• Tidak ada hasil yang ditemukan

13 Frezzer Unit 2 2.500.000 5.000.000

14 Boot Unit 7 50.000 350.000

15 Timbangan Unit 2 250.000 500.000

Total 320.665.000

Selain biaya investasi, terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh peternakan kelinci agar usaha dapat terus berjalan ketika ada komponen peternakan yang telah habis umur ekonomisnya. Komponen investasi yang memiliki umur ekonomis akan dilakukan reinvestasi setiap akhir periode umur ekonomis.

Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa pada tahun ke-3 ada beberapa komponen peternakan yang mengalami reinvestasi kemudian akan diikuti oleh komponen peternakan lainnya sesuai dengan umur ekonomis tiap komponen peternakan. Berikut adalah tabel 16 perincian komponen reinvestasi pada peternakan kelinci.

Tabel 16. Biaya Reinvestasi di Jaji’s Farm No. Komponen Biaya Umur (Thn) Jumlah biaya (Rp)

Biaya Reinvestasi (tahun)

3 4 5 6 7 9 10 1 Beli Lahan 36.000.000 2 Indukan 5 180.000.000 180.000.000 3 Bangunan Kandang 10 30.000.000 4 Batre+box 5 40.000.000 40.000.000 5 Ember 2 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 6 Sekop 3 60.000 60.000 60.000 60.000 7 Kompor 2 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 8 Tempat urin 3 780.000 780.000 780.000 780.000 9 Motor 5 25.000.000 25.000.000 10 Arit 3 210.000 210.000 210.000 210.000

11 Pisau 3 105.000 105.000 105.000 105.000

12 Tempat Pakan 5 2.000.000 2.000.000

13 Frezzer 5 5.000.000 5.000.000

14 Sepatu Boot 3 350.000 350.000 350.000 350.000

15 Timbangan 5 500.000 500.000

Total Biaya Reinvestasi 320.575.000 570.000 1.505.000 570.000 252.500.000 2.075.000 570.000 1.505.000 Sumber : Jaji’s Farm

B. Biaya Operasional kondisi Pengembangan 1. Biaya Tetap Kondisi Pengembangan

Dalam kondisi pengembangan peternakan kelinci, terdapat enam komponen biaya tetap yang harus dilakukan oleh Jaji’s Farm. Komponen-komponen biaya tetap tersebut dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Biaya Tetap Jaji’sFarm Kondisi Pengembangan

No Komponen Biaya Rincian Biaya

Per Tahun 1 Sewa Lahan 2.500.000 2 Listrik 846.000 3 Gaji Karyawan 115.056.000 4 Transportasi 8.460.000 5 Telepon 4.230.000 6 PBB 188.000 Total 131.280.000

Sumber : Jaji’sFarm

1). Sewa Lahan

Terdapat dua status lahan yang digunakan oleh peternakan kelinci saat ini yaitu lahan sewaan dan lahan pribadi (beli). Biaya sewa lahan peternakan kelinci sebesar Rp. 2.500.000,- untuk 100 meter persegi.

2). Tagihan Listrik

Penggunaan tenaga listrik di Peternakan kelinci hanya untuk sebagai alat bantu pada penerangan pada malam hari. Biaya tagihan di peternakan kelinci ini adalah sebesar Rp. 846.000,- per tahun.

3). Gaji

Tenaga kerja di peternakan berjumlah 7 orang dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh Jaji’sFarm adalah sebesar Rp. 115.056.000,- per tahun.

Biaya transportasi digunakan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan peternakan seperti distribusi produk atau pengadaan bahan pakan. Biaya yang harus dikeluarkan oleh Jaji’sfarm adalah sebesar Rp. 8.460.000,- per tahun untuk dua unit kendaraan roda dua.

5). Telepon

Biaya telepon yang digunakan dengan menggunakan telepon selular membutuhkan biaya sebesar Rp. 4.230.000,- per tahun.

6). Pajak Bumi dan Bangunan

Peternakan kelinci ini memiliki dua lahan yang harus diperhitungkan biaya pajaknya. Biaya pajak bumi dan bangunan yang harus dikeluarkan oleh Jaji’s

Farm adalah sebesar Rp. 188.000,- per tahun.

2. Biaya Variabel Kondisi Pengembangan a) Biaya Pakan

Biaya pakan yang harus dikeluarkan peternakan dalam kondisi pengembangan adalah biaya pakan indukan, kelinci anakan umur dua bulan dan tiga bulan dengan total biaya yang harus dikeluarkan untuk pakan hijauan dan konsentrat adalah sebesar Rp. 96.480.000,- per tahun. Berikut adalah tabel 18 perincian proyeksi pemberian pakan di Jaji’sFarm.

Tabel 18. Pemberian Pakan Hijauan dan Konsentrat Kondisi Pengembangan

Kebutuhan Pakan Pakan/ Ekor (Kg) Biaya (Rp) Total Biaya (Rp) Indukan hijauan 72 14.400 5.760.000 konsnetrat 36 108.000 43.200.000

Kebutuhan Pakan 2 Bulan per ekor biaya Total

Hijauan 5 900 1.620.000

Konsentrat 3 7.650 13.770.000

Kebutuhan Pakan 3 Bulan

Konsentrat 8 22.500 28.350.000

Total Biaya

Hijauan 92 18.300 11.160.000

konsentrat 46 138.150 85.320.000

Total Biaya Pakan 138 156.450 96.480.000

Sumber : Jaji’sFarm 2011

b) Biaya Vaksin dan Vitamin

Pemberian vaksin dan vitamin untuk peternakan kelinci pada kondisi pengembangan adalah sebesar Rp. 900.000,- untuk indukan di tahun pertama. Kemudian dilakukan pemberian vaksin dan vitamin untuk enam bulan berikutnya sebesar Rp. 2.835.000,-. Sehingga biaya yang harus dikeluarkan oleh Jaji’s

Farm adalah sebesar Rp. 3.735.000,- per tahun. Berikut adalah tabel 19 proyeksi biaya yang dikeluarkan untuk pemberian vaksin dan vitamin.

Tabel 19. Proyeksi Biaya Pemberian Vaksin dan Vitamin Kondisi Pengembangan

Pemberian Vaksin dan Vit Jumlah ternak (ekor) Biaya (Rp)

Bulan 1 400 900.000

Bulan 7 1260 2.835.000

Total / Tahun 3.735.000

Sumber : Jaji’sFarm 2011

c) Pajak Pendapatan Usaha

Pajak yang harus dikeluarkan oleh Jaji’s Farm pada kondisi pengembangan adalah sebesar Rp. 29.534.646,-. Perhitungan pajak pendapatan ini dapat dilihat pada lampiran 9.

6.2.2. Analisis Laba Rugi

6.2.2.1. Laporan Laba Rugi Kondisi Aktual

Analisis laba rugi dilakukan untuk mengetahui perkembangan laba usaha yang diperoleh setiap tahun. Dalam penyusunan laporan laba rugi terdapat beberapa komponen biaya penyusutan yang diperoleh dari investasi usaha. Komponen analisis laba rugi tersebut terdiri dari penerimaan hasil penjualan, total biaya tetap, total biaya variabel, biaya penyusutan, biaya bunga, serta biaya pembayaran pajak.

Analisis laba rugi yang dilakukan menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp. 47.733.250,- per tahun dengan pajak yang dikenakan untuk usaha peternakan ini sebesar 25 persen. Dari hasil analisis tersebut diperoleh laba bersih secara stabil tiap tahunnya sehingga diperoleh laba bersih sebesar Rp. 35.799.938,- per tahun. Perhitungan rincian laporan laba rugi untuk ketiga skenario dapat dilihat pada lampiran 8.

6.2.2.2. Laporan Laba Rugi Kondisi Pengembangan

Analisis laba rugi pada peternakan dengan kondisi pengembangan memperlihatkan bahwa laba yang diperoleh sebesar Rp. 118.138.583,- dengan pajak yang dikenakan sebesar 25 persen sehingga diperoleh laba bersih sebesar Rp. 88.603.938,- per tahun. Laporan laba rugi untuk kondisi pengembangan dapat dilihat pada lampiran 9.

6.2.3. Hasil Analisis Kelayakan Finansial

Hasil dari analisis kelayakan finansial dilakukan menggunakan beberapa kriteria kelayakan NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), IRR (Internal Rate Return) dan PP (Payback Periods). Discount rate yang digunakan adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia yaitu 6,5 persen untuk usaha peternakan dengan kondisi aktual tanpa pinjaman dan tingkat suku bunga sebesar 12 persen untuk usaha peternakan kondisi pengembangan dengan modal usaha berasal dari modal sendiri dan pinjaman. Berikut adalah Tabel 20 hasil analisis kelayakan finansial berdasarkan ketiga skenario usaha peternakan kelinci di Jaji’s

Farm.

Tabel 20. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan kelinci di Jaji’s

Farm.

Diskon

Rate Kondisi

Kriteria Investasi

NPV IRR (Persen) Net B/C PP

6,5 % Aktual 175.748.940 53 3,42 4,35

12 % Pengembangan 292.353.219 61 3,51 4,44

Sumber : Jaji’sFarm

Dilihat dari usaha peternakan kelinci dengan kondisi aktual (Tabel 20), dapat dilihat nilai NPV, IRR, Net B/C dan tingkat pengembalian investasi dalam

lampiran 10. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukan bahwa kondisi aktual dinyatakan layak untuk dijalankan.

Pada usaha peternakan kelinci dengan kondisi pengembangan (Tabel 20), dapat dilihat nilai NPV, IRR, Net B/C sesuai dengan ketentuan kriteria kelayakan. Perincian analisis kelayakan finansial untuk usaha dengan kondisi pengembangan dapat dilihat di lampiran 11. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada usaha peternakan kelinci dengan pengembangan dinyatakan layak untuk dijalankan.

Dari hasil keseluruhan analisis kelayakan Finansial menunjukan bahwa berdasarkan kriteria kelayakan investasi (Tabel 20). Pada seluruh kondisi usaha peternakan yang berjalan dinyatakan layak untuk dijalankan, hal ini dikarenakan perolehan nilai NPV lebih dari nol, IRR lebih dari diskonto yang digunakan dan

Net B/C lebih dari satu. Dari kedua kondisi tersebut, kondisi pengembangan dengan modal pinjaman dapat dijadikan sebagai prioritas dalam menjalankan usaha Jaji’s Farm karena dinilai menghasilkan keuntungan maksimal dan lebih efisien dalam penggunaan biaya investasi usaha.

6.2.4. Analisis Switching Value Kondisi Aktual

Analisis dengan metode penghitungan switching value digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan harga yang terjadi baik harga output atau input. Pertimbangan penggunaan parameter yang dilakukan dalam analisis switching value ini diambil dari parameter yang dianggap sangat berpengaruh terhadap usaha peternakan kelinci.

Analisis switching value dilakukan dengan menghitung nilai keuntungan mendekati normal dimana NPV sama dengan nol, IRR sama dengan discount factor yang berlaku dan Net B/C sama dengan satu. Analisis ini menghitung perubahan maksimum dari beberapa parameter, sehingga dapat diperoleh informasi batas maksimum dan minimum dari perubahan parameter yang terjadi. Berikut adalah tabel 21 perincian hasil analisis switching value pada peternakan kondisi aktual.

Tabel 21. Hasil Analisis SwitchingValue Kondisi Aktual.

Parameter Persentase (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%)

Peningkatan Harga Pakan (input) 68 0 1,00 6,5

Dari hasil analisis switching value, menunjukan bahwa untuk peternakan kondisi aktual diperoleh nilai perubahan yang dapat ditolelir dan menjadi batas kelayakan dari adanya perubahan harga input di Jaji’s Farm yaitu peningkatan harga pakan konsentrat sebesar 68 persen atau sebesar Rp. 2.042,- per kilogram.

Hasil perhitungan dari perubahan harga output yang masih dapat ditolelir yaitu dengan adanya penurunan harga jual daging kelinci (output) sebesar 19 persen atau sebesar Rp. 11.642,- per kilogram.

Nilai tersebut merupakan parameter kelayakan yang digunakan peternakan sehingga peternakan memiliki gambaran sampai titik mana usaha ini akan menjadi tidak layak. Hasil perhitungan analisis switching value peternakan kondisi aktual dapat dilihat pada lampiran 12, 13.

Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa perubahan yang terjadi dihitung dari berbagai parameter input dan output sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis dengan mengggunakan perubahan parameter harga jual daging kelinci (output) lebih sensitif (peka) dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan menggunakan parameter perubahan harga pakan (input).

6.2.5. Analisis Aspek Finansial dengan Kondisi Pengembangan

Berdasarkan analisis switching value dengan kondisi pengembangan di

Jaji’s Farm dilakukan perhitungan dengan menggunakan paramater input dan

output. Hasil perhitungan analisis switching value peternakan kondisi Pengembangan dapat dilihat pada lampiran 14, 15. Dari hasil analisis tersebut dapat diperoleh hasil untuk peningkatan harga konsentrat (input) sebesar 42 persen atau kenaikan harga sebesar Rp. 1.264,- setiap kilogramnya. Sedangkan untuk hasil dari penurunan harga daging kelinci (output) diperoleh penurunan harga sebesar 17 persen atau sebesar Rp. 10.266,- tiap kilogramnya. Berikut adalah tabel 22 hasil analisis switching value pada peternakan kelinci dalam kondisi pengembangan.

Tabel 22. Hasil Analisis SwitchingValue Kondisi Pengembangan

Parameter Persentase (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%)

Peningkatan Harga Pakan (input) 42 0 1,00 6,5

Berdasarkan analisis switching value yang dilakukan dengan kedua kondisi yaitu Kondisi Aktual dan Kondisi Pengembangan diperoleh hasil bahwa penurunan harga jual daging kelinci (Output) menunjukan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan parameter peningkatan harga pakan konsentrat terhadap kelayakan usaha peternakan kelinci Jaji’sFarm.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang Analisis Kelayakan Peternakan Kelinci di

Jaji’s Farm dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dilihat dari hasil analisis aspek pasar dapat disimpulkan bahwa usaha peternakan ini layak untuk dijalankan dimana Jaji’s Farm memiliki potensi terhadap permintaan pasar yang ada saat ini. Dilihat dari segi analisis aspek teknis Jaji’s Farm dapat dikatakan layak untuk dijalankan

Berdasarkan analisis switching value yang dilakukan dengan kedua kondisi yaitu Kondisi Aktual dan Kondisi Pengembangan diperoleh hasil bahwa penurunan harga jual daging kelinci (Output) menunjukan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan parameter peningkatan harga pakan konsentrat terhadap kelayakan usaha peternakan kelinci Jaji’sFarm.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang Analisis Kelayakan Peternakan Kelinci di

Jaji’s Farm dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dilihat dari hasil analisis aspek pasar dapat disimpulkan bahwa usaha peternakan ini layak untuk dijalankan dimana Jaji’s Farm memiliki potensi terhadap permintaan pasar yang ada saat ini. Dilihat dari segi analisis aspek teknis Jaji’s Farm dapat dikatakan layak untuk dijalankan

karena memiliki sarana dan prasarana yang memadai sehingga memberikan kemudahan dalam melakukan aktifitas usahanya. Namun, terdapat ketidaksesuaian dengan salah satu kriteria aspek kelayakan yaitu lokasi peternakan yang berada di wilayah pemukiman padat penduduk. Untuk hasil analisis aspek manajemen dapat dijelaskan bahwa struktur organisasi Jaji’s Farm belum formal dan belum memiliki badan hukum usaha peternakan. Akan tetapi usaha peternakan ini layak dijalankan karena sistem manajemen yang dilakukan sesuai dengan kriteria kelayakan. Adanya peternakan kelinci Jaji’s Farm memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar dimana masyarakat mendapatkan banyak informasi mengenai usaha peternakan kelinci sehingga dapat dikatakan analisis aspek sosial ekonomi dan lingkungan layak untuk dijalankan.

2. Hasil analisis aspek finansial berdasarkan kriteria kelayakan investasi pada kedua kondisi menunjukan bahwa Kondisi Pengembangan layak untuk diprioritaskan karena memiliki nilai NPV sebesar Rp. 292.353.219,-, IRR sebesar 61 persen, Net B/C sebesar 3,51 dan Payback Periods sebesar 4,44. Dilihat dari NPV dapat dikatakan bahwa keuntungan yang diperoleh lebih tinggi daripada kondisi Aktual. Selain itu, dalam sisi efisiensi investasi kondisi pengembangan lebih efisien dibandingkan kondisi aktual sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi pengembangan memiliki tingkat pengembalian lebih singkat.

3. Dari hasil analisis Switching Value yang dilakukan diperoleh hasil bahwa dari sisi perubahan harga jual (output) kondisi pengembangan lebih sensitif dengan tingkat kepekaan sebesar 17 persen terhadap perubahan harga jual kelinci pedaging dan 42 persen untuk perubahan harga input. Oleh karena itu, kondisi aktual lebih diprioritaskan untuk dijalankan karena memiliki tingkat kepekaan lebih kecil dibandingkan kondisi pengembangan .

7.2 Saran

1. Adanya penanganan khusus terhadap limbah yang dihasilkan oleh peternakan karena lokasi peternakan berada di wilayah pemukiman padat

penduduk. Salah satunya yaitu dapat dilakukan pelatihan khusus mengenai penanganan limbah kepada karyawan yang dimiliki oleh Jaji’sFarm.

2. Usaha peternakan yang dijalankan sebaiknya diprioritaskan pada peternakan dengan kondisi pengembangan karena akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar dengan tingkat pengembalian yang cepat. 3. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui tingkat kelayakan

usaha jika Jaji’s Farm ingin melakukan pengembangan usaha dengan menggunakan pinjaman modal tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Penerjemah; Yogyakarta: Edisi keempat, Gajah Mada University Press.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Pencapaian Swasembada Daging Nasional. Jakarta

[DISNAK]. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Jumlah Populasi Ternak di Indonesia. 2010. http//:www.disnak.jabarprov.go.id. [21 Januari 2010].

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PETERNAKAN KELINCI JAJI’SFARM DI DESA CIHERANG

KABUPATEN CIANJUR

SKRIPSI

AGUNG NUGRAHA ANSORI H34076010

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

penduduk. Salah satunya yaitu dapat dilakukan pelatihan khusus mengenai penanganan limbah kepada karyawan yang dimiliki oleh Jaji’sFarm.

2. Usaha peternakan yang dijalankan sebaiknya diprioritaskan pada peternakan dengan kondisi pengembangan karena akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar dengan tingkat pengembalian yang cepat. 3. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui tingkat kelayakan

usaha jika Jaji’s Farm ingin melakukan pengembangan usaha dengan menggunakan pinjaman modal tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Penerjemah; Yogyakarta: Edisi keempat, Gajah Mada University Press.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Pencapaian Swasembada Daging Nasional. Jakarta

[DISNAK]. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Jumlah Populasi Ternak di Indonesia. 2010. http//:www.disnak.jabarprov.go.id. [21 Januari 2010].

[DITJEN]. Direktorat Jendaral Peternakan. 2011. Pusat data dan Informasi Pertanian. http://www.ditjenak.go.id.

Ensimenger, M.E,J.E. Oldfield dan W.W. Hineman. 1990. Feed and Nutrition (Formay Feed And Nutristion complete). 2nd Ed. The Ensminger Publishing Caifornia. USA

Ermin, 2007. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Lobster Air Tawar pada CV. Fizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.

Farrell. D.J, dan Y.C. Raharjo. 1984. Potensi Ternak Kelinci Sebagai Penghasil Daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor.

Gittinger, J.P. 1986. Economic Analysis Of Agricultural Project. 2nd Edition. Terjemahan Sutomo S dan Mangiri K. 1986. Universitas Indonesia. Jakarta

Husnan, dan Muhammad, S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. Penerbit AMP YKPN. Yogyakarta

Kadariah, Lien K, Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu. Jakarta, PT Prenhallindo. Mathius, J.W., A.P. Sinurat, D.M. Sitompu B.P. Manurung, dan Azmi. 2006.

Pengaruh bentuk dan lama penyimpanan terhadap kualitas dan nilai biologis pakan komplit. Seminar Nasional Tek Pet Veteriner. Hal : 57-66 Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Pendidikan dan

Penerangan Ekonomi dan Sosial.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Parakassi, A. 1999. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan Pertama. Penerbit : Universitas Indonesia. Jakarta

Rofik, A. 2005. Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Sapi Perah di Pondok Ranggon, Jakarta Timur. [skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Sarwono, B. 2004. Kelinci Potong dan Hias. Cetakan ke-4. Penerbit Agromedia Pusataka. Jakarta

Satrio, 2005. Analisis Kelayakan Finansial usaha ternak kelinci pada Ushagi Farm (Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen Agribsinis. Institut Pertanian Bogor.

Sumiarti, 2004. Analisis Kelayakan Investasi usaha Agribisnis kelinci (Kasus di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.

Umar H. 2007. Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komperhensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Widagdho, 2008. Analisis Kelayakan usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit

Project Lembang. [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PETERNAKAN KELINCI JAJI’SFARM DI DESA CIHERANG

KABUPATEN CIANJUR

SKRIPSI

AGUNG NUGRAHA ANSORI H34076010

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

RINGKASAN

AGUNG NUGRAHA ANSORI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

Peternakan Kelinci Jaji’s Farm di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA).

Adanya kemajuan teknologi dan pendidikan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat menyebabkan mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi yang lebih tentang makanan yang sehat. Kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan gizi pada umumnya diperoleh dari produk peternakan karena produk peternakan memiliki manfaat sebagai sumber gizi yang memiliki kandungan protein yang tinggi.

Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan dan mencapai kemajuan yang cukup pesat dengan bukti banyaknya peternakan yang berskala industri. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola pikir yang dipengaruhi oleh perkembangan jaman. Berbagai macam produk peternakan menawarkan segala keunggulan akan pentingnya hidup sehat diantaranya adalah produk peternakan kelinci. Peternakan kelinci memiliki potensi sebagai penyedia daging dimana ternak kelinci memiliki pertumbuhan dan reproduksi yang cepat. Untuk satu siklus reproduksi, kelinci dapat menghasilkan 4-10 ekor anakan dengan periode kelahiran 5 sampai 6 kali dalam setahun. Selama ini daerah Cianjur utara dikenal dengan daerah agribisnis, dimana sebagian besar mata pencaharian masyarakat bergerak di bidang pertanian. Secara geografis, desa Ciherang merupakan salah satu lokasi yang cocok untuk budidaya kelinci, karena memiliki iklim dan suhu yang baik untuk pertumbuhan kelinci yaitu sekitar 18-25 oC. Terdapat banyak peternak kelinci yang berada di kabupaten Cianjur salah satu nya adalah Jaji’s Farm. Jaji’sFarm

merupakan salah satu peternakan yang melakukan usaha budidaya kelinci dengan komoditas utama yaitu kelinci pedaging. Jaji’s Farm dianggap sebagai sentra informasi peternakan kelinci oleh peternak lain.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis

cashflow, yaitu dengan NPV, Net B/C dan IRR. Alat analisis yang kedua menggunakan analisis sensitivitas (switching value).

Tujuan dari penelitian adalah : (1) Menganalisis kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. (2) Menganalisis kelayakan usaha di peternakan kelinci dari tiap kondisi yang dilakukan dilihat dari aspek finansial. (3) Menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci pada tiap kondisi yang dilakukan.

Hasil penelitian dilihat dari Aspek pasar menunjukkan potensi terhadap peternakan kelinci memiliki potensi untuk dikembangkan, oleh sebab itu dilihat dari permintaan. Tingginya permintaan konsumen di Jaji’s Farm seperti restoran dan tengkulak untuk kelinci pedaging mencapai 25 kwintal per minggu dan kelinci anakan mencapai 60 ekor per minggu. Akan tetapi, permintaan kelinci pedaging yang terpenuhi oleh Jaji’s Farm hanya sebesar 45-50 kilogram per minggu dan kelinci anakan sebesar 25-30 ekor.

aspek teknis menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian lokasi peternakan dengan kriteria kelayakan non finansial yaitu lokasi usaha berada dilingkungan padat penduduk, sehingga peternakan harus lebih meningkatkan kebersihan kandang. Peternakan tidak mengalami kesulitan dalam tersediaan bahan baku baku pakan walaupun peternak harus menempuh jarak sekitar 1 kilometer dari lokasi usaha. dari aspek manajemen menunjukan perusahaan menggunakan struktur organisasi berbentuk garis dan cukup sederhana dan mampu menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan kewajibannya. Aspek Hukum menunjukkan Jaji’s Farm dapat digolongkan dalam usaha perorangan karena modal usaha yang digunakan berasal dari satu orang dan berperan sebagai pemilik peternakan.

Hasil Perhitungan aspek finansial pada usaha peternakan kelinci dengan

kondisi aktual menunjukan bahwa perhitungan nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp. 175.748.940,-, Nilai net B/C sebesar 3,42, nilai IRR yang diperoleh sebesar 53 persen dengan paybackperiods sebesar 4,35 dengan nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp.28.887.438,-. Hasil perhitungan peternakan dengan kondisi pengembangan dengan lahan 120 meter persegi menunjukan bahwa perhitungan nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 292.353.219,- nilai Net B/C diperoleh sebesar 3,51, nilai IRR sebesar 61 persen, payback period sebesar 4,44, nilai manfaat bersih yang diperoleh sebesar Rp 72.222.477,-.

Hasil perhitungan analisis switching value dari usaha peternakan kelinci

kondisi aktual terhadap peningkatan harga input mencapai 68 persen sedangkan apabila dihitung dari parameter perubahan harga output menghasilkan 19 persen. Dilakukan juga perhitungan terhadap usaha peternakan kelinci dengan kondisi pengembangan lahan 120 meter persegi terhadap penurunan harga input

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PETERNAKAN KELINCI JAJI’SFARM DI DESA CIHERANG

KABUPATEN CIANJUR

AGUNG NUGRAHA ANSORI H34076010

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Judul Proposal : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Jaji’sFarm di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur

Nama : Agung Nugraha Ansori

NRP : H34076010

Disetujui, Pembimbing

Ir. Juniar Atmakusuma, MS

NIP. 19530401 197903 2001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP 19580908 198403 1002

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan

Dokumen terkait