• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Sampling tanpa Petak Contoh

III. TEKNIK ANALISIS VEGETASI

3.2. Teknik Sampling tanpa Petak Contoh

Untuk mengatasi kesulitan praktisi dalam pembuatan kuadrat (petak contoh) di lapangan, maka para ahli di bidang manajemen hutan memperkenalkan suatu metode sampling yang disebut teknik sampling tanpa petak contoh (plotless sampling technique). Metode ini pada dasarnya memanfaatkan pengukuran jarak antar individu tumbuhan atau jarak dari pohon yang dipilih secara acak terhadap individu-individu tumbuhan yang terdekat dengan asumsi individu tumbuhan menyebar secara acak. Dengan demikian, disamping metode ini akan menghemat waktu karena tidak memerlukan pembuatan petak contoh di lapangan, kesalahan sampling dalam proses pembuatan petak contoh dan penentuan apakah individu tumbuhan berada di dalam atau di luar kuadrat dapat dikurangi. Paling sedikit terdapat empat macam metode tanpa petak contoh yang berdasarkan satuan contoh berupa titik yang penempatannya di lapangan bisa secara acak atau sistematik.

3.2.1. Metode Berpasangan Acak (Random Pair Method)

Prosedur pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut:

a. Meletakkan titik-titik contoh secara acak atau beraturan (pada jarak tertentu sepanjang garis rintisan);

b. Pemilihan satu individu (tumbuhan) pohon yang terdekat dengan titik contoh. Kemudian tarik suatu garis khayalan yang melalui titik contoh dan individu pohon yang terpilih dan satu garis khayalan lagi yang tegak lurus terhadap garis khayalan pertama tadi. Tahap selanjutnya pilih satu individu tumbuhan yang terdekat dengan individu tumbuhan pertama, tetapi letaknya berada berada di sektor lain

(di luar sektor 1800 tempat pohon pertama berada yang dibatasi oleh garis khayalan pertama). Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Ilustrasi metode berpasangan acak dalam analisis vegetasi

c. Pengukuran jarak antar pohon (individu tumbuhan) pertama dan kedua. Selain itu, parameter-parameter vegetasi yang diinginkan dapat diukur pada kedua individu tumbuhan tersebut di atas. Untuk memudahkan analisis data lapangan, sebaiknya dibuat tally sheet seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Form isian data lapangan pada random point technique No. Titik

Contoh Jenis

Diameter Tinggi Jarak ind. 1

& ind. 2 Ket. ind. 1 ind. 2 ind. 1 ind. 2

1. 2. ... N

d. Dilakukan analisis data lapangan dengan rumus-rumus berikut:

erapatan ( ) suatu spesies erapatan suatu spesies x erapatan seluruh spesies 100

erapatan relatif suatu spesies ( ) individu suatu spesies

individu seluruh spesiesx 100

erapatan seluruh spesies uas areal

omina si suatu spesies erapatan x ata-rata nilai domina si dari spesies omina si relatif omina si seluruh spesies omina si suatu spesies x100

rekuensi suatu jenis ( ) titik ditemukannya suatu spesies total dominasi seluruh spesies

rekuensi relatif( ) ilai frekuensi suatu spesies

total frekuensi seluruh spesies x 100

e. Pembuatan rekapitulasi hasil analisis data yang diperoleh dengan teknik sampling ini adalah seperti tertera pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Rekapitulasi hasil analisis data dalam metode berpasangan acak

No. Spesies Σ individu Rata-rata dominasi K KR D DR F FR INP 1. ... n

3.2.2. Metode Titik Pusat Kuadran (Point Centered Quartered Method)

Berdasarkan hasil penelitian Cottam dan Curtis (1956), metode ini merupakan metode sampling tanpa petak contoh yang paling efisien, karena pelaksanaannya di lapangan memerlukan waktu yang lebih sedikit, mudah, dan tidak memerlukan faktor korelasi dalam menduga kerapatan individu tumbuhan. Tetapi, dalam pelaksanaannya metode ini mempunyai dua macam keterbatasan, yaitu (1) setiap kuadran harus terdapat paling sedikit satu individu tumbuhan dan (2) setiap individu (seperti halnya pada random pair method) tidak boleh terhitung lebih dari satu kali. Prosedur metode ini dalam pelaksanaan di lapang adalah:

a. Peletakan sejumlah titik contoh secara acak dalam komunitas tumbuhan. Berdasarkan pengalaman di lapang, sebaiknya dibuat suatu seri garis arah kompas

(garis rintis) dalam komunitas tumbuhan yang akan diteliti, kemudian sejumlah titik contoh dipilih secara acak atau secara teratur sepanjang garis rintis tersebut. Cottam dan Curtis (1956) menyarankan paling sedikit 20 titik contoh harus dipilih untuk meningkatkan ketelitian sampling dengan teknik ini.

b. Pembagian areal sekitar titik contoh menjadi empat kuadran yang berukuran sama (Gambar 3.6). Hal ini dapat dilakukan dengan kompas atau bila suatu seri garis rintis digunakan kuadran-kuadran tersebut dapat dibentuk dengan menggunakan garis rintis itu sendiri dan suatu garis yang tegak lurus terhadap garis rintis tersebut melalui titik contoh.

Di dalam metode ini di setiap titik pengukuran dibuat garis absis dan ordinat khayalan, sehingga di setiap titik pengukuran terdapat empat buah kuadran. Pilih satu pohon di setiap kuadran yang letaknya paling dekat dengan titik pengukuran dan ukur jarak dari masing-masing pohon tersebut ke titik pengukuran. Pengukuran dimensi pohon hanya dilakukan terhadap keempat pohon yang terpilih.

Gambar 3.7. Desain point centered quarter method di lapangan

Perhitungan besaran nilai kuantitatif parameter vegetasi adalah sebagai berikut: a. Jarak rata-rata individu pohon ke titik pengukuran

n dn ... d2 d1 d    dimana:

d = jarak individu pohon ke titik pengukuran di setiap quadran n = banyaknya pohon

d = rata-rata unit area/ind., yaitu rata-rata luasan permukaan tanah yang diokupasi oleh suatu individu tumbuhan.

b. Kerapatan total semua jenis (K) 2 ) d ( area Unit K

c. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

% 100 jenis semua individu Jumlah jenis suatu individu Jumlah KR 

d. Kerapatan suatu jenis (KA)

100 K KR

KA

e. Dominansi suatu jenis (D)

D = KA x Dominansi rata-rata per jenis f. Dominansi relatif suatu jenis (DR)

omina si seluruh jenisx 100 g. Frekuensi suatu jenis

h. Frekuensi relatif (FR) i. INP = KR + FR + DR

3.2.3. Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method)

Metode ini cocok untuk komunitas tumbuhan bawah seperti rumput, herba, dan semak. Dalam pelaksanaannya di lapangan dapat digunakan alat pembantu seperti terlihat pada Gambar 3.8.

Dengan mengangkat dan menyentuhkan pin yang terbuat dari kawat, maka kita catat jenis apa yang tersentuh sehingga dominasi dari jenis tersebut dapat dihitung dengan rumus:

a. Dominansi suatu jenis (D)

b. Dominansi relatif suatu jenis

c. Rumus-rumus lainnya sama dengan metode petak

Hal yang sama dapat dilakukan dengan alat b dengan cara memindahkan alat tersebut pada plot contoh tiap 10 cm, sehingga didapatkan dominansi dari jenis-jenis yang tersentuh.

Gambar 3.8. Alat kisi kawat (alat a) dan kayu berlobang (alat b) yang digunakan dalam point intercept method

3.2.4. Metode Garis Sentuh (Line Intercept Method)

Cara ini digunkan untuk komunitas padang rumput dan semak/belukar. Prosedur pelaksanaan metode ini di lapangan adalah sebagai berikut:

a. Salah satu sisi areal dibuat garis dasar yang akan menjadi tempat titik tolak garis intersep b. Garis-garis intersep diletakkan secara acak atau sistematik pada areal yang akan diteliti.

Garis tersebut sebaiknya berupa:

b.1. Pita ukur dengan panjang 50 – 100 kaki (1 kaki = 30,48 cm). b.2. Tambang/tali.

Alat bantu berupa pita ukur atau tambang/tali tersebut dibagi ke dalam interval-interval jarak tertentu. Hanya tumbuh-tumbuhan yang tersentuh, di atas atau di bawah garis intersep yang diinventarisir.

Jenis data yang diinventarisir adalah:

a. Panjang garis yang tersentuh oleh setiap individu tumbuhan b. Panjang segmen garis yang berupa tanah kosong

d. Lebar maksimum tumbuhan yang disentuh garis intersep.

Sebaiknya, kalau komunitas tumbuhan terdiri atas beberapa strata, penarikan contoh dilaksanakan secara terpisah-pisah untuk setiap strata.

Besaran atau parameter vegetasi yang dihitung adalah: a. Jumlah individu setiap jenis (N)

b. Total panjang intersep setiap jenis (I)

c. Jumlah interval transek/garis ditemukannya suatu jenis (G) d. Total kebalikan dari lebar tumbuhan maksimum ( l/m) e. Kerapatan suatu jenis

( l/m) = otal panjang garis intersepUnit area f. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

KR = g. Dominansi suatu jenis (D)

D =

x 100% h. Dominansi relatif suatu jenis (DR)

DR =

i. Frekuensi suatu jenis (F)

F =

j. Frekuensi relatif suatu jenis (FR)

FR = Frekuensi yang dipertimbangkan:

F = ( )

k. INP = KR + FR + DR

3.2.5. Metode Bitterlich

Di dalam metode ini pengukuran dilakukan dengan Tongkat Bitterlich (tongkat sepanjang 66 cm yang ujungnya dipasangi alat seng berbentuk bujur sangkar berukuran 2 x 2

cm). Dengan mengangkat setinggi mata, plat seng diarahkan ke pohon-pohon yang ada di sekelilingnya.

Pohon yang tampak berdiameter lebih besar dan sama dengan plat seng didaftar namanya dan diukur. Sedangkan pohon yang tampak berdiameter lebih kecil dari sisi plat seng tidak dimasukkan ke dalam hitungan.

Untuk setiap jenis ditentukan luas bidang dasarnya dengan rumus:

ha / m 3 , 2 x n N B 2 dimana:

N = banyaknya pohon dari jenis yang bersangkutan

n = banyaknya titik-titik pengamatan dimana jenis itu ditemukan 2,3 = faktor bidang dasar untuk alat

Dokumen terkait