• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Jaji’s Farm di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci Jaji’s Farm di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase

kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia

menempati posisi ke-4 dalam hal jumlah penduduk tertinggi. Dalam hal

pembangunan, Indonesia sedang berada dalam arah peningkatan taraf ekonomi,

sosial dan kesehatan.

Adanya kemajuan teknologi dan pendidikan yang telah dimanfaatkan oleh

masyarakat menyebabkan mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi

yang lebih tentang makanan yang sehat. Pada saat ini masyarakat Indonesia sudah

mulai sadar akan pentingnya kebiasaan hidup sehat, pola konsumsi masyarakat

saat ini juga dipengaruhi oleh adanya tren pentingnya kesehatan. Pengetahuan

akan kesehatan dapat diperoleh masyarakat melalui pendidikan formal, informal

dan non formal. Peningkatan jumlah penduduk maka secara otomatis akan

menambah tingkat kebutuhan konsumsi masyarakat dimana hal tersebut

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Perkembangan

pendidikan dan pengetahuan berperan penting terhadap mengerti pentingnya

konsumsi makanan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan

makanan yang berkualitas baik dan bergizi tinggi. Kebutuhan akan pemenuhan

kebutuhan gizi pada umumnya diperoleh dari produk peternakan karena produk

peternakan memiliki manfaat sebagai sumber gizi yang memiliki kandungan

protein yang tinggi.

Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan dan

mencapai kemajuan yang cukup pesat dengan bukti banyaknya peternakan yang

berskala industri. Pembangunan peternakan ini memiliki nilai strategis dalam

memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seperti daging, telur, susu dan

produk olahan (sampingan). Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan

jumlah penduduk dan perubahan pola pikir yang dipengaruhi oleh perkembangan

jaman. Berbagai macam produk peternakan menawarkan segala keunggulan akan

pentingnya hidup sehat diantaranya adalah produk peternakan kelinci.

Peternakan kelinci memiliki potensi sebagai penyedia daging ternak kelinci

(2)

kelinci dapat menghasilkan 4-10 ekor anakan dengan periode kelahiran 5 sampai 6

kali dalam setahun. Berikut adalah jumlah populasi ternak di Indonesia dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2008-2010 (ribu ekor)

Jenis Spesies 2008 2009 2010

Sapi potong 11.869,16 13.235 14.128

Kerbau 2.191,64 1.933 2.005

Kambing 15.805,90 15.815 16.821

Ayam Ras Pedaging 1.075.884,79 991.281 1.249,95

Kelinci 792,80 999,14 1.258

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2011

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah populasi peternak kelinci

masih lebih rendah dibandingkan dengan peternak lainnya karena kurangnya

kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki ternak kelinci. Untuk itu,

diperlukan adanya penyuluhan dan pelatihan yang efektif dan dibantu oleh

pemerintah kepada masyarakat agar budidaya ternak kelinci dapat memberikan

manfaat yang maksimal dan menjadikan kelinci sebagai salah satu jawaban untuk

pemenuhan gizi yang berasal dari hewani.

Kelinci merupakan hewan yang memiliki nilai manfaat yang tinggi karena

hampir semua bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan supaya menghasilkan nilai

ekonomis. Kelinci termasuk kedalam hewan herbivora non ruminan yang

menghasilkan daging putih yang memiliki kandungan kolestrol rendah dengan

kandungan protein 21 persen, lemak 8 persen dan air 70 persen. Perincian

kandungan kimia yang terkandung dalam daging kelinci dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Komposisi Kimia Daging Kelinci dan Ternak Lainnya

Jenis Energi (kkal/kg)

Sodium (mg/g)

Lemak jenuh (mg/g)

Kadar air (%)

Protein (%)

Lemak (%)

Kelinci 160 40 37 70 21 8

Ayam 200 70 - 67 19,5 12

Sapi 380 65 41,3 49 15,5 35

Domba 345 75 55,4 53 15 31

Babi 330 70 38,6 54,5 15 29,5

(3)

Survey membuktikan lima tahun belakangan ini peningkatan kebutuhan

makanan sehat sudah menunjukan angka yang sangat signifikan1. Dari sekian banyak produk peternakan yang memiliki label sehat, ternak kelinci merupakan

salah satu hasil peternakan yang memiliki manfaat yang sangat baik untuk

kesehatan. Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi daging kelinci saat

ini mulai meningkat disebabkan adanya kesadaran masyarakat akan kesehatan

karena daging kelinci memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sebagai

makanan alternatif yang mampu menurunkan risiko kolesterol dan penyakit

jantung walaupun popularitas daging kelinci di mata masyarakat saat ini masih

rendah dan belum ditanggapi dengan baik oleh masyarakat.

Kurang popularnya daging kelinci di masyarakat menyebabkan

perkembangan populasi peternakan kelinci menjadi terbatas untuk wilayah

sentra-sentra produksi kelinci di Jawa Barat yang dikenal hanya Lembang Bandung

(Jawa Barat). Padahal masih terdapat daerah lain di Jawa Barat yang memiliki

potensi dan cocok untuk budidaya ternak kelinci salah satunya adalah desa

Ciherang yang berada di kabupaten Cianjur (Cianjur Utara).

Selama ini daerah Cianjur utara dikenal dengan daerah agribisnis, sebagian

besar mata pencaharian masyarakat bergerak di bidang pertanian. Secara

geografis, desa Ciherang merupakan salah satu lokasi yang cocok untuk budidaya

kelinci, karena memiliki iklim dan suhu yang baik untuk pertumbuhan kelinci

yaitu sekitar 18-25 oC. Selain itu, ketersediaan pakan hijauan yang melimpah memberikan nilai positif sehingga peternak tidak mengalami kesulitan dalam

memenuhi kebutuhan pakan ternak khususnya ternak kelinci.

(4)

Pada saat ini peternakan masyarakat masih bersandar kepada sistem

tradisional masyarakat tidak melakukan penerapan yang baik terhadap manajemen

salah satunya tidak melakukan pencatatan secara akuntabilitas. Terdapat banyak

peternak kelinci yang berada di kabupaten Cianjur salah satu nya adalah Jaji’s

Farm. Jaji’s Farm merupakan salah satu peternakan yang melakukan usaha budidaya kelinci dengan komoditas utama yaitu kelinci pedaging. Jaji’s Farm

dianggap sebagai sentra informasi peternakan kelinci oleh peternak lain, karena

Jaji’s Farm memiliki pengalaman dalam teknis budidaya sehingga para peternak kelinci bisa sedikit terbantu.

1.2.Perumusan Masalah

Jaji’s Farm merupakan salah satu peternakan kelinci yang menjadikan kelinci pedaging sebagai produk utamanya. Jaji’s Farm telah berdiri lebih dari 20

tahun dan telah bekerjasama dengan peternakan kelinci lain yang berada di daerah

sekitar dalam memenuhi permintaan kelinci. Populasi kelinci indukan di Jaji’s

Farm pada saat ini adalah 170 ekor dengan jumlah indukan betina sebanyak 150 ekor dan jantan 20 ekor. Jenis kelinci yang dibudidayakan oleh Jaji’s Farm adalah

kelinci jenis VlaamseReus yang mampu menghasilkan bobot hidup ± 3 kilogram pada umur tiga bulan.

Produk yang dijual oleh Jaji’s Farm ada dua jenis yaitu penjualan kelinci

pedaging yang merupakan komoditas utama dalam peternakan kelinci dan

penjualan kelinci anakan yang merupakan produk kedua. Kapasitas produksi

kelinci rata-rata di Jaji’sFarm sebanyak 750 ekor tiap periode kelahiran. Jumlah produksi kelinci di Jaji’s Farm dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Produksi Kelinci di Peternakan Jaji’s Farm Tahun 2009 - 2011.

Tahun Jumlah Indukan

(ekor)

Jumlah Produksi (ekor)

2009 120 2400

2010 150 3750

2011 150 3750

Sumber : Jaji’sFarm, 2011

Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan produksi kelinci pada

(5)

disebabkan adanya penambahan jumlah indukan kelinci di Jaji’sFarm pada tahun

2010. Pada tahun 2011 Jaji’s Farm belum melakukan penambahan jumlah

indukan sehingga jumlah produksi yang dihasilkan masih tetap sama dengan

tahun 2010.

Jaji’s Farm memiliki konsumen yang berada di beberapa wilayah Jabodetabek, seperti restoran-restoran yang membutuhkan suplai kelinci pedaging

dan tengkulak yang membutuhkan suplai kelinci anakan secara terus menerus.

Pada saat ini permintaan daging kelinci ke Jaji’s Farm mencapai 25 kwintal per minggu sedangkan permintaan kelinci anakan mencapai 60 ekor per minggu.

Namun karena keterbatasan Jaji’s Farm dalam memproduksi, permintaan pasar yang diajukan masih belum mampu memenuhi permintaan karena produksi yang

dihasilkan sebesar 45-50 kilogram per minggu daging kelinci dan 25-30 ekor

kelinci anakan per minggu. Berikut Tabel 4 permintaan kelinci di Jaji’s Farm.

Tabel 4. Permintaan Kelinci pada Peternakan Jaji’s Farm di Tahun 2009-2011.

Tahun Permintaan Komoditas Kelinci

Anakan (ekor) Pedaging (ekor)

2009 1300 25000

2010 1500 48000

2011 2880 120000

Sumber : Jaji’sFarm, 2011

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dalam memenuhi permintaan pasar dan

meningkatkan pendapatan, Jaji’s Farm perlu melakukan pengembangan dengan menambah investasi berupa penambahan bangunan kandang yang baru dan

populasi ternak kelinci. Dengan adanya pengembangan usaha ini diharapkan

dapat memenuhi permintaan yang belum terpenuhi.

Pengembangan usaha ini akan dilakukan dengan beberapa strategi yaitu

ditinjau dari penggunaan modal yang terdiri dari modal sendiri dan pinjaman.

Penambahan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, sedangkan modal

merupakan sumberdaya terbatas sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan

pengembangan usaha.

Ada kecenderungan peternakan ini kurang mampu melakukan respon

terhadap informasi sistem agribisnis secara lengkap karena terbatasnya sumber

(6)

suatu perencanaan yang matang agar Jaji’s Farm dapat melakukan strategi dalam

pengembangannya sehingga usaha ini layak atau tidak untuk dilakukan. Salah

satu caranya adalah dengan menganalisis kelayakan usaha yang dilihat dari aspek

finansial dan aspek non finansial.

Analisis aspek finansial akan dilakukan dengan menggunakan dua kondisi

yaitu kondisi peternakan sebelum pengembangan (kondisi aktual) dan kondisi

setelah pengembangan dengan adanya penambahan jumlah ternak dan

pembangunan kandang baru.

Dalam menjalankan usaha peternakan kelinci, biaya investasi awal yang

dikeluarkan seperti pembangunan kandang (luar dan batre), pengadaan indukan

kelinci yang berkualitas dan pengeluaran untuk biaya produksi membutuhkan

modal yang relatif besar. Selain itu ada juga terdapat banyak resiko yang harus

dihadapi dalam usaha peternakan tersebut diantaranya adalah tingginya harga

bahan baku pakan, ketersediaan bahan baku pakan dan tingkat kematian ternak

akibat penyakit atau salah penanganan budidaya. Hal tersebut didasarkan pada

kejadian sebelumnya yang pernah terjadi di lingkup peternakan.

Aspek-aspek yang akan dikaji adalah aspek non finansial meliputi aspek

teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan

aspek pasar. Kemudian dilakukan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan

usaha peternakan Jaji’s Farm sehingga hasil dari analisis finansial bisa dilakukan analisis switching value untuk mengetahui tingkat sensitifitas usaha tersebut apabila terjadi perubahan didalam peternakan seperti adanya perubahan harga

pakan (input) dan harga daging (output).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari aspek non

finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek

sosial, ekonomi dan lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan usaha di peternakan dari tiap kondisi yang dilakukan

dilihat dari aspek finansial?

3. Bagaimana tingkat kepekaan usaha peternakan dari tiap kondisi yang

dilakukan, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat

(7)

1.3.Tujuan

1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari aspek non

finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek

sosial, ekonomi dan lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan usaha di peternakan kelinci dari tiap kondisi yang

dilakukan dilihat dari aspek finansial.

3. Menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci pada tiap kondisi

yang dilakukan.

1.4.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

gambaran yang bermanfaat bagi peternak kelinci dalam mengidentifikasi

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemajuan usaha, merencanakan, menetapkan

strategi dan kebijakan, dan juga mampu mempertimbangkan langkah-langkah

terbaik dalam meningkatkan kinerja peternakan.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi penulis

untuk dapat mengaplikasikan konsep-konsep atau teori yang diperoleh

diperkuliahan dengan keadaan dilapangan, dan juga diharapkan akan memberikan

manfaat informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan

perbandingan atau acuan untuk penelitian selanjutnya dengan cakupan yang lebih

luas.

1.5.Ruang Lingkup

Penelitian ini mentitikberatkan pada analisis kelayakan usaha yang mengkaji

berbagai aspek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,

aspek sosial ekonomi dan lingkungan, serta aspek finansial dalam usaha

peternakan kelinci di Jaji’s Farm yang terletak di Desa Ciherang Kabupaten

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Kelinci

2.1.1. Kelinci dan Kerabatnya

Di Indonesia terdapat kelinci lokal yang menjadi ciri khas kelinci asli

Indonesia, yaitu kelinci Jawa (Lepus negricollis) diperkirakan masih berhabitat di hutan-hutan sekitar wilayah Jawa Barat. Warna bulunya coklat perunggu

kehitaman dengan ekor berwarna jingga dan ujung ekor hitam. Berat Kelinci jawa

dewasa bisa mencapai 4 kilogram. Sedangkan Kelinci Sumatera, merupakan

satu-satunya ras kelinci yang asli Indonesia. Habitatnya adalah hutan di pegunungan

Pulau Sumatera yang memiliki ciri panjang badan mencapai 40 cm dengan warna

bulu kelabu cokelat kekuningan. Dilihat dari jenis bulunya, kelinci ini terdiri dari

jenis berbulu pendek dan panjang dengan warna yang agak kekuningan. Ketika

musim dingin, warna kekuningan berubah menjadi kelabu. Menurut rasnya,

kelinci terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya Angora, Lyon, American Chinchilla, Dutch, English Spot, Himalayan dan lain-lain. Khusus Lyon sebenarnya adalah hasil dari persilangan luar antara Angora dengan ras lainnya.

Namun di kalangan peternak kelinci hias, hasil persilangan itu disebut sebagai

Lyon atau Angora jadi-jadian

2.1.2. Jenis kelinci

Jenis kelinci dapat dikelompokan berdasarkan tujuan pemeliharaan yaitu

kelinci pedaging (potong) dan kelinci hias. Ada beberapa jenis kelinci yang di

budidayakan di Indonesia diantaranya adalah: New Zealand White dengan

keunggulan memiliki pertumbuhan cepat dan dapat dijadikan kelinci potong

dengan berat dewasa 4 - 5 kilogram. Flemish Giant (Vlaamsce Reus) merupakan

kelinci yang memiliki ukuran paling besar dan sangat cocok untuk kelinci

pedaging dengan bobot dewasa adalah 6,3 kilogram. Angora sangat cocok untuk

kelinci hias karena memiliki bulu yang indah dengan bobot badan sekitar 2 – 3 kilogram. Lyon memiliki ciri-ciri mirip singa dengan bobot badan badannya

mencapai 4-5 kilogram. Dutch memiliki ciri khas yaitu ada lingkaran putih di

leher, seperti memakai kalung. Berat badan dewasa 1 – 2 kilogram. Rex Kelinci jenis rex berpotensi untuk diambil daging dan bulunya (fur). Warnanya pun

(9)

Kelinci putih (white rex) paling digemari. Bulunya lembut seperti beludru dan

tebal. Lop Holland mempunyai ciri telinga panjang dan jatuh, hidung pesek.

Sedangkan French lop mempunyai telinga super panjang hingga menyentuh tanah,

namun jenis ini cukup sulit hidup di Indonesia.

2.2. Potensi Kelinci

Kelinci merupakan salah satu jawaban terhadap pemenuhan gizi yang

berasal dari hewani selain jenis ternak penghasil daging lainnya. Konsumsi

daging masyarakat Indonesia saat ini masih dibawah rata-rata standar konsumsi

daging nasional, selain itu kelinci juga menjadi jawaban terhadap persoalan

pemerintah mengenai pemenuhan permintaan daging didalam negeri, sehingga

kelinci dapat dijadikan harapan kedepan bagi pemerintah Indonesia dalam

penyedia daging. Dengan demikian impor daging Indonesia dapat ditekan

sehingga akan memberikan efek positif dengan menambah devisa negara, serta

mengurangi ancaman untuk peternakan Indonesia terhadap sumber penyakit yang

berasal dari luar, seperti antrax.

Daging kelinci memiliki keunggulan yaitu rendahnya kadar lemak dan

kolesterol, serta kandungan lemak jenuh yang merupakan lemak esensial dalam

daging kelinci memberi peluang untuk dapat dikonsumsi oleh penggemar daging

tanpa takut akan penyakit yang berhubungan dengan lemak atau kolesterol tinggi.

Selain itu, daging kelinci dapat dikonsumsi untuk asupan kalsium karena dapat

menghasilkan daging dengan kadar kalsium tinggi, maka promosi budidaya

kelinci perlu digalakkan kembali tidak saja di tingkat peternak kecil namun juga

pada skala industri3.

Kelinci merupakan salah satu komoditas peternakan yang potensial sebagai

penyedia daging, karena pertumbuhan dan reproduksinya yang cepat. Satu siklus

reproduksi seekor kelinci dapat memberikan 4-10 ekor anak dan pada umur 8

minggu, bobot badannya dapat mencapai 2 kilogram atau lebih. Secara teoritis,

seekor induk kelinci dengan berat 3-4 kilogram dapat menghasilkan 80 kilogram

karkas per tahun (Farrel dan Raharjo, 1984).

3 Kelinci untuk hari esok yang lebih baik

(10)

Berdasarkan bobotnya, kelinci ternak pada umur dewasa dibedakan atas tiga

tipe, yaitu kecil (smalland dwarf breeds), sedang atau sedang ( medium breeds), dan besar ( giant breed). Kelinci tipe kecil berbobot antara 0,9-2 kilogram, tipe sedang berbobot 2-4 kilogram, dan tipe berat berbobot 5-8 kilogram ( Sarwono,

2004).

2.3. Agribisnis Kelinci 2.3.1. Pakan Kelinci

Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhan tubuh

terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi ternak tergantung pada jenis ternak,

umur, fase pertumbuhan dewasa, bunting, menyusui, kondisi tubuh (normal atau

sakit), temperature, kelembaban udara serta bobot badannya. Sehingga tiap jenis

ternak membutuhkan asupan pakan yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan

ternak.

a. Jenis Pakan

- Hijauan Pakan Ternak

Hijauan merupakan bahan pakan yang diberikan dalam bentuk segar

sehingga memiliki kandungan air yang tinggi. Hijauan pakan ternak

dapat diperoleh dari alam liar seperti rumput liar dan daun-daunan.

- Konsentrat

Konsentrat adalah bahan pakan yang memiliki konsentrasi gizi yang

tinggi dengan kandungan serat kasar yang relative rendah dan mudah

dicerna. Konsentrat biasanya diberikan dalam bentuk pelet ataupun

dicampur dengan air.

- Hay

Hay adalah hijauan makanan ternak yang diawetkan dengan cara

dikeringkan di lapangan atau di tempat tertutup, dengan panas

matahari atau buatan, mempunyai kandungan kering (BK) 80-85%,

warna tetap hijau dan berbau enak.

b. Air Minum

Ketersediaan air minum untuk kelinci harus selalu terpenuhi karena air

minum sangat penting untuk pertumbuhan ternak dan berguna dalam

(11)

2.3.2. Sarana Kandang dan Perlengkapan 1) Lokasi Kandang

Lokasi kandang untuk ternak kelinci sangat perlu diperhatikan karena hal

tersebut akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup peternakan itu sendiri.

Lokasi peternakan harus berada didaerah strategis dengan posisi kandang yang

harus disesuaikan dengan keadaan lokasi tersebut sehingga kandang tersebut

menjadi nyaman untuk kelangsungan hidup ternak kelinci.

Syarat-syarat lokasi kandang tersebut diantaranya adalah (1). Kandang harus

dekat dengan sumber air sehingga ketersediaan air untuk minum dan kebersihan

dapat dipenuhi dengan mudah, (2). Jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak

mengganggu aktifitas masyarakat, (3). Jauh dari suara bising yang berasal dari

mesin kendaraan ataupun mesin pabrik dan (4). Terlindung dari predator seperti

tikus.

Kandang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup ternak dari berbagai

ancaman yang bisa membuat ternak tersebut tidak tumbuh dengan maksimal.

Fungsi kandang sebagai tempat berkembang biak harus memiliki suhu udara ideal

sekitar 21oC, sistem sirkulasi udara yang cukup sehingga udara didalam kandang bersifat lancar dan dapat menampung cahaya matahari yang cukup serta

melindungi ternak dari predator.

2) Pola Kandang

Kandang luar merupakan sebuah bangunan yang dirancang agar sirkulasi

udara dan cahaya matahari dapat masuk sehingga suhu dalam kandang membuat

kelinci nyaman dan dapat berproduksi secara maksimal. Ada 2 jenis kandang

kelinci yang digunakan yaitu kandang permanen dan semi permanen yang

terdapat kandang lokal atau kandang batere (individu) di dalamnya.

Kandang permanen dapat terbuat dari bata yang kokoh dan tahan lama yang

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi persyaratan kandang yang

baik dan membutuhkan dana yang relatif besar. Sedangkan untuk kandang semi

permanen dapat terbuat dari bilik bambu dan membutuhkan dana yang tidak

(12)

Untuk kandang lokal atau batre (individu) dapat terbuat dari kawat dan

kayu dengan ukuran 60x70 centimeter. Kandang tersebut dapat menampung

seekor indukan dan anakan yang dilahirkan sampai penyapihan4.

3) Sarana Kandang

Dalam kandang kelinci membutuhkan sarana seperti tempat pakan dan

minum serta perlengkapan lain. Untuk tempat pakan kelinci biasanya terbuat dari

plastik atau semen yang dibentuk seperti wadah untuk dapat menampung pakan

yang akan diberikan. Tempat pakan yang digunakan biasanya memiliki bobot

yang berat sehingga tidak mudah untuk terguling oleh ternak tersebut.

Tempat minum kelinci berupa botol yang berukuran kira-kira 1 liter yang

diberi sentuhan inovasi pada ujung keluar airnya dengan bola-bola kecil dari besi

untuk menahan air yang keluar sehingga air tersebut tidak terbuang pada saat

diminum ternak. Cara kerja tempat minum ini akan keluar apabila lidah kelinci

menekan bola-bola besi tersebut dan apabila ternak tersebut selesai minum maka

bola tersebut akan kembali ke tempat semula dan tempat keluar air akan tertutup

kembali.

Perlengkapan lain yang dibutuhkan dalam peternakan adalah bak plastik

untuk mengaduk dedak padi yang di campur air panas dan bahan pakan lainnya.

Perlengkapan lainnya seperti sapu lidi untuk membersihkan kandang dan tempat

menampung urin (jerigen) dan karung untuk menampung kotoran kelinci.

4 Budidaya Kelinci

(13)

4) Pemilihan Bibit Unggul

Pemilihan bibit kelinci harus disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan

kelinci ini dijalankan yaitu kelinci penghasil daging dan kelinci hias. Berikut ini

beberapa Kriteria yang bisa dijadikan pedoman untuk memilih bibit kelinci :

1. Induk diketahui tetuanya atau dengan kata lain calon induk mempunyai

catatan produksi (jumlah anak perkelahiran, daya tumbuh, dll) dan catatan

reproduksi (servis per conception, fertilitas, keadaan alat reproduksi dll) 2. Induk mempunyai puting susu lebih dari 8 buah

3. Tingkah laku tidak nervous dan mempunyai cukup bulu untuk membuat sarang

4. Kondisi fisik yang normal seperti badan sehat, mata bersinar, bulu yang

bersih dan tidak kusut serta telinga tegak5.

2.3.3. Perkembangbiakan Kelinci

Perkembangbiakan kelinci yang ideal adalah kelinci yang dikawinkan

pada umur sekitar 6-8 bulan yang telah mengalami dewasa kelamin dan memiliki

tanda-tanda birahi. Apabila kelinci terlambat di kawinkan ada kemungkinan

kelinci akan mandul karena kegemukan atau obesitas, karena terlalu banyak

lemak dalam tubuhnya. Dengan demikian sel telur pada betina menyempit dan

saluran sperma pada jantan juga menyempit, sehingga akan mengganggu jalannya

proses perkawinan atau reproduksi.

Aspek reproduksi memegang peranan penting dalam rangka pertambahan

jumlah populasi. Kelinci termasuk dalam satu jenis ternak prolific artinya mampu

beranak banyak per kelahiran.

Kelinci dapat melahirkan 4-5 kali dalam setahun karena masa bunting

kelinci hanya 30-35 hari dengan jumlah anakan yang dilahirkan sebanyak 4-10

ekor anak. Umumnya lama kelinci bunting sekitar 31 hari. Tetapi ada kelinci

yang masa buntingnya 32 atau 33 hari. Masa bunting ini ada hubungannya

dengan lingkungan, makanan, dan jenis kelinci. Makin besar jenis kelinci maka

makin lama usia mengandungnya. Ada juga kelinci yang masa buntingnya 28

atau 29 hari.

5 Budidaya Kelinci

(14)

2.3.4.Penyakit

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu: 1).

Kelemahan dalam menjaga sanitasi kandang, 2). Pemberian pakan kurang

berkualitas, 3). Volume pakan kurang, 4). Air minum kotor atau kurang, 5).

Kekurangan zat nutrisi (protein, vitamin, mineral), 6). Tertular kelinci lain yang

menderitasakit, 7). Perubahan cuaca.

Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang kelinci dan dapat

menyebabkan kematian diantaranya adalah:

1. Enteritis Kompleks Penyakit ini menyerang alat pencernaan,

2. Pasteurellosis Penyakit ini sering menyerang kelinci dewasa, baik jantan maupun betina. Penyakit ini menyerang alat pencernaan. Penyebabnya

kuman Pasteurella multocida.

3. Sembelit penyakit ini menunjukkan gejala tak bisa berak. Kencing sedikit sekali. Kelakuan kelinci sangat gelisah. Penyebabnya, pemberian ransum

kering kurang diimbangi dengan kebutuhan air minum yang cukup.

4. Pilek, gejalanya mudah hidung kelinci mengeluarkan lendir berwarna jernih atau keruh, selain itu juga sering bersin-bersin.

5. Kudis, penyakit ini menimbulkan gatal-gatal. Bagian tubuh yang terserang mula-mula kepala, lalu menjalar ke mata, hidung, kaki, dan

kemudian seluruh tubuh. Penyebabnya kutu Sarcoptes Scabiei sehingga

penyakitnya disebut scabesiosis alias kudis

6. Kanker Telinga, penyakit ini di tandai rasa gatal dan sakit pada telinga yang terserang.

2.3.5.Pengolahan dan Pemasaran Produksi Hasil

Hasil dari produk dari yang utama dari peternakan kelinci adalah

meghasilkan daging dan kelinci hias (Pets) atau anakan untuk para hobbies serta produk sampingan lain seperti kulit bulu (fur), kotoran dan urin.

Berbagai produk olahan yang berasal dari daging kelinci sudah banyak di

ciptakan dan sedang dikembangkan untuk dijadikan usaha yang memiliki potensi

yang tinggi. Dari produk hasil peternakan kelinci tersebut kemudian diolah

dengan sedikit inovasi sehingga menghasilkan produk yang bernilai ekonomi

(15)

sebagainya. Kini sudah banyak bermunculan rumah makan yang menyediakan

produk olahan daging kelinci sehingga pemasaran untuk produk ini sangat mudah

dan luas sekali, karena kebutuhan daging kelinci untuk saat ini masih belum

terpenuhi kebutuhannya.

Selain itu, produk sampingan dari kelinci juga memiliki potensi dan nilai

ekonomis yang tinggi seperti kulit bulu (Fur) dapat diolah menjadi aksesoris hiasan dan kebutuhan fashion seperti jaket, dompet, tas, sepatu dan sebagainya. Urin kelinci dapat dijadikan sebagai cairan pupuk organik yang sangat bermanfaat

untuk tanaman. Penampungan urin dapat dilakukan dengan menyediakan alas

triplek berlapiskan plastik atau seng yang ditempatkan di bawah lantai kandang sehingga berfungsi sebagai talang yang mengalirkan urin ke tempat

penampungan.

2.4. Data Biologi

- Masa hidup: 5 - 10 tahun

- Masa produksi: 1 - 3 tahun

- Masa bunting : 28 - 35 hari (rata-rata 29 - 31 hari)

- Masa penyapihan : 6 - 8 minggu

- Umur dewasa: 4 - 10 bulan

- Umur dikawinkan: 6 - 12 bulan

- Masa perkawinan setelah beranak (calving interval): 1 minggu setelah anak disapih

- Ovulasi: Terjadi pada hari kawin (9 - 13 jam kemudian)

- Jumlah kelahiran: 4 - 10 ekor (rata-rata 5 - 7)

- Bobot dewasa: Sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan

(16)

Penelitian Terdahulu

Sumiarti (2004) penelitian tentang kelayakan investasi usaha agribisnis

kelinci (kasus di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan

untuk memprediksi dan mempelajari gambaran umum tentang agribisnis kelinci di

peternakan Agri Wiratani. Ada beberapa aspek yang dilakukan dalam penelitian

ini yaitu aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, pasar dan pemasaran, aspek

teknis serta aspek keuangan dengan analisis sensitivitas.

Aspek hukum, ekonomi dan sosial menunjukan bahwa legalitas usaha ini

kuat secara hukum. Dari sudut ekonomi dan sosial pun menunjukan bahwa usaha

ini dapat memberikan nilai positif untuk masyarakat sekitar dengan terciptanya

lapangan pekerjaan baru sehingga dapat berpartisipasi dalam mengurangi angka

pengangguran dan memberikan motivasi dan gambaran kepada masyarakat akan

potensi usaha yang dilakukan sehingga masyarakat berinisiatif untuk melakukan

usaha yang sama.

Analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukan bahwa adanya potensi

pasar yang masih terbuka serta belum adanya pesaing lain yang setingkat dengan

peternakannya sehingga pangsa pasarnya dapat diraih. Bauran pemasaran dan

strategi pemasarannya sudah dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Analisis aspek teknis menunjukan bahwa kondisi lingkungan usaha, proses

produksi serta sarana pendukungnya yang masih sederhana ini tetap memenuhi

syarat secara teknis. Layout perkandangan yang dibuat telah disesuaikan dengan kebutuhan peternakan. Hasil analisis aspek keuangan menunjukan bahwa pola I

masih layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Rekomendasi yang terbaik

pada pola II, karena berada pada urutan kedua, sedangkan untuk pola IV tidak

layak untuk dijalankan dan perlu dilakukan evaluasi terhadap pola IV. Hasil

analisis uji sensitivitas dengan perubahan penurunan harga jual output 15 persen dan peningkatan harga input 20 persen pada setiap pola menunjukan pada pola I menjadi sangat peka.

Satrio (2005) melakukan penelitian kelayakan finansial usaha ternak

kelinci pada Ushagi Farm (kasus di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor). Tujuannya adalah menganalisis kelayakan finansial di peternakan kelinci,

(17)

menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci terhadap

perubahan-perubahan harga yang terjadi.

Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang diperoleh yaitu

Rp. 1.517.176 yang menunjukan bahwa nilai sekarang dari pendapatan selama

umur proyek akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.517.176, nilai Net B/C

1,18 menunjukan bahwa pendapatan bersih yang diterima lebih besar 1,18 kali

dari yang biaya yang dikeluarkan. Artinya, setiap penambahan Rp. 1 yang

ditanamkan akan diperoleh hasil manfaat sebesar Rp. 1,18. Nilai IRR yang

diperoleh adalah 24 persen menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari usaha

ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam penelitian.

Masa pengembalian investasi dicapai dalam kurun waktu 4 tahun 2 bulan 13 hari.

Hal ini menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena masa

pengembalian pengembalian lebih kecil dari umur proyek. Berdasarkan analisis

sensitivitas usaha diperoleh bahwa usaha ini tidak layak apabila terjadi penurunan

output sebanyak 10 persen, penurunan jumlah produksi dan peningkatan harga

input. Dilihat dari analisis switching value diperoleh bahwa usaha ini masih dianggap layak apabila terjadi penurunan volume produksi atau harga jual output

sampai dengan 3 persen, sedangkan kenaikan harga input yang masih bisa ditolerir adalah sampai dengan 6,4 persen.

Rofik (2005), meneliti tentang kelayakan finansial usaha peternakan sapi

perah di Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa

analisis pada kelompok peternak I dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi

10 ekor pada tingkat suku bunga pinjaman 14,85 persen memiliki nilai NPV

sebesar Rp 74.420.770,-. NPV untuk kelompok peternak II dengan rata-rata

kepemilikan sapi perah laktasi 18 ekor sebesar Rp 152.071.340,-. NPV untuk

kelompok peternak III dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 27 ekor

sebesar Rp 311.022.350,-. Nilai tersebut merupakan pendapatan bersih yang

diterima peternak selama delapan tahun pengembangan. Nilai BCR untuk

kelompok peternak I sebesar 1,35 artinya peternak akan mendapatkan tambahan

penerimaan sebesar Rp 0,35,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Untuk kelompok

peternak II nilai BCR sebesar 1,43 artinya peternak akan mendapatkan tambahan

(18)

kelompok peternak III nilai BCR sebesar 1,52 yang artinya peternak akan

mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,52,- dari setiap pengeluaran Rp

1,-. Semua nilai tersebut menunjukan perbandingan penerimaan yang diterima

peternak lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Untuk nilai IRR pada kelompok peternak I sebesar 23,32 persen, pada

kelompok peternak II sebesar 36,07 persen dan pada kelompok peternak III

sebesar 29,88 persen, yang artinya investasi yang ditanamkan layak dan

menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari tingkat

suku bunga yang berlaku (14,85 persen). Secara keseluruhan berdasarkan

nilai-nilai pada kriteria investasi tersebut secara finansial usaha ternak sapi perah

Pondok Ranggon layak untuk dikembangkan, yang paling menguntungkan adalah

kelompok peternak III.

Ermin (2007) melakukan penelitian tentang kelayakan investasi

pengusahaan Lobster air tawar pada CV. Fizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster

Farm. Diperoleh bahwa tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan investasi melalui aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial,

menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha pada masing-masing pola usaha

(pembenihan, pembesaran serta pembenihan dan pembesaran) serta melihat

kepekaan usaha terhadap perubahan yang terjadi di input dan output.

Berdasarkan hasil dari analisis yang dilihat dari berbagai aspek tersebut

maka diperoleh bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis kelayakan

finansial diperoleh bahwa pola II dianggap lebih menguntungkan dibandingkan

dengan pola I dan III. Switching value yang dilakukan terhadap ketiga pola tersebut menunjukan bahwa perubahan produksi dan harga output merupakan faktor yang paling peka terhadap kelayakan usaha ini. Sedangkan perubahan yang

terjadi dalam input produksi tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ketiga pola usaha tersebut.

Widagdho (2008) melakukan penelitian tentang kelayakan usaha

peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project, Lembang. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aspek-aspek kelayakan usaha secara deskriptif yang meliputi

(19)

menganalisis tingkat kelayakan aspek finansial dan melakukan analisis switching

value.

Berdasarkan analisis kelayakan tersebut diperoleh bahwa pengusahaan

peternakan kelinci pada perencanaan proyek ini dilakukan dalam dalam tiga pola

dan dihasilkan bahwa ketiga pola tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan

analisis switching value, penurunan harga output dan penurunan produksi merupakan faktor yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi.

Ditinjau dari penelitian terdahulu, terdapat beberapa perbedaan antara

penelitian ini dengan penelitian terdahulu diantaranya adalah jenis usaha yang

dijalankan, lokasi usaha yang dijalankan dan komoditas yang dihasilkan. Dilihat

dari segi metode yang digunakan dalam penelitian terdahulu dinilai relatif sama

dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu aspek pasar, aspek manajemen,

(20)

II. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan

dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

dalam penelitian. Selain itu merupakan acuan untuk menjawab permasalahan.

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek

Beberapa ahli mendefinisikan proyek sebagai suatu usaha yang direncanakan

sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan

(input) lain, yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu pengembalian jangka panjang proyek yang dihasilkan dari manfaat-manfaat yang

dihasilkan dari proyek tersebut seperti meningkatkan produksi, perbaikan kualitas,

perubahan dalam waktu penjualan, perubahan dalam lokasi penjualan, perubahan

bentuk produksi, pengurang biaya melalui mekanisasi, menghindari kerugian dan

lain-lain.

Studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang bisa tidaknya suatu

proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Muhammad, 2000). Studi

kelayakan proyek biasanya berupa laporan tertulis yang berisi berbagai informasi

tentang tingkat kelayakan suatu proyek untuk direalisasikan. Dan juga sebagai

bahan pertimbangan stakeholder untuk melakukan pengambilan keputusan. Informasi yang terkandung dalam laporan tersebut dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi pihak-pihak tertentu, misalnya pihak investor, kreditor, manajemen perusahaan serta bagi pihak pemerintah dan masyarakat (Umar,

2007).

Analisis proyek bertujuan untuk memperbaiki pilihan investasi karena

sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga harus dipilih alternatif proyek

yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi. Gittinger 1986,

mengemukakan bahwa dalam menganalisis suatu proyek yang efektif harus

mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan secara bersama-sama

menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman

investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap

(21)

3.1.2. Aspek Kelayakan Proyek

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa untuk

melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa

yang akan dipelajari. Aspek-aspek yang harus diperhatikan adalah aspek pasar,

aspek teknis, aspek keuangan, aspek manajemen dan aspek hukum. Menurut

Kadariah et al.1999 menyebutkan bahwa proyek dapat dievaluasikan dari enam aspek, yaitu aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi,

aspek komersial, aspek finansial , dan aspek ekonomi.

3.1.3. Aspek Pasar

Menurut Husnan dan Muhammad (2000) peranan analisa aspek pasar dalam

pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan proyek merupakan

variabel pertama dan utama untuk mendapat perhatian, aspek pasar dan

pemasaran.

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan

perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Alat bauran

pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P

yaitu produk (Product), harga (price), distribusi (distributon), dan promosi (promotion) (Kotler 1997).

3.1.4. Aspek Teknis

Husnan dan Muhammad (2000) mengatakan bahwa aspek teknis merupakan

suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan

pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa

ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya

eksploitasinya.

Analisis secara teknis berhubungan dengan proyek (penyediaan) dan output

(produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan

kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat

(22)

3.1.5. Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam proyek dan

manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan proyek adalah proses untuk

merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar proyek

yang direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada

waktunya (Husnan dan Muhammad 2000).

Rita Nurmalina et. al, (2009), menyatakan bahwa aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan

hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa

disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai

akta, sertifikat, dan izin. Disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan

bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis

pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain.

3.1.6. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Analisis sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan dari pihak yang

berkepentingan dengan proyek, karena pertimbangan ini berhubungan langsung

dengan kelangsungan suatu proyek. Selain itu, suatu proyek juga harus tanggap

(responsif) terhadap keadaan sosial seperti penciptaan kesempatan kerja, distribusi pendapatan dan lain-lain.

Analisis ekonomi (economic analysis) suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh

perusahaan, akan tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Analisis ekonomi

penting dilakukan unutuk proyek-proyek yang berskala besar, yang menimbulkan

perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu,

oleh karena itu dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup

berarti (Husnan dan Muhammad 2000).

3.1.7. Aspek Finansial

1. Teori Biaya dan Manfaat

Analisis finansial diawali dengan biaya dan manfaat dari suatu

proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran

(23)

dana yang diperlukan. Apakah proyek akan mampu membayar kembali dan

tersebut dan apakah proyek akan berkembang sehingga secara finansial

dapat berdiri sendiri (Kadariah et al, 1999).

Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat

sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh

dengan adanya proyek. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan

manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan

manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat

diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu

proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan

manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan tujuan utama

dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis

proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung.

2. Laba Rugi

Laba merupakan sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkan

dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul didalam memproduksi barang

dan jasa. Dengan kata lain, laba adalah selisih antara penerimaan dengan

pengeluaran. Menurut Gittinger (1986) laporan laba rugi adalah suatu

laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu

perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi

perusahaan selama periode tersebut. Komponen lain dalam laporan rugi laba

adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi.

Pengurangan komponen-komponen terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan.

Penyusutan merupakan pengeluaran operasi bukan tunai yang

merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap periode

operasi yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang.

Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan laba

operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan

pajak. Komponen selanjutnya dalam laporan rugi laba adalah komponen

pendapatan atau beban di luar operasi seperti bunga yang diterima, bunga

(24)

Penambahan pendapatan diluar operasi dan pengurangan beban diluar

operasi akan menghasilkan laba sebelum pajak. Pengurangan pajak

penghasilan terhadap pendapatan sebelum pajak akan menghasilkan laba

bersih (net benefit). Hal inilah yang merupakan pengembaliam kepada pemilik usaha yang tersedia baik untuk dibagikan ataupun untuk

diinvestasikan kembali.

3. Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu

ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah

dikembangkan. Setiap kriteria investasi menggunakan Present Value (pv) yang telah di-discount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha (Kadariah et al 1999). Penilaian investasi dalam suatu usaha dilakukan dengan memperbandingkan antara semua manfaat yang diperoleh

akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses

investasi dilaksanakan.

Suatu usaha atau proyek dikatakan layak atau tidak untuk

dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada

(Kadariah et al 1999). Beberapa metode pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

(1) Net Present Value (manfaat sekarang netto) adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang ada diperoleh pada masa mendatang, yang

merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya.

(2) Net Benefit-Cost Ratio (rasio manfaat dan biaya) adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih dimana keuntungan bersih

bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif.

(3) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. IRR dapat

pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu

proyek dengan syarat setiap manfaat yang diwujudkan, yaitu setiap selisih

benefit (Bt) dan cost (Ct) yang bernilai positif secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang

(25)

(4) Payback Period (PP) digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu

yang digunakan untuk melunasi investasi yang ditanamkan. Metode

Payback Period merupakan metode yang menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali, karena itu hasil perhitungannya

dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Husnan dan

Muhammad 2000).

4. Analisis SwitchingValue

Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value

(nilai pengganti) adalah suatu analisa untuk dapat melihat

pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger

1986). Pada bidang pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat

empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan

pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi.

Parameter harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial

diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan nyata kedua

parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Analisis

switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai seberapa besar

perubahan yang terjadi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria

kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak.

Batas–batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase

yang diperoleh menunjukan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak

sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi. Perubahan-perubahan

yang sering terjadi dalam menjalankan proyek atau usaha umumnya

dikarenakan oleh :

a. Harga

b. Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi)

(26)

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Peluang pasar untuk peternakan kelinci masih sangat besar, karena masih

banyak masyarakat yang berfikiran bahwa ternak kelinci tidak memiliki nilai

ekonomis yang tinggi. Potensi yang dimiliki peternakan kelinci untuk pemenuhan

kebutuhan daging mencapai lebih dari 5000 ekor per tahun.

Kelinci memiliki manfaat yang lebih dibandingkan dengan daging ternak

lain seperti memiliki kadar lemak jenuh yang rendah serta kandungan protein

yang tinggi membuat daging kelinci baik untuk menjaga ketahanan tubuh agar

menjadi sehat.

Jaji’s Farm merupakan peternakan kelinci yang mengutamakan kelinci pedaging sebagai produk utamanya, akan tetapi peternakan ini belum mampu

memenuhi permintaan konsumen kelinci yang disebabkan oleh keterbatasan

modal untuk melakukan pengembangan usaha peternakan. Berdasarkan potensi

tersebut, Jaji’s Farm ingin melakukan pengembangan usahanya dengan

menambah luas lahan, sehingga Jaji’sFarm bisa membangun kandang yang baru dengan menambah populasi ternak kelinci di peternakan. Dari pengembangan

tersebut Jaji’s Farm diharapkan bisa memaksimalkan penjualan produk

peternakan kelinci untuk memenuhi permintaan pasar yang selama ini dijalani.

Adanya analisis kelayakan pengembangan ini sangat diperlukan oleh Jaji’sFarm

karena selama menjalankan usahanya tidak pernah melakukan analisis kelayakan

terhadap usahanya.

Analisis finansial (keuangan) dilakukan untuk memperhitungkan biaya

yang akan digunakan dalam melakukan usaha sehingga dalam memaksimalkan

usahanya Jaji’s Farm bisa melakukan penyesuaian dana sesuai dengan yang dibutuhkan. Analisis non finansial merupakan kegiatan analisis yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen

dan hukum serta aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Untuk melihat tingkat

kelayakan usaha pada peternakan ini dilakukan beberapa strategi yang dilihat dari

sumber modal yang digunakan.

Dalam melakukan analisis ini dilakukan beberapa strategi yaitu analisis

(27)

peternakan kelinci ini. Kondisi tersebut memberikan kemudahan dalam

melakukan analisis finansial dengan menggunakan kriteria kelayakan yaitu NPV,

IRR, Net B/C dan PaybackPeriod.

Dalam melakukan analisis kelayakan non finansial ada beberapa aspek yang digunakan yaitu aspek pasar dimana produk yang ditawarkan mempunyai

peluang pasar dan memiliki kualitas dengan harga bersaing. Kriteria kelayakan

pada aspek teknis ditunjukan dengan adanya peningkatan produksi dan

pemeliharaan yang intensif seperti ketersediaan pakan dalam proses budidaya dan

perawatan media budidaya, sehingga produk yang dihasilkan akan berkualitas dan

mengurangi resiko kerugian atas mortalitas. Aspek manajemen dan hukum menggunakan kriteria kelayakan supaya pengelolaan dan pemeliharaan

manajemen dan pengakuan hukum yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan

peternakan sedangkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dilihat dari respon

positif dan negatif masyarakat sekitar dengan adanya kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh peternakan.

Analisis sensitivitas dengan metode Switching Value digunakan dalam penelitian ini untuk melihat dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap

kelayakan investasi hasil. Dari analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang rencana penjualan yang akan

dilakukan. Apabila dari hasil evaluasi analisis kelayakan usaha menunjukan

bahwa usaha peternakan ini layak untuk dijalankan, maka peternakan dapat

menggunakan proporsi penjualan tersebut untuk mencapai keuntungan yang

maksimal. Jika dari hasil evaluasi analisis kelayakan yang dilakukan menunjukan

bahwa usaha peternakan ini tidak layak untuk dilaksanakan, maka peternakan

tersebut sebaiknya mengadakan perbaikan-perbaikan dan meninjau kembali

kepada beberapa aspek yang dianggap berpengaruh terhadap kemajuan

peternakan. Secara sederhana, penjelasan di atas digambarkan dalam bentuk

(28)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Kelinci

Rekomendasi Usaha Peternakan Kelinci

Layak / Tidak Layak Prospek Usaha Jaji’sFarm

Peningkatan Konsumsi Daging Kelinci

Pengembangan Usaha Peternakan

Jaji’sFarm

Analisis Kelayakan Usaha Peternakan

Jaji’sFarm

Aspek Non Finansial : - Aspek Pasar - Aspek Teknis

- Aspek Manajemen dan Hukum - Aspek Sosial, Ekonomi dan

Lingkungan

Aspek Finansial: - Analisis NPV - Analisis IRR - Analisis Net B/C - Analisis PaybackPeriod

- Analisis SwitchingValue

Kondisi (aktual) Kondisi Setelah Pengembangan

(29)

III. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kampung Panyaweuyan, Desa Ciherang, Kecamatan

Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Jaji’s Farm

merupakan peternakan yang memiliki pengalaman. Penelitian dilakukan pada

bulan Desember 2011 sampai Pebruari 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperlukan untuk mengetahui data-data yang berhubungan dengan aspek-aspek yang dibutuhkan dari peternakan.

Data primer dapat diperoleh dari berbagai sumber data diantaranya adalah wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemilik dan pegawai

peternakan, pengamatan atau observasi dan pembagian kuesioner kepada beberapa

responden. Data primer yang diperoleh dapat berupa data tertulis mengenai

jumlah produksi, struktur organisasi, sejarah perusahaan dan lain-lain.

Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yaitu data yang didapat dari literatur, situs internet dan instansi terkait yang relevan

dengan penelitian.

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini dilakukan analisis data secara deskriptif untuk mengetahui gambaran peternakan mengenai aspek-aspek yang dikaji dalam

analisis kelayakan usaha pada peternakan meliputi aspek pasar, aspek teknis,

aspek manajemen dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Dan selanjutnya

dilakukan analisis kuantitatif untuk mengolah data dan informasi yang diperoleh

dengan menggunakan kalkulator dan komputer software Microsoft excel.

Hasil analisis tersebut kemudian akan disajikan dalam bentuk tabulasi.

Perhitungan biaya dan manfaat dari pemilik peternakan disusun dalam bentuk

(30)

4.3.1.Aspek Pasar

Aspek pasar perlu dikaji secara kualitatif untuk melihat dampak sistem pemasaran serta potensi pasar dari usaha ternak kelinci, bagaimana distribusi,

kapasitas dan kontinuitas serta tingkat harga yang ditetapkan. Aspek pasar dan

bauran pemasaran merupakan suatu hal yang penting yang dilakukan dalam

mencapai tujuan pusat sasaran (Kotler 1997).

Menurut Gittinger (1986) analisis aspek pasar untuk hasil proyek sangat

penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada

harga yang menguntungkan, kemana produk dijual, apakah pasar cukup luas

untuk dapat menampung produksi baru tanpa mempengaruhi harga, berapa besar

porsi keseluruhan pasar yang akan dikuasai proyek, apakah produk dimaksudkan

untuk konsumsi domestik atau ekspor dan apakah proyek menghasilkan

kualifikasi atau kualitas yang diminta oleh pasar.

4.3.2.Aspek Teknis

Menurut Gittinger (1986) analisis secara teknis berhubungan dengan input

proyek (penyediaan) dan produksi berupa barang-barang nyata dan jasa. Aspek

teknis berpengaruh besar terhadap kelancaran jalannya usaha terutama kelancaran

proses produksi. Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah

proyek tersebut dapat dilaksanakan secara teknis. Bila analisis teknis telah

dilakukan maka analisis proyek harus terus menerus dilakukan untuk memastikan

bahwa pekerjaan teknis tersebut berjalan dengan lancar dan perkiraan-perkiraan

secara teknis cocok dengan kondisi dilapangan.

4.3.3.Aspek Manajemen dan Hukum

Didalam analisis aspek manajemen, peternak harus mempertimbangkan

kemampuan manajerial peternak untuk menjalankan suatu proyek. Jika para

peternak mempunyai pengalaman terbatas pada masalah produksi, maka harus

diberikan waktu yang cukup agar dapat mencapai keahlian yang baru (Gittinger,

1986).

Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan proyek.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk badan usaha yang

digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan lancar,

(31)

yang digunakan dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan

Muhammad, 2000).

4.3.4.Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Peternakan akan dinilai seberapa besar bisnis tersebut mempunyai dampak

sosial, ekonomi dan lingkungan di sekitar peternakan. Pada aspek sosial yang

dipelajari adalah pengaruh terhadap kondisi dengan memperhatikan manfaat dan

pengorbanan sosial yang di alami oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis.

Sedangkan dari aspek ekonomi yaitu suatu bisnis dapat memberikan

peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah dan dapat

menambah aktifitas ekonomi.

Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh peternakan tersebut

terhadap lingkungan, apakah dengan adanya peternakan ini menciptakan

lingkungan yang semakin baik atau semakin buruk.

4.3.5.Aspek Finansial

Dalam analisis kelayakan investasi dilakukan perbandingan antara besarnya

biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diterima suatu kegiatan investasi

dalam jangka waktu tertentu.

Untuk menguji kelayakan finansial suatu usaha digunakan alat ukur atau

kriteria investasi sebagai berikut : NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit - Cost Ratio) dan Payback Period.

1. Net Present Value (NPV)

NPV dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang

ditimbulkan oleh investasi (Husnan dan Muhammad, 2000).

Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

NPV =

n

t

t

i

Ct

Bt

1

(

1

)

)

(

Dimana :

Bt = Penerimaan (benefit) yang diperoleh dari tahun ke t Ct = Biaya (Cost) yang dikeluarkan pada tahun ke t

n = Umur Proyek

(32)

Suatu proyek akan dinyatakan layak untuk dijalankan apabila nilai NPV

yang diperoleh > 0. Jika NPV = 0 maka tingkat pengembalian proyek

tersebut sebesar sosial opportunity cost of capital dan apabila NPV < 0

berarti ada penggunaan sumber-sumber lain yang lebih menguntungkan

yang diperlukan proyek atau proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.

2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Rasio manfaat dan biaya diperoleh apabila nilai sekarang arus manfaat

dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Net B/C menunjukan tingkat

tambahan manfaat pada setiap sebesar satu rupiah. Proyek layak

dilaksanakan apabila nilai Net B/C lebih dari satu. Secara matematis Net Benefit-Cost Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

Net B/C =

        n t t t n t t t i Bt Ct i Ct Bt 1 1 ) 1 ( ) ( ) 1 ( ) ( ---0 ) ( 0 ) (     Ct Bt Ct Bt Keterangan :

Net B/C = Nilai Benefit-cost ratio

Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke t (Rupiah)

Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah)

n = Umur ekonomis proyek (Tahun)

i = Tingkat suku bunga (persen)

t = (t= 0,1,2,…n) Tahun Dengan kriteria :

Net B/C >1 maka usaha layak dilaksanakan

Net B/C <1 maka usaha tidak layak dilaksanakan

3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari

perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Jika diperoleh nilai

IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan layak untuk dijalankan. Secara matematis IRR dapat

dirumuskan sebagai berikut:

(33)

)

(2 1

2 1

1

1 i i

NPV NPV

NPV i

IRR

 

Keterangan :

NPV1 = NPV yang bernilai positif (Rupiah)

NPV2 = NPV yang bernilai negatif (Rupiah)

i1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif (persen)

i2 = Tingkat bungayang menghasilkan NPV negatif (persen)

Kriteria yang berlaku :

IRR > i ; maka usaha layak dilanjutkan

IRR < i ; maka usaha tidak layak dilanjutkan atau lebih baik dihentikan 4. Payback Period

Payback Period atau masa pembayaran kembali adalah suatu jangka waktu (periode) kembalinya keseluruhan jumlah investasi yang ditanamkan,

dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang

ditanamkan dengan menggunakan aliran kas. Secara matematis Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut :

PP =

Ab I

Keterangan:

PP = Jumlah waktu (tahun/periode) yang diperlukan untuk

mengembalikan modal investasi.

I = Jumlah modal investasi.

Ab = Hasil bersih per tahun/periode atau laba bersih rata-rata per

tahun.

5. AnalisisSensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan

yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Analisis

sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian

dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting,

masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu

(34)

analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil

analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi

perubahan dalam perhitungan biaya atau manfaat.

6. Analisis Swicthing Value

Analisis Swicthing Value merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi akibat peningkatan dan penurunan suatu

variabel. Analisis ini mencari batas maksimum dari perubahan yang

terjadi. Perubahan-perubahan yang terjadi misalnya, perubahan pada

tingkat produksi, harga jual output maupun harga input dan lain-lain. Analisis Switching Value yang dilakukan di dalam penelitian ini dilihat dari beberapa perubahan biaya yaitu harga bahan baku (input) dan harga penjualan (output).

4.4. Asumsi-Asumsi yang Digunakan dalam Penelitian

1. Umur proyek yang ditetapkan selama 10 tahun, hal ini berdasarkan pada

umur ekonomis kandang.

2. Lahan yang digunakan Jaji’s Farm dalam kondisi aktual sebesar 100 meter persegi.

3. Rencana pengembangan yang akan dilakukan Jaji’s Farm adalah dengan penambahan lahan sebesar 120 meter persegi dan penambahan jumlah

populasi indukan kelinci sebanyak 230 ekor.

4. Modal yang digunakan Jaji’s Farm dalam kondisi aktual adalah modal sendiri.

5. Sumber modal yang digunakan oleh Jaji’s Farm untuk rencana

pengembangan adalah pinjaman dari Bank BRI sebesar 30 persen atau

sebesar Rp. 100.000.000,- dengan angsuran pinjaman selama lima tahun.

6. Tingkat suku bunga (diskonto) yang digunakan dalam lahan 220 meter

persegi adalah 12 %, ini merupakan rata-rata bunga pinjaman Bank BRI

sebesar 14% dengan suku bunga deposito sebesar 6,5%.

7. Satu bulan diasumsikan 30 hari dan satu tahun diasumsikan 12 bulan.

8. Dalam melakukan analisis usaha peternakan kelinci Jaji’sFarm dilakukan dengan dua kondisi yaitu kondisi aktual dan kondisi pengembangan.

(35)

a) Kondisi Aktual yaitu kondisi peternakan dengan luas lahan 100 meter

persegi dengan populasi indukan sebanyak 170 ekor.

b) Kondisi Pengembangan yaitu kondisi peternakan dengan luas lahan

220 meter persegi dengan populasi indukan sebanyak 400 ekor.

10.Kelinci anakan yang dijual berumur satu sampai dua bulan dan kelinci

pedaging dijual pada umur tiga sampai empat bulan.

11.Diasumsikan setiap kelahiran satu ekor induk kelinci menghasilkan 6 ekor

anakan dengan persentase mortalitas sebesar 16-17 persen sehingga

rata-rata kelahiran adalah 5 ekor anakan.

12.Total luas lahan yang digunakan untuk usaha peternakan kelinci Jaji’s

Farm dalam kondisi aktual sebesar 100 meter persegi dengan status lahan adalah sewa dan 200 meter persegi .

13.Diasumsikan pada perhitungan analisis usaha, peternak kelinci

memperoleh pakan hijauan/rumput diperoleh dengan cara membeli

seharga Rp 200,- per kilogram.

14.Nilai sisa pada akhir umur proyek diasumsikan bernilai nol, kecuali

barang-barang yang masih memiliki umur ekonomis.

15.Data yang digunakan merupakan data hasil wawancara yang diperoleh dari

3 orang yaitu 1 orang pemilik dan 2 orang pegawai peternakan.

16.Penyusutan peralatan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus

dan dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan metode lurus

dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis.

17.Tarif pajak yang digunakan mengacu kepada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 yaitu 25 persen tentang tarif umum pph

(36)

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan

Jaji’s Farm merupakan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha
Tabel 11. Biaya Reinvestasi Jaji’s Farm Kondisi Aktual.
Tabel 16.  Biaya Reinvestasi di Jaji’s Farm
Tabel 17.  Biaya Tetap Jaji’s Farm Kondisi Pengembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Korosi retak tegang (Stress Corrosion Cracking) adalah istilah yang diberikan untuk peretakan intergranular atau transgranular pada logam akibat kegiatan gabungan antara

1 MINGGU SETELAH PENGGUNAAN INSENTIF SEMINAR/LOMBA, MAHSISWA HARUS MENGUMPULKAN BERKAS SPJ DAN LAPORAN BERUPA:A. KuitansiPembayaran/registrasi (dengan

[r]

Based on this situation, the research problems of this study are how to improve teaching methodology for English teachers in using cooperative learning in

untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan modal.. 3) sendiri atau modal pinjaman serta mengetahui kemampuan perusahaan. untuk memenuhi kewajibannya, setelah

Agar kegiatan berjalan dengan baik, dilakukan monitoring secara berkala ( 1 x 2 minggu) dan pada akhir kegiatan dilakukan evaluasi yang meliputi, motivasi

[r]

Pemilihan cerita rayat Deleng Pertektekken ini berasal dari Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo dan merupakan sastra lisan masyarakat Karo.Dalam