• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaahan Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan

III. PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN FUNGSI DINAS

3.3 Telaahan Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan

Salah satu misi pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan kelautan dan perikanan adalah Mewujudkan Indonesia menjadi Negara Maritim yang Mandiri, Maju, Kuat dan Berbasis Kepentingan Nasional. Sebagai organisasi yang membantu Presdien untuk membidangi urusan kelautan dan perikanan, maka visi KKP ditetapkan selaras dengan visi pembangunan nasional serta bertujuan untuk mendukung terwujudnya Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah “Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan nasional”.

Mandiri dimaksudkan ke depan Indonesia dapat mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri dalam mengelola sumber daya kelautan dan perikanan, sehingga sejajar dan sederajat dengan bangsa lain. Maju dimaksudkan dapat mengelola sumber daya kelautan dan perikanan dengan kekuatan SDM kompeten dan iptek yang inovatif dan bernilai tambah, untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang tinggi dan merata. Kuat diartikan memiliki kemampuan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari pengelolaan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan dan

menumbuhkan wawasan dan budaya bahari. Berbasis kepentingan nasional dimaksudkan adalah mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hal ini menjadi dasar dalam menyusun kerangka pembangunan kelautan dan perikanan di Jawa Barat.

Kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan Tahun 2015-2019 ditetapkan dengan memperhatikan 3 dimensi pembangunan nasional, yakni SDM, sektor unggulan, dan kewilayahan. Sektor kelautan dan perikanan telah dijadikan sektor unggulan nasional, yang penjabarannya dilaksanakan KKP dengan pendekatan fungsi/bisnis proses mulai dari hulu sampai hilir, peran KKP yang dimandatkan dalam peraturan perundang- undangan, serta tugas KKP dalam pelaksanaan Agenda Pembangunan Nasional/Nawa Cita.

Kerangka pencapaian tujuan RPJMN 2015-2019 dirumuskan lebih lanjut dalam 9 Agenda Prioritas Pembangunan Nasional (Nawa Cita), yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah- daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa- bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh Ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Arah kebijakan KKP disusun untuk mencapai misi pembangunan kelautan dan perikanan. Strategi pembangunan nasional yang terkait dengan tugas KKP adalah:

1. Agenda/Nawa Cita ke-1:

Sub Agenda: Memperkuat Jati Diri sebagai Negara Maritim

a. Meningkatkan pengawasan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara terpadu;

b. Menyempurnakan sistem penataan ruang nasional dengan memasukkan wilayah laut sebagai satu kesatuan dalam rencana penataan ruang nasional/regional;

c. Menyusun dan mengimplementasikan Rencana Aksi Pembangunan Kelautan dan Maritim untuk penguasaan dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan maritim untuk kesejahteraan rakyat;

d. Meningkatkan sarana prasarana, cakupan pengawasan, dan peningkatan kelembagaan pengawasan sumber daya kelautan;

e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan; dan

f. Mengintensifkan penegakan hukum dan pengendalian Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan yang merusak sumberdaya kalautan dan perikanan.

2. Agenda/Nawa Cita ke-4:

Sub Agenda: Pemberantasan Perikanan Illegal/ IUU Fishing

a. Peningkatan koordinasi dalam penanganan pelanggaran tindak pidana perikanan

b. Penguatan sarana sistem pengawasan pemanfaatan sumebrdaya kelautan dan perikanan;

c. Penataan sistem perizinan usaha perikanan tangkap; dan d. Peningkatan penertiban ketaatan kapal di Pelabuhan Perikanan.

3. Agenda/Nawa Cita ke-6:

Sub Agenda: Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional MelaluiPeningkatan Hasil Perikanan

a. Peningkatan mutu, nilai tambah dan inovasi teknologi perikanan;

b. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perikanan;

c. Penyempurnaan tata kelola perikanan; dan d. Pengelolaan perikanan berkelanjutan.

4. Agenda/Nawa Cita ke-7:

Sub Agenda: Peningkatan Kedaulatan Pangan melalui Peningkatan Produksi Perikanan

a. Ekstensifikasi dan intensifikasi usaha perikanan untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi;

b. Penguatan faktor input dan sarana prasarana pendukung produksi; dan c. Penguatan keamanan produk pangan perikanan.

Sub Agenda: Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan

a. Pemanfaatan sumber daya kelautan untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir;

b. Penyediaan data dan informasi sumberdaya kelautan yang terintegrasi (one map policy) dalam rangka mendukung pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut;

c. Pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya hayati laut;

d. Pengembangan SDM dan IPTEK kelautan yang berkualitas dan meningkatnya wawasan dan budaya bahari; dan

e. Peningkatan harkat dan taraf hidup nelayan dan masyarakat pesisir.

Pemerintah Provinsi Jawa barat merespon kebijakan nasional melalui prioritas pembangunan daerah di bidang kelautan dan perikanan yang dijabarkan dalam tujuan pencapaian misi meliputi;

1. Mewujudkan manusia yang berketuhanan, berdemokrasi, berkebangsaan dan berkeadilan sosial

2. Meningkatkan Kebahagiaan dan Kesejahteraan Masyarakat

3. Mempercepat pertumbuhan dan pemerataan pembangunan yang berkelanjutan 4. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan

5. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berdaya saing serta mengurangi disparitas ekonomi

6. Mewujudkan good governance dan whole of government

Kebijakan pembangunan daerah yang berkaitan dengan sektor kelautan dan perikanan adalah tujuan 2 (dua), meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat, 3 (tiga), mempercepat pertumbuhan dan pemerataan pembangunan yang berkelanjutan, tujuan 4 (empat), meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, tujuan 5 (lima), mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berdaya saing serta mengurangi disparitas ekonomi serta tujuan 6 (enam) mewujudkan good governance dan whole of government .

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kebijakan Lingkungan Hidup Strategis

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat Tahun 2009 – 2029, disebutkan bahwa tujuan penataan ruang Jawa Barat Tahun 2029 adalah

“Mewujudkan Tata Ruang WilayahProvinsi yang Efisien, Berkelanjutan, dan Berdayasaing Menuju Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa penataan ruang wilayah Jawa Barat hendaknya mampu memberikan daya guna dan hasil guna sesuai arahan pemanfaatan ruang, untuk menjamin menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta tetap mempertimbangkan daya tarik investasi di dalam pengembangan ekonomi wilayah.

Arahan kebijakan pengembangan wilayah dalam tata ruang Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 berkaitan dengan pembagian wilayah pengembangan, pengembangan pola dan struktur ruang serta arahan pengembangan dari setiap Wilayah Pengembangan (WP). Pembangunan di sektor kelautan dan perikanan secara umum tersebar diseluruh WP di Provinsi Jawa Barat. Dalam hal struktur ruang, pengembangan Pusat Kegiatan baik nasional, wilayah maupun lokal beberapa terkait dengan pembangunan sektor kelautan dan perikanan baik di wilayah Jawa Barat Selatan maupun Jawa Barat Utara. Dari kebijakan pengembangan pola ruang, salah satu arahan dalam pengembangan kawasan budidaya adalah mendorong pengelolaan wilayah pesisir, laut, dan pulau kecil dengan pendekatan keterpaduan ekosistem, sumberdaya & kegiatan pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks ini Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai tanggung jawab besar untuk memastikan strategi pemanfaatan ruang tercapai dengan optimal. Deskriprsi rinci untuk strategi masing-masing WP yang terkait dengan kelautan dan perikanan dijelaskan dibawah ini.

a. Kebijakan Pengembangan Wilayah

1) Pembagian 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP) serta keterkaitan fungsional antarwilayah dan antarpusat pengembangan.

2) Penetapan WP untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan pembangunan, dan merupakan penjabaran dari Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Andalan pada sistem nasional.

b. Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang

1) Pemantapan peran perkotaan di Jawa Barat sesuai fungsi yang telah ditetapkan, yaitu PKN, PKW, dan PKL.

2) Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsi kegiatan dominannya.

3) Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara, serta wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan.

4) Pengendalian perkembangan sistem kota di wilayah selatan dengan tidak melebihi daya dukung dan daya tampungnya.

5) Penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk mewujudkan sistem kota di Jawa Barat.

6) Mendorong terlaksananya peran wilayah pengembangan (WP) dan kawasan strategis provinsi (KSP) dalam mewujud-kan pemerataan pertumbuhan wilayah

& sebaran penduduk.

7) Mengutamakan pembangunan hunian vertikal pada kawasan permukiman perkotaan guna optimalisasi & efisiensi ruang budidaya yang semakin terbatas, terutama pada kawasan yang perlu dikendalikan.

8) Mengamankan kepentingan pertahanan dan keamanan negara sesuai dengan rencana tata ruang pertahanan dan keamanan.

c. Kebijakan Pengembangan Pola Ruang

1) Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung:

a) Pencapaian luas kawasan lindung sebesar 45%.

b) Menjaga kualitas kawasan lindung.

2) Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya:

a) Mempertahankan lahan sawah berkelanjutan serta meningkat-kan produktivitas pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan guna menjaga ketahanan pangan Jawa Barat & Nasional.

b) Mendorong pengelolaan wilayah pesisir, laut, dan pulau kecil dengan pendekatan keterpaduan ekosistem, sumberdaya & kegiatan pembangunan berkelanjutan.

c) Mengoptimalkan potensi lahan budidaya & SDA, guna mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah yang belum berkembang karena keterbatasan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Pembagian Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut:

WP

Bodebekpunjur

a. Kota Bogor, Depok, dan Bekasi: Kota satelit untuk

mendorong pengembangan PKN Kws Perkotaan Jakarta;

Simpul pelayanan & jasa perkotaan; perdagangan dan jasa serta industri padat tenaga kerja.

b. Kab. Bogor, Bekasi: Kawasan penyangga dalam sistem PKN Kws Perkotaan Jakarta; Industri ramah lingkungan (tidak banyak menggunakan air tanah).

c. Kws Puncak (Bogor-Cianjur): Fokus pada kegiatan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan lindung; kws penyangga dlm sistem PKN Kws Perkotaan Jakarta.

WP Sukabumi a. Kota Sukabumi: pusat pengolahan agribisnis dan

peternakan, Agropolitan, wisata agro, industri non-polutif dan tidak mengganggu resapan air, perdagangan dan jasa yang mendukung fungsi PKW Sukabumi.

b. Kab. Sukabumi: Agribisnis, kws penggembalaan umum ternak, Ruminansia, wisata pantai, wisata agro, wisata minat khusus, industri non-polutif dan tdk mengganggu resapan air, perdagangan & jasa yg mendukung fungsi PKW Palabuhanratu dan simpul layanan wilayah sekitarnya, pengembangan wilayah pesisir selatan melalui pengem-bangan wisata pantai dan minat khusus serta perikanan tangkap, pertambangan mineral logam dan non-logam, pengembangan sarana dan prasarana yang terintegrasi yang diarahkan untuk

keg. bisnis kelautan skala nasional dan internasional di PKW Palabuhanratu.

c. Kab. Cianjur: Agribisnis, pertanian, perkebunan, kehutanan, kawasan penggembalaan umum ternak ruminansia, wisata agro, wisata alam, industri kreatif, pengembangan wil. pesisir untuk perikanan tangkap, wisata minat khusus, pertambangan mineral logam dan non-logam.

WP Cekungan Bandung

a. Kota Bandung: PKN Kws Perkotaan Bandung Raya;

Perdagangan dan jasa; Industri kreatif dan high tech;

Pariwisata; Transportasi.

b. Kab. Bandung: Bagian dari PKN Metropolitan Bandung;

Kws Peruntukan Industri; Wisata alam; Pertanian;

Perkebunan.

c. Kab. Sumedang: PKL, melengkapi sarana & prasarana min. PKL; Pusat pendidikan tinggi (Jatinangor);

Agrobisnis; Kws Industri.

d. Kota Cimahi: Kws inti PKN Metropolitan Bandung;

Perdagangan dan jasa; Industri kreatif dan high tech.

e. Kab. Bandung Barat: Bagian dari PKN Metropolitan Bandung; Industri non polutif; pertanian; Industri kreatif dan high tech.

WP Priatim- Pangandaran

a. Kota Tasikmalaya: PKW Tasikmalaya, pusat

pengembangan industri kerajinan, perdagangan dan jasa.

b. Kab. Tasikmalaya: sektor pertanian dan industri

pengolahannnya, perikanan dan industri pengolahannya, pusat pengembangan industri kerajinan, wisata alam.

c. Kab. Garut: Pertanian dan industri pengolahannya, perikanan dan industri pengolahannya, wisata alam dan minat khusus

d. Kab. Ciamis (Pangandaran): sektor pertanian, industri pengolahan hasil pertanian, wisata pantai, perikanan dan industri pengolahannya.

e. Kota Banjar: simpul transportasi dan jasa perkotaan di Jabsel, perdagangan dan jasa, pintu gerbang Provinsi Jawa Barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

WP Purwakarta a. PKW Cikampek-Cikopo: memenuhi fungsinya sbg PKW dgn melengkapi sarpras yg terintegrasi dg wilayah pengaruhnya (hinterland).

b. Kab. Purwakarta: industri non-polutif dan non-ekstraktif atau tidak mengganggu irigasi dan cadangan air, serta industri kreatif; pariwisata dan agroindustri; pertambangan mineral logam dan non-logam.

c. Kab. Subang: simpul pendukung pengembangan PKN Ksw Perkotaan Bandung Raya; pertanian lahan basah berkelanjutan; industri non-polutif dan non-ekstraktif yg tdk mengganggu irigasi dan cadangan air serta tdk

mengakibatkan alih fungsi lahan sawah; bisnis kelautan;

pertambangan mineral non-logam.

d. Kab. Karawang: simpul pendukung pengembangan PKN Kaw. Perkotaan Bodebek; pertanian lahan basah

berkelanjutan; bisnis kelautan; industri non-polutif dan non-ekstraktif yg tdk mengganggu irigasi dan cadangan air; agroindustri.

WP

Ciayumajakuning

a. Kota Cirebon: PKN Cirebon, dg sarpras yg terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya, simpul utama pelayanan, jasa, perdagangan dan industri di Jabar bagian Timur, wisata budaya dan religi.

b. Kab. Cirebon: Bagian dari PKN Cirebon dg sarpras yg terintegrasi, industri, bisnis kelautan, pertanian, dan pertambangan mineral.

c. Kab. Indramayu: PKW Indramayu, dengan sarpras yang terintegrasi , pertanian lahan basah berkelanjutan, bisnis kelautan dan perikanan, industri pertambangan terutama minyak dan gas, agribisnis dan agroindustri.

d. Kab. Majalengka: Lokasi Bandara Internasional Jawa Barat & Aerocity di Kertajati, daerah Konservasi utama TN. G. Ciremai, agrobisnis, industri bahan bangunan, dan pertambangan mineral, pengembangan sarpras yg

terintegrasi di PKW Kadipaten.

e. Kab. Kuningan: Sebagai PKL, dg sarana prasarana pendukung, pertanian, wisata alam, agroindustri , daerah konservasi utama TN.G. Ciremai, dan perlindungan sumber air.

f. Kab. Sumedang: Sebagai PKL, dg sarana & prasarana pendukung, agribisnis, industri, dan pertambangan mineral.

Sumber: Konsep Perubahan RTRW Provinsi Jawa Barat 2009-2029

Berdasarkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), permasalahan pelayanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat beserta factor penghambat dan pendorong keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Permasalahan Pelayanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Baratberdasarkan Analisis KLHS beserta faktor Penghambat dan PendorongKeberhasilan Penanganannya

N No

Hasil KHLS terkait Tugas dan Fungsi OPD

Permasalahan Pelayanan OPD

Faktor

Penghambat Pendorong

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan

Berkurangnyawilayah/kawasaa n perikanan karena alih fungsi menjadi pemukiman

Belum tertatanya rencana tata ruang potensi kelautan dan perikanan

Teknologi terapan terus berkembang sesuai potensi yang ada

2 Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup

Ketidak seimbangan penyediaan bahan pangan dengan pertambahan penduduk

Berkurangnya lahan produktif karena dijadikan pemukiman

Berkembangnya teknologi intensifikasi dalam

meningkatkan produksi ikan

3 Daya dukung air sebagian besar sudah melampaui ambang batas daya

dukung

Ketersediaan air di perairan umum dan air sebagai

pendukung budidaya air tawar

Konflik penggunaan air untuk berbagai penggunaan dan pencemaran perairan

Berkembanganya teknologi budidaya

4 Kinerja layanan/jasa ekosistem Belum adanya peraturan dan perundang undangan yang jelas dalam alih fungsi lahan

Kurangnya koordinasi lintas sektoral dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah

Kesadaran semua pihak dalam mengontrol resiko jasa ekosistem

5 Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam

Program intensifikasi belum sepenuhnya didukung oleh sumber dana yang memadai dan teknologi tepat guna

Sumber daya anggaran dan modal yang dimiliki

nelayan/pem budidaya masih terbatas

Adanya program peningkatan usaha sudah dikucurkan.

KUR,KKP-E dan lain ,lain

N No

Hasil KHLS terkait Tugas dan Fungsi OPD

Permasalahan Pelayanan OPD

Faktor

Penghambat Pendorong

(1) (2) (3) (4) (5)

6 Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim

Resiko pada usaha intensifikasi Perikanan cenderung meningkat

Terjadi kegagalan usaha akibat perubahan iklim yang ekstrim

Berkembangnya benih ikan yang unggul

7 Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati

Ketersediaan teknologi

diversifikasi usaha pada lahan yang ada terbatas

Berkurangnya lahan produktif untuk usaha perikanan dan kawasan konservasi

Disversifikasi pangan hasil perikanan

3.5 Telaahan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat mempunyai potensi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang sangat besar baik sumberdaya hayati, non hayati, sumberdaya buatan dan jasa lingkungan. Secara geografis wilayah pesisir dan laut Provinsi Jawa Barat terbagi menjadi 2 wilayah, yaitu wilayah pantai utara (Pantura) dan wilayah pantai selatan (Pansela).

Berdasarkan data BIG, panjang garis pantai utara adalah 411,68 km; dan panjang garis pantai selatan adalah 446,35 km; sehingga panjang garis pantai Jawa Barat mencapai 858,03 km. Oleh karena itu upaya pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi Jawa Barat perlu direncakanan dengan baik.

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilaksanakan dengan tujuan: a.

menciptakan harmonisasi dan sinergi perencanaan dan pemanfaatan ruang laut antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah Provinsi; b. menciptakan harmonisasi dan sinergi perencanaan dan pemanfaatan ruang laut dan ruang darat; c. mewujudkan kelestarian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan; d.

mewujudkan pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan e. menjamin kepastian hukum dan keadilan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam rangka mengarahkan proses pengelolaan yang baik, Provinsi Jawa Barat membuat perencaaan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil (RZWP-3-K). Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disingkat RZWP-3-K adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.

Perencanaan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K), yang merupakan rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, sebagai perbaikan dari Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 16 Tahun 2013 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2029 yang disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan undang Nomor 1 Tahun 2014, serta kewenangan yang tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah berikut perubahannya.

RZWP-3-K berfungsi sebagai:

a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD);

b. acuan dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan/atau Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

c. instrumen penataan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Daerah Provinsi;

d. dasar pemberian izin lokasi dan izin pengelolaan dalam melakukan pemanfaatan ruang dari perairan pesisir dan pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil;

e. acuan dalam penyelesaian konflik pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;

f. acuan dalam pemanfaatan ruang di perairan laut wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; dan

g. acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Dalam penyusunan Rencana Strtategis Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat 2019 – 2023, kebijakan dalam pengembangan pola ruang pesisir dan pulau-pulau kecil serta arahan penggunaannya perlu dipertimbangkan. RZWP-3-K merupakan salah satu dokumen perencanaan yang perlu diacu untuk diterjemahkan dalam kebijakan yang ada di renstra. Dinas kelautan dan perikanan mempunyai peran untuk memastikan strategi pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat tercapai dengan baik.

Dari dokumen RZWP-3-K diacu arah kebijakan dan strategi yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Kelautan Provinsi Jawa Barat. Deskriprsi rinci untuk kebijakan dan strategi dalam pengelolaan wilayah pesisira dan pulau-pulau kecil dijelaskan dibawah ini.

1. Kebijakan pemanfaatan dan pengembangan alokasi ruang, meliputi:

1.1 Pengelolaan Kawasan Konservasi, terdiri atas:

a. menambah luasan Kawasan Konservasi;

b. mencegah alih fungsi dalam Kawasan Konservasi;

c. meminimalisasi kerusakan Kawasan Konservasi akibat kegiatan manusia dan alam;

d. mengamankan Kawasan Konservasi; dan

e. melaksanakan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana alam.

1.2 Pengembangan Kawasan Pemanfaatan Umum:

a. pengembangan kegiatan pada Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil berbasis potensi sumber daya dan daya dukung lingkungan; dan

b. pemantauan dan pengendalian kegiatan pada Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang berpotensi melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

1.3 Pengembangan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Nasional Tertentu terdiri dari:

a. pelestarian dan peningkatan nilai kawasan strategis dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah, pelestarian nilai-nilai budaya, dan pelestarian lingkungan;

b. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis secara produktif, efisien, dan berdaya saing sesuai potensi lokal dan daya dukung lingkungan;

c. pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan strategis; dan d. turut serta menjaga pertahanan keamanan kawasan Strategis Negara.

1.4 Pengelolaan alur laut terdiri dari:

a. penetapan Alur Pelayaran dan/atau perlintasan;

b. penetapan pipa/kabel bawah laut; dan c. perlindungan migrasi biota laut.

2. Strategi Pengelolaan Kawasan Konservasi

2.1 Strategi menambah luas Kawasan Konservasi meliputi:

a. penambahan luas kawasan;

b. pengembalian dan peningkatan fungsi Kawasan Konservasi yang telah menurun, dalam rangka mengembalikan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;

c. peningkatan upaya-upaya pengamanan Kawasan Konservasi;

d. pengembangan program penyelamatan Kawasan Konservasi secara terpadu lintas wilayah dan lintas sektor;

e. rehabilitasi Kawasan Konservasi Perairan, Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, cagar alam, pelestarian sumber daya alam dan kawasan keanekaragaman hayati spesifik lokal; dan

f. pertahanan fungsi konservasi dan pembatasan kegiatan pemanfaatankawasan

f. pertahanan fungsi konservasi dan pembatasan kegiatan pemanfaatankawasan

Dokumen terkait