• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SIMALUNGUN DI DESA SARIBUDOLOK DAN GAMBARAN UMUM UPACARA ADAT

B. Adat perkawinan anak perempuan (horja adat palaho boru)

3.2 Isi Tek s dan Makna Lagu Eta Mangalop Boru Cipt : Taralamsyah Saragih

3.2.3 Isi Teks dan Makna Lagu Tolu Sahundulan Lima Saodoran Cipt : Lamser Girsang

Voc : Arghana Trio

Sanina pangalopan riah. Jongjong nasiam ase riap hita manortor

Riap ma hita mangembas manortor. Mangalo-alo haganupan sindohorta Tondong pangalopan podah Roma nasiam ase roh hanami marsombah Podahi naiam hanami nalepak Ulang malembang humbai adat Simalungun

Saudara tempat bermusyawarah, beridilah agar sama-sama kita menari Sama-sama kita menari. Menyambut semua kerabat kita

Tondong pemberi nasihat Datalah kemari agar datang kami menyembah

Nasihati kami di setiap kekurangan kami. Jangan menyimpang dari adat Simalungun

Nasiam panggual nami Gual nasiamma gonrang in

Ase manortor, hanami on, namarsanina, Janah martondong, maranak boru Ase manortor, hanamion, namarsanina, Janah martondong, maranak boru.

Kalian pemusik kami Bunyikanlah gonrang itu Agar menari, kami ini, yang bersaudara, Yang bertondong, begitu juga marboru Agar menari, kami ini, yang bersaudara, Yang bertondong, begitu juga marboru

Boru pangalopan gogoh. Roh ma nasiam ase roh hanami mangelek Hobaskon nasiam ganupan horjata. Ulang tarbador hita on bani pestata Tondong pangalopan podah. Rohma nasiam ase roh hanami marsombahh Podahi nasiam hanami na lepak.Ulang manlembang humabi adat Simalungun Boru sumber kekuatan. Datanglah agar datang kami

Selesaikanlah semua pekerjaan kita. Jangan termalu kita pada pesta ini Tondong pemberi nasihat. Marilah agar datang kami menyembah

Nasihati kami setiap yang kurang. Jangan menyimpang dari adat Simalungun Nasiam panggual nami Gual nasiamma gonrang in

Ase manortor, hanamion, namarsanina, Janah martondong, maranak boru Ase manortor, hanamion, namarsanina, Janah martondong, maranak boru Saudara pemusik kami. Bunyikanlah gonrang itu

Agar menari, kami ini yang bersaudara Yang bertondong, begitu juga marboru Agar menari, kami ini yang bersaudara Yang bertondong, begitu juga marboru Boru pangalopan gogoh. Roh ma nasiam ase roh hanami mangelek

Hobaskon nasiam ganupan horjata. Ulang tarbador hita on bani pestata Boru pemberi kekuatan. Marilah agar datang kami membujuk

Selesaikanlah semua pekerjaan kita. Jangan termalu kita pada pesta ini

Makna lagu ini merupakan gambaran struktur sosial masyarakat Simalungun.

Struktur sosial masyarakat Simalungun berbentuk segilima (pentagon) sehingga disebut dengan „Struktur Sosial Pentagon’ yaitu Tolu sahundulan Lima Saodoran.

Sistem kekerabatan orang Simalungun didasarkan azas Patrilineal, yakni relasi kekerabatan yang disusun berdasarkan garis keturunan berdasarkan ayah. Azas tersebut dalam masyarakat Simalungun menjelma pada konsep kemasyarakatan tolu sahundulan dan lima saodoran. Konsep ini mengikat langsung lima keluarga (kerabat) dekat sebagai satu kesatuan yang utuh dan erat untuk menopang kehidupan sosialnya. Kelima unsur tersebut adalah tondong, sanina, boru, tondong ni tondong dan boru ni boru (boru mintori). (Sumber : Erond L. Damanik, 2016)

Begitu sentralnya kedudukan unsur pembangunan struktur pentagon ini pada masyarakat Simalungu, melahirkan etika-etika dan norma-norma pergaulan, sistem pemanggilan dan tatanan adat sebagai dasar terbentuknya keteraturan sosial. Struktur sosial itu menjadi pormasi awal terbentuknya sistem sosial masyarakat Simalungun yang lebih luas.

Unsur perilaku dan tindakan sosial yang dilakukan juga berbeda, misalnya unsur tondong dan tondong ni tondong karena perannya dalam „proses kesuburan‟

yakni dengan memberikan anak gadis (anakboru) sebagai istri dalam proses regenarasi (melangsungkan keturunan), maka posisi sosialnya ditempatkan diderajat yang lebih tinggi. Ia disebut sebagai pangalopan podah (tempat meminta nasihat dan saran). Dengan demikian, sikap yang harus dilakukan kepada pihak tondong adalah sombah martondong ( menyembah tondong).

Demikian pula sanina yakni saudara satu klan dianggap sebagai klan terdekat dari tondong, maka posisi sosialnya harus mengambil tempat di sebelah kanan dari tondong. Unsur sanina pada masyarakat Simalungun disebut sebagai pangalopan riah atau tempat musyawarah. Oleh karena itu, sikap yang dilontarkan pada unsur ini adalah pangkei marsanina (hormat pada saudara). Terakhir adalah boru dan boru ni boru adalah unsur penting dalam menopang keluarga inti. Oleh karena itu, tanggung jawab keluarga dalam perhelatan adat berada di tangan unsur boru dan boru ni boru.

Unsur ini disebut dengan pangalopan gogoh atau sumber daya fisik. Oleh karena itu, etika dan sikap terhadap boru dan boru ni boru ini adalah elek marboru (membujuk boru).

Lagu ini menceritakan tentang struktur sosial masyarakat Simalungun, ditengah-tengan upacara adat Simalungun. Pihak pembuat pesta (hasuhutan bolon) dalam mengadakan upacara adat mengajak Sanina ( saudar satu klan) untuk berdiri dan menari bersama. Dan melakukan tarian sebagai tanda kehormatan kepada pihak saninanya. Demikian juga kepada Tondong, pihak hasuhutan bolon (pembuat pesta) menari bersama dengan tondong, sebagai tanda kehormatan terhadap tondong.

Lagu ini menjelaskan bahwasanya dalam upacara adat di Simalungun tidak pernah lepas dari hagualan Simalungun (Gendang Simalungun. Dalam pelaksanaan upacara adat Simalungun, panggual (pemusik) sangat tinggi kedudukannya.

Masyarakat Simalungun mempercayai “mangalop tuah ni gondang” artinya menjemput pembukaan gendang, dengan cara menyuguhkan sirih kepada panggual (pemusik) untuk memulai gendang. Setelah itu, pihak hasuhutan bolon (

penyelenggara pesta) menari bersama beserta seluruh kerabat sanina, tondong maupun boru.

Setiap kerabat yang datang maupun hadir diupacara tersebut, diajak menari bersama dengan pihak pembuat pesta. Bahwasanya setiap mereka yang datang juga ikut merasakan suka cita yang dirasakan oleh pihak pembuat pesta. Dengan menenari bersama, sebagai tanda ucapan terimaksih pihak pembuat pesta kepada kerabat yang datang, dimana telah bersedia dan memberikan waktu untuk ikut memeriahkan upacara adat tersebut.

Lagu ini menjelaskan bahwasanya dalam suatu acara adat Simalungun, boru itu dianggap sebagai sumberdaya manusia, posisi sentral dalam keberhasilan penyelenggaraan kerja adat. Untuk mendukung kelancaran kegiatan boru merupakan unsur penting dalam menopang keluarga inti. Karena posisinya yang sentral itu, maka boru harus dibujuk, dirayu dan disanjung (elek marboru). Oleh karena unsur itulah boru disebut sebagai pangalopan gogoh ( sumber daya fisik).

Begitu juga halnya dengan unsur Tondong, karena perannya dalam „proses kesuburan‟ yakni dengan memberikan anak gadis (parboru) sebagai istri dalam proses regenerasi (melangsungkan keturunan), maka posisi sosialnya ditempatkan pada derajad yang lebih tinggi. Ia disebut sebagai pangalopan podah (penjemputan nasehat). Dengan demikian, sikap yang harus dilakukan pada pihak tondong adalah sombah martondong (menyembah tondong).

Sebagai tanda kehormatan dan terimaksih pembuat pesta pada boru serta tondong, maka diarahkanlah pihak boru serta tondong untuk menari bersama.

Bergembira bersama telah diadakannya pesta tersebut. Dengan menari bersama, semua kerabat merasakan sukacita dan kebahagiaan yang pihak pesta rasakaan.

3.2.4 Isi Teks dan Makna Lagu Ampang Na Opat

Dokumen terkait