1. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
16 Sebelum terbitnya peraturan ini, pembentukan wilayah KPH, khususnya KPHP telah diatur dalam SK. Menteri Kehutanan Nomor : 230/Kpts-II/2003 tentang Pembentukan KPHP. Sedangkan pembentukan KPHL dan KPHK belum diatur dalam Peraturan Menteri.
Peraturan Menteri ini mengatur tentang kriteria dan indikator pembentukan wilayah KPH (KPHK, KPHL dan KPHP), tata cara pembentukan KPHL dan KPHP dan tata cara pembentukan KPHK.
Perbedaan utama Peraturan Menteri ini dengan SK. Menteri Kehutanan Nomor : 230/Kpts-II/2003 adalah dimungkinkannya suatu KPH terdiri dari lebih dari
satu fungsi hutan dan penamaannya berdasarkan fungsi hutan yang dominan. Dalam SK. Menhut Nomor : 230/Kpts-II/2003, KPHP hanya terdiri dari hutan produksi saja. Dalam Peraturan Menteri ini, dengan pertimbangan efektifitas dan efisiensi, suatu KPHP dimungkinkan di dalamnya terdapat hutan lindung. Demikian juga sebaliknya, suatu KPHL dimungkinkan di dalamnya terdapat hutan produksi.
Dalam Peraturan ini, kriteria pembentukan wilayah KPH (KPHK, KPHL dan KPHP) terdiri dari :
a. Kepastian wilayah kelola, b. Kelayakan ekologi,
c. Kelayakan pengembangan kelembagaan pengelolaan hutan, dan d. Kelayakan pengembangan pemanfaatan hutan.
Tiap kriteria tersebut selanjutnya dijabarkan dalam beberapa indikator.
Dalam tata cara pembentukan wilayah KPH diatur lebih detail mengenai tahapan pembentukan wilayah KPH sebagaimana telah diatur dalam PP Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.
2. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Peraturan ini mengatur tentang pengelolaan hutan oleh KPHL dan KPHP sebagai penjabaran tugas dan fungsi KPH sebagaimana diamanatkan PP Nomor 6 Tahun
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
17 2007 jo. PP Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan serta Pemanfaatan Hutan.
Kandungan utama peraturan ini adalah pengaturan penyelenggraan pengelolaan hutan oleh KPHL dan KPHP yang mencakup : tata hutan, penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan, reklamasi hutan dan perlindungan hutan.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP di Daerah.
Peraturan ini mendasari pembentukan organisasi KPHL dan KPHP di daerah dalam bentuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tersendiri dan bukan merupakan bagian dari dinas yang menangani urusan kehutanan di daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Peraturan ini mengatur tentang pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsi KPHL dan KPHP, kepegawaian, dan eselon, tata kerja, pembiayaan dan pembinaan organisasi KPHL dan KPHP.
Beberapa hal pokok kandungan peraturan ini adalah sebagai berikut :
a. KPHL atau KPHP yang wilayah kerjanya lintas kabupaten/kota merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
b. KPHL atau KPHP yang wilayah kerjanya berada dalam satu kabupaten/kota merupakan SKPD kabupaten/kota, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah.
c. Organisasi KPHL dan KPHP terdiri dari dua tipe, yaitu tipe A dan tipe B. Organisasi tipe A merupakan organisasi eselon IIIA, sedangkan organisasi tipe B merupakan organisasi eselon IVA.
d. Wilayah KPHL dan KPHP (baik tipe A maupun tipe B) dibagi dalam Resort KPHL dan KPHP yang dipimpin oleh Kepala Resort KPHL dan KPHP. Kepala Resort berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala KPHL dan KPHP.
e. Kepala KPHL dan KPHP dalam melaksanakan tugasnya menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik antar unit di dalam KPHL dan KPHP, dengan dinas yang menangani urusan kehutan di daerah maupun organisasi perangkat daerah dan instansi lain yang terkait di daerah.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
18 f. Pembiayaan untuk mendukung kegiatan KPHL dan KPHP dibebankan kepada
APBD dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.41/Menhut-II/ 2011 tentang Standar Fasilitasi Sarana dan Prasarana Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.54/Menhut-II/2011.
Untuk mendorong beropersinya KPHL dan KPHP, pemerintah memfasilitasi sarana dan prasarana KPHL Model dan KPHP Model. Dalam peraturan ini diatur tentang jenis dan standar sarana dan prasarana, pelaksana dan status sarana prasarana setelah pengadaan. Sarana dan Prasarana yang difasilitasi mencakup bangunan kantor, kendaraan operasional, peralatan kantor, peralatan operasional dan sarana pendukung pengelolaan hutan.
5. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.42/Menhut-II/2011 2011 tentang Standar Kompetensi Bidang Teknis Kehutanan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi.
Peraturan ini merupakan tindak lanjut dari PP Nomor 6 tahun 2007 jo. PP Nomor 3 Tahun 2008 yang mengamanatkan bahwa organisasi KPH harus dikelola oleh sumber daya manusia yang memiliki kompetensi kerja sesuai jabatan yang diperlukan dalam Permendagri Nomor 61 Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa pengangkatan jabatan dan pegawai KPHL dan KPHP harus memenuhi standar kompetensi bidang teknis kehutanan pada KPHL dan KPHP.
Peraturan ini menjadi acuan dalam pengangkatan jabatan KPHL dan KPHP. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan dan latihan, peraturan ini menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum dan silabus diklat personil KPHL dan KPHP, sedangkan dalam kaitannya dengan sertifikasi kompetensi, standar kompetensi yang diatur dalam peraturan ini menjadi acuan dalam penyelenggaraan uji kompetensi. Dalam peraturan ini diatur persyaratan administrasi dan kompetensi untuk jabatan struktural, jabatan fungsional dan Kepala Resort KPHL dan KPHP, sertifikasi kompetensi dan penyelenggaraan pendidikan dan latihan bagi personil KPHL dan KPHP.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
19 6. Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan P.5/VII-WP3H/2012 Tanggal 14 Mei 2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
Dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan oleh KPHL dan KPHP, telah diterbitkan Permenhut No. P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP. Permenhut ini menjadi landasan KPH dalam manjalankan tugas pokok dan fungsinya. Salah satu kegiatan penting dan strategis dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan adalah kegiatan tata hutan dan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.
Petunjuk Teknis penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan ini merupakan salah satu penjabaran lebih rinci dari salah satu kegiatan pengelolaan hutan di wilayah KPHL dan KPHP yang diamanatkan dalam Permenhut P.6/Menhut-II/2010.
Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP menjadi acuan unit kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dalam menyelenggarakan kegiatan Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan di wilayah kerjanya, sedangkan pengaturan pada KPHK diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri.
Untuk kegiatan tata hutan, yang diatur dalam Petunjuk Teknis ini antara lain: pengantar umum tata hutan, pembagian kegiatan inventarisasi, pengorganisasian kegiatan inventarisasi, pelaksanaan inventariasi, data dan informasi yang harus diperoleh, cara pembagian blok dan petak.
Sedangkan untuk kegiatan penyusunan rencana pengelolaan hutan yang diatur dalam Petunjuk Teknis ini antara lain : Jenis dan substansi Rencana Pengelolaan Hutan, pengorganisasian, pengaturan Sunlaisah (penyusun, penilai dan pengesah), serta tahapan proses penyusunan.
I. TATA HUTAN
Tata hutan di KPHL dan KPHP meliputi kegiatan : 1). Inventarisasi hutan;
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
20 3). Tata batas dalam wilayah KPHL dan KPHP berupa penataan batas blok dan
petak; 4). Pemetaan.
Pelaksanaan Tata Hutan dikerjakan sendiri oleh Organisasi KPHL dan KPHP : a. Tata hutan dilaksanakan oleh tim pelaksana yang dibentuk oleh Kepala KPHL
atau Kepala KPHP.
b. Tim pelaksana terdiri atas personil KPHL atau KPHP dan apabila personil KPHL dan KPHP belum memadai, tim pelaksana dapat dibantu dari BPKH dan atau dinas yang membidangi urusan kehutanan.
c. Dalam proses penyusunan tata hutan dapat meminta bantuan ahli di bidangnya.
d. Tim Pelaksana bertanggung jawab kepada Kepala KPHL dan KPHP.
Dalam hal Pelaksanaan Tata Hutan difasilitasi oleh BPKH :
a. Tata hutan dilaksanakan oleh tim pelaksana yang dibentuk oleh Kepala BPKH. b. Tim pelaksana terdiri atas personil KPHL dan KPHP, BPKH dan dinas yang
membidangi urusan kehutanan di Provinsi atau Kabupaten/Kota.
c. Dalam proses penyusunan tata hutan dapat meminta bantuan ahli di bidangnya.
d. Tim Pelaksana bertanggung jawab kepada Kepala BPKH.
Kegiatan inventarisasi hutan terdiri atas: 1. Inventarisasi biogeofisifisik.
2. Inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya.
Pembagian Blok dan Petak 1. PEMBAGIAN BLOK.
a. Berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang menghasilkan peta, data dan informasi potensi wilayah KPHL dan KPHP, dilakukan pembagian Blok. b. Pembagian Blok memperhatikan: karakteristik biofisik lapangan; kondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitar; potensi sumberdaya alam; dan keberadaan hak-hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
21 c. Pembagian blok juga harus mempertimbangkan peta arahan
pemanfaatan sebagaimana diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)/Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP)/Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota (RKTK), dan fungsi kawasan hutan di wilayah KPHL dan KPHP yang bersangkutan.
d. Pembagian Blok dilakukan pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi Hutan Lindung (HL) dan wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi Hutan Produksi (HP).
e. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi HL terdiri atas satu Blok atau lebih, sebagai berikut:
1. Blok Inti;
2. Blok Pemanfaatan; 3. Blok Khusus.
f. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi HP terdiri atas satu Blok atau lebih, sebagai berikut:
1. Blok Perlindungan;
2. Blok Pemanfaatan kawasan, Jasa Lingkungan, HHBK; 3. Blok Pemanfaatan HHK-HA;
4. Blok Pemanfaatan HHK-HT; 5. Blok Pemberdayaan Masyarakat; 6. Blok Khusus.
Arahan pemanfaatan pada RKTN/RKTP/RKTK harus menjadi acuan awal dalam proses merancang Blok. Oleh karena itu perlu dilakukan penyelarasan antara arahan pemanfaatan (yang terdapat dalam RKTN/RKTP/RKTK)
2. PEMBAGIAN PETAK
Pembagian petak memperhatikan:
1. Produktivitas dan potensi areal/lahan;
2. Keberadaan kawasan lindung, yang meliputi Kawasan bergambut, kawasan resapan air, Sempadan pantai, Sempadan sungai, Kawasan sekitar danau/waduk, Kawasan sekitar mata air, Kawasan Cagar Budaya, Kawasan Rawan Bencana Alam, Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah, Kawasan Pengungsian Satwa, dan Kawasan Pantai Berhutan Bakau; dan
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
22 3. Rancangan areal yang akan direncanakan antara lain untuk pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, pemberdayaan masyarakat.
Penataan Batas Blok dan Petak
Tata batas dalam wilayah KPH dilaksanakan untuk kepastian blok dan petak yang dilakukan dengan tahapan:
1. Persiapan peta penataan batas, berdasarkan hasil pembagian blok dan petak yang telah dilaksanakan serta dipetakan;
2. Penyiapan trayek-trayek batas;
3. Pelaksanaan penataan batas berdasarkan trayek batas;
4. Penyajian peta tata batas dalam wilayah KPHL dan KPHP, berdasarkan hasil penataan batas.
Pemetaan
Berdasarkan kegiatan inventarisasi hutan, pembagian blok dan petak serta penataan batas wilayah KPH dilakukan pemetaan. Cara penyajian peta mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku
Pemetaan harus memuat minimal unsur-unsur: 1. Batas wilayah KPHL dan KPHP;
2. Pembagian Blok dan petak;
3. Peta disajikan dengan skala minimal 1 : 50.000.
Selain itu perlu disiapkan juga peta-peta tematik lainnya sesuai dengan kebutuhan untuk Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.
II. PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN
1. Jenis dan jangka waktu Rencana Pengelolaan, terdiri dari:
a.
Rencana Pengelolaan Hutan jangka Panjang, berjangka waktu 10 tahun;b.
Rencana Pengelolaan Hutan jangka Pendek, berjangka waktu 1 tahun. 2. Penyusunan dan Substansi Rencana Pengelolaan Hutana.
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan dilakukan oleh Kepala KPH.b.
Rencana Pengelolaan Hutan disusun berdasarkan hasil tata hutan dan mengacu kepada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional/Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
23 Provinsi/Kabupaten/Kota (RKTN/RKTP/RKTK), serta memperhatikan aspirasi nilai budaya masyarakat setempat dan kondisi lingkungan.
c.
Substansi Rencana Pengelolaan Hutan jangka Panjang memuat: tujuan yang akan dicapai KPH, kondisi yang dihadapi, dan strategi serta kelayakan pengembangan pengelolaan hutan yang meliputi tata hutan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam.d.
Substansi Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek memuat: unsur-unsur, tujuan pengelolaan hutan lestari dalam skala KPH yang bersangkutan, evaluasi hasil rencana jangka pendek sebelumnya, target yang akan dicapai, basis data dan informasi, kegiatan yang akan dilaksanakan, status neraca sumberdaya hutan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian kegiatan, dan partisipasi para pihak.3. Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan meliputi kegiatan:
a.
Pembentukan tim kerja.b.
Penyusunan rencana kerja.c.
Pengumpulan data dan informasi.d.
Pengolahan dan analisis data.e.
Penyusunan Rencana Pengelolaan.f.
Pembahasan4. Keluaran kegiatan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan adalah buku Rencana Pengelolaan Hutan yang dilampiri peta.
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang disusun oleh Kepala KPHL dan KPHP dinilai oleh Gubernur/Bupati/Walikota atau Pejabat yang ditunjuk Gubernur/Bupati/Walikota dan disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang pada dasarnya menjadi tanggung jawab Kepala KPHL dan KPHP. Dalam kondisi tertentu penyusunannya dapat difasilitasi oleh Kementerian Kehutanan melalui Unit Eselon I yang menangani urusan Rencana Pengelolaan Hutan.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
24 PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek disusun setiap tahun dan merupakan penjabaran dari rencana pengelolaan hutan jangka panjang serta disusun untuk 1 (satu) tahun ke depan dari tahun penyusunannya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek disusun oleh Tim kerja KPHL dan KPHP dinilai oleh Kepala Seksi Perencanaan (pada KPHL dan KPHP Tipe A) atau Kasubbag Tata Usaha (pada KPHL dan KPHP tipe B) serta disahkan oleh Kepala KPHL dan KPHP.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek pada dasarnya menjadi tanggung jawab KPHL dan KPHP, namun dalam kondisi jumlah, kapasitas dan kompetensi personil KPHL dan KPHP serta sumber pembiayaan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan terbatas atau tidak tersedia, maka penyusunannya dapat difasilitasi oleh Kementerian Kehutanan melalui Unit Eselon I yang menangani urusan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.
7. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. P. 46/Menhut-II/2013 Tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi tanggal 29 April 2013.
Setelah penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka panjang kesatuan pengelolaan hutan lindung dan hutan produksi, maka tahap berikutnya adalah penilaian dan pengesahan, serta pendistribusiannya.
a. PENILAIAN DAN PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI
Kepala Pusdalbanghut Regional dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya RPHJP dan rekaman elektronisnya, melakukan verifikasi dan validasi data/informasi serta dokumentasi pendukung RPHJP yang disusun oleh Kepala KPHL atau Kepala KPHP, dan diketahui oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi. Format verifikasi dan validasi data/informasi dan dokumen pendukung RPHJP KPHL atau KPHP sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
25
Dalam hal hasil verifikasi dan validasi data/informasi serta dokumentasi pendukung RPHJP KPHL atau KPHP memperoleh nilai sebesar 75 (tujuh puluh lima) atau lebih, maka memenuhi ketentuan untuk disahkan.
RPHJP KPHL atau KPHP yang memperoleh nilai sebesar 75 (tujuh puluh lima) atau lebih, disahkan oleh Kepala Pusdalbanghut Regional atas nama Menteri, dalam bentuk Keputusan.
Dalam hal hasil verifikasi dan validasi data/informasi serta dokumentasi pendukung RPHJP KPHL atau KPHP memperoleh nilai kurang dari 75 (tujuh puluh lima) atau ditemukan materi substansial yang perlu mendapatkan klarifikasi, maka tidak memenuhi ketentuan untuk disahkan.
Atas RPHJP KPHL atau KPHP yang memperoleh nilai kurang dari 75 (tujuh puluh lima) atau ditemukan materi substansi yang perlu mendapatkan klarifikasi, Kepala Pusdalbanghut Regional menyampaikan materi perbaikan atau klarifikasi kepada Kepala KPHL atau Kepala KPHP.
Kepala KPHL atau Kepala KPHP dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya materi perbaikan atau klarifikasi, melakukan perbaikan RPHJP KPHL atau KPHP dan diketahui oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi atau memberikan tanggapan atas klarifikasi, serta menyampaikan kembali kepada Kepala Pusdalbanghut Regional.
Kepala Pusdalbanghut Regional atas nama Menteri dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya perbaikan RPHJP KPHL dan KPHP atau tanggapan klarifikasi dari Kepala KPHL atau Kepala KPHP, mengesahkan RPHJP KPHL atau KPHP, dalam bentuk Keputusan.
b. Pendistribusian dokumen RPHJP KPHL/KPHP
Keputusan pengesahan RPHJP KPHL atau KPHP disampaikan kepada Kepala KPHL atau Kepala KPHP yang bersangkutan.
Tembusan Keputusan Pengesahan RPHJP KPHL atau KPHP disampaikan kepada:
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
26 a. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kehutanan;
b. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan;
Rekaman elektronis Keputusan Pengesahan RPHJP KPHL atau KPHP, dimasukan dalam
website
Pusdalbanghut Regional, untuk diketahui dan dipergunakan bagi yang berkepentingan.8. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. P. 47/Menhut-II/2013 Tentang Pedoman, kriteria dan standar pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada kesatuan pengelolaan hutan lindung dan kesatuan pengelolaan hutan produksi. Tanggal 29 Agustus 2013.
Penjelasan dari peraturan ini sebagai berikut :
Pedoman, Kriteria dan Standar Kepala KPH:
a. mengidentifikasi, mendeliniasi, memetakan, dan merancang wilayah tertentu serta mengintegrasikannya dalam proses pelaksanaan tata hutan dan menyusun Rencana Pengelolaan Hutan;
b. mengusulkan Rencana Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud pada huruf a untuk disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk;
c. mempublikasikan Rencana Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud pada huruf b kepada pihak ketiga.
Usulan Rencana Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud dalam huruf b sekaligus sebagai usulan pelimpahan kewenangan dalam melakukan pemanfaatan wilayah tertentu.
Pihak ketiga :
a. mengetahui pemanfaatan wilayah tertentu dalam Rencana Pengelolaan Hutan b. dalam hal tertarik/berminat untuk memanfaatkan wilayah tertentu dapat
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
27 (1) Kriteria lahan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu :
a. tidak ada rencana investasi lain; b. layak diusahakan.
(2) Kriteria pihak ketiga : a. masyarakat setempat.
b. BUMN, BUMD, BUMS, Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
(3) Penyelenggaraan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada kawasan hutan lindung, dapat berupa:
a. Pemanfaatan Kawasan;
b. Pemanfaatan Jasa Lingkungan; dan c. Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu.
(3)a. Pemanfaatan Kawasan di wilayah tertentu pada kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a antara lain melalui kegiatan usaha:
a. budidaya tanaman obat; b. budidaya tanaman hias; c. budidaya jamur;
d. budidaya lebah; e. budidaya ulat sutera; f. penangkaran satwa liar; g. silvopastura;
h. rehabilitasi satwa; atau
i. budidaya hijauan makanan ternak.
(3)b. Pemanfaatan Jasa Lingkungan di wilayah tertentu pada kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain melalui kegiatan usaha:
a. pemanfaatan aliran air; b. pemanfaatan air;
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
28 c. wisata alam;
d. perlindungan keanekaragaman hayati;
e. penyelamatan dan perlindungan lingkungan; atau f. penyerapan dan atau penyimpan karbon.
(3)c. Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu di wilayah tertentu padakawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, antara lain berupa: a. rotan; b. madu; c. getah; d. buah; e. jamur; atau
f. sarang burung walet.
(1) Penyelenggaraan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada kawasan hutan produksi, dapat berupa:
a. Pemanfaatan Kawasan;
b. Pemanfaatan Jasa Lingkungan;
c. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu; dan d. Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu.
(2) Pemanfaatan Kawasan di wilayah tertentu pada kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, antara lain:
a. budidaya tanaman obat; b. budidaya tanaman hias; c. budidaya jamur;
d. budidaya lebah; e. budidaya ulat sutera; f. penangkaran satwa;
g. budidaya sarang burung walet; atau h. budidaya hijauan makanan ternak.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
29 (3) Pemanfaatan Jasa Lingkungan di wilayah tertentu pada kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain melalui kegiatan usaha:
a. pemanfaatan aliran air; b. pemanfaatan air; c. wisata alam;
d. perlindungan keanekaragaman hayati;
e. penyelamatan dan perlindungan lingkungan; atau f. penyerapan dan atau penyimpan karbon.
(4) Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu di wilayah tertentu pada kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, antara lain:
a. Hasil Hutan Kayu:
1. Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan alam, meliputi kegiatan: pemanenan, pengayaan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil.
2. Hasil Hutan Kayu yang berasal dari penyelenggaraan Restorasi ekosistem yang telah mencapai keseimbangan ekosistem, meliputi kegiatan: pemeliharaan, perlindungan, dan pemeliharaan ekosistem hutan termasuk penanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna.
3. Hasil Hutan Kayu yang berasal dari hasil penanaman, meliputi kegiatan: penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, dan pemasaran.
b. Hasil Hutan Bukan Kayu antara lain berupa:
1. Kegiatan pemanfaatan rotan, sagu, nipah dan bambu, meliputi kegiatan: penanaman, pemanenan, pengayaan, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil.
2. Kegiatan pemanfaatan getah, kulit kayu, daun, buah atau biji, gaharu yang meliputi kegiatan: pemanenan, pengayaan, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013