• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user

xxiii A. Landasan Teori

1. Nilai Perusahaan

Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba. Dimana laba merupakan bagian dari laporan keuangan yang digunakan untuk pengambilan keputusan oleh para investor dan kreditor, sehingga tinggi rendahnya kualitas laba akan mempengaruhi keputusan para pemakai dan akan berdampak pada nilai perusahaan. Laba yang merupakan bagian dari laporan keuangan, jika laba atau rugi perusahaan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi perusahaan, maka laba tersebut dapat diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak-pihak pengguna laporan (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Jika laba tersebut digunakan oleh investor dalam membentuk nilai pasar perusahaan maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005).

Peningkatan nilai perusahaan dapat dilakukan yaitu dengan peningkatan kemakmuran para investor atau pemegang saham, karena semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan atau penanam modal (Haruman, 2007).

Nilai perusahaan adalah nilai jual perusahaan atau nilai tambah bagi pemegang saham. Nilai perusahaan akan tercermin pada harga pasar sahamnya (Tirta, 2009). Harga saham perusahaan merupakan reaksi pasar terhadap keseluruhan kondisi perusahaan yang juga merupakan sebagai cerminan nilai pemegang saham yang diwujudkan dalam bentuk harga saham. Sujoko dan

commit to user

xxiv

Soebiantoro (2007) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumberdayanya.

Didalam nilai-nilai perusahaan terdapat beberapa unsur-unsur yang meliputi beberapa hal yaitu sebagai berikut :

a. Peka terhadap kebutuhan pelanggan

Yaitu senantiasa berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang dapat memuaskan kebutuhan pelanggan secara tepat, capat, dan sesuai.

b. Penghargaan pada harkat martabat manusia

Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya serta mengakui dan melindungi hak-hak asasi dalam menjalankan bisnis.

c. Integritas

Menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas, dan obyektifitas dalam pengelolaan bisnis.

d. Kualitas produk

Meningkatkan kualitas dan keandalan produk secara terus menerus dan terukur serta menjaga kualitas lingkungan dalam menjalankan perusahaan. e. Peluang untuk maju

Memberikan peluang yang sama dan seluas-luasnya kepada setiap anggota perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai dengan kriteria dan kompetensi jabatan yang ditentukan.

commit to user

xxv f. Inovatif

Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan sesame anggota perusahaan, menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan karya inovatif.

g. Mengutamakan kepentingan perusahaan

Konsisten untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan menjamin didalam setiap keputusan yang diambil ditujukan demi kepentingan perusahaan.

h. Pemegang saham

Dalam pengambilan keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya meningkatkan nilai investasi pemegang saham.

Terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan (Wulandari, 2009), yaitu sebagai berikut :

a. Nilai nominal

Yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.

b. Nilai pasar

Nilai pasar sering disebut kurs yatitu harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham.

commit to user

xxvi

Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan.

d. Nilai buku

Yaitu nilai perusahaan yang dihitung sesuai dasar konsep akuntansi yaitu dengan cara membagi selisih antara total asset dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.

e. Nilai likuidasi

Nilai likuidasi merupakan nilai jual saham aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi.

Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q, yaitu rasio yang dikembangkan oleh Profesor James Tobin pada tahun 1967 (Herawaty, 2008). Rasio ini merupakan konsep yang berharga, karena dapat menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi dari pada pengeluaran investasi dan hal tersebut dapat merangsang investasi baru. Rasio ini merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya (Herawaty, 2008).

2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Prinsip utama dari teori keagenan adalah adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu pemilik atau pemegang saham dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract” (Elqorni, 2009). Masalah keagenan muncul karena terdapat konflik perbedaan pendapat (kepentingan)

commit to user

xxvii

antara pemilik (principle) dengan manajemen (agen) (Siallagan dan Machfoedz, 2006).

Menurut Jensen dan Meckling (1976) hubungan keagenen merupakan suatu hubungan dimana pemilik perusahaan (prinsipal) mempercayakan pengelolaan perusahaan oleh orang lain yaitu manajer (agen) sesuai dengan kepentingan pemilik (prinsipal) dengan mendelegasikan beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada manajer (agen). Manajer dalam menjalankan perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengelola perusahaan sebagaimana diamanahkan oleh pemilik (prinsipal) yaitu meningkatkan kemakmuran prinsipal melalui peningkatan nilai perusahaan, sebagai imbalannya manajer (agen) akan mendapatkan gaji, bonus atau kompensasi lainnya.

Manajemen (agen) selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang perusahaan lebih banyak, lebih mengetahui informasi internal, dan mengetahui prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibanding dengan pemilik atau pemegang saham (principle), oleh karena itu manajer berkewajiban memberikan informasi atau sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi tersebut dikenal sebagai informasi yang tidak simetri atau asimetri informasi. Dalam kenyataannya dalam menjalankan kewajibannya pihak manajer (agen) mempunyai tujuan lain yaitu mementingkan kepentingan mereka sendiri, memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, sehingga pada akhirnya menimbulkan

commit to user

xxviii

konflik keagenan, yaitu konflik kepentingan antara manajemen (agen) dengan pemilik atau pemegang saham (prinsipal) (Haruman, 2007).

3. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan, hal tersebut disebabkan karena adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri 2006). Menurut Haruman (2007) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam struktur kepemilikan yaitu sebagai berikut :

a. Kepemilkan sebagian kecil saham perusahaan oleh manajemen

mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham dibanding sekedar mencapai tujuan perusahaan semata.

b. Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif kepada pemegang saham mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan.

c. Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan sosial perusahaan.

d. Maksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan perusahaan.

Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

1) Kepemilikan Manajerial

Terdapat pengertian kepemilikan manajerial menurut beberapa peneliti diantaranya adalah Sujoko dan Soebiantoro (2007) mendefinisikan bahwa kepemilikan manajerial merupakan

commit to user

xxix

kepemilikan saham terbesar oleh manajemen perusahaan. Widodo (2005) mendefinisikan kepemilikan manajerial merupakan prosentase kepemilikan dewan direksi dan dewan komisaris atas saham perusahaan. Untuk mensejajarkan antara kepemilikan manajer dengan pemilik perusahaan terdapat beberapa mekanisme khusus yang dapat digunakan untuk memotivasi manajer agar bertindak sesuai dengan kepentingan manajer. Salah satunya adalah memberikan atau meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer. Langkah ini ditujukan untuk menarik dan mempertahankan manajer yang cakap, dan untuk mengarahkan tindakan manajer agar mendekati kepentingan pemegang saham, terutama untuk memaksimalkan harga saham (Widodo, 2005).

Struktur kepemilikan manajerial mempunyai beberapa peran atau fungsi yang dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu pendekatan keagenen (agency approach) dan pendekatan informasi asimetri atau ketidakseimbangan informasi (asymmetric information approach). a) Pendekatan keagenen (agency approach)

Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik keagenan diantara berbagai klaim (claim holder) terhadap perusahaan, sehingga perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kededukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan adanya peningkatan prosentase kepemilikan akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham dan manajer akan termotivasi untuk

commit to user

xxx

meningkatkan kinerja dan bertanggungjawab meningkatkan

kemakmuran pemegang saham.

b) Pendekatan informasi asimetri atau ketidakseimbangan informasi

(asymmetric information approach).

Menurut pendekatan ini informasi asimetri menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai salah satu cara untuk mengurangi ketidak seimbangan informasi antara insiders dengan outsiders melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal.

2) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional atau investor institusi merupakan investor yang berasal dari sektor keuangan seperti perusahaan efek, perusahaan asuransi, perbankan, perusahaan investasi, dana pensiun, dan berasal dari kepemilikan institusi lain diluar perusahaan (Amirudin, 2004). Investor institusi biasanya mempunyai saham pada suatu perusahaan dalam jumlah

yang besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan

mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan.

Peran atau fungsi struktur kepemilikan institusional adalah kepemilikan institusional atau investor institusi diyakini mampu memonitor tindakan manajemen lebih baik, sehingga kepemilikan juga disebut sebagai agen monitor. Dengan adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung keberadaan manajemen (Kartikawati, 2009). Selain itu dengan adanya peningkatan kepemilikan

commit to user

xxxi

institusional menyebabkan kinerja manajerial diawasi secara optimal dan terhindar dari perilaku opportunistik. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar seperti institusional investor dapat mengurangi agency cost

(Dewi, 2008).

4. Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan merupakan keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan (Widodo, 2005). Sumber pendanaan di peroleh dari dalam dan luar perusahaan. Keputusan pendanaan yang biasa digunakan adalah Modal internal dan modal eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal bersumber dr modal sendiri dan atau melalui hutang. Tetapi perusahaan lebih sering menggunakan hutang, karena memiliki beberapa kelebihan yaitu :

a) Biaya bunga mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga biaya hutang efektif menjadi rendah.

b) Kreditur hanya mendapat biaya bunga relatif bersifat tetap, sehingga kelebihan keuntungan merupakan klaim bagi pemilik perusahaan. c) Bondholder tidak memiliki hak suara sehingga pemilik dapat

mengendalikan perusahaan dengan dana yang lebih kecil. Kelemahan dari penggunaan hutang :

a) Hutang yang semakin tinggi meningkatkan risiko

b) Bila bisnis perusahaan tidak dalam kondisi yang bagus, pendapatan operasi menjadi lebih rendah dan tidak cukup untuk menutup biaya bunga, sehingga kekayaan pemilik berkurang. Pada kondisi tersebut

commit to user

xxxii

kerugian dapat membahayakan perusahaan karena dapat terancam kebangkrutan.

Hutang dibagi menjadi hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek adalah hutang yang pembayarannya tidak lebih dari satu tahun. Sumber pendanaannya dari kredit dagang antar perusahaan, pinjaman dari bank komersial, dan dari surat berharga komersial. Sedangkan hutang jangka panjang merupakan hutang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Pembiayaan hutang jangka panjang pada umumnya melalui pasar modal dalam bentuk obligasi atau saham.

Beberapa teori yang mendasari keputusan pendanaan adalah tradeoff

theory dan pecking order theory (Haruman, 2007). Tradeoff theory

menggambarkan bahwa struktur modal yang obtimal ditentukan dengan menyeimbangkan manfaat dari penggunaan hutang dengan biaya yang dikeluarkan dari penggunaan hutang, sedangkan pecking order theory menggambarkan sebuah hierarki dalam pencarian dana perusahaan dimana perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity untuk membayar deviden dan mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan (Haruman, 2007). Pecking order theory yaitu teori yang mendasarkan pada asimetri informasi (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Asimetri informasi akan mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada sumber pendanaan dari luar. Myers dan Majluft (1984) dalam Sujoko dan Soebiantoro (2007) menunjukkan bahwa dengan adanya asimetri informasi, investor biasanya akan menginterpretasikan sebagai berita buruk apabila perusahaan mendanai investasinya dengan menerbitkan ekuitas. Dengan

commit to user

xxxiii

demikian perusahaan akan lebih memilih mendanai investasinya berdasarkan suatu urutan risiko. Asimetri informasi akan mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang, bukan menerbitkan saham baru, hal tersebut dikarenakan para pemodal akan melihat bahwa penerbitan saham baru sebagai sinyal yang buruk dan biaya modal akan tinggi sehingga menurunkan nilai perusahaan (Haruman, 2007).

B. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menggunakan empat variabel, yaitu tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan keputusan pendanaan, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah nilai perusahaan. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran C. Hipotesis

1. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen. Dengan adanya kepemilikan manajerial akan mendorong

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Institusional

Keputusan Pendanaan

commit to user

xxxiv

manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan karena mereka juga memiliki perusahaan (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Kepemilikan manajerial merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan antara principle dengan agen, karena dengan adanya kepemilikan manajerial, manajer mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan untuk mensetarakan dengan pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Proporsi saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga semakin besar proporsi kepemilikan oleh manajerial maka manajemen akan lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabanenya adalah dirinya sendiri (Faqih, 2008). Dengan adanya peningkatan kepemilikan saham oleh manajemen dapat mengurangi masalah keagenan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Morck, Shleifer, dan Vishny (1988) menemukan bukti bahwa nilai perusahaan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan manajerial sampai dengan 5% dan kemudian menurun pada saat kepemilikan 5% - 25% dan kemudian meningkat kembali seiring dengan adanya peningkatan kepemilikan manajerial secara berkelanjutan.

Ping dan Hsien (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal

commit to user

xxxv

tersebut juga didukung dengan penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) yang menemukan bahwa struktur kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun melalui keputusan keuangan yaitu keputusan pendanaan. Rahmawati dan Triatmoko (2007) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Herawaty (2008) serta Siallagan dan Machfoedz (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun hal tersebut bertentangan dengan penelitian Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang menyatakan kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

Dari beberapa hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa kepemilikan manajerial merupakan mekanisme yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan antara principle dengan agen dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Dengan adanya peningkatan kepemilikan saham oleh manajemen sehingga dapat mengurangi masalah keagenan yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Dari uraian di atas, maka hipotesis alternatif yang pertama dari penelitian ini adalah :

H1 : kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 2. Kepemilikan Institusional

commit to user

xxxvi

Investor institusi memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajer melalui proses monitoring secara efektif sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan dan pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan (Tirta, 2009). Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung keberadaan manajemen (Kartikawati, 2009). Investor institusional biasanya memiliki saham pada suatu perusahaan atau perseroan dalam jumlah yang besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Investor institusi akan melakukan monitoring secara efektif dan tidak mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan oleh manajer. Dengan adanya kepemilikan saham yang besar oleh investor institusi maka akan mendorong peningkatan pengawasan (monitoring) yang lebih optimal dan efektif terhadap kinerja manajemen, sehingga dapat meminimalisir konflik keagenan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Haruman, 2007).

Penelitian terdahulu oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007) mengenai hubungan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Herawaty (2008) bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan. Sujoko dan Soebiantoro (2007)

commit to user

xxxvii

dalam penelitiannya menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan arah negatif.. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Haruman (2007) dan Ping dan Hsien (2009) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Wahyudi dan Pawestri (2006) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Dari beberapa hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat mendukung keberadaan manajemen, sehingga investor institusional akan melakukan monitoring secara efektif yang akan meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat meminimalisir konflik keagenan yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional, maka akan semakin besar kekuatan atau dorongan suatu institusi untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.

Dari uraian di atas, maka hipotesis alternatif yang kedua adalah : H2 : kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 3. Keputusan Pendanaan

commit to user

xxxviii

Suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari sumber pendanaan yang optimal, apakah dari modal sendiri ataupun dari hutang (Haruman, 2007). Pemilihan sumber dana tersebut dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan berdampak pada nilai perusahaan tersebut. Dua teori yang mendasari keputusan pendanaan yaitu pertama tradeoff theory

yang menggambarkan bahwa struktur modal yang optimal ditentukan dengan menyeimbangkan antara manfaat dan biaya dari penggunaan hutang, sedangkan yang ke dua adalah pecking order theory yang menggambarkan bahwa dalam pencarian dana perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity untuk membayar dividen. Menurut Widodo (2005) perusahaan lebih memilih menggunakan hutang dalam mendanai perusahaan tersebut bukan menerbitkan saham baru, hal tersebut dikarenakan biaya hutang efektif menjadi rendah.

Pecking order theory merupakan teori yang mendasarkan pada asimetri

informasi yang akan mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada sumber pendanaan dari luar (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Menurut Haruman (2007) dengan adanya asimetri informasi akan mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang bukan menerbitkan saham baru, karena para pemodal akan melihat bahwa penerbitan saham baru sebagai sinyal yang buruk dan biaya modal akan tinggi sehingga menurunkan nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman

yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga dapat memberikan manfaat bagi pemegang saham, selain itu penggunaan dana eksternal akan

commit to user

xxxix

menambah pendapatan perusahaan yang nantinya akan digunakan untuk kegiatan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) manajemen akan berhati-hati dalam melakukan peminjaman, sebab jumlah utang yang terlalu tinggi akan menimbulkan risiko financial distress sehingga nilai perusahaan akan menurun..

Penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) menemukan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian Haruman (2007) menyatakan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan arah negatif.

Dari beberapa hal diatas dapat diketahui bahwa pemilihan sumber dana yang optimal pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan berdampak pada nilai perusahaan tersebut. Keputusan pendanaan yang tepat akan dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Dari uraian di atas maka hipotesis alternatif yang ke tiga dari penelitian ini adalah :

H3 : Keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan keputusan pendanaan terhadap nilai

commit to user

xl

perusahaan dengan melalui pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis itu sendiri merupakan jenis pengujian yang menjelaskan sifat hubungan tertentu atau menentukan perbedaan antarkelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi (Sekaran, 2006 : 162).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan kelompok individu, kejadian-kejadian, atau hal minat yang ingin penulis investigasi (Sekaran, 2006: 121). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007 sampai tahun 2009.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai objek penelitian (Eferin, Darmadji, dan Tan, 2008: 74). Sampel penelitian akan digunakan perusahaan perbankan. Roscoe (1975) dalam Efferin, Darmadji, dan Tan (2008: 95) yang menyatakan bahwa :

a. Kebanyakan sample size yang dipergunakan oleh berbagai macam penelitian adalah berkisar antara 30 – 500.

b. Jika sampel harus dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok minimum

sample size untuk tiap kelompok adalah sebesar 30.

c. Pada studi yang termasuk jenis multivariate research (termasuk multiple

regression analysis) sample size harus beberapa kali lipat lebih banyak dari

commit to user

xli

jumlah variabel, biasanya jumlah sample size sepuluh kali lipat dari jumlah variabel yang dipergunakan.

Teknik pengambilan sampel atau metode penetapan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada non probability sampling tepatnya metode

purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara menentukan target

Dokumen terkait