PERMASALAHAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH
3) Meningkatnya kualitas sistem layanan perlindungan khusus kepada anak
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
3.4.1 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bantul ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030. Tujuan penataan ruang di Kabupaten Bantul adalah mewujudkan Kabupaten Bantul yang maju dan mandiri dengan bertumpu pada sektor pertanian sebagai basis ekonomi serta didukung sektor industri pengolahan, pariwisata-budaya, perdagangan dan jasa serta perikanan dan kelautan dengan memperhatikan pelestarian lingkungan dan pengurangan risiko bencana. Berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana maka dalam pelayanannya tidak terkait dengan rencana struktur dan pola ruang di RTRW.
3.4.2 Telaahan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup. Telaahan terhadap KLHS diperlukan untuk memastikan bahwa program dan kegiatan yang direncanakan telah mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, faktor-faktor pendorong dan penghambat
pelayanan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana mempunyai hubungan langsung dengan kajian KLHS
Table 3.4 Telaahan KLHS
Indikator Arahan Hasil KLHS
Rekomendasi Program Hasil
KLHS
Faktor
Penghambat Faktor Pendorong Prevalensi
penggunaan metode kontrasepsi (CPR) semua cara pada Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15-49 tahun yang berstatus kawin.
Meningkat menjadi 65%
Proporsi perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) atau pasangannya yang memiliki kebutuhan keluarga berencana dan menggunakan alat kontrasepsi metode modern.
Meningkatkan kepedulian kepada ibu, bayi baru lahir, dan kesehatan anak yang kontinu di fasilitas
kesehatan publik dan privat
Proporsi
perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) atau pasangannya yang memiliki
kebutuhan
keluarga berencana dan menggunakan alat kontrasepsi metode modern meningkat menjadi 66 % pada tahun 2024(2019:63,35%)
Memperbaiki akses dan
kualitas keluarga berencana dan pelayanan kesehatan organ reproduksi Meningkatkan ketersediaan dan kompetensi pekerja kesehatan Angka prevalensi
penggunaan metode kontrasepsi (CPR) semua cara pada Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15-49 tahun yang berstatus kawin.
Meningkat menjadi 65%
Angka penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) cara modern.
Meningkat menjadi 23,5%
Total Fertility Rate
(TFR). Menurun menjadi
2,28
Indikator Arahan Hasil KLHS
Rekomendasi Program Hasil
KLHS
Faktor
Penghambat Faktor Pendorong Angka kelahiran
pada perempuan umur 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR).
Menurun menjadi 38 tahun
Jumlah kebijakan yang responsif gender
mendukung pemberdayaan perempuan.
Peningkatan keterlibatan perempuan dalam
pembangunan
Jumlah
Kebijakan yang responsif gender mendukung pemberdayaan perempuan
Kurangnya dukungan dalam membuat kebijakan
Sudah ada peraturan bupati terkait PUG
Proporsi perempuan dewasa dan anak perempuan (umur 15-64 tahun) mengalami kekerasan (fisik, seksual, atau emosional) oleh pasangan atau mantan pasangan dalam 12 bulan terakhir.
Menurun
Kurangnya sosialisasi tentang kekerasan seksual di lingkungan masyarakat
Adanya kebijakan daerah tentang penanganan kekerasan padaperempuan
Prevalensi
kekerasan terhadap anak perempuan.
Menurun menjadi kurang dari 20,48%
(1.) Faktor perekonomian dalam
keluarga. (2.) Kurangnya sosialisasi tentang pendidikan reproduksi seksual. (3.) Kurangnya sosialisasi ketahanan keluarga
(1.) Adanya bantuan modal usaha untuk
keluarga. (2.) Dilakukan sosialisasi intensif tentang pendidikan reproduksi seksual. (3.) Adanya program sosialisasi untuk ketahanan keluarga Proporsi perempuan
dewasa dan anak perempuan (umur 15-64 tahun) mengalami
kekerasan seksual oleh orang lain selain pasangan dalam 12 bulan terakhir.
Menurun
Kurangnya sosialisasi tentang kekerasan seksual di lingkungan masyarakat
Adanya kebijakan daerah tentang penanganan kekerasan padaperempuan
Persentase korban kekerasan terhadap perempuan yang mendapat layanan komprehensif.
Meningkat menjadi 70%
Kurangnya sosialisasi tentang kekerasan terhadap perempuan
Adanya kebijakan daerah tentang penanganan kekerasan pada
Indikator Arahan Hasil KLHS
Rekomendasi Program Hasil
KLHS
Faktor
Penghambat Faktor Pendorong perempuan
Proporsi kursi yang diduduki
perempuan di parlemen tingkat pusat, parlemen daerah dan
pemerintah daerah.
Meningkat
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk kesetaraan gender dalam bidang
politik. (2.) Kurangnya peminatan perempuan berpolitik
Mulai ada kesadaran masyarakat terhadap kesetaraan gender.
Proporsi perempuan yang berada di
posisi managerial. Meningkat
Adanya peran ganda gender bagiperempuan sehingga menghambat potensi perempuan untuk menduduki posisi managerial
Kesadaran kesetaraan gender sudah lebih baik
Proporsi rumah tangga yang memiliki anak umur 1-17 tahun yang mengalami hukuman fisik dan/atau agresi psikologis dari pengasuh dalam setahun terakhir.
Mengoptimalkan peran keluarga untuk mencegah
Kasus kekerasan Penyediaan data rumah tangga dengan anak yang memiliki kasus kekerasan
Kurangnya sosialisasi tentang kekerasan seksual dan ketahanan keluarga di lingkungan masyarakat
Adanya kebijakan daerah tentang penanganan kekerasan pada anak
Kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak
Mengoptimalkan peran keluarga untuk mencegah Kasus kekerasan
Tidak ada kasus kekerasan seksual pada perempuan dan anak di tahun 2024(2019 : 458 kasus)
Kurangnya sosialisasi tentang kekerasan terhadap perempuan
Adanya kebijakan daerah tentang penanganan kekerasan padaperempuan Proporsi perempuan
dan laki-laki muda umur 18-24 tahun yang mengalami kekerasan seksual sebelum umur 18 tahun.
Mengoptimalkan peran keluarga untuk mencegah Kasus kekerasan
Tidak ada kasus kekerasan seksual pada perempuan dan laki-laki muda pada tahun 2024 (2019 : 49 kasus)
Rendahnya kesadaran hukum masyarakat
Adanya kelembagaan dan regulasi yangmengatur terkait tindak
Indikator Arahan Hasil KLHS
Rekomendasi Program Hasil
KLHS
Faktor
Penghambat Faktor Pendorong kekerasan
Proporsi perempuan menikah yang membuat
keputusan sendiri terkait hubungan seksual,
penggunaan kontrasepsi, dan layanan kesehatan reproduksi
Memperbaiki akses dan
kualitas keluarga berencana dan pelayanan kesehatan organ reproduksi
Penyediaan data Proporsi
perempuan umur 15-49 tahun yang membuat
keputusan sendiri terkait hubungan seksual,
penggunaan kontrasepsi, dan layanan kesehatan
Unmet need KB (Kebutuhan Keluarga
Berencana/KB yang tidak terpenuhi).
Meningkatkan akses pelayanan Kesehatan Memperbaiki akses dan
kualitas keluarga berencana dan pelayanan kesehatan organ reproduksi
Unmeet need KB menurun menjadi 9,9 % pada tahun 2024(2019:10,56%)
Pengetahuan dan pemahaman Pasangan Usia Subur (PUS) tentang metode kontrasepsi modern.
Meningkatkan akses pelayanan Kesehatan Memperbaiki akses dan
kualitas keluarga berencana dan pelayanan kesehatan organ reproduksi
Penyediaan data Pengetahuan dan pemahaman Pasangan Usia Subur (PUS) tentang metode kontrasepsi modern
Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional, menurut jenis kelamin dan kelompok umur.
Meningkatkan partisipasi masyarakat yang rentan di pasar
lowongan kerja Persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional menurun menjadi 7 % pada tahun 2024 (2019 : 12,92%)
Meningkatkan sistem bantuan sosial untuk hidup layak