mencatat data dan informasi lapangan (field notes) serta dilengkapi dengan menggunakan alat perekam berupa tape recorder dan kamera.

Instrument itu sangat penting dalam membantu peneliti untuk menemukan data yang realistis, mengingat daya pikir, daya tangkap, daya rasa yang dimiliki

cakupannya. Dengan alat-alat itu bisa menyajikan data, yang bisa dipelajari berkali-kali karena bisa dilihat/didengar, dihayati, dicermati, dianalisis, dan dirasakan berkali-kali sehingga data yang dibutuhkan bisa terdeskripsikan lewat tulisan secara baik dan benar.

Keempat teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan saling melengkapi dalam memperoleh data, yaitu kegiatan yang dilakukan dalam usaha pengumpulan data, meliputi langkah-langkah persiapan, mencatat, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisis, menafsirkan data, dan mengambil kesimpulan serta membuat laporan hasil penelitian. Dengan perpaduan dari keempat instrumen pengumpul data diharapkan bisa mendapatkan data yang akurat.

Masih berkaitan dengan teknik pengolahan data dalam penelitian kualitatif / naturalistik, perlu adanya analisis data kualitatif yang mudah ditafsirkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah proses menyusun data, berarti menggolongkannya dalam pola, tema, atau ketegori agar dapat ditafsirkan. Tanpa kategorisasi atau klasifikasi data akan terjadi chaos. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep. Interpretasi menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti, bukan kebenaran. Kebenaran hasil penelitian masih harus dinilai orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain (S. Nasution, 1996:126).

Dengan demikian proses analisis data kualitatif / naturalistik memerlukan daya kreatif dan kemampuan intelektual yang tinggi dari peneliti untuk mengolah data tersebut, sehingga diketahui maknanya.

menemukenali potensi dalam implementasi kebijakan pengembangan pendidikan sebagai kekuatan yang dimiliki. Hasil analisis ini dapat dijadikan sebagai landasan strategi untuk mencapai keberlangsungan pembangunan terutama dalam pendidikan di Kabupaten Indramayu dengan menggambarkan pengaruh, tindakan yang diperlukan, untuk mencapai keluaran yang diinginkan (Moughtin, 1990 : 23). Tujuan akhir dari analisa ini adalah untuk memilih strategi yang efektif untuk memaksimalkan kekuatan/potensi dan memanfaatkan peluang serta pada saat yang sama meminimalkan pengaruh kelemahan dan ancaman yang dihadapi.

Analisis SWOT tidak mungkin dicapai tanpa adanya pengetahuan mengenai sejarah wilayah studi dan pengetahuan faktor baik eksternal maupun internal yang ada di Kabupaten Indramayu (Moughtin, 1999 : 87). Analisis SWOT di sini akan mengidentifikasikan faktor internal wilayah sebagai kekuatan dan kelemahan, dan faktor eksternal sebagai peluang dan ancaman, matriks SWOT sebagai rangkuman dari faktor eksternal dan internal yang dipengaruhi dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.

Matriks SWOT sebagai rangkuman dari faktor internal dan eksternal yang dipengaruhi dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dimana analisis ini memungkinkan untuk diformulasikan dan dirumuskan suatu strategi yang sesuai dengan visi dan misi dari kebijakan pengembangan pendidikan yang ditetapkan di Kabupaten Indramayu. Hal ini dapat diuraikan dalam bentuk matriks (Syder dan Catanese, 1989) sebagai berikut :

Kerangka Analisis SWOT

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)

Kekuatan adalah sumber daya, potensi wilayah, kondisi alam, karakteristik wilayah dan letak geografis. Kekuatan merupakan kompetensi khusus yang memberikan kelebihan dalam mengimplementsikan kebijakan pengembangan pendidikan. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, sarana dan prasarana wilayah serta faktor-faktor lainnya

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, daya dukung dan kapabilitas yang secara serius menghambat pengembangan pendidikan yang meliputi juga fasilitas sumber daya keuangan sarana dan prasarana, kemampuan sumber daya manusia dan budaya yang dapat menghambat pengimplementasian kebijakan pengembangan pendidikan

Opportunities (Peluang) Threat (Ancaman)

Peluang adalah situasi penting yang

menguntungkan dalam

mengimplementasikan kebijakan

pengembangan pendidikan.

Kecenderungan penting merupakan salah satu identifikasi perubahan pengembangan pendidikan, peraturan serta kebutuhan masyarakat dapat memberikan peluang bagi implementasi kebijakan pengembangan pendidikan

Ancaman adalah situasi penting yang tidak

menguntungkan dalam

mengimplementasikan kebijakan pengembangan pendidikan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi saat ini atau tidak diinginkan dalam mengimplementasikan kebijakan pengembangan pendidikan. Perubahan pengembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peraturan baru dapat menjadi ancaman bagi pengembangan pendidikan Sumber : (Syder dan Catanese, 1989)

Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk membantu perumusan strategi. Cara yang paling lazim adalah memanfaatkannya sebagai kerangka acuan logis yang dijadikan pedoman pembahasan sistematik tentang situasi dan kondisi pengembangan pendidikan serta alternatif-alternatif pokok yang mungkin dipertimbangkan dalam pengembangan pendidikan di Kabupaten Indramayu. Analisis SWOT yang sistematik dapat dilakukan untuk semua aspek situasi dalam pengembangan pendidikan. Sebagai hasil analisis ini memberikan kerangka yang dinamik serta bermanfaat untuk analisis strategik.

dapat direkonstruksi sepenuhnya seperti semula. Oleh karena itu, untuk menjamin kebenaran dan objektivitas hasil penelitian kualitatif / naturalistik ini dilakukan “Audit Trail”, yakni melakukan pemeriksaan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan betul-betul terjadi sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Begitu pula dilakukan “Triangulasi” yakni untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari nara sumber lain. Upaya yang dilakukan dalam triangulasi ini adalah :

1. Membandingkan hasil pengumpulan data melalui Angket (Kuesioner) dan Wawancara (Interview) dengan hasil pengamatan; dan

2. Memperbanyak sumber data melalui Studi Dokumentasi dari setiap fokus penelitian.

Adapun yang dijadikan tempat penelitian penulis sesuai dengan masalah, tujuan, dan penelitian kualitatif/naturalistik ini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu. Hal ini sangat menarik, mengingat Dinas Pendidikan merupakan Dinas yang menjadi Implementasi Kebijakan Pengembangan Pendidikan dalam kerangka Otonomi Daerah yang berbasis kewilayahan pada lima tahun terakhir (2003-2008) mengalami reformasi yang cukup signifikan, meskipun pada tataran hasil belajar siswa di sekolah bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan Kabupaten lain, pada umumnya masih rendah.

Itulah sebabnya penulis berusaha seoptimal mungkin melalui penelitian ini, mengkaji, menganalisis, menyimpulkan, dan menafsirkan agar temuan-temuan yang diperolehnya, memberikan motivasi/dorongan kepada para tenaga

Kepala Cabang Dinas Pendidikan di Kecamatan dan Guru di Lingkungan Dinas pendidikan Kabupaten Indramayu untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya, sehingga mutu pendidikan di Kabupaten Indramayu meningkat dan sekaligus Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat pula.

Dokumen terkait