• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) (Halaman 66-70)

PERMASALAHAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH

3) Meningkatnya kualitas sistem layanan perlindungan khusus kepada anak

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

3.4.1 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bantul ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030. Tujuan penataan ruang di Kabupaten Bantul adalah mewujudkan Kabupaten Bantul yang maju dan mandiri dengan bertumpu pada sektor pertanian sebagai basis ekonomi serta didukung sektor industri pengolahan, pariwisata-budaya, perdagangan dan jasa serta perikanan dan kelautan dengan memperhatikan pelestarian lingkungan dan pengurangan risiko bencana. Berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana maka dalam pelayanannya tidak terkait dengan rencana struktur dan pola ruang di RTRW.

3.4.2 Telaahan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup. Telaahan terhadap KLHS diperlukan untuk memastikan bahwa program dan kegiatan yang direncanakan telah mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, faktor-faktor pendorong dan penghambat

pelayanan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana mempunyai hubungan langsung dengan kajian KLHS

Table 3.4 Telaahan KLHS

Indikator Arahan Hasil KLHS

Rekomendasi Program Hasil

KLHS

Faktor

Penghambat Faktor Pendorong Prevalensi

penggunaan metode kontrasepsi (CPR) semua cara pada Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15-49 tahun yang berstatus kawin.

Meningkat menjadi 65%

Proporsi perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) atau pasangannya yang memiliki kebutuhan keluarga berencana dan menggunakan alat kontrasepsi metode modern.

Meningkatkan kepedulian kepada ibu, bayi baru lahir, dan kesehatan anak yang kontinu di fasilitas

kesehatan publik dan privat

Proporsi

perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) atau pasangannya yang memiliki

kebutuhan

keluarga berencana dan menggunakan alat kontrasepsi metode modern meningkat menjadi 66 % pada tahun 2024(2019:63,35%)

Memperbaiki akses dan

kualitas keluarga berencana dan pelayanan kesehatan organ reproduksi Meningkatkan ketersediaan dan kompetensi pekerja kesehatan Angka prevalensi

penggunaan metode kontrasepsi (CPR) semua cara pada Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15-49 tahun yang berstatus kawin.

Meningkat menjadi 65%

Angka penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) cara modern.

Meningkat menjadi 23,5%

Total Fertility Rate

(TFR). Menurun menjadi

2,28

Indikator Arahan Hasil KLHS

Rekomendasi Program Hasil

KLHS

Faktor

Penghambat Faktor Pendorong Angka kelahiran

pada perempuan umur 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR).

Menurun menjadi 38 tahun

Jumlah kebijakan yang responsif gender

mendukung pemberdayaan perempuan.

Peningkatan keterlibatan perempuan dalam

pembangunan

Jumlah

Kebijakan yang responsif gender mendukung pemberdayaan perempuan

Kurangnya dukungan dalam membuat kebijakan

Sudah ada peraturan bupati terkait PUG

Proporsi perempuan dewasa dan anak perempuan (umur 15-64 tahun) mengalami kekerasan (fisik, seksual, atau emosional) oleh pasangan atau mantan pasangan dalam 12 bulan terakhir.

Menurun

Kurangnya sosialisasi tentang kekerasan seksual di lingkungan masyarakat

Adanya kebijakan daerah tentang penanganan kekerasan padaperempuan

Prevalensi

kekerasan terhadap anak perempuan.

Menurun menjadi kurang dari 20,48%

(1.) Faktor perekonomian dalam

keluarga. (2.) Kurangnya sosialisasi tentang pendidikan reproduksi seksual. (3.) Kurangnya sosialisasi ketahanan keluarga

(1.) Adanya bantuan modal usaha untuk

keluarga. (2.) Dilakukan sosialisasi intensif tentang pendidikan reproduksi seksual. (3.) Adanya program sosialisasi untuk ketahanan keluarga Proporsi perempuan

dewasa dan anak perempuan (umur 15-64 tahun) mengalami

kekerasan seksual oleh orang lain selain pasangan dalam 12 bulan terakhir.

Menurun

Kurangnya sosialisasi tentang kekerasan seksual di lingkungan masyarakat

Adanya kebijakan daerah tentang penanganan kekerasan padaperempuan

Persentase korban kekerasan terhadap perempuan yang mendapat layanan komprehensif.

Meningkat menjadi 70%

Kurangnya sosialisasi tentang kekerasan terhadap perempuan

Adanya kebijakan daerah tentang penanganan kekerasan pada

Indikator Arahan Hasil KLHS

Rekomendasi Program Hasil

KLHS

Faktor

Penghambat Faktor Pendorong perempuan

Proporsi kursi yang diduduki

perempuan di parlemen tingkat pusat, parlemen daerah dan

pemerintah daerah.

Meningkat

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk kesetaraan gender dalam bidang

politik. (2.) Kurangnya peminatan perempuan berpolitik

Mulai ada kesadaran masyarakat terhadap kesetaraan gender.

Proporsi perempuan yang berada di

posisi managerial. Meningkat

Adanya peran ganda gender bagiperempuan sehingga menghambat potensi perempuan untuk menduduki posisi managerial

Kesadaran kesetaraan gender sudah lebih baik

Proporsi rumah tangga yang memiliki anak umur 1-17 tahun yang mengalami hukuman fisik dan/atau agresi psikologis dari pengasuh dalam setahun terakhir.

Mengoptimalkan peran keluarga untuk mencegah

Kasus kekerasan Penyediaan data rumah tangga dengan anak yang memiliki kasus kekerasan

Kurangnya sosialisasi tentang kekerasan seksual dan ketahanan keluarga di lingkungan masyarakat

Adanya kebijakan daerah tentang penanganan kekerasan pada anak

Kasus kekerasan terhadap

perempuan dan anak

Mengoptimalkan peran keluarga untuk mencegah Kasus kekerasan

Tidak ada kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak di tahun 2024(2019 : 458 kasus)

Kurangnya sosialisasi tentang kekerasan terhadap perempuan

Adanya kebijakan daerah tentang penanganan kekerasan padaperempuan Proporsi perempuan

dan laki-laki muda umur 18-24 tahun yang mengalami kekerasan seksual sebelum umur 18 tahun.

Mengoptimalkan peran keluarga untuk mencegah Kasus kekerasan

Tidak ada kasus kekerasan seksual pada perempuan dan laki-laki muda pada tahun 2024 (2019 : 49 kasus)

Rendahnya kesadaran hukum masyarakat

Adanya kelembagaan dan regulasi yangmengatur terkait tindak

Indikator Arahan Hasil KLHS

Rekomendasi Program Hasil

KLHS

Faktor

Penghambat Faktor Pendorong kekerasan

Proporsi perempuan menikah yang membuat

keputusan sendiri terkait hubungan seksual,

penggunaan kontrasepsi, dan layanan kesehatan reproduksi

Memperbaiki akses dan

kualitas keluarga berencana dan pelayanan kesehatan organ reproduksi

Penyediaan data Proporsi

perempuan umur 15-49 tahun yang membuat

keputusan sendiri terkait hubungan seksual,

penggunaan kontrasepsi, dan layanan kesehatan

Unmet need KB (Kebutuhan Keluarga

Berencana/KB yang tidak terpenuhi).

Meningkatkan akses pelayanan Kesehatan Memperbaiki akses dan

kualitas keluarga berencana dan pelayanan kesehatan organ reproduksi

Unmeet need KB menurun menjadi 9,9 % pada tahun 2024(2019:10,56%)

Pengetahuan dan pemahaman Pasangan Usia Subur (PUS) tentang metode kontrasepsi modern.

Meningkatkan akses pelayanan Kesehatan Memperbaiki akses dan

kualitas keluarga berencana dan pelayanan kesehatan organ reproduksi

Penyediaan data Pengetahuan dan pemahaman Pasangan Usia Subur (PUS) tentang metode kontrasepsi modern

Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional, menurut jenis kelamin dan kelompok umur.

Meningkatkan partisipasi masyarakat yang rentan di pasar

lowongan kerja Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional menurun menjadi 7 % pada tahun 2024 (2019 : 12,92%)

Meningkatkan sistem bantuan sosial untuk hidup layak

Dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) (Halaman 66-70)