• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Dalam dokumen BAB I P E N D A H U L U A N (Halaman 47-52)

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalimantan Selatan sangat berkepentingan dengan Tata Ruang Wilayah dan KLHS, dalam pelaksanaan tugas Dinas Lingkungan Hidup Daerah selalu berpedoman pada tata ruang wilayah dengan memperhatikan KLHS.

Tabel 7. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah terkait Fungsi dan Tugas Perangkat Daerah

No Rencana Tata Ruang Wilayah terkait Tugas dan Fungsi SKPD Permasalahan Pelayanan SKPD Faktor Penghambat Pendorong (1) (2) (3) (4) (5)

1 a. Mengkonservasi, merehabilitasi, dan merestorasi Kawasan Lindung bersama flora dan fauna yang telah menurun kualitasnya. b. Melakukan penuntasan tata batas Kawasan

Lindung dan disepakati seluruh pemangku kepentingan.

c. Melakukan upaya pencegahan dan

penindakan terhadap kegiatan illegal dalam Kawasan Lindung

d. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk mencegah dan mengurangi pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah yang mempengaruhi Kawasan Lindung

e. Memperluas tutupan vegetasi lahan dan meningkatkan pemeliharaan tegakan serta kanopi tumbuhan

f. Mengurangi secara bertahap tingkat emisi karbon dan gas rumah kaca

1. Permasalahan peraturan perundang-undangan terkait dengan sumber daya alam di Provinsi Kalimantan Selatan terkait dengan belum sinkronnya RTRW Provinsi Kalimantan Selatan dengan RTRW Kabupaten/ Kota sehingga berdampak belum optimalnya pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

2. Belum adanya masterplan pengendalian dan pencemaran sungai

3. Penggunaan sumberdaya alternatif yang kurang optimal.

4. Belum optimalnya pengkajian dan

pemanfaatan teknologi terhadap

pengolahan air ataupun udara.

5. Belum adanya konsep distribusi yang adil untuk masyarakat dan pengusaha daerah terhadap penguasaan potensi sumber daya

1. Penerapan Standar Mutu Lingkungan Hidup yang masih lemah

2. Kurangnya koordinasi

antarsektor dalam

mengendalikan

pencemaran air dan udara.

3. Masih rendahnya

pengetahuan ataupun kesadaran masyarakat mengenai pemeliharaan sumber air ataupun pemanfaatan air dari sumber lain, misalnya pemanfaatan air hujan. 4. Kurangnya komitmen

perusahaan terhadap

1. Akan segera dibentuk

kelembagaan yang

memungkinkan dapat

berperan lebih besar dalam upaya pelestarian lingkungan hidup

2. Sudah terdapat peraturan tentang pengendalian pencemaran air dan udara

3. Terdapat peraturan

mengenai penegakan

hukum lingkungan 4. Terdapat anggaran 5. Terdapat lembaga yang

No Rencana Tata Ruang Wilayah terkait Tugas dan Fungsi SKPD Permasalahan Pelayanan SKPD Faktor Penghambat Pendorong (1) (2) (3) (4) (5)

g. Mengelola pemanfaatan sumberdaya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tamping kawasan

h. Mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan

i. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem prasarana lingkungan (Tempat Pemrosesan Akhir Regional)

j. Pengelolaan sampah dalam TPA regional dilakukan pola kerjasama antarpemerintah

daerah yang berdekatan dengan

menggunakan metode sanitary landfill.

k. Pada lokasi TPA regional dapat dibangun incinerator sampah medis dengan pola pengelolaan kerjasama antar pemerintah daerah yang berdekatan, pihak swasta dan pihak ketiga lainnya dengan fasilitasi Pemerintah Daerah

l. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan bergambut

m. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai, dan sempadan mata air

alam baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

6. Peraturan dan perundangan yang diterapkan belum berorientasi pada peningkatan peran masyarakat dan pengusaha daerah dalam pengeloaan sumber daya alam, bahkan cenderung diamputasi.

7. Ketidakpastian hukum bahkan terjadinya kriminalisasi terhadap pengusaha daerah oleh aparat penegak hukum sehingga keberadaan pengusaha daerah semakin terpojok bahkan sampai menimbulkan trauma untuk berusaha

8. Hambatan birokrasi baik tingkat pusat maupun daerah belum memberikan kemudahan bagi pengusaha daerah untuk beruasa dan berkiprah dalam pengelolaan sumber daya alam.

9. Belum mantapnya penegakan hukum menyangkut illegal loging, illegal fishing dan illegal mining.

10. Sering terjadinya banjir, tanah longsor dan asap akibat kebakaran hutan dan lahan. 11. Meningkatnya pencemaran udara, tanah

dan air.

pemulihan lingkungan hidup.

5. Belum optimalnya

pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh, dan secara internal kelembagaan masih kurangnya data dan informasi yang terkait PSDAL.

6. Konflik sosial akibat alih fungsi lahan yang tidak terarah

bergerak di bidang pengelolaan air

Tabel 8. Hasil Analisis terhadap Dokumen KLHS Provinsi Kalsel

No. Aspek Kajian Ringkasan KLHS Implikasi terhadap Pelayanan

SKPD

Catatan bagi Perumusan Program dan Kegiatan SKPD 1 Kapasitas daya dukung dan

daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan

a. Perencanaan pembangunan termasuk

penggunaan lahan harus berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk menjamin pembangunan berkelanjutan.

b. Perubahan penggunaan lahan yang tidak mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan cenderung menimbulkan kerusakan lingkungan.

c. Daya dukung dan daya tampung DAS ditentukan berdasarkan faktor: a) kondisi lahan; b) tata air; c) sosial ekonomi dan kelembagaan; d) investasi bangunan air; dan e) pemanfaatan ruang.

Jika prinsip-prinsip

pembangunan daerah

berkelanjutan yang

memperhatikan daya dukung dan daya tampung serta kualitas

lingkungan hidup tidak

diterapkan, maka dikhawatirkan akan terjadi percepatan proses perusakan lingkungan yang kontradiksi dengan visi dan misi Prov. Kalsel.

Perlunya penerapan kebijakan, rencana, dan program yang lebih terintegrasi dengan memperhatikan aspek lingkungan dari segi daya

dukung dan daya tampung

lingkungan.

2 Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup

a. Pertambahan penduduk, peningkatan urbanisasi,

dan pertumbuhan ekonomi berpotensi

meningkatkan jumlah air limbah dan timbulan sampah. Apabila limbah dan sampah tidak dapat dikendalikan, akan berpotensi menjadi kontributor pencemaran air sungai dan menyebabkan penurunan kualitas air serta degradasi fungsi lingkungan. Dari sisi kuantitas, kebutuhan air bersih meningkat, tidak seimbang dengan ketersediaannya.

b. Pertambangan pada bagian hulu DAS Barito di Provinsi Kalimantan Selatan, DAS Tabunio, DAS Satui, DAS Kintap dan DAS Batulicin dapat menyebabkan penurunan kualitas air.

c. Pencemaran air disebabkan oleh aktivitas manusia sehari-hari yang dapat mengakibatkan perubahan kualitas air.

d. Sampah dari berbagai sumber dapat mencemari lingkungan baik lingkungan darat, pencemaran

a. Peningkatan TPA yang ramah lingkungan.

b. Perlu meningkatkan

pengendalian pencemaran air sungai

c. Perlu meningkatkan

pengendalian kualitas udara d. Pengendalian pencemaran

dengan pembuatan IPAL

pada kegiatan

pertambangan, industri, dan

lainnya yang dapat

berpotensi terjadi penurunan kualitas sumberdaya air. e. Lokasi Industri Kecil

Menengah (IKM) dan sentra industri potensial untuk

menyesuaikan dengan

RTRW dan memiliki IPAL

a. Pengkajian dampak lingkungan terhadap suatu usaha dan/atau kegiatan

b. Perlunya TPA dan insinerator regional

c. Pembinaan dan pengawasan terhadap kebijakan LH

No. Aspek Kajian Ringkasan KLHS Implikasi terhadap Pelayanan SKPD

Catatan bagi Perumusan Program dan Kegiatan SKPD udara maupun perairan.

e. Rumah sakit dan industry yang membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti: Bahan Berbahaya, dan Beracun (B3), logam berat, toksin organic, minyak, nutrient, dan padatan.

f. Pembakaran sampah dapat meningkatkan konsentrasi CO, CO2, NO, gas belerang, amoniak, dan asap di udara. Asap yang ditimbulkan dari bahan plastic ada yang bersifat karsinogen.

terpadu, pengelolaan limbah

dan sampah, serta

menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan.

3 Kinerja layanan/jasa ekosistem a. Proses ekologi atau komponen ekosistem yang berpotensi memberikan aliran manfaat bagi masyarakat. Penyediaan jasa ekosistem tergantung pada status dan fungsi ekosistem. b. Perlindungan dan pemanfaatan ekosistem

mengatur pengelolaan ekosistem secara jelas, dapat dimengerti, dan ditaati oleh semua pemangku kepentingan serta keputusan yang dibuat melalui mekanisme atau cara yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Keterpaduan antara ekosistem darat dan laut dengan menggunakan masukan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan ekosistem.

Perlu pengintegrasian kebijakan

dan perencana dalam

pemanfaatan sumberdaya alam berbagai sektor pemerintahan secara horizontal dan vertikal antara pemerintah pusat dan daerah serta para pelaku usaha dan/atau kegiatan.

Inventarisasi sumberdaya alam untuk valuasi jasa ekosistem

4 Efisiensi pemanfaatan

sumberdaya alam

a. Mengefisiensikan penggunaan sumber daya alam agar dapat digunakan dalam jangka panjang. Dalam konteks ini, efisiensi mengacu pada perencanaan penggunaan, pengelolaan, dan penyelamatan sumber daya alam. Dengan memperhitungkan akibat dari penggunaan sumber daya alam terhadap kelangsungan pembangunan maupun kelangsungan ekosistem. Sebelum

Perlu Perencanaan

perlindungan dan pengelolaan sumberdaya alam

Instrumen pencegahan agar

eksploitasi tidak berlebihan dan mempertimbangkan keterbatasan jumlah dan kualitas sumber daya alam serta penggunaan sumber daya alam tidak boros.

No. Aspek Kajian Ringkasan KLHS Implikasi terhadap Pelayanan SKPD

Catatan bagi Perumusan Program dan Kegiatan SKPD menerapkan ekoefisiensi, diperlukan pemahaman

mengenai jenis, kondisi, dan nilai setiap sumber daya alam.

b. Menjaga kondisi ekosistem, dengan cara memperhatikan lokasi sumber daya alam dan pengaruhnya terhadap ekosistem setempat jika dilakukan eksploitasi, memperhitungkan dampak negatif pengolahan dan pemecahan secara bijaksana serta menggunakan teknologi yang tidak merusak ekosistem.

c. Melestarikan ekosistem, dengan cara pengolahan disertai dengan pambaruan, melakukan kegiatan pemulihan ekosistem, dan dampak negatif pengolahan turut dikelola.

5 Tingkat kerentanan dan

kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim

a. Perubahan iklim berarti perubahan yang signifikan pada iklim, seperti suhu udara atau curah hujan, selama kurun waktu 50 tahun atau lebih. Secara berangsur-angsur iklim akan berubah, hal ini juga akan memicu pada perubahan suhu udara, curah hujan, dan jumlah hari matahari bersinarpun akan berubah.

b. Perubahan iklim memicu lebih banyak cuaca ekstrim yang menghasilkan bencana.

Peringatan dini (mitigasi) perubahan iklim (kejadian banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan dan lahan)

Perlu adanya kegiatan yang

berkaitan langsung dengan

perubahan iklim seperti inventarisasi gas rumah kaca.

6 Tingkat kerentanan dan potensi keanekaragaman hayati

a. Meningkatnya perubahan penggunaan lahan dapat menyebabkan tingginya tingkat kerawanan banjir, degradasi hutan mangrove, terumbu karang, dan penurunan keanekaragaman hayati.

b. Meningkatnya illegal mining, illegal logging sehingga menyebabkan berkurangnya vegetasi penutupan lahan dan keanekaragaman hayati.

Perlunya sinergi saat

pembangunan baik fisik maupun non fisik yang dalam mengatur segala bentuk kegiatan illegal logging, mining, dan illegal fishing.

Meningkatkan kesadaran dan peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan lingkungan termasuk terumbu karang secara lestari dan berkelanjutan.

Dalam dokumen BAB I P E N D A H U L U A N (Halaman 47-52)