D A T A D A N I N F O R M A S I
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH)
2013
DIREKTORAT WILAYAH PENGELOLAAN DAN PENYIAPAN AREAL
PEMANFAATAN KAWASAN HUTAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN
Penerbit : Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan, Ditjen. Planologi Kehutanan Penanggung Jawab : Ir. Is Mugiono, MM (Direktur Wilayah Pengelolaan dan
Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan)
Ketua Tim Penyusun/ : Ir. Yenny Syafrina, MM. (Kasubdit Informasi Pengelolaan Penanggung Jawab dan Pemanfaatan Kawasan Hutan)
Kegiatan
Tim Penyusun : Lutfi Suhendi, SE (Kepala Seksi Informasi Wilayah Pengelolaan)
DR. Sigir Nugroho, S.Si, MT.(Kepala Seksi Informasi Pemanfaatan Kawasan Hutan)
Mila Soraya, S.Si. Agus Basana, S.Si. Ir. Haryanto Mona Rachman Jakaria
Sumber Foto : Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadlirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tahun 2013 ini dapat tersusun dan selesai pada waktunya. Buku Data dan Informasi KPH Tahun 2013 ini merupakan publikasi lanjutan dari buku Data dan Informasi KPH tahun sebelumnya.
Materi yang disajikan dalam buku ini meliputi peraturan perundangan yang terkait KPH, perkembangan pembangunan KPHL/KPHP maupun KPHK, serta gambaran umum KPHL/KPHP Model yang telah ditetapkan sampai dengan bulan Desember 2013.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan ini. Akhirnya kami berharap semoga buku ini dapat memberikan manfaat dan menjadi salah satu acuan dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan pembangunan kehutanan ke depan khususnya yang terkait dengan perencanaan pengelolaan hutan.
Jakarta, Januari 2014
Direktur Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan,
Ir. Is Mugiono, M.M. NIP. 19570726 198203 1 001
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013 ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ………...………... i
DAFTAR ISI ………...………... ii
DAFTAR TABEL ………...……….... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ……...……….... v
I. PENDAHULUAN ………...………... A. Latar Belakang ………... 1
B. Maksud dan Tujuan ………...…………...………... 2
C. Ruang Lingkup ... 2
D. Definisi ... 3
II. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN ... 6
A. UMUM ... 6
B. KHUSUS ... 10
C. TEKNIS ... 16
III. PROSEDUR PEMBENTUKAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN ... 32
A. TAHAPAN PEMBANGUNAN KPH ... 32
1. PEMBENTUKAN WILAYAH KPH ... 32
2. PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN KPH ... 36
3. TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN ... 38
B. PERCEPATAN PEMBANGUNAN KPH ... 44
1. PENETAPAN WILAYAH KPH MODEL ... 45
2. FASILITASI KPH MODEL ... 46
3. SEKRETARIAT NASIONAL (SEKNAS) PEMBANGUNAN KPH ... 46
C. PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL DAN KPHP ... 49
1. PENYUSUNAN RPJP KPH ... 49
2. PENILAIAN DAN PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL DAN KPHP ... 50
3. PENDISTRIBUSIAN RPJP KPH ... 52
IV. PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KPH TAHUN 2013 ... 53
A. PENETAPAN WILAYAH ... 53
1. PENETAPAN WILAYAH KPHK ... 53
2. PENETAPAN WILAYAH KPHL DAN KPHP PROVINSI ... 55
3. PENETAPAN WILAYAH KPHL DAN KPHP MODEL ... 57
B. PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN ... 64
1. PEMBENTUKAN ORGANISASI ... 64
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013 iii
3. FASILITAS SRANA DAN PRASARANA KPH ... 67
4. ANGGARAN ... 82
C. PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN ... 85
1. TATA HUTAN DAN RENCANA PENGELOLAAN ... 85
2. PENILAIAN DAN PENGESAHAN RPHJP KPHL/KPHP ... 85
V. KINERJA PEMBANGUNAN KPH TAHUN 2013 ... 88
A. WILAYAH ... 88
1. PENETAPAN WILAYAH KPHK ... 88
2. PENETAPAN WILAYAH KPHL DAN KPHP PROVINSI ... 90
3. PENETAPAN WILAYAH KPHL DAN KPHP MODEL ... 92
B. KELEMBAGAAN ... 95
1. PEMBENTUKAN ORGANISASI ... 95
2. PERSONIL KPH ... 99
3. FASILITASI SARANA DAN PRASARANA ... 103
4. ANGGARAN ... 106
C. RENCANA ... 107
1. PENYUSUNAN TATA HUTAN DAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN ... 107
2. PENGESAHAN TATA HUTAN DAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN ... 109
D. OPERASIONAL KPH ... 111
1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI KPH ... 111
2. KERJASAMA PIHAK KE III ... 111
3. HASIL – HASIL SEKNAS ... 116
VI. PENUTUP ... 117 LAMPIRAN
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013 iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Perkembangan Penetapan Wilayah KPHK ... 43
Tabel 2 Perkembangan Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Provinsi ... 56
Tabel 3 Penetapan Wilayah KPH Model sampai dengan bulan Desember 2013 ... 57
Tabel 4. KPH Model yang Berlembaga sampai dengan bulan Desember 2013 64 Tabel 5 Personil KPH Model sampai dengan bulan Desember 2013 ... 74
Tabel 6 Fasilitasi Sarana Prasarana Model sampai Desember 2013 ... 80
Tabel 7 Anggaran KPH Model Fasilitasi 2012-2013 ... 83
Tabel 8 Kegiatan tata hutan, penyusunan dan pengesahan RPHJP KPHL/P yang dilaksanakan oleh 90 KPH Model ... 86
Tabel 9 Indikator Kinerja Utama yang Terkait KPH ... 93
Tabel 10 Realisasi Indikator Kinerja Utama terkait KPH ... 93
Tabel 11 KPH Model yang berlembaga UPTD ... 97
Tabel 12 KPH Model yang telah memenuhi jumlah personil ideal ... 102
Tabel 13 Bangunan kantor yang tidak atau belum difasiltasi sampai Desember 2013 ... 103 Tabel 14 Kegiatan Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan 90 KPH Model ... 108
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013 v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Tahapan Pembentukan Wilayah KPHP dan KPHL ...
31
Gambar 2
Tahapan Pembentukan Wilayah KPH Konservasi (KPHK) ....
33
Gambar 3
Proses Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan ...
36
Gambar 4
Diagram Alir Pelaksanaan Tata Hutan ...
37
Gambar 5
Pembagian Blok Pada Proses Tata Hutan ...
39
Gambar 6
Tahapan Penetapan Kesatuan Pengelolaan Hutan Model...
43
Gambar 7
Proses Pengesahan RPJP KPH ...
50
Gambar 8
Perkembangan penetapan KPHK dari tahun 2009-2013 ...89
Gambar 9
Penetapan KPHK Taman Nasional dan Suaka Margasatwa ...89
Gambar 10
Sebaran KPHK per wilayah ...90
Gambar 11
Jumlah KPHL dan KPHP Provinsi ...91
Gambar 12
KPHP dan KPHL Model seluruh Indonesia sampai Desember 2013 ...93
Gambar 13
KPH Model Menurut Fungsi Pokok Hutan ...94
Gambar 14
KPH Model Lintas dan KPH Model Kabupaten ...94
Gambar 15
KPH Model Berdasarkan Regional ...95
Gambar 16
Kelembagaan 120 KPH Model ...95
Gambar 17
SKPD dan UPTD KPH yang dikelola oleh pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten ...99
Gambar 18
Personil KPH Model ...99
Gambar 19
Personil dan Kelembagaan KPH Model ...100
Gambar 20
Jumlah Ideal kebutuhan personil KPH dan jumlah personil KPH Model ...101
Gambar 21
Gambaran Perbandingan Kebutuhan Personil KPH ...101
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013 v
Gambar 23
Kantor KPHP Model Dampelas Tinombo (Prov.SulawesiTengah), Kantor KPHP Model Sorong (Prov. Papua Barat), Kantor KPHP Model Yapen (Prov. Papua), Kantor KPHL Model Pohuwato (Gorontalo) ...
105
Gambar 24
Fasilitasi kendaraan roda empat, roda dua, boat alatkantor/survey ...
106
Gambar 25
Alokasi Anggaran APBD dan APBN untuk Pembangunan KPH2013 ...
107
Gambar 26
Inventarisasi, Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan 90 KPHModel ...
108
Gambar 27
Tata Cara Pengesahan RPHJP KPHL/P ...109
v Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 PETA WILAYAHKPHLMODELACEH UNITIII DANFUNGSIKAWASAN
HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 992/MENHUT-II/2013TANGGAL27DESEMBER2013...
116
Lampiran 2 PETA WILAYAH KPHL MODEL UNIT XXII SUMATERA UTARA DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 993/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
117
Lampiran 3 PETA WILAYAH KPHL MODEL TOBASAMOSIR DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 867/MENHUT-II/2013 TANGGAL 5 DESEMBER 2013...
118
Lampiran 4 PETA WILAYAH KPHL MODEL BUKIT BARISAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 866/MENHUT-II/2013 TANGGAL 5 DESEMBER 2013 ...
119
Lampiran 5 PETA WILAYAH KPHL MODEL BANYUASIN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 961/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
120
Lampiran 6 PETA WILAYAH KPHP MODEL SIGAMBIR-KOTAWARINGIN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 962/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
121
Lampiran 7 PETA WILAYAH KPHP MODEL SIGAMBIR-KOTAWARINGIN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 962/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
122
Lampiran 8 PETA WILAYAH KPHL MODEL BUKIT BALAI REJANG DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 994/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
123
Lampiran 9 PETA WILAYAH KPHP MODEL KERINCI DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 960/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
124
Lampiran 10 PETA WILAYAH KPHP MODEL SUNGAI BUAYA DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 996/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
125
Lampiran 11 PETA WILAYAH KPHP MODEL TAMBORA UTARA DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 970/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
126
Lampiran 12 PETA WILAYAH KPHL MODEL TASTURA DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 971/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
v Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
Lampiran 13 PETA WILAYAH KPHP MODEL SEJORONG DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 963/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
128
Lampiran 14 PETA WILAYAH KPHL MODEL FLORES TIMUR DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 972/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
129
Lampiran 15 PETA WILAYAH KPHP MODEL MANGGARAI BARAT DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 973/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
130
Lampiran 16 PETA WILAYAH KPHP MODEL KENDILO DAN FUNGSI KAWASAN HUTA BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 966/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
131
Lampiran 17 PETA WILAYAH KPHP MODEL TABALONG DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 997/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
132
Lampiran 18 PETA WILAYAH KPHL MODEL GERBANG BARITO DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 974/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
133
Lampiran 19 PETA WILAYAH KPHP MODEL GUNUNG MAS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 965/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
134
Lampiran 20 PETA WILAYAH KPHP MODEL MURUNG RAYA DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 964/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
135
Lampiran 21 PETA WILAYAH KPHP MODEL MURUNG RAYA DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 964/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
136
Lampiran 22 PETA WILAYAH KPHP MODEL TOILI BATURUBE DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 967/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
136
Lampiran 23 PETA WILAYAH KPHP MODEL TOJO UNA-UNA DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 968/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
137
Lampiran 24 PETA WILAYAH KPHP MODEL BUDONG-BUDONG DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 998/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
138
Lampiran 25 PETA WILAYAH KPHL MODEL PEROPA’EA GANTARA DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 975/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
v Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
Lampiran 26 PETA WILAYAH KPHP MODEL AWOTA DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 979/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
140
Lampiran 27 PETA WILAYAH KPHP MODEL BACAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 969/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
141
Lampiran 28 PETA WILAYAH KPHP MODEL WAE TINA DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 977/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
142
Lampiran 29 PETA WILAYAH KPHP MODEL WAE BUBI DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 978/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
143
Lampiran 30 PETA WILAYAH KPHL KOTA SORONG (REMU) DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR 999/MENHUT-II/2013 TANGGAL 27 DESEMBER 2013 ...
144
Lampiran 31 PETA PENETAPAN WILAYAH KPHK / KPHL / KPHP PADA SETIAP PROVINSI DI INDONESIA ...
145
Lampiran 32 PETA PENETAPAN WILAYAH KPHL / KPHP PADA SETIAP PROVINSI DI INDONESIA ...
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam dan menjadi penyangga kehidupan yang keberadaanya tak tergantikan. Oleh karena itu setiap upaya untuk pengelolaan hutan harus berlandaskan pada prinsip-prinsip kelestarian (sustainable) dalam rangka menjamin eksistensi/keberadaan hutan lestari. Berpijak pada prinsip kelestarian tersebut, telah ditetapkan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. UU ini telah menjadi landasan penyelenggaraan sektor kehutanan secara nasional, di samping itu telah diamanatkan bahwa semua hutan di wilayah RI termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Selanjutnya penguasaan hutan oleh negara tersebut memberi wewenang kepada Pemerintah antara lain untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya serta serba guna dan lestari untuk kemakmuran rakyat melalui kegiatan yang salah satunya adalah pengelolaan hutan. Salah satu unsur penting untuk mencapai tujuan tersebut adalah memastikan fungsi-fungsi penyelenggaraan pengelolaan hutan dapat terlaksana dengan tetap berpegang pada prinsip kelestarian hutan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penyelenggaraan pengelolaan hutan di tingkat tapak, melalui pembentukan unit pengelolaan hutan atau Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).
Seluruh kawasan hutan di Indonesia akan terbagi dalam wilayah-wilayah KPH serta akan menjadi bagian penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi, kabupaten/kota. Berdasarkan Pasal 28 ayat (2) PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan, unit pengelolaan hutan terdiri dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Setiap wilayah KPH akan dikelola oleh organisasi pengelola KPH yang merupakan organisasi di tingkat tapak. Organisasi KPHK merupakan organisasi perangkat pusat, sedangkan organisasi KPHL dan KPHP merupakan organisasi perangkat daerah.
Sebagai pengelola hutan di tingkat tapak, KPH mempunyai peran yang sangat strategis dalam konteks pembangunan kehutanan secara nasional. Amanah dan peran strategis KPH tersebut telah menjadikan pembangunan KPH sebagai salah satu prioritas
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013 2
Pembangunan Nasional. Prioritas tersebut telah diterjemahkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014 dengan Indikator Kinerja Utama adalah Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penetapan Wilayah KPH seluruh Indonesia dan beroperasinya 120 KPH (20% wilayah KPH yang telah ditetapkan).
Konsekuensi dari pencapaian indikator beroperasinya 120 KPH adalah pemenuhan syarat KPH beroperasi, yaitu antara lain : ditetapkannya wilayah KPH, terbentuknya kelembagaan KPH meliputi terbentuknya organisasi KPH, tersedianya sarpras pendukung operasionalisasi dan tersedianya SDM profesional serta telah dimulainya aktivitas pengelolaan hutan antara lain penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.
Dalam rangka penyebarluasan data dan informasi tentang pembangunan KPH perlu diterbitkan Buku Data dan Informasi KPH meliputi peraturan perundangan, prosedur pembentukan dan perkembangan pembangunan serta operasionalisasi KPH.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud disusunnya Buku Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Tahun 2013 ini adalah untuk menyediakan data dan informasi yang berkaitan dengan seluruh proses serta tahapan dan perkembangan pembangunan KPH di seluruh Indonesia dan mengakomodir amanah tentang keterbukaan informasi (UU No 14 tahun 2008).
2. Sedang tujuan yang ingin dicapai dengan penyusunan buku ini adalah agar tercapainya transparansi data dan informasi tentang Pembangunan KPH seluruh Indonesia, sehingga publik dapat lebih mudah memperoleh data dan informasi tentang Pembangunan KPH.
C. Ruang Lingkup
Buku Data dan Informasi KPH ini mencakup :
1. Bab I memuat: Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup dan Definisi.
2. Bab II memuat: Peraturan Perundangan yang terkait dengan KPH
3. Bab III memuat: Prosedur Pembentukan KPH meliputi Pembangunan KPH, dan Percepatan Pembangunan KPH
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013 3
4. Bab IV memuat: Uraian Perkembangan Pembangunan KPH sampai dengan Desember 2013 meliputi Penetapan Wilayah, Pembentukan Kelembagaan, dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.
5. Bab V memuat: Evaluasi Pembangunan KPH sampai dengan Desember 2013 meliputi Penetapan Wilayah, Pembentukan Kelembagaan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan dan Operasionalisasi KPH.
6. Bab VI memuat: Penutup
D. Definisi
Pengertian/definisi di bidang kehutanan, terutama yang terkait dengan Kesatuan Pengelolaan hutan (KPH) adalah sebagai berikut:
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
3. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam.
4. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
5. Penggunaan Kawasan Hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan.
6. Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disebut KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.
7. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri atas kawasan hutan lindung. 8. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013 4
9. Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi selanjutnya disebut KPHK adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan konservasi. 10. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap dikembangkan
menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat tapak.
11. Organisasi KPHL adalah organisasi pengelolaan hutan lindung yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri atas kawasan hutan lindung.
12. Organisasi KPHP adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri atas kawasan hutan produksi.
13. Organisasi KPHK adalah organisasi yang mengelola taman nasional.
14. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.
15. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada KPH yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.
16. Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
17. Reklamasi Hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.
18. Perlindungan Hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
19. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013 5
20. Sarana adalah barang atau benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi unit organisasi meliputi peralatan perkantoran, peralatan transportasi dan peralatan lainnya.
21. Prasarana adalah barang atau benda tidak bergerak yang dapat menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit organisasi antara lain tanah, bangunan, ruang kantor.
22. Fasilitasi sarana dan prasarana adalah bentuk dukungan Pemerintah kepada KPHL dan KPHP berupa sarana dan prasarana.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
6
II.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT KPH
Pada Bab ini disajikan peraturan perundangan terkait KPH dengan tujuan mempermudah para pihak memahami payung hukum yang berkaitan dengan pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan mulai dari Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri (Permen), sampai dengan Peraturan Dirjen sehingga dapat dicapai pemahaman dan persepsi yang sama mengenai KPH.
A . Umum
1. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-undang.
Semua hutan di wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam rangka penguasaan tersebut negara memberi wewenang kepada Pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan (Pasal 4). Pengurusan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya serta serbaguna dan lestari untuk kemakmuran rakyat, yang meliputi (Pasal 10):
a. Perencanaan kehutanan, b. Pengelolaan hutan,
c. Penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta penyuluhan kehutanan, dan
d. Pengawasan.
Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan hutan (Pasal 10 butir b) tersebut, diperlukan pembentukan wilayah pengelolaan hutan sesuai dengan Pasal 17 ayat (1) dilaksanakan untuk tingkat:
a. Provinsi
b. Kabupaten/kota, dan c. Unit pengelolaan.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
7 Pasal 21 menyebutkan bahwa pengelolaan hutan meliputi kegiatan:
a. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, b. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, c. Rehabilitasi dan reklamasi hutan, dan
d. Perlindungan hutan dan konservasi alam.
Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 21 disebutkan bahwa:
Hutan merupakan amanah Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu pengelolaan hutan dilaksanakan dengan dasar akhlak mulia untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan demikian pelaksanaan setiap komponen pengelolaan hutan harus memperhatikan nilai-nilai budaya masyarakat, aspirasi dan persepsi masyarakat, serta memperhatikan hak-hak rakyat, dan oleh karena itu harus melibatkan masyarakat setempat.
Pengelolaan hutan pada dasarnya menjadi kewenangan pemerintah dan atau pemerintah daerah. Mengingat berbagai kekhasan daerah serta kondisi sosial dan lingkungan yang sangat berkait dengan kelestarian hutan dan kepentingan masyarakat luas yang membutuhkan kemampuan pengelolaan secara khusus, maka pelaksanaan pengelolaan hutan di wilayah tertentu dapat dilimpahkan kepada BUMN yang bergerak di bidang kehutanan, baik berbentuk perusahaan umum (Perum), perusahaan jawatan (Perjan), maupun perusahaan perseroan (Persero), yang pembinaannya di bawah Menteri.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan
Pasal 28 ayat (2) mengatur bahwa Unit Pengelolaan Hutan terdiri dari: a. Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK).
b. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL). c. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Pasal 29 mengatur:
a. Ayat (1) instansi kehutanan pusat di daerah yang bertanggung jawab di bidang konservasi mengusulkan rancang bangun unit pengelolaan hutan konservasi berdasarkan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh Menteri.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
8 b. Ayat (2) berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Menteri
menetapkan arahan pencadangan unit pengelolaan hutan konservasi.
c. Ayat (3) Menteri menetapkan kesatuan pengelolaan hutan konservasi berdasarkan arahan pencadangan unit pengelolaan hutan konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal 30 mengatur:
a. Ayat (1) Gubernur dengan pertimbangan Bupati/Walikota menyusun rancang Bangun Unit Pengelolaan Hutan Lindung dan Unit Pengelolaan Hutan Produksi. b. Ayat (2) Rancang Bangun Unit Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun berdasarkan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh Menteri. c. Ayat (3) Rancang Bangun Unit Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diusulkan oleh Gubernur kepada Menteri.
d. Ayat (4) berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri menetapkan arahan pencadangan Unit Pengelolaan Hutan Lindung dan Unit Pengelolaan Hutan Produksi.
e. Ayat (5) berdasarkan arahan pencadangan Unit Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Gubernur membentuk Unit Pengelolaan Hutan Lindung dan Unit Pengelolaan Hutan Produksi.
f. Ayat (6) Pembentukan Unit Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan kepada Menteri untuk ditetapkan sebagai Unit Pengelolaan Hutan.
Pasal 32 ayat (1) mengatur bahwa pada setiap Unit Pengelolaan Hutan dibentuk institusi pengelola. Institusi pengelola bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi: perencanaan pengelolaan, pengorganisasian, pelaksanaan pengelolaan, dan pengendalian serta pengawasan.
3. Peraturan Menteri Kehutanan P.33/Menhut-II/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan No. 40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan.
Perubahan Pasal yang terkait dengan KPH adalah sebagai berikut:
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 841, Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional menyelenggarakan fungsi :
a. Koordinasi penyusunan rencana kehutanan provinsi berdasarkan RKTN di tingkat regional
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
9 b. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas huruf a diatas
c. Pelaksanaan supervisi inventarisasi hutan lingkup kesatuan pengelolaan hutan d. Pengesahan rencana jangka panjang pengelolaan hutan kesatuan pengelolaan
hutan;
e. Pembinaan teknis penataan organisasi pengelolaan kesatuan pengelolaan KPH f. Fasilitasi dan mediasi penyelesaian masalah tenurial kawasan hutan; dan g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat.
Pasal 844:
Bidang Perencanaan Kehutanan Regional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan penerapan kebijakan di bidang penyusunan rencana kehutanan regional, serta melaksanakan penyiapan supervisi inventarisasi hutan lingkup kesatuan pengelolaan hutan.
Pasal 845
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 844, Bidang Perencanaan Kehutanan Regional menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang penyusunan rencana kehutanan regional serta penyusunan rencana dan program pusat;
b. Penyiapan bahan pelaksanaan tugas di bidang penyusunan rencana kehutanan regional;
c. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang penyusunan rencana kehutanan regional;
d. Penyiapan bahan penyusunan rencana pengelolaan hutan di wilayah regional berdasarkan RKTN dan RKTP;
Pasal 847
Subbidang Perencanaan Kehutanan I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan tugas, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Pengelolaan daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial, dan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan di tingkat regional dan penyusunan rencana dan program pusat serta melakukan penyiapan bahan supervisi inventarisasi hutan lingkup kesatuan pengelolaan hutan.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
10 Subbidang Perencanaan Kehutanan II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan tugas, pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan Planologi Kehutanan, Usaha Kehutanan, Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kehutanan di tingkat regional serta melakukan penyiapan bahan penilaian pengesahan rencana jangka panjang pengelolaan hutan kesatuan pengelolaan hutan.
Pasal 848
Bidang Evaluasi Perencanaan Kehutanan Regional mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan penerapan kebijakan di bidang pemantauan, evaluasi perencanaan kehutanan di tingkat regional dan melaksanakan penyusunan rencana pengelolaan hutan di wilayah regional berdasarkan RKTN dan RKTP, pembinaan teknis penataan organisasi pengelolaan kesatuan pengelolaan hutan, serta koordinasi dan supervisi dalam rangka pelaksanaan pengelolaan hutan.
Pasal 849
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 848, Bidang Evaluasi Perencanaan Kehutanan Regional menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis di bidang pemantauan, evaluasi perencanaan kehutanan di tingkat regional;
b. Penyiapan bahan pelaksanaan tugas di bidang pemantauan, evaluasi perencanaan kehutanan di tingkat regional;
c. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pemantauan, evaluasi perencanaan kehutanan di tingkat regional;
d. Penyiapan bahan pelaporan kinerja pembangunan kehutanan di tingkat regional; e. Fasilitasi dan mediasi penyelesaian tenurial kawasan hutan; dan
f. Penyiapan bahan koordinasi dan supervisi dalam rangka pelaksanaan pengelolaan hutan.
B. Khusus :
1. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 Jo Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
11 Pada Pasal 2 dan pasal 3 ayat (1) diatur bahwa Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan merupakan bagian dari pengelolaan hutan dan merupakan kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Selanjutnya pada pasal 3 ayat (3) diatur bahwa kawasan hutan terbagi dalam KPH yang menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/Kota.
Pasal 5 mengatur bahwa KPH meliputi KPH Konservasi (KPHK), KPH Lindung (KPHL), KPH Produksi (KPHP).
Pasal 6 ayat (1) mengatur bahwa KPH ditetapkan dalam satu atau lebih fungsi pokok hutan dan satu wilayah administrasi atau lintas wilayah administrasi pemerintahan. Pasal 8 ayat (1) mengatur bahwa Menteri menetapkan organisasi KPHK, KPHL dan KPHP. Lebih lanjut Pasal 8 ayat (2) mengatur bahwa penetapan organisasi tersebut dilakukan berdasarkan:
a. Usulan pemerintah provinsi, dalam hal KPHP atau KPHL berada dalam lintas Kab/Kota.
b. Usulan pemerintah kabupaten/kota dalam hal KPHL dan KPHP berada dalam Kab/Kota.
c. Pertimbangan teknis dari pemerintah provinsi.
Dalam penjelasannya organisasi KPH yang akan ditetapkan mempunyai bentuk: a. Sebuah organisasi pengelola hutan yang:
1) Mampu menyelenggarakan pengelolaan yang dapat menghasilkan nilai ekonomi dari pemanfaatan hutan dalam keseimbangan dengan fungsi konservasi, perlindungan, dan sosial dari hutan,
2) Mampu mengembangkan investasi dan menggerakkan lapangan kerja,
3) Mempunyai kompetensi menyusun perencanaan dan monitoring/evaluasi berbasis spasial,
4) Mempunyai kompetensi untuk melindungi kepentingan hutan (termasuk kepentingan publik dari hutan),
5) Mampu menjawab jangkauan dampak pengelolaan hutan yang bersifat lokal, nasional dan sekaligus global (misal: peran hutan dalam mitigasi perubahan iklim global/climate change), dan
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
12 b. Organisasi yang merupakan cerminan integrasi (kolaborasi/sinergi) dari Pusat,
provinsi dan kabupaten/kota.
c. Pembentukan organisasi KPH tetap menghormati keberadaan unit-unit (izin-izin) pemanfaatan hutan yang telah ada.
d. Struktur organisasi dan rincian tugas dan fungsinya memberikan jaminan dapat memfasilitasi terselenggaranya pengelolaan hutan secara lestari.
e. Organisasi yang memiliki kelenturan (fleksibel) untuk menyesuaikan dengan kondisi/tipologi setempat serta perubahan lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap pengelolaan hutan.
Sedangkan sesuai pasal 9, organisasi KPH mempunyai tugas dan fungsi: a. Menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi:
1) Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
2) Pemanfaatan hutan dalam hal pemantauan dan pengendalian terhadap pemegang ijin,
3) Penggunaan kawasan hutan dalam hal pemantauan dan pengendalian terhadap pemegang ijin,
4) Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu, 5) Rehabilitasi hutan dan reklamasi,
6) Perlindungan hutan dan konservasi alam.
b. Menjabarkan kebijakan kehutanan nasional, provinsi, kab/kota untuk diimplementasikan.
c. Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian.
d. Melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya.
Sedangkan tanggung jawab pembangunan dan pendanaan KPH dijelaskan dalam pasal 10 ayat (1) yang berbunyi pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kab/kota sesuai kewenangannya bertanggung jawab terhadap pembangunan KPH dan infrastrukturnya.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
13 Selanjutnya Pasal 10 ayat (2) menyebutkan dana pembangunan KPH bersumber dari: APBN, APBD dan/atau dana lain yang tidak mengikat sesuai peraturan perundangan.
Pada Pasal 11 ayat (1) diatur bahwa Tata hutan dilaksanakan pada setiap KPH di semua kawasan hutan
Selanjutnya pada pasal 11 ayat (2) diatur bahwa pada areal tertentu dalam kawasan hutan dapat ditetapkan oleh Pemerintah sebagai hutan kemasyarakatan, hutan adat, hutan desa atau kawasan hutan dengan tujuan khusus
Pada Pasal 11 ayat (3) diatur bahwa dalam kegiatan tata hutan, KPH harus memperhatikan areal tertentu.
Pasal 12 mengatur bahwa kegiatan tata hutan di KPH terdiri dari : tata batas; inventarisasi hutan; pembagian ke dalam blok atau zona; pembagian petak dan anak petak dan pemetaan
Pasal 13 mengatur bahwa Kepala KPH menyusun rencana pengelolaan hutan berdasarkan hasil tata hutan dengan mengacu pada rencana kehutanan nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota dan dengan memperhatikan aspirasi, nilai budaya masyarakat setempat, serta kondisi lingkungan. Rencana pengelolaan hutan dimaksud meliputi rencana pengelolaan jangka panjang dan rencana pengelolaan jangka pendek.
2. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam Bidang AA Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Kehutanan Sub Bidang 8 Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan, mengamanatkan bahwa:
- Urusan Pemda Kab/Kota:
Pertimbangan penyusunan rancang bangun dan pengusulan pembentukan wilayah pengelolaan hutan lindung dan produksi serta institusi wilayah pengelolaan hutan.
- Urusan Pemda Provinsi:
Pelaksanaan penyusunan rancang bangun, pembentukan dan pengusulan penetapan wilayah pengelolaan hutan lindung dan produksi serta pertimbangan teknis institusi wilayah pengelolaan hutan.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
14 Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria, dan pelaksanaan penetapan pembentukan wilayah pengelolaan hutan, penetapan wilayah pengelolaan dan institusi wilayah pengelolaan serta arahan pencadangan.
3. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Dalam menimbang disebutkan bahwa untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah perlu dibantu oleh perangkat daerah yang dapat menyelenggarakan seluruh urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah.
Pasal 1 di ketentuan umum mengatur bahwa perangkat daerah provinsi adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Selanjutnya perangkat daerah kabupaten/kota adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan. Dalam beberapa pasal di jelaskan dinas daerah provinsi atau kab/kota mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Pada dinas daerah tersebut dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/kota.
Selanjutnya lembaga teknis daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik.
Untuk menampung bentuk kelembagaan lain sebagai perangkat daerah pada pasal 45 ayat (1) diatur bahwa dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan tugas pemerintahan umum lainnya, pemerintah daerah dapat membentuk lembaga lain sebagai bagian dari perangkat daerah.
Selanjutnya ayat (2) mengatur bahwa organisasi dan tata kerja serta eselonisasi lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh menteri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
15 Dari beberapa landasan hukum yang telah diuraikan diatas, terdapat 2 hal mendesak yang perlu segera dijabarkan untuk menjadi landasan bagi percepatan pembangunan KPH, yaitu : pengaturan tentang wilayah KPH dan pengaturan tentang kelembagaan KPH.
4. Surat Keputusan Menteri Kehutanan SK.NO. 511/Menhut-II/2012 Tentang Pembentukan Sekteratiat Nasional Pembangunan Kesatuan Pembangunan Hutan
Dalam rangka percepatan pembangunan dan operasionalisasi 120 (seratus dua puluh) KPH, perlu dilakukan revitalisasi terhadap Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan KPH yang telah dibentuk melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.609/Menhut- II/2010 tanggal 1 Nopember 2010, menjadi Sekretariat Nasional (Seknas) Pembangunan KPH.
Susunan Seknas Pembangunan KPH terdiri dari Penanggung Jawab, Komisi Pengarah, Komosi Pelaksana, Sekretaris dan Staf Sekretariat
Tugas Komisi Pelaksanan Seknas Pembangunan KPH adalah :
a.
Menjabarkan isu-isu strategis yang berkaitan dengan pembangunan dan operasionalisasi KPHb.
Mengkoordinasikan mobilisasi potensi-potensi sumberdaya termasuk pendanaan dari mitra/donor yang berkaitan dengan pembangunan dan operasionalissi KPHc.
Mengkonsulidasikan dukungan teknis dalam rangka pembangunan dan operasioanlisasi KPHd.
Menyiapkan data dan informasi yang terkait dengan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pembangunan dan operasioanlisasi KPHe.
Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan yang dilaksanakan oleh sekretaris dan staf secretariatf.
Melaksanakan rapat komisi minimal 3 (tiga) bulan sekali dalam setahun, membahas tindaklanjut arahan komisi pengarah, rancangan rencana tindak, dan pendanaan.C. Teknis :
1. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
16 Sebelum terbitnya peraturan ini, pembentukan wilayah KPH, khususnya KPHP telah diatur dalam SK. Menteri Kehutanan Nomor : 230/Kpts-II/2003 tentang Pembentukan KPHP. Sedangkan pembentukan KPHL dan KPHK belum diatur dalam Peraturan Menteri.
Peraturan Menteri ini mengatur tentang kriteria dan indikator pembentukan wilayah KPH (KPHK, KPHL dan KPHP), tata cara pembentukan KPHL dan KPHP dan tata cara pembentukan KPHK.
Perbedaan utama Peraturan Menteri ini dengan SK. Menteri Kehutanan Nomor : 230/Kpts-II/2003 adalah dimungkinkannya suatu KPH terdiri dari lebih dari
satu fungsi hutan dan penamaannya berdasarkan fungsi hutan yang dominan. Dalam SK. Menhut Nomor : 230/Kpts-II/2003, KPHP hanya terdiri dari hutan produksi saja. Dalam Peraturan Menteri ini, dengan pertimbangan efektifitas dan efisiensi, suatu KPHP dimungkinkan di dalamnya terdapat hutan lindung. Demikian juga sebaliknya, suatu KPHL dimungkinkan di dalamnya terdapat hutan produksi.
Dalam Peraturan ini, kriteria pembentukan wilayah KPH (KPHK, KPHL dan KPHP) terdiri dari :
a. Kepastian wilayah kelola, b. Kelayakan ekologi,
c. Kelayakan pengembangan kelembagaan pengelolaan hutan, dan d. Kelayakan pengembangan pemanfaatan hutan.
Tiap kriteria tersebut selanjutnya dijabarkan dalam beberapa indikator.
Dalam tata cara pembentukan wilayah KPH diatur lebih detail mengenai tahapan pembentukan wilayah KPH sebagaimana telah diatur dalam PP Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.
2. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Peraturan ini mengatur tentang pengelolaan hutan oleh KPHL dan KPHP sebagai penjabaran tugas dan fungsi KPH sebagaimana diamanatkan PP Nomor 6 Tahun
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
17 2007 jo. PP Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan serta Pemanfaatan Hutan.
Kandungan utama peraturan ini adalah pengaturan penyelenggraan pengelolaan hutan oleh KPHL dan KPHP yang mencakup : tata hutan, penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutan, reklamasi hutan dan perlindungan hutan.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP di Daerah.
Peraturan ini mendasari pembentukan organisasi KPHL dan KPHP di daerah dalam bentuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tersendiri dan bukan merupakan bagian dari dinas yang menangani urusan kehutanan di daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Peraturan ini mengatur tentang pembentukan, kedudukan, tugas dan fungsi KPHL dan KPHP, kepegawaian, dan eselon, tata kerja, pembiayaan dan pembinaan organisasi KPHL dan KPHP.
Beberapa hal pokok kandungan peraturan ini adalah sebagai berikut :
a. KPHL atau KPHP yang wilayah kerjanya lintas kabupaten/kota merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
b. KPHL atau KPHP yang wilayah kerjanya berada dalam satu kabupaten/kota merupakan SKPD kabupaten/kota, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah.
c. Organisasi KPHL dan KPHP terdiri dari dua tipe, yaitu tipe A dan tipe B. Organisasi tipe A merupakan organisasi eselon IIIA, sedangkan organisasi tipe B merupakan organisasi eselon IVA.
d. Wilayah KPHL dan KPHP (baik tipe A maupun tipe B) dibagi dalam Resort KPHL dan KPHP yang dipimpin oleh Kepala Resort KPHL dan KPHP. Kepala Resort berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala KPHL dan KPHP.
e. Kepala KPHL dan KPHP dalam melaksanakan tugasnya menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik antar unit di dalam KPHL dan KPHP, dengan dinas yang menangani urusan kehutan di daerah maupun organisasi perangkat daerah dan instansi lain yang terkait di daerah.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
18 f. Pembiayaan untuk mendukung kegiatan KPHL dan KPHP dibebankan kepada
APBD dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.41/Menhut-II/ 2011 tentang Standar Fasilitasi Sarana dan Prasarana Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.54/Menhut-II/2011.
Untuk mendorong beropersinya KPHL dan KPHP, pemerintah memfasilitasi sarana dan prasarana KPHL Model dan KPHP Model. Dalam peraturan ini diatur tentang jenis dan standar sarana dan prasarana, pelaksana dan status sarana prasarana setelah pengadaan. Sarana dan Prasarana yang difasilitasi mencakup bangunan kantor, kendaraan operasional, peralatan kantor, peralatan operasional dan sarana pendukung pengelolaan hutan.
5. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.42/Menhut-II/2011 2011 tentang Standar Kompetensi Bidang Teknis Kehutanan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi.
Peraturan ini merupakan tindak lanjut dari PP Nomor 6 tahun 2007 jo. PP Nomor 3 Tahun 2008 yang mengamanatkan bahwa organisasi KPH harus dikelola oleh sumber daya manusia yang memiliki kompetensi kerja sesuai jabatan yang diperlukan dalam Permendagri Nomor 61 Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa pengangkatan jabatan dan pegawai KPHL dan KPHP harus memenuhi standar kompetensi bidang teknis kehutanan pada KPHL dan KPHP.
Peraturan ini menjadi acuan dalam pengangkatan jabatan KPHL dan KPHP. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan dan latihan, peraturan ini menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum dan silabus diklat personil KPHL dan KPHP, sedangkan dalam kaitannya dengan sertifikasi kompetensi, standar kompetensi yang diatur dalam peraturan ini menjadi acuan dalam penyelenggaraan uji kompetensi. Dalam peraturan ini diatur persyaratan administrasi dan kompetensi untuk jabatan struktural, jabatan fungsional dan Kepala Resort KPHL dan KPHP, sertifikasi kompetensi dan penyelenggaraan pendidikan dan latihan bagi personil KPHL dan KPHP.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
19 6. Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan P.5/VII-WP3H/2012 Tanggal 14 Mei 2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
Dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan oleh KPHL dan KPHP, telah diterbitkan Permenhut No. P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP. Permenhut ini menjadi landasan KPH dalam manjalankan tugas pokok dan fungsinya. Salah satu kegiatan penting dan strategis dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan adalah kegiatan tata hutan dan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.
Petunjuk Teknis penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan ini merupakan salah satu penjabaran lebih rinci dari salah satu kegiatan pengelolaan hutan di wilayah KPHL dan KPHP yang diamanatkan dalam Permenhut P.6/Menhut-II/2010.
Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP menjadi acuan unit kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dalam menyelenggarakan kegiatan Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan di wilayah kerjanya, sedangkan pengaturan pada KPHK diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri.
Untuk kegiatan tata hutan, yang diatur dalam Petunjuk Teknis ini antara lain: pengantar umum tata hutan, pembagian kegiatan inventarisasi, pengorganisasian kegiatan inventarisasi, pelaksanaan inventariasi, data dan informasi yang harus diperoleh, cara pembagian blok dan petak.
Sedangkan untuk kegiatan penyusunan rencana pengelolaan hutan yang diatur dalam Petunjuk Teknis ini antara lain : Jenis dan substansi Rencana Pengelolaan Hutan, pengorganisasian, pengaturan Sunlaisah (penyusun, penilai dan pengesah), serta tahapan proses penyusunan.
I. TATA HUTAN
Tata hutan di KPHL dan KPHP meliputi kegiatan : 1). Inventarisasi hutan;
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
20 3). Tata batas dalam wilayah KPHL dan KPHP berupa penataan batas blok dan
petak; 4). Pemetaan.
Pelaksanaan Tata Hutan dikerjakan sendiri oleh Organisasi KPHL dan KPHP : a. Tata hutan dilaksanakan oleh tim pelaksana yang dibentuk oleh Kepala KPHL
atau Kepala KPHP.
b. Tim pelaksana terdiri atas personil KPHL atau KPHP dan apabila personil KPHL dan KPHP belum memadai, tim pelaksana dapat dibantu dari BPKH dan atau dinas yang membidangi urusan kehutanan.
c. Dalam proses penyusunan tata hutan dapat meminta bantuan ahli di bidangnya.
d. Tim Pelaksana bertanggung jawab kepada Kepala KPHL dan KPHP.
Dalam hal Pelaksanaan Tata Hutan difasilitasi oleh BPKH :
a. Tata hutan dilaksanakan oleh tim pelaksana yang dibentuk oleh Kepala BPKH. b. Tim pelaksana terdiri atas personil KPHL dan KPHP, BPKH dan dinas yang
membidangi urusan kehutanan di Provinsi atau Kabupaten/Kota.
c. Dalam proses penyusunan tata hutan dapat meminta bantuan ahli di bidangnya.
d. Tim Pelaksana bertanggung jawab kepada Kepala BPKH.
Kegiatan inventarisasi hutan terdiri atas: 1. Inventarisasi biogeofisifisik.
2. Inventarisasi sosial, ekonomi, dan budaya.
Pembagian Blok dan Petak 1. PEMBAGIAN BLOK.
a. Berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang menghasilkan peta, data dan informasi potensi wilayah KPHL dan KPHP, dilakukan pembagian Blok. b. Pembagian Blok memperhatikan: karakteristik biofisik lapangan; kondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitar; potensi sumberdaya alam; dan keberadaan hak-hak atau izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
21 c. Pembagian blok juga harus mempertimbangkan peta arahan
pemanfaatan sebagaimana diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN)/Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP)/Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten/Kota (RKTK), dan fungsi kawasan hutan di wilayah KPHL dan KPHP yang bersangkutan.
d. Pembagian Blok dilakukan pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi Hutan Lindung (HL) dan wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi Hutan Produksi (HP).
e. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi HL terdiri atas satu Blok atau lebih, sebagai berikut:
1. Blok Inti;
2. Blok Pemanfaatan; 3. Blok Khusus.
f. Pembagian Blok pada wilayah KPHL dan KPHP yang kawasan hutannya berfungsi HP terdiri atas satu Blok atau lebih, sebagai berikut:
1. Blok Perlindungan;
2. Blok Pemanfaatan kawasan, Jasa Lingkungan, HHBK; 3. Blok Pemanfaatan HHK-HA;
4. Blok Pemanfaatan HHK-HT; 5. Blok Pemberdayaan Masyarakat; 6. Blok Khusus.
Arahan pemanfaatan pada RKTN/RKTP/RKTK harus menjadi acuan awal dalam proses merancang Blok. Oleh karena itu perlu dilakukan penyelarasan antara arahan pemanfaatan (yang terdapat dalam RKTN/RKTP/RKTK)
2. PEMBAGIAN PETAK
Pembagian petak memperhatikan:
1. Produktivitas dan potensi areal/lahan;
2. Keberadaan kawasan lindung, yang meliputi Kawasan bergambut, kawasan resapan air, Sempadan pantai, Sempadan sungai, Kawasan sekitar danau/waduk, Kawasan sekitar mata air, Kawasan Cagar Budaya, Kawasan Rawan Bencana Alam, Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah, Kawasan Pengungsian Satwa, dan Kawasan Pantai Berhutan Bakau; dan
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
22 3. Rancangan areal yang akan direncanakan antara lain untuk pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, pemberdayaan masyarakat.
Penataan Batas Blok dan Petak
Tata batas dalam wilayah KPH dilaksanakan untuk kepastian blok dan petak yang dilakukan dengan tahapan:
1. Persiapan peta penataan batas, berdasarkan hasil pembagian blok dan petak yang telah dilaksanakan serta dipetakan;
2. Penyiapan trayek-trayek batas;
3. Pelaksanaan penataan batas berdasarkan trayek batas;
4. Penyajian peta tata batas dalam wilayah KPHL dan KPHP, berdasarkan hasil penataan batas.
Pemetaan
Berdasarkan kegiatan inventarisasi hutan, pembagian blok dan petak serta penataan batas wilayah KPH dilakukan pemetaan. Cara penyajian peta mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku
Pemetaan harus memuat minimal unsur-unsur: 1. Batas wilayah KPHL dan KPHP;
2. Pembagian Blok dan petak;
3. Peta disajikan dengan skala minimal 1 : 50.000.
Selain itu perlu disiapkan juga peta-peta tematik lainnya sesuai dengan kebutuhan untuk Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.
II. PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN
1. Jenis dan jangka waktu Rencana Pengelolaan, terdiri dari:
a.
Rencana Pengelolaan Hutan jangka Panjang, berjangka waktu 10 tahun;b.
Rencana Pengelolaan Hutan jangka Pendek, berjangka waktu 1 tahun. 2. Penyusunan dan Substansi Rencana Pengelolaan Hutana.
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan dilakukan oleh Kepala KPH.b.
Rencana Pengelolaan Hutan disusun berdasarkan hasil tata hutan dan mengacu kepada Rencana Kehutanan Tingkat Nasional/Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
23 Provinsi/Kabupaten/Kota (RKTN/RKTP/RKTK), serta memperhatikan aspirasi nilai budaya masyarakat setempat dan kondisi lingkungan.
c.
Substansi Rencana Pengelolaan Hutan jangka Panjang memuat: tujuan yang akan dicapai KPH, kondisi yang dihadapi, dan strategi serta kelayakan pengembangan pengelolaan hutan yang meliputi tata hutan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam.d.
Substansi Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek memuat: unsur-unsur, tujuan pengelolaan hutan lestari dalam skala KPH yang bersangkutan, evaluasi hasil rencana jangka pendek sebelumnya, target yang akan dicapai, basis data dan informasi, kegiatan yang akan dilaksanakan, status neraca sumberdaya hutan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian kegiatan, dan partisipasi para pihak.3. Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan meliputi kegiatan:
a.
Pembentukan tim kerja.b.
Penyusunan rencana kerja.c.
Pengumpulan data dan informasi.d.
Pengolahan dan analisis data.e.
Penyusunan Rencana Pengelolaan.f.
Pembahasan4. Keluaran kegiatan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan adalah buku Rencana Pengelolaan Hutan yang dilampiri peta.
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang disusun oleh Kepala KPHL dan KPHP dinilai oleh Gubernur/Bupati/Walikota atau Pejabat yang ditunjuk Gubernur/Bupati/Walikota dan disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang pada dasarnya menjadi tanggung jawab Kepala KPHL dan KPHP. Dalam kondisi tertentu penyusunannya dapat difasilitasi oleh Kementerian Kehutanan melalui Unit Eselon I yang menangani urusan Rencana Pengelolaan Hutan.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
24 PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PENDEK
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek disusun setiap tahun dan merupakan penjabaran dari rencana pengelolaan hutan jangka panjang serta disusun untuk 1 (satu) tahun ke depan dari tahun penyusunannya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek disusun oleh Tim kerja KPHL dan KPHP dinilai oleh Kepala Seksi Perencanaan (pada KPHL dan KPHP Tipe A) atau Kasubbag Tata Usaha (pada KPHL dan KPHP tipe B) serta disahkan oleh Kepala KPHL dan KPHP.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek pada dasarnya menjadi tanggung jawab KPHL dan KPHP, namun dalam kondisi jumlah, kapasitas dan kompetensi personil KPHL dan KPHP serta sumber pembiayaan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan terbatas atau tidak tersedia, maka penyusunannya dapat difasilitasi oleh Kementerian Kehutanan melalui Unit Eselon I yang menangani urusan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.
7. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. P. 46/Menhut-II/2013 Tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi tanggal 29 April 2013.
Setelah penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka panjang kesatuan pengelolaan hutan lindung dan hutan produksi, maka tahap berikutnya adalah penilaian dan pengesahan, serta pendistribusiannya.
a. PENILAIAN DAN PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI
Kepala Pusdalbanghut Regional dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya RPHJP dan rekaman elektronisnya, melakukan verifikasi dan validasi data/informasi serta dokumentasi pendukung RPHJP yang disusun oleh Kepala KPHL atau Kepala KPHP, dan diketahui oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi. Format verifikasi dan validasi data/informasi dan dokumen pendukung RPHJP KPHL atau KPHP sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
25
Dalam hal hasil verifikasi dan validasi data/informasi serta dokumentasi pendukung RPHJP KPHL atau KPHP memperoleh nilai sebesar 75 (tujuh puluh lima) atau lebih, maka memenuhi ketentuan untuk disahkan.
RPHJP KPHL atau KPHP yang memperoleh nilai sebesar 75 (tujuh puluh lima) atau lebih, disahkan oleh Kepala Pusdalbanghut Regional atas nama Menteri, dalam bentuk Keputusan.
Dalam hal hasil verifikasi dan validasi data/informasi serta dokumentasi pendukung RPHJP KPHL atau KPHP memperoleh nilai kurang dari 75 (tujuh puluh lima) atau ditemukan materi substansial yang perlu mendapatkan klarifikasi, maka tidak memenuhi ketentuan untuk disahkan.
Atas RPHJP KPHL atau KPHP yang memperoleh nilai kurang dari 75 (tujuh puluh lima) atau ditemukan materi substansi yang perlu mendapatkan klarifikasi, Kepala Pusdalbanghut Regional menyampaikan materi perbaikan atau klarifikasi kepada Kepala KPHL atau Kepala KPHP.
Kepala KPHL atau Kepala KPHP dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya materi perbaikan atau klarifikasi, melakukan perbaikan RPHJP KPHL atau KPHP dan diketahui oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi atau memberikan tanggapan atas klarifikasi, serta menyampaikan kembali kepada Kepala Pusdalbanghut Regional.
Kepala Pusdalbanghut Regional atas nama Menteri dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya perbaikan RPHJP KPHL dan KPHP atau tanggapan klarifikasi dari Kepala KPHL atau Kepala KPHP, mengesahkan RPHJP KPHL atau KPHP, dalam bentuk Keputusan.
b. Pendistribusian dokumen RPHJP KPHL/KPHP
Keputusan pengesahan RPHJP KPHL atau KPHP disampaikan kepada Kepala KPHL atau Kepala KPHP yang bersangkutan.
Tembusan Keputusan Pengesahan RPHJP KPHL atau KPHP disampaikan kepada:
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
26 a. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kehutanan;
b. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan;
Rekaman elektronis Keputusan Pengesahan RPHJP KPHL atau KPHP, dimasukan dalam
website
Pusdalbanghut Regional, untuk diketahui dan dipergunakan bagi yang berkepentingan.8. Peraturan Menteri Kehutanan RI No. P. 47/Menhut-II/2013 Tentang Pedoman, kriteria dan standar pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada kesatuan pengelolaan hutan lindung dan kesatuan pengelolaan hutan produksi. Tanggal 29 Agustus 2013.
Penjelasan dari peraturan ini sebagai berikut :
Pedoman, Kriteria dan Standar Kepala KPH:
a. mengidentifikasi, mendeliniasi, memetakan, dan merancang wilayah tertentu serta mengintegrasikannya dalam proses pelaksanaan tata hutan dan menyusun Rencana Pengelolaan Hutan;
b. mengusulkan Rencana Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud pada huruf a untuk disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk;
c. mempublikasikan Rencana Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud pada huruf b kepada pihak ketiga.
Usulan Rencana Pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud dalam huruf b sekaligus sebagai usulan pelimpahan kewenangan dalam melakukan pemanfaatan wilayah tertentu.
Pihak ketiga :
a. mengetahui pemanfaatan wilayah tertentu dalam Rencana Pengelolaan Hutan b. dalam hal tertarik/berminat untuk memanfaatkan wilayah tertentu dapat
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
27 (1) Kriteria lahan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu :
a. tidak ada rencana investasi lain; b. layak diusahakan.
(2) Kriteria pihak ketiga : a. masyarakat setempat.
b. BUMN, BUMD, BUMS, Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
(3) Penyelenggaraan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada kawasan hutan lindung, dapat berupa:
a. Pemanfaatan Kawasan;
b. Pemanfaatan Jasa Lingkungan; dan c. Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu.
(3)a. Pemanfaatan Kawasan di wilayah tertentu pada kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a antara lain melalui kegiatan usaha:
a. budidaya tanaman obat; b. budidaya tanaman hias; c. budidaya jamur;
d. budidaya lebah; e. budidaya ulat sutera; f. penangkaran satwa liar; g. silvopastura;
h. rehabilitasi satwa; atau
i. budidaya hijauan makanan ternak.
(3)b. Pemanfaatan Jasa Lingkungan di wilayah tertentu pada kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain melalui kegiatan usaha:
a. pemanfaatan aliran air; b. pemanfaatan air;
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
28 c. wisata alam;
d. perlindungan keanekaragaman hayati;
e. penyelamatan dan perlindungan lingkungan; atau f. penyerapan dan atau penyimpan karbon.
(3)c. Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu di wilayah tertentu padakawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, antara lain berupa: a. rotan; b. madu; c. getah; d. buah; e. jamur; atau
f. sarang burung walet.
(1) Penyelenggaraan pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada kawasan hutan produksi, dapat berupa:
a. Pemanfaatan Kawasan;
b. Pemanfaatan Jasa Lingkungan;
c. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu; dan d. Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu.
(2) Pemanfaatan Kawasan di wilayah tertentu pada kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, antara lain:
a. budidaya tanaman obat; b. budidaya tanaman hias; c. budidaya jamur;
d. budidaya lebah; e. budidaya ulat sutera; f. penangkaran satwa;
g. budidaya sarang burung walet; atau h. budidaya hijauan makanan ternak.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
29 (3) Pemanfaatan Jasa Lingkungan di wilayah tertentu pada kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain melalui kegiatan usaha:
a. pemanfaatan aliran air; b. pemanfaatan air; c. wisata alam;
d. perlindungan keanekaragaman hayati;
e. penyelamatan dan perlindungan lingkungan; atau f. penyerapan dan atau penyimpan karbon.
(4) Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu di wilayah tertentu pada kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, antara lain:
a. Hasil Hutan Kayu:
1. Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan alam, meliputi kegiatan: pemanenan, pengayaan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil.
2. Hasil Hutan Kayu yang berasal dari penyelenggaraan Restorasi ekosistem yang telah mencapai keseimbangan ekosistem, meliputi kegiatan: pemeliharaan, perlindungan, dan pemeliharaan ekosistem hutan termasuk penanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna.
3. Hasil Hutan Kayu yang berasal dari hasil penanaman, meliputi kegiatan: penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, dan pemasaran.
b. Hasil Hutan Bukan Kayu antara lain berupa:
1. Kegiatan pemanfaatan rotan, sagu, nipah dan bambu, meliputi kegiatan: penanaman, pemanenan, pengayaan, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil.
2. Kegiatan pemanfaatan getah, kulit kayu, daun, buah atau biji, gaharu yang meliputi kegiatan: pemanenan, pengayaan, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
30 (5) Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu di wilayah tertentu pada
kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, antara lain:
a. Hasil Hutan Kayu untuk pembangunan fasilitas umum kelompok masyarakat setempat, paling banyak 50 (lima puluh) meter kubik dan tidak untuk diperdagangkan;
b. Hasil Hutan Kayu untuk memenuhi kebutuhan individu dengan ketentuan paling banyak 20 (dua puluh) meter kubik untuk setiap Kepala Keluarga dan tidak untuk diperdagangkan.
c. Hasil Hutan Bukan Kayu: pemungutan rotan, madu, getah, buah atau biji, daun, gaharu, kulit kayu, tanaman obat dan umbi-umbian, maksimal 20 ton per tahun per Kepala Keluarga.
Pasal 8
Pemanfaatan hutan diwilayah tertentu oleh KPHL dan KPHP dilaksanakan setelah pengelola KPHL dan KPHP menyusun Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek.
Pasal 9
(1) Dalam pelaksanaan pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, KPHL dan KPHP dapat bekerjasama dengan BUMN, BUMD, BUMS, Koperasi, UMKM dan/atau masyarakat setempat dalam rangka kemitraan, maupun membuka peluang usaha.
(2) Pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 10
Biaya penyelenggaraan pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu bersumber dari APBN dan atau APBD dan atau sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Data dan Informasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Tahun 2013
31 Pelaporan
Pasal 11
Kepala KPHL dan KPHP secara periodik membuat dan menyampaikan laporan kegiatan pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu kepada:
a. Bupati/Walikota dan Menteri, apabila wilayah kelola KPHL dan KPHP berada dalam satu Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Gubernur dan Eselon I terkait;
b. Gubernur dan Menteri, apabila wilayah kelola KPHL dan KPHP berada pada lintas Kabupaten/Kota dalam satu provinsi dengan tembusan kepada Bupati/Walikota dan Eselon I terkait.
Pasal 12
Ketentuan tentang laporan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dalam hal wilayah tertentu berada di Kawasan Hutan Lindung, dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan dalam hal wilayah tertentu berada di Kawasan Hutan Produksi.
Pembinaan dan Pengendalian Pasal 13
Ketentuan tentang pembinaan dan pengendalian pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada KPHL dan KPHP diatur lebih lanjut oleh Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dalam hal wilayah tertentu berada di Kawasan Hutan Lindung, dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan dalam hal wilayah tertentu berada di Kawasan Hutan Produksi.