• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Teknologi dan Prosedur Kerja

4.3.1. Pelayanan Mulai dari Kegiatan Pendekatan Awal Sampai Terminasi

Teknologi pelayanan dan prosedur kerja yang menyangkut tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan hingga kepada aturan-aturan dijelaskan secara mendalam. Dari hasil data temuan yang menguraikan tentang tahapan pelayanan mulai dari Tahap pendekatan awal sampai kepada Tahap kegiatan terminasi (pemutusan hubungan dengan Eks kelayan) diuraikan di bawah ini.

Kegiatan tahap awal yang dilakukan adalah kegiatan Pendekatan Awal. Kegiatan Pendekatan Awal adalah Orientasi dan konsultasi, Identifikasi, Motivasi dan yang terakhir seleksi. Pada kegiatan Orientasi dan konsultasi, Pekerja sosial yang diutus mengadakan kontak langsung dengan pendekatan formal melalui pertemuan dan konsultasi maupun melalui surat ke Pemda/ Instansi/ lembaga terkait

dan tokoh masyarakat/ Orsos/ LSM. Dilanjutkan dengan penyampaian informasi kepada sasaran dan pertemuan berkala lanjutan. Hasil wawancara dengan staf yang mengatakan dilapangan/daerah yang dituju banyak kendala yang dihadapi. Antara lain sulitnya menghubungi para petugas instansi sosial dan juga prosedur-prosedur yang harus dilalui agar dapat bertemu langsung dengan pihak-pihak yang dimaksud. ”kita sulitnya di lapangan waktu berhadapan dengan pihak instansi sosial, kita harus mengikuti prosedur-prosedur yang berlaku di sana”kata seorang Ibu pekerja sosial.

Setelah Orientasi dan konsultasi selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan Identifikasi. Tujuan kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang informasi dan data permasalahan penerimaan calon kelayan. Yang menjadi sasaran dari Identifikasi adalah korban narkoba/napza dan keluarga korban narkoba/napza (Orang tua dan lingkungan sosial). Hasil wawancara penulis dengan salah seorang staf mengatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi pada daerah tujuan, apalagi daerah tersebut daerah yang sulit dijangkau seperti Kabupaten/daerah Pakpak Barat yang baru pemekaran,”Pakpak Barat sampai kecamatan kita kesulitan dapat kenderaan.”

Selanjutnya kegiatan yang dilakukan oleh pihak panti adalah Motivasi. Di daerah yang dituju Pekerja sosial yang diutus menghubungi lembaga/Instansi dan tokoh masyarakat yang terkait. Kemudian menghubungi calon kelayan dan keluarganya yang akan diberi motivasi sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Saat ditanya seorang Pekerja sosial tentang bagaimana pelaksanaan seleksi mengatakan bahwa seleksi berjalan dengan baik, walaupun ada sedikit kekurangan

namun dapat diatasi,” seleksi berjalan lancar, calon kelayan yang datang ke panti langsung kita sambut dan kita layani dengan baik. Kemudian kita tanyai apa-apa aja yang perlu dipersiapkan. Kalau ada yang kurang, misalnya foto-foto ataupun surat kesehatan kita bilang menyusul aja.,kasihankan mereka bila baru sampe langsung balik lagi kekampungnya “ kata seorang pekerja sosial.

Kemudian diadakan seleksi. Metode yang digunakan adalah wawancara tatap muka secara perorangan antara petugas dan calon kelayan untuk mendapatkan data yang konkrit. Para petugas mengumpulkan para calon kelayan untuk diseleksi. Petugas melaksanakan observasi dan wawancara untuk menggali sumber-sumber kemampuan, kemauan serta persyaratan menjadi penerima pelayanan defenitif. Selanjutnya dilakukan Seleksi Administrasi dan yang terakhir penentuan kelayan secara defenitif.

Setelah kegiatan pendekatan awal selesai dilanjutkan dengan kegiatan Penerimaan. Kegiatan ini sesuai rencana dilaksanakan pada bulan Februari. Tujuan kegiatan ini untuk pendataan calon agar dapat kelayan defenitif dengan kelengkapan administrasi juga tersedianya informasi yang menyeluruh tentang kondisi objektif kelayan. Metode yang digunakan pada kegiatan penerimaan ini juga dengan wawancara secara langsung dan pencatatan kedalam buku register. Ketika ditanya seorang kelayan yang tidak melengkapi foto dan surat kesehatannya mengaku kalau informasi tentang pembinaan di panti baru mereka dapat dari seorang pengurus organisasi sosial didaerahnya, “aku baru dapat informasi pelatihan ini dua hari yang lalu dari seorang pengurus Organisasi sosial di kampung. Jadi ngurus surat-surat itu

semua seharian karena takut terlambat, langsung aja tembak ke sini” katanya . Syarat-syarat calon kelayan pada Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan adalah :

Pelayanan Kovensional :

1. Anak remaja (laki-laki) umur 14 s/d 24 tahun. 2. Eks pengguna Narkoba/Napza.

3. Berbadan sehat, tidak cacat dan tidak mengidap penyakit menular, dinyatakan dengan surat keterangan dokter rangkap dua.

4. Surat permohonan dari orang tua/wali agar anaknya bisa diterima untuk mengikuti program Rehabilitasi Sosial di Panti.

5. Sanggup dan bersedia mentaati peraturan dan tata tertib yang diterapkan di PSPP Insyaf Medan, dan bersedia mengganti rugi barang inventaris kantor yang dengan sengaja dirusak.

6. Menyediakan pas photo terbaru berwarna ukuran 3x4, 3 lembar.

7. Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah tentang Status Kependudukan.

8. Meyerahkan photo copy KTP orang tua/ Wali 2 lembar. 9. Meyerahkan photo copy Ijazah/ STTB terakhir 2 lembar. 10.Diantar langsung ke panti oleh:

a.Orang Tua/ Wali b.Keluarga terdekat c.Karang taruna

11.Membawa perlengkapan/ peralatan seperti : Sepatu, Sandal, Ember plastik, Cangkir besar tertutup, Seprei dan pakaian olahraga.

12.Program pelayanan dan rehabilitasi sosial di PSPP Insyaf Medan dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember. 13.Tidak menyediakan uang harian/ uang saku bagi kelayan.

Pelayanan Rehabilitasi Terpadu

1. Korban Penyalahgunaan Narkoba/Napza tidak dalam keadaan Intoksikasi (keracunan), tidak menderita gangguan kejiwaan (Dual Diagnosa).

2. Korban dalam keadaan putus obat/ Withdrawal tanpa komplikasi (khusus untuk penyalahgunaan heroin dan derivobnya).

3. Korban tidak mengalami komplikasi penyakit (jantung, patu-paru, hepatitis, HIV/AIDS).

4. Sanggup dan bersedia mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di PSPP Insyaf Medan.

5. Surat permohonan dari orang tua/wali agar anaknya bisa diterima mengikuti Program Rehabilitasi Terpadu.

7. Surat keterangan dari Kepala Desa/ Lurah yang menyatakan tentang status kependudukan.

8. Orang tua/Wali berkewajiban memberikan dana untuk kebutuhan resident/kelayan, Panti hanya menyediakan makan, penginapan, perawatan kesehatan ringan, perlengkapan mandi, cuci dan fasilitas pendukung program.

9. Korban diantar melalui proses reveral/ rujukan dari RSKO/ RSJ/ Poliklinik Narkoba jika korban sudah mendapat pelayanan Detoksifikasi maka bisa diantar langsung oleh :

a.Orang tua /wali b.Karang Taruna/ PSM c.POLRI

d.Keluarga terdekat

e.Organisasi Sosial/ LSM dan Lembaga Pemasyarakatan (LP)

Dari hasil penelitian bahwa kelemahan yang paling menonjol pada kegiatan rekruitmen dan seleksi yang dilakukan adalah diterimanya calon kelayan yang sudah mengalami gangguan jiwa berat dan ditempatkan di kelas rehabilitasi terpadu. Kehadiran kelayan yang sudah gila ini, tentu mengganggu kelancaran program yang berjalan dalam keseharian di rehabilitasi terpadu . Dari informasi yang didapat, penerimaan kelayan (resident) untuk pelayanan rehabilitasi terpadu setiap saat selalu dibuka, tidak ditentukan waktunya seperti kelas konvensional yang pendaftarannya dimulai awal tahun anggaran. Informasi terakhir dari seorang kelayan senior

rehabilitasi terpadu mengatakan dengan penerimaan yang tidak tentu ini berakibat negatif terhadap program, “karena penerimaan yang tidak tentu, dapat menghambat program kita, lihatlah….yang dua orang itu bingung terus karena ia baru masuk,.gak mungkin kita mulai dari awal lagi, ya bisa program gak siap-siap sampai satu tahun ini” kata seorang residen senior yang sekaligus sudah jadi pembina di kelas terpadu. Kemudian pencatatan atau rekomendasi dari pimpinan, petugas kegiatan terdahulu yang terkait dan pencatatan dalam buku induk penerimaan.

Setelah kegiatan Penerimaan selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan Assesment. Kegiatan yang dilakukan oleh petugas panti/pekerja sosial pada Assesment ini adalah menyelusuri dan mengungkap latar belakang keadaan kelayan, ”…dalam assessment dilakukan pengungkapan latar belakang dan keadaan kemudian pengidentifikasian masalah” kata Bu Lisken (Kepala Seksi Perencanaan dan Advokasi Sosial. Kemudian melaksanakan test pemeriksaan kesehatan fisik, mental sosial, psikologis dan keterampilan kemudian menganalisa seluruh hasil pemeriksaan fisik, mental sosial dan keterampilan. Selanjutnya membuat diagnosa permasalahan yang dihadapi kelayan dan yang terakhir menetapkan jenis keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat kelayan. Metode yang digunakan pekerja sosial pada kegiatan ini adalah Metode wawancara dan observasi.

Dari hasil penelitian pada saat test psikologi yang dibuat oleh psikolog kepada kelayan, tergolong sangat sulit. Pada waktu itu penulis melihat penghitungan angka-angka dengan deret matematika itu kelihatannya sangat sulit dikerjakan oleh

para kelayan, apalagi mereka yang hanya tamat dari SD dan SLTP. Bahkan yang tamat dari SLTA-pun penulis amati tidak semua mampu menghitung sosal-soal yang dibuat psikolog tersebut karena angka-angka yang digunakan pada materi tentang deret matematika itu angka-angka yang besar dan harus menggunakan rumus-rumus yang susah dicari. Selain soalnya yang sulit pada waktu itu juga test yang dilakukan di-press (dipaksa harus siap) satu harian sehingga banyak kelayan yang jenuh dan cepat bosan. Empat materi dengan jumlah setiap materi yang cukup banyak yang harus dikerjakan kelayan dalam satu hari sungguh sangat membosankan.

Dengan waktu istirahat yang singkat mereka seakan memaksa diri untuk megerjakan soal-soal tersebut. Saat ditanya salah seorang staf pada saat assessment itu mengakui sulitnya soal yang diujikan, “memang soal yang dibuat ini cukup sulit, lihatlah… mereka sudah pada lagi kejenuhan makanya bayak yang permisi dari tadi, tapi bagaimana mau dibilang sudah seperti itu mungkin materi mereka, kita lihat ajalah dulu” katanya dengan pasrah. Sebetulnya para psikolog sudah mengetahui latar belakang semua kelayan dari angket yang sudah diisi sebelumnya. Namun tidak tahu kenapa masih memberikan soal-soal seperti itu.

Setelah Assesment selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan Case conference. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membahas kondisi kelayanan secara konfrehensif dan merumuskan program yang sesuai dengan kondisi objektif kelayan. Berdasarkan rencana operasional Seksi Rehabilitasi sosial bahwa kegiatan itu dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2007. Kemudian pada bulan Maret itu juga dilanjutkan dengan kegiatan Penempatan Dalam Program. Adapun kegiatan yang

dilaksanakan adalah pengarahan file data kelayan dan hasil sidang kasus kepada tim Rehabilitasi Sosial, memperkenalkan dan menyerahkan kelayan kepada team Rehabilitasi Sosial, dan penempatan pada program yang sesuai dengan kondisi obyektif kelayan sesuai dengan hasil sidang kasus. Metode yang digunakan pada saat itu adalah metode pengelompokan (kelompok keterampilan dan asrama). hasil yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut adalah kelayan ditempatkan sesuai dengan potensinya dan kelayan ditempatkan sesuai dengan kebutuhannya. Dari hasil penelitian yang lalu bahwa pihak panti dalam pelaksanaan kegiatan penempatan dalam program ini mengalami banyak hambatan. Sehingga kegiatan ini diundur hingga pada awal April tahun 2007. Ketika ditanya seorang staf mengaku kalau terlambatnya kegiatan itu adalah kesalahan dari seksi rehabilitasi sosial, “kegiatan terus diundur-undur itu karena lambatnya dari Rehabilitasi Sosial, gak tau lagi entah… gimana ini” katanya.

Setelah kegiatan penempatan dalam program selesai maka dilanjutkan dengan kegiatan pembinaan dan bimbingan. Kegiatan pembinaan dan bimbingan ini direncanakan mulai bulan Maret s/d Desember sudah harus selesai. Adapun bimbingan yang pertama dilaksanakan adalah Bimbingan fisik. Bimbingan fisik terdiri dari beberapa jenis kegiatan antara lain: Baris berbaris, Senam Kesegaran jasmani, Senam pernapasan, Olah Raga Permainan, OPSIH (K3), Kebersihan Diri dan Lingkungan, Pemeriksaan Kesehatan (Medical Chek Up) dan pemahaman tentang gizi. Untuk kegiatan baris-berbaris yang diajar/ dilatih oleh Bapak Nimbangsa (Staf Seksi Rehabilitasi Sosial) cukup menunjukkan hasil yang baik. Hal

itu tercermin dari pelaksanaan kegiatan Apel pagi yang nampak terlihat barisan para kelayan rapi dan teratur. Kebersihan diri dan lingkungan memang cukup ditekankan pihak panti kepada semua kelayan, tentang hal kebersihan ini memang patut diacungkan jempol. Termasuk kebersihan lingkungan merupakan sesuatu yang patut dibanggakan karena kegiatan gotong royong itu merupakan kegiatan yang terus ditingkatan di panti ini. semangat gotong royong itu sudah mulai tumbuh pada diri semua kelayan. “ya itu harus terus ditingkatkan supaya mereka mampu mandiri”ungkap bapak Martua Manik . Metode yang digunakan pada kegiatan bimbingan fisik ini adalah metode pendekatan formal dan pendekatan informasi.Selain mengorientasikan bimbingan fisik mereka juga diberikan bimbingan mental keagamaan. Tujuan dari bimbingan ini adalah agar tumbuh dan pulihnya kondisi mental/spritual kelayan sehingga dapat mengikuti kegiatan dan dapat hidup normal sebagaimana mestinya dalam kehidupan masyarakat. Metode yang digunakan saat kegiatan ini adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pengajian, kebaktian dan gereja.

Dari hasil pengamatan penulis kegiatan Bimbingan Keagamaan ini memang sangat bermanfaat diberikan pada kelayan. Karena pada umumnya hasil penelitian bahwa mereka itu orang yang sangat jarang melakukan kegiatan-kegiatan tesebut sebelumnya. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang Staf yang pengajar keagamaan mengatakan bahwa cukup banyak perubahan yang terjadi pada diri kelayan setelah mengikuti bimbingan itu, “ya….bimbingan seperti ini dapat membuat

mereka semakin dapat mengendalikan diri terhadap hal-hal yang tidak baik, kita lihat selama ini, kan…..cukup banyak perubahan pada diri mereka ”kata beliau.

Bimbingan sosial juga menjadi bagian dari pelayanan yang diberikan kepada kelayan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan kedewasaan berfikir serta fungsi dan peranan sosial maupun tanggungjawab moral kelayan serta pengembangan kepribadian dan kemampuan dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan keluarga serta anggota masyarakat lainnya. Adapun metode yang digunakan pada kegiatan bimbingan sosial ini adalah metode proses belajar mengajar dalam kelas, konseling, dinamika kelompok, dan group-group TC.

Pada bimbingan sosial semua kelayan selalu dibiasakan untuk menggunakan istilah- istilah bahasa asing, di satu sisi kalau penggunaan istilah-istilah bahasa asing ini adalah suatu keunggulan tersendiri dari kelayan PSPP Insyaf dan seluruh Pihak Panti. Karena hal itu merupakan wujud dari kesiapan dan persipan mereka sesuai tuntutan zaman agar mampu nantinya diterima dan mampu bersaing di masyarakat. Namun di sisi yang lain penggunaan bahasa/ istilah asing ini dapat memperlambat pemahaman sebagian kelayan untuk menerima setiap materi bimbingan yang diberikan oleh Pekerja sosial, karena dari hasil wawancara bahwa latar pendidikan pada umumnya kelayan lebih banyak dari tingkat SLTP, bahkan ada dari SD, “mereka lebih banyak dari tamatan SLTP dan ada beberapa orang dari SD” kata seorang Ibu Pekerja Sosial. Dari pengamatan, yang menjadi kelemahan dari bimbingan sosial ini adalah kurang diberinya ruang dan kesempatan kepada para kelayan untuk menyampaikan aspirasi, saran dan kritik yang sifatnya evaluasi kepada para pekerja sosial. Hal itu

juga diperkuat oleh keluhan beberapa orang kelayan saat diwawancara beberapa waktu lalu. Seorang kelayan mengaku kurang puas dengan keputusan dan sikap Pekerja sosial yang kurang bijaksana dalam menangani persoalan, “apa yang dibilang Ibu itu walaupun salah selalu dipertahankan. Kami jadi malaslah ngomong. Gak ada gunanya soalnya gak ditanggapi” Jawabnya dengan nada kecewa. Selain melaksanakan bimbingan-bimbingan yang lain kelayan juga diberikan Bimbingan Keterampilan. Adapun uraian kegiatan yang dilakukan pada saat bimbingan keterampilan ini adalah membagi kelayan dalam kelompok jenis keterampilan sesuai dengan bakat dan minat kelayan, selanjutnya memberi pengarahan yang bersifat teoritis, kemudian mengadakan praktek keterampilan sesuai dengan pilihan kelayan, mempelajari dan mencatat perkembangan kemampuan dan yang terakhir mengadakan testing/ ujian. Metode yang digunakan pada saat bimbingan keterampilan ini adalah metode pelatihan keterampilan sesuai dengan keterampilan minat dan bakat kelayan meliputi teori dan praktek. Kemudian Metode pembekalan materi pendidikan formal. Hasil temuan dan wawancara bahwa kelayan kebanyakan menginginkan untuk masuk ke dalam jurusan Roda 2, “Kami lebih banyak milih ke mesin roda dua bang, karena roda dua ini sudah cukup banyak beredar”katanya. Namun sesuai dengan hasil test yang dilakukan petugas saat assessment kemarin banyak yang tidak memungkinkan untuk ditempatkan di jurusan roda dua itu. Memang roda dua (kreta) dari segi kuantitas lebih banyak beredar di masyarakat, sehingga untuk kebutuhan perbaikan punya peluang besar,untuk itulah pihak panti harus menyusun strategi mempersiapkan kelayan agar tidak kalah saing di dunia kerja nantinya.

Setelah selesai Bimbingan keterampilan tersebut maka dilanjutkan dengan Praktek Belajar Kerja. Sesuai rencana kegiatan ini dilaksanakan pada bulan September s/d November. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan klien agar dapat kembali ke dalam kehidupan masyarakat dengan mempraktekkan apa yang telah diperoleh selama rehabilitasi. Kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial dan staf seksi rehabilitasi sosial pada saat praktek ini adalah menyusun jadwal pelaksanaan, melakukan penjajakan lokasi, mengantarkan kelayan, melakukan supervisi, dan monitoring/ evaluasi kegiatan. Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah Metode observasi, dan metode praktek belajar kerja dalam perusahaan/ bengkel sesuai dengan jenis keterampilannya, salah seorang staf mengakui, “susah nyari tempat praktek anak-anak ini, Ibu sudah pengalaman tahun yang lalu, untunglah waktu itu masih ada beberapa bengkel yang mau menerima anak-anak kita ini,sempat gak ada kan…. kasihan , padahal banyak bengkel-bengkel di kota Medan ini”. Setelah kegiatan-kegiatan bimbingan dan praktek kerja lapangan ini selesai biasanya pihak panti meyelenggarakan Widya Wisata. Kegiatan ini direncanakan bulan Desember . Adapun yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah agar kelayan dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan kelayan mendapat wawasan, pengetahuan dan keterampilan hidup dimasyarakat. “widya wisata itu hampir tiap tahun dilakukan ,karena anggaran dananya kan sudah ada. Tahun semalam selesai praktek anak- anak dengan kami langsung berangkat. kegiatan itu kan sekedar rekreasi untuk menghilangkan kejenuhan anak-anak.Bosan lho kalau hanya di panti ini terus kami juga sangat merasakan itu”selain untuk menghilangkan kejenuhan itu kan dapat

menambah wawasan, pengetahun dan keterampilan bagi anak-anak agar tidak kaku jika terjun ke masyarakat” Penyelenggaraan Widya wisata itu merupakan salah satu bentuk pelayanan rekreasi bagi kelayan dan juga staf panti.

Setelah kegiatan Widya Wisata selesai maka dilanjutkan dengan Resosialisasi re-Integrasi Sosial. Kegiatan ini juga direncanakan pada bulan Desember . Kegiatan yang dilakukan para staf sebelum dan setelah kegiatan ini berlangsung adalah menentukan materi serta pra sarana bimbingan kesiapan keluarga, lingkungan dan peran serta masyarakat. Selanjutnya menghubungi keluarga, lingkungan sosial kelayan agar siap menerima eks kelayan kembali. Dan yang terakhir adalah melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada pimpinan dan tembusannya kepada pejabat struktural yang bersangkutan. Setelah itu barulah dilakukan penyaluran. hasil yang ingin dicapai dari kegiatan penyaluran in adalah instansi terkait/ LSM/ dunia usaha agar dapat mendukung upaya menerima kelayan setelah selesai menjalani program dan kelayan dapat diterima oleh keluarga, dunia usaha maupun dunia pendidikan. Metode yang digunakan pada kegiatan in adalah metode konsultasi dan metode kunjungan ke lapangan. Kemudian barulah dilaksanakan Pembinaan lanjut yang direncanakan pada bulan Mei tahun 2008 . Pada tahapan ini tidak lagi berada di lembaga, tetapi sudah disalurkan ke masyarakat, selama lebih kurang dua tahun mereka masih tetap dikontrol pihak lembaga. Kegiatan dalam bimbingan lanjut yang dilakukan adalah sebagai berikut :

- Bimbingan peningkatan peran serta bekas kelayan pada kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan

- Pemberian bantuan dan bimbingan pengembangan usaha ekonomis produktif - Bimbingan pemanfaatan usaha/kerja/sekolah

Diharapkan setelah menjalani bimbingan lanjut ini akan terlihat hasil/ out put. Bekas korban narkotika dan obat-obat berbahaya dan minuman keras itu sudah menjadi manusia yang :

- Sehat jasmani dan rohani

- Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

- Tumbuh dan berkembang dengan masa depan yang baik

- Berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan.

Adapun tujuan dari bimbingan lanjut ini adalah mantapnya kesembuhan dan kepulihan kelayan, menjaga kelayan agar tidak kambuh dengan membina lingkungan keluarga dan masyarakat menjadi lingkungan yang menguntungkan bagi pemantapan sosial kelayan serta mengusahakan terciptanya suasana keluarga dan masyarakat yang bebas narkoba/napza. Metode yang digunakan pada kegiatan pembinaan lanjut ini adalah Metode kunjungan rumah, surat menyurat, telepon, relapse prevention dan metode program Aftercare. Dari hasil penelitian bahwa untuk pelaksanaan pembinaan lanjut ini Panti Insyaf sangatlah memerlukan tenaga-tenaga tambahan. Padahal dengan jumlah pekerja sosial dan staf lain yang cukup terbatas tentunya kegiatan ini akan sulit dilakukan. Apalagi pada bulan Mei tersebut pelayanan terhadap kelayan yang baru berikutnya masih terus berjalan dari tahun ke tahun.

Setelah 6 bulan kemudian yaitu pada bulan juni tahun 2008 nanti barulah dilakukan Terminasi (Pemutusan hubungan) dengan mantan kelayan. Metode yang

digunakan pihak panti pada kegiatan terminasi ini adalah metode kunjungan rumah dan metode surat menyurat, pihak yang menjadi sasaran pada kegiatan ini adalah eks kelayan, orang tua/ keluarga, pengusaha dan organisasi sosial/ lembaga swasta/ pemerintah/ LSM.“memang banyak kendala yang kami hadapi dalam pelaksanaan kegiatan terminasi ini, apalagi kami pada bulan Juni ... masih aktif melaksanakan bimbingan kepada kelayan, ya tahun depan seperti ini lagi… akan ada kelayan yang baru yang akan kami bina di panti ini. nyari-nyari keluarganya lagi nanti, pokoknya

Dokumen terkait