• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.4 Telaah Isi dan Pesan Naskah

3.4.1 Isi Naskah

Halaman 1

Penulis syair memulai dengan Bismillah yang diberi iluminasi, kemudian penulis mengungkapkan pujian kepada Allah disertai salawat kepada Rasulullah. Penulis naskah ini menyampaikan kepada pembaca bahwa naskah ini sangat baik sekali untuk dibaca, karena naskah ini banyak mengandung nasihat-nasihat, pelajaran dan pandangan agama. Banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik dari naskah ini, khususnya kepada ibu bapak yang anaknya telah meninggal sewaktu kecil.

Ibu bapak yang anaknya telah meninggal dunia hendaklah membaca

al-ḥamdulillāhi, innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn, karena sesungguhnya segala yang ada di dunia ini adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Lepaslah kepergian seorang anak dengan sabar dan penuh keikhlasan, menyadari sesungguhnya bahwa anak adalah kepunyaan Allah dan Allahlah yang berkuasa atas segalanya.

Halaman 2

Naskah pada halaman kedua ini adalah lanjutan dari pembukaan syair atau pengantar dari pengarang yang ditujukan pada pembaca buku Syair Kanak-Kanak dalam Syurga ini. Naskah ini juga berisi tentang pandangan agama, bagaimana azab dan siksaan di Padang Mahsyar dan azab Allah di neraka kelak, juga nikmat Allah di dalam syurga yang dapat menyenangkan kehidupan manusia di akhirat. Pengarang menyebutkan pada akhir naskah ini sengaja ditambah beberapa hadist

tentang ruh anak yang sudah meninggal dan beberapa ayat al-Qur’an mengenai kesabaran dan hakikat sifat sabar itu.

Halaman 3

Pada halaman ini diungkapkan syair nasihat, bahwa kematian seorang anak itu bukanlah bentuk dari penyiksaan Allah kepada hamba-Nya, melainkan tanda kasih sayang Allah yang bersifat Rahman.. Ruh anak-anak yang telah meninggal dunia itu akan terus ke syurga dan selalu berdo’a. Mereka selalu meminta kepada Allah agar kelak orang tua mereka bisa dimasukkan ke dalam syurga.

Manusia yang bisa menerima takdir Allah dengan ikhlas dan sabar maka di akhirat nanti Allah akan beri balasan syurga-Nya. Allah akan berikan pahala yang berlipat ganda dan kemuliaan kepada orang-orang yang bersifat sabar, dan Allah akan selalu bersama orang-orang yang sabar dan ikhlas dalam menghadapi segala cobaan dan ujian. Bersifat sabar itu adalah tuntunan iman, yang wajib dimiliki oleh setiap insan. Segala yang hidup di dunia ini pasti akan mati.

Halaman 4

Penulis syair menjelaskan bahwa, Allah itu berkuasa dalam segala hal. Janganlah pernah manusia berbuat durhaka, karena Allah tidak menyukai orang-rang yang durhaka. Manusia harus selalu ingat bahwa ajal pasti akan datang. Semua orang pasti akan kembali kepada-Nya. Jangan pernah tergoda dengan kenikmatan dunia, karena itu hanyalah sementara dan jangan lupa beramal untuk dirinya.

Orang-orang yang memiliki sifat sabar akan mendapatkan rahmat yang tiada henti-hentinya. Sifat sabar merupakan pahala yang tinggi nilainya. Allah telah menjanjikan surga kepada orang-orang yang selalu bersifat sabar. Musuh dari setiap hamba adalah iblis dan syetan. Mintalah selalu perlindungan hanya kepada Allah. Nabi bersabda, jika seseorang sedang mendapatkan musibah, maka

Allah. Baca Al-Quran dengan khusuk diiringi dengan do’a selamat agar hati terasa tenteram.

Halaman 5

Penyair menerangkan bahwa Allah akan memberikan ketenangan bagi orang-orang yang selalu berserah diri kepada Nya. Pikiran yang kacau akan Allah tenangkan, yaitu dengan mengamalkan shalat malam (tahajud) di malam sunyi menjelang fajar berulang-ulang kali. Perasaan yang sedih Allah hapuskan, hati yang sempit akan Allah lapangkan. Orang-orang yang selalu mengerjakan perintah Allah akan mendapatkan pahala yang besar. Wajahnya selalu berseri gembira, tidak mudah digoda oleh iblis dan syetan. Itulah tanda-tanda orang yang bertaqwa.

Kematian anak-anak itu adalah suci, malaikat akan mencabut nyawanya dengan sangat berhati-hati, sehingga anak-anak itu tidak merasakan sakit sedikitpun. Setelah ruh anak-anak itu dibawa pergi, malaikat akan menunggu perintah dari sang Ilahi untuk membawanya ke dalam syurga.

Halaman 6

Pada halaman ini penyair mengungkapkansyurga adalah tempat terindah yang Allah siapkan untuk hamba-Nya yang bertaqwa. Di sana terdapat buah-buahan yang lezat, beraneka ragan buah yang disebutkan seperti anggur, durian, rambutan, mangga, jeruk, manggis, menandakan segala buah-buahan di dunia akan ada di syurga kelak. Makanan dan minuman yang cukup, sungai dengan air yang jernih serta keindahan pasirnya bak mutiara yang bertaburan, burung-burung yang beterbangan dan taman bunga yang indah. Semua kenikmatan syurga tidak ada tandingannya. Orang yang menerima dengan ikhlas dan sabar semua takdir Allah, maka syurgalah balasan yang Allah janjikan.

Halaman 7

Penyair mengisahkan tentang ruh anak-anak yang terus ke syurga, mereka akan hidup bahagia di sana. Apapun yang mereka minta ada di sana, mereka

bermain bersama-sama. Namun demikian, anak-anak selalu rindu kepada orang tuanya. Mereka selalu bertanya-tanya, dimanakah orang tua mereka sekarang? sudah terlalu lama mereka berpisah.

Anak-anak selalu berdoa kepada Allah agar hari kiamat cepat datang, karena pada saat itulah mereka bisa bertemu dengan ayah dan ibunya. Anak-anak itu ragu apakah ayah bunda mereka akan masuk syurga? Maka dari itu mereka juga berdoa agar orang tua mereka dimasukkan Allah ke dalam syurga, mereka akan merasa sedih jika orang tuanya masuk ke dalam neraka. Di balik semua itu Allah telah memerintahkan jibril agar menemui malaikat Ridwan penjaga syurga supaya melakukan sesuatu untuk anak-anak itu.

Halaman 8

Pada halaman ini dikisahkan bahwa hari kiamat sudah tiba. Allah memberi perintah kepada Jibril untuk menyampaikan pada Ridwan penjaga syurga untuk mengeluarkan anak-anak dari dalam syurga. Jibril berkata : “anak-anak sekalian, keluarlah kalian dari dalam syurga!”. Anak-anak sangat gembira mendengar berita itu. Mereka segera mengisi air ke dalam kendi untuk diberikan kepada orang tua mereka nanti. Anak-anak segera bersiap-siap, mereka memakai segala perhiasan, cincin permata yang cantik dan memakai wangi-wangian. Anak-anak itu kelihatan berseri-seri, membayangkan akan bertemu dengan ayah dan ibu mereka.

Halaman 9

Penulis syair mengisahkan bagaimana anak-anak keluar dari dalam syurga, hendak mencari ayah dan ibunya. Tibalah anak-anak di padang mahsyar. Anak-anak masih bertanya-tanya, dimAnak-anakah gerangan ayah dan ibunya. Rasa rindu yang telah lama mereka pendam, mereka sudah tak sabar ingin bertemu kembali. Ketika anak-anak itu berjalan di Padang Mahsyar, mereka menemukan jalan bersimpang dua, yang kanan jalan menuju syurga, sedangkan yang kiri jalan menuju ke neraka. Disanalah mereka menunggu kedatangan orang tua mereka.

juga datang, digambarkan dengan kata: ”Lah putih mata kami memandang, urat leher terasa lah tagang, dimanalah ayah dan bunda sekarang”.

Halaman 10

Penulis syair menceritakan bahwa anak-anak mulai menangis tersedu-sedu, karena tidak juga bertemu dengan ayah dan ibu mereka, tak hentinya mereka memohon kepada Allah agar secepatnya bertemu ayah dan bundanya. Anak-anak teringat akan besarnya jasa ayah dan ibunya sewaktu ia masih hidup di dunia. Ibu selalu merawat mereka, memberi kasih sayang dan menjaga mereka dari bahaya sepanjang hari. Ayah yang selalu mencari nafkah untuk memberi mereka makan dan minum. Ayah dan ibu selalu berdoa setiap shalatnya, agar anaknya selalu diberi kesehatan dan umur panjang, agar anaknya menjadi orang yang berguna dan bisa merawat mereka ketika mereka sudah tua kelak. Ungkapan ini tertuang dengan untaian kata: “selalu mendoa’ sesudah sembahyang, setiap pagi setiap petang, diharapkan agar membalas guna, menjaga memelihara pabila lah nua, setelah besar membalas jasa, kepada kedua ibu dan bapa”.

Halaman 11

Pada halaman ini penulis syair mengungkapkan begitu besar harapan ayah dan ibu kepada anaknya. Namun Allah berkehendak lain. Allah telah mengambil nyawa anaknya ketika sang anak masih kecil. Tidak bisa diungkapkan kesedihan yang dirasakan ayah dan ibu mereka saat itu.

Sudah lama anak-anak menunggu di jalan bersimpang dua itu, tapi ayah dan bunda tidak juga datang. Anak-anak bertanya kepada Allah, berapa lama lagi mereka akan menunggu. Tidak lama kemudian lewatlah kaum satu rombongan berjalan di hadapan mereka. Anak-anak merasa senang dan gembira, mereka mengira bahwa itu adalah ayah dan ibunya. Mereka bertanya kepada kaum satu rombongan itu, “apakah ada diantara kalian ayah dan ibu kami?”. Anak-anak telah menyiapkan air di dalam kendi yang akan diberikan untuk pelepas dahaga ayah dan ibu mereka. Kemudian kaum itu menjawab, “ wahai kanak-kanak yang

jombang, yang kalian tunggu telah datang, kamilah ayah dan ibu kalian, janganlah kalian ragu”.

Halaman 12

Pada halaman ini penulis syair menceritakan bahwa kaum itu terus meyakinkan kepada anak-anak bahwa merekalah ayah dan ibunya, mereka tidak lupa akan cirri-ciri dan wajah anak mereka. Kaum itu kemudian meminta air yang sudah disiapkan anak-anak itu di dalam kendi, untuk pelepas dahaganya, karena matahari sangat panas saat itu, matahari yang berada satu jengkal di atas kepala, membuat kepala terasa akan pecah. Kaum itu tetap membujuk agar anak-anak memberikan air di dalam kendi itu.

Kemudian anak-anak berkata kepada kaum itu, “jika memang betul kalian ayah dan ibu kami, berilah kami keterangan yang pasti, kapan kami lahir dan kapan kami meninggal dunia? Siapa yang memandikan kami dan siapa pula yang mengantarkan kami ke liang lahat?” Anak-anak ingin mendengar jawaban dari kaum itu, jika mereka bisa menjawab berarti benar merekalah orang tua yang ditunggu anak-anak itu dan air pelepas dahaga akan diberi pada mereka.

Halaman 13

Pada halaman ini penyair menceritakan pula, kaum itu terdiam seketika mendengar pertanyaan dari anak-anak, mereka bingung karena tidak tahu jawabannya. Karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari anak-anak itu, maka kaum yang merupakan iblis dan syaitan itupun tidak mendapatkan air yang sudah dibawa oleh anak-anak di dalam kandi. Kaum itu lalu kembali melanjutkan perjalanan dengan rasa sedih dan kecewa. Anak-anak itu sedikitpun tidak merasa kasihan kepada iblis dan syaitan yang kehausan, biarlah mereka menerima azab Tuhan. Anak-anak itu kembali menunggu ayah dan ibunya di simpang jalan dua. Mereka bermohon pada Allah untuk mempertemukan mereka kepada ayah dan ibu mereka.

Halaman 14

Kemudian anak-anak kembali melihat satu rombongan lagi, mereka ini berjalan lambat karena kepayahan ditimpa terik matahari. Anak-anak terlihat sangat senang dan gembira. Mereka menatap rombongan itu dengan sangat hati-hati dan teliti, agar mereka tidak dibohongi untuk yang kedua kalinya. Setelah mereka melihat dengan cermat ternyata benar rombongan itu adalah ayah dan ibu mereka. Mereka langsung memeluk erat keduanya. Mereka segera memberi air minum di dalam kendi yang sudah mereka siapkan untuk pelepas dahaga ayah dan ibu. Ayah dan ibu langsung meminum air dalam kendi tersebut. Air itu sangat sejuk dan manis rasanya. Ayah dan ibu memandang anaknya sambil bercucuran air mata. Anak dicium dan dipeluk seerat-eratnya. Mereka saling melepaskan rindu, karena sudah lama tidak bertemu. Mereka teringat masa di dunia ketika dibedung dipangku ibunya.

Halaman 15

Pengarang menceritakan lagi, setelah saling melepaskan rindu, sang ibu mulai bercerita tentang kehidupannya setelah anak meninggal dunia. Setiap hari ibu selalu terbayang wajah anaknya, teringat saat anak masih di pelukan, seakan-akan anaknya hidup kembali, begitulah yang ayah dan ibu rasseakan-akan setiap harinya. Kemudian ayah dan ibu menanyakan kepada anak-anak darimana mereka mendapatkan semua pakaian dan perhiasan yang mereka pakai. Sebelum anak-anak menjawab pertanyaan ayah dan ibu, mereka terlebih dahulu menyampaikan isi hati mereka, menjelaskan bagaimana perasaan mereka semenjak berpisah dengan ayah dan ibu. Ayah, ibu dan anak-anaknya saling menceritakan suka duka perpisahan mereka.

Halaman 16

Setiap hari selalu terbayang kenangan bersama ayah dan ibu, tidak satupun yang mereka lupakan. Anak-anak selalu berdoa kepada Allah di setiap shalatnya, mereka selalu meminta agar bisa dipertemukan kembali dengan kedua orang

tuanya. Anak-anak menjawab pertanyaan ayah dan ibu tadi, pakaian dan perhiasan itu adalah pemberian dari anak bidadari.

Walaupun anak-anak mendapat pakaian dan perhiasan yang mewah, hal itu lantas tidak membuat anak-anak merasa bahagia. Anak-anak menceritakan bagaimana sakitnya mereka ketika ayah dan ibu menangisi kepergian mereka dahulu. Ketika jasad mereka sedang dimandikan, dan diantarkan sampai ke liang lahat, saat itu pula ibu meratapi kepergian mereka. Terdengar ratap tangis ibu, menangis tersedu-sedu. Melihat keadaan yang demikian anak-anak merasa sakit sekali, seakan-akan hati dan jantung mereka terbakar oleh bara api yang sangat panas.

Halaman 17

Begitu juga keadaan di syurga, meskipun di sana mereka hidup berkecukupan namun hati mereka tetap tidak tenang. Teringat tentang ayah dan ibu. Kehidupan mereka adalah sama, sama-sama menanggung rindu, sama-sama bersedih dan sama-sama berduka. Mereka saling bercerita satu sama lain menceritakan masa silam tentang apa yang mereka rasakan semenjak ditakdirkan Allah untuk berpisah.

Halaman 18

Pada halaman ini penulis syair memberikan sub judul yaitu Berhisab Dosa Pahala, dengan dihiasi iluminasi kanan dan kiri. Pengarang bercerita tentang perhitungan dosa dan pahala bagi semua insan. Segala sesuatu sudah ditakdirkan Allah, orang-orang yang sedang bahagia bersama anak-anaknya bisa saja Allah pisahkan, karena semua yang ada di dunia ini adalah milik-Nya, semua di bawah kuasa-Nya. Tetapi hal yang demikian itu bukanlah bentuk siksaan dari Allah, melainkan ujian yang Allah datangkan kepada orang-orang yang beriman. Mereka yang sabar menghadapi ujian dari Allah akan mendapatkan pahala yang besar.

miskin, kaya, hina maupun terhormat. Semua akan dikumpulkan untuk ditimbang dosa dan pahalanya. Jibril pun menjalankan perintah Allah, semua manusia ia kumpulkan dan tidak satupun ia kecualikan.

Bermacam-macam kejadian yang terjadi di Padang Mahsyar itu. Ada yang sedih ada yang gembira, orang-orang yang beriman akan senang hatinya. Orang-orang yang berdosa pasti akan ketakutan. Di sana umat manusia jalan berdesak-desakan, ada yang terhimpit ada yang terinjak, ada pula yang mukanya pucat dan cekung, perutnya busung dan membusuk. Itulah orang-orang yang tidak beruntung.

Halaman 19

Pada halaman 19 ini penulis syair menguraikan tentang manusia yang berbuat jahat dan maksiat ketika hidup didunia akan mendapat ganjarannya di akhirat kelak. Tak ada guna sebuah penyesalan ketika sudah sampai di Padang Mahsyar. Tidak seorangpun merasa kasihan melihat orang-orang yang banyak berbuat dosa, mereka mendapat balasan dari Allah, mereka terhimpit dan tertindih. Matahari hanya sejengkal di atas kepala, panasnya matahari sangat terasa di ubun-ubun kepala, sangatlah panasnya. Keringat yang bau mengalir ke seluruh badan, tidak ada satupun tempat untuk bersembunyi. Begitulah azab di Padang Mahsyar bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah sewaktu hidup di dunia. Semua itu hanya azab di padang mahsyar, belum lagi ‘azab di dalam neraka. Jauh lebih menyakitkan dan akan terus berulang sepanjang masa. Manusia yang durhaka di atas dunia sudah pasti akan masuk neraka dan yang ta’at kepada Allah sudah pasti tempatnya di Syurga. Padang mahsyar adalah tempat dihitungnya dosa dan pahala. Tidak ada satupun yang luput dari pandangan Allah. Sekecil atau sebesar apapun dosa dan pahala akan tetap diperhitungkan karena semuanya ada catatannya, maka mereka akan tetap mendapatkan balasan.

Halaman 20

Pada halaman ini penulis syair memberikan sebuah nasihat bahwa hidup di dunia hanyalah sementara, hanya sekejap mata, kebahagiaan di akhirat untuk

selama-lamanya, tiada batasnya.Maka selama hidup di dunia hendaklah sabar menghadapi ujian dari Allah, ikhlas menerima semua ketetapan Allah dan banyak melalukan ibadah, sekecil apapun kebaikan yang dibuat akan tetap diberi pahala, dan sekecil apapun kejahatan yang dilakukan tetap diberi ganjaran.

Penyair membandingkan kehidupan akhirat beratus kali lamanya dari kehidupan dunia. Jika sewaktu di dunia lalai dalam menjalankan ibadah, di saat mereka terlalu asyik dengan kehidupan di dunia, ajal pun datang tiba-tiba. Maka banyak mereka yang takut apakah mereka tertulis sebagai ahli neraka.

Setelah selesai perhitungan dosa pahala, kemudian seluruh umat manusia akan menyeberangi jembatan irāta al-mustaqīm. Jembatan yang sangat halus bak rambut dibelah tujuh dan sangat panjang yang di bawahnya terdapat api yang berkobar. Jika saja terlambat menyeberang makan kaki manusia terjilat api yang menyala itu.

Halaman 21

Manusia yang sedikit amalannya akan merasa cemas, takut dan gelisah, sedangkan manusia yang banyak amalannya akan merasa senang, karena mereka dapat melalui jembatan penyeberangan dengan cepat dan selamat. Orang-orang yang berdosa akan jatuh ke dalam neraka yang apinya sangat besar dan panas.

Bermacam-macam kejadian di jembatan penyeberangan itu, di jembatan ini tak ada pegangan dan tak ada lindungan. Ada yang jatuh ke dalam api saat baru melangkahkan kaki di atas jembatan, ada yang jatuh saat berada di ujung jembatan dan ada pula yang jatuh ke dalam api saat berada di tengah-tengah jembatan irāta al-mustaqīm. Perintah Allah hendaknya dijalankan, taat beribadah dan selalu berbuat kebaikan, menjauhi perbuatan mungkar, berkasih sayang kepada insan, berbudi baik, curahkan cinta kepada Allah Yang Agung dan mengorbankan harta serta tenaga karena Allah, agar nanti dapat menyeberangi jembatan irāta al-mustaqīm dengan selamat.

Halaman 22

Hidup di dunia hanyalah sementara, jangan dengarkan bisikan syaitan, jangan ikuti hawa nafsu duniawi, ingatlah selalu kepada Tuhan agar hidup bisa selamat. Setiap kejahatan pasti ada ganjaran dan setiap kebaikan pasti ada balasan. Jika manusia sudah lupa kepada Tuhan makan akan banyak godaan iblis yang datang, dan di akhirat akan mendapat ganjaran azab neraka. Tuhan juga akan melupakan umatnya jika umatnya melupakanNya sewaktu hidup di dunia dulu. Halaman 23

Pada halaman ini penyair menjelaskan bahwaAllah tidak akan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang tidak menjalankan perintah-Nya dan mendustakan rasul-perintah-Nya. Setelah melihat dan merasakan panasnya api neraka mereka pun meminta untuk dikembalikan ke atas dunia. Mereka insyaf dan ingin bertaubat, mereka baru meyakini bahwa hari pembalasan itu memang ada. Mereka berjanji akan rajin beramal dan beribadah kepada Allah. Namun Allah berkata lain, taubat dan doa mereka tidak akan diterima lagi, mereka harus merasakan ‘azab neraka. Dulu di dunia mereka tidak percaya akan hari pembalasan ini, sekarang mereka merasakan sendiri bagaimana rasanya hari pembalasan itu. Rasakan bagaimana panasnya api neraka, menahan haus dan lapar, dan siksaan lainnya. Bacalah nasihat ini berulang kali, agar melekat di dalam hati bagaimana pedihnya siksaan di neraka nanti. Ingatlah bahwa semua yang hidup pasti akan mati, tidak ada tempat untuk bisa bersembunyi.

Halaman 24

Pada halaman 24 ini terdapat tiga sub judul, yaitu: 1. Macam azab neraka

2. Do’a kanak-kanak dikabulkan Tuhan

3. Kanak-kanak bersama ibu bapa masuk syurga

Dikisahkan kembali bahwa ketika anak-anak sedang asyik duduk bersama ayah dan ibunya, saling bercerita melepaskan rindu, tertawa gembira

bersama-sama, datanglah perintah dari Allah kepada Jibril untuk membawa ayah dan ibu dari anak-anak tadi ke Padang Mahsyar, tempat semua umat manusia dikumpulkan. Anak-anak merasa sedih sekali, mereka mengira bahwa ayah dan ibu akan selalu bersama mereka, namun perintah Allah tidak bisa dibantah, ayah dan ibu harus tetap dikumpulkan bersama umat yang lainnya, agar ditimbang dosa dan pahalanya. Jika ayah dan ibu berdosa maka nerakalah tempatnya.

Halaman 25

Anak-anak merasa cemas memikirkan bagaimana nasib kedua orang tua mereka. Bagi orang-orang yang ta’at dan rajin beribadah maka dengan selamat mereka menyeberangi jembatan irāta al-mustaqīm, dan bagi orang-orang yang banyak dosanya akan jatuh ke dalam api neraka.

Azab di dalam neraka sungguh sangat menyakitkan. Badan disiksa tiada henti, kerongkongan kering rasa terbakar, badan letih perutpun lapar. Kulit yang hangus berganti lagi, begitulah siksaan setiap hari. Penghuni neraka akan

Dokumen terkait