I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase
kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia
menempati posisi ke-4 dalam hal jumlah penduduk tertinggi. Dalam hal
pembangunan, Indonesia sedang berada dalam arah peningkatan taraf ekonomi,
sosial dan kesehatan.
Adanya kemajuan teknologi dan pendidikan yang telah dimanfaatkan oleh
masyarakat menyebabkan mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi
yang lebih tentang makanan yang sehat. Pada saat ini masyarakat Indonesia sudah
mulai sadar akan pentingnya kebiasaan hidup sehat, pola konsumsi masyarakat
saat ini juga dipengaruhi oleh adanya tren pentingnya kesehatan. Pengetahuan
akan kesehatan dapat diperoleh masyarakat melalui pendidikan formal, informal
dan non formal. Peningkatan jumlah penduduk maka secara otomatis akan
menambah tingkat kebutuhan konsumsi masyarakat dimana hal tersebut
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Perkembangan
pendidikan dan pengetahuan berperan penting terhadap mengerti pentingnya
konsumsi makanan yang sehat untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan
makanan yang berkualitas baik dan bergizi tinggi. Kebutuhan akan pemenuhan
kebutuhan gizi pada umumnya diperoleh dari produk peternakan karena produk
peternakan memiliki manfaat sebagai sumber gizi yang memiliki kandungan
protein yang tinggi.
Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan dan
mencapai kemajuan yang cukup pesat dengan bukti banyaknya peternakan yang
berskala industri. Pembangunan peternakan ini memiliki nilai strategis dalam
memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seperti daging, telur, susu dan
produk olahan (sampingan). Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan
jumlah penduduk dan perubahan pola pikir yang dipengaruhi oleh perkembangan
jaman. Berbagai macam produk peternakan menawarkan segala keunggulan akan
pentingnya hidup sehat diantaranya adalah produk peternakan kelinci.
Peternakan kelinci memiliki potensi sebagai penyedia daging ternak kelinci
kelinci dapat menghasilkan 4-10 ekor anakan dengan periode kelahiran 5 sampai 6
kali dalam setahun. Berikut adalah jumlah populasi ternak di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2008-2010 (ribu ekor)
Jenis Spesies 2008 2009 2010
Sapi potong 11.869,16 13.235 14.128
Kerbau 2.191,64 1.933 2.005
Kambing 15.805,90 15.815 16.821
Ayam Ras Pedaging 1.075.884,79 991.281 1.249,95
Kelinci 792,80 999,14 1.258
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2011
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah populasi peternak kelinci
masih lebih rendah dibandingkan dengan peternak lainnya karena kurangnya
kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki ternak kelinci. Untuk itu,
diperlukan adanya penyuluhan dan pelatihan yang efektif dan dibantu oleh
pemerintah kepada masyarakat agar budidaya ternak kelinci dapat memberikan
manfaat yang maksimal dan menjadikan kelinci sebagai salah satu jawaban untuk
pemenuhan gizi yang berasal dari hewani.
Kelinci merupakan hewan yang memiliki nilai manfaat yang tinggi karena
hampir semua bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan supaya menghasilkan nilai
ekonomis. Kelinci termasuk kedalam hewan herbivora non ruminan yang
menghasilkan daging putih yang memiliki kandungan kolestrol rendah dengan
kandungan protein 21 persen, lemak 8 persen dan air 70 persen. Perincian
kandungan kimia yang terkandung dalam daging kelinci dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan Komposisi Kimia Daging Kelinci dan Ternak Lainnya
Jenis Energi (kkal/kg)
Sodium (mg/g)
Lemak jenuh (mg/g)
Kadar air (%)
Protein (%)
Lemak (%)
Kelinci 160 40 37 70 21 8
Ayam 200 70 - 67 19,5 12
Sapi 380 65 41,3 49 15,5 35
Domba 345 75 55,4 53 15 31
Babi 330 70 38,6 54,5 15 29,5
Survey membuktikan lima tahun belakangan ini peningkatan kebutuhan
makanan sehat sudah menunjukan angka yang sangat signifikan1. Dari sekian banyak produk peternakan yang memiliki label sehat, ternak kelinci merupakan
salah satu hasil peternakan yang memiliki manfaat yang sangat baik untuk
kesehatan. Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi daging kelinci saat
ini mulai meningkat disebabkan adanya kesadaran masyarakat akan kesehatan
karena daging kelinci memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sebagai
makanan alternatif yang mampu menurunkan risiko kolesterol dan penyakit
jantung walaupun popularitas daging kelinci di mata masyarakat saat ini masih
rendah dan belum ditanggapi dengan baik oleh masyarakat.
Kurang popularnya daging kelinci di masyarakat menyebabkan
perkembangan populasi peternakan kelinci menjadi terbatas untuk wilayah
sentra-sentra produksi kelinci di Jawa Barat yang dikenal hanya Lembang Bandung
(Jawa Barat). Padahal masih terdapat daerah lain di Jawa Barat yang memiliki
potensi dan cocok untuk budidaya ternak kelinci salah satunya adalah desa
Ciherang yang berada di kabupaten Cianjur (Cianjur Utara).
Selama ini daerah Cianjur utara dikenal dengan daerah agribisnis, sebagian
besar mata pencaharian masyarakat bergerak di bidang pertanian. Secara
geografis, desa Ciherang merupakan salah satu lokasi yang cocok untuk budidaya
kelinci, karena memiliki iklim dan suhu yang baik untuk pertumbuhan kelinci
yaitu sekitar 18-25 oC. Selain itu, ketersediaan pakan hijauan yang melimpah memberikan nilai positif sehingga peternak tidak mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan pakan ternak khususnya ternak kelinci.
Pada saat ini peternakan masyarakat masih bersandar kepada sistem
tradisional masyarakat tidak melakukan penerapan yang baik terhadap manajemen
salah satunya tidak melakukan pencatatan secara akuntabilitas. Terdapat banyak
peternak kelinci yang berada di kabupaten Cianjur salah satu nya adalah Jaji’s
Farm. Jaji’s Farm merupakan salah satu peternakan yang melakukan usaha budidaya kelinci dengan komoditas utama yaitu kelinci pedaging. Jaji’s Farm
dianggap sebagai sentra informasi peternakan kelinci oleh peternak lain, karena
Jaji’s Farm memiliki pengalaman dalam teknis budidaya sehingga para peternak kelinci bisa sedikit terbantu.
1.2.Perumusan Masalah
Jaji’s Farm merupakan salah satu peternakan kelinci yang menjadikan kelinci pedaging sebagai produk utamanya. Jaji’s Farm telah berdiri lebih dari 20
tahun dan telah bekerjasama dengan peternakan kelinci lain yang berada di daerah
sekitar dalam memenuhi permintaan kelinci. Populasi kelinci indukan di Jaji’s
Farm pada saat ini adalah 170 ekor dengan jumlah indukan betina sebanyak 150 ekor dan jantan 20 ekor. Jenis kelinci yang dibudidayakan oleh Jaji’s Farm adalah
kelinci jenis VlaamseReus yang mampu menghasilkan bobot hidup ± 3 kilogram pada umur tiga bulan.
Produk yang dijual oleh Jaji’s Farm ada dua jenis yaitu penjualan kelinci
pedaging yang merupakan komoditas utama dalam peternakan kelinci dan
penjualan kelinci anakan yang merupakan produk kedua. Kapasitas produksi
kelinci rata-rata di Jaji’sFarm sebanyak 750 ekor tiap periode kelahiran. Jumlah produksi kelinci di Jaji’s Farm dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Produksi Kelinci di Peternakan Jaji’s Farm Tahun 2009 - 2011.
Tahun Jumlah Indukan
(ekor)
Jumlah Produksi (ekor)
2009 120 2400
2010 150 3750
2011 150 3750
Sumber : Jaji’sFarm, 2011
Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan produksi kelinci pada
disebabkan adanya penambahan jumlah indukan kelinci di Jaji’sFarm pada tahun
2010. Pada tahun 2011 Jaji’s Farm belum melakukan penambahan jumlah
indukan sehingga jumlah produksi yang dihasilkan masih tetap sama dengan
tahun 2010.
Jaji’s Farm memiliki konsumen yang berada di beberapa wilayah Jabodetabek, seperti restoran-restoran yang membutuhkan suplai kelinci pedaging
dan tengkulak yang membutuhkan suplai kelinci anakan secara terus menerus.
Pada saat ini permintaan daging kelinci ke Jaji’s Farm mencapai 25 kwintal per minggu sedangkan permintaan kelinci anakan mencapai 60 ekor per minggu.
Namun karena keterbatasan Jaji’s Farm dalam memproduksi, permintaan pasar yang diajukan masih belum mampu memenuhi permintaan karena produksi yang
dihasilkan sebesar 45-50 kilogram per minggu daging kelinci dan 25-30 ekor
kelinci anakan per minggu. Berikut Tabel 4 permintaan kelinci di Jaji’s Farm.
Tabel 4. Permintaan Kelinci pada Peternakan Jaji’s Farm di Tahun 2009-2011.
Tahun Permintaan Komoditas Kelinci
Anakan (ekor) Pedaging (ekor)
2009 1300 25000
2010 1500 48000
2011 2880 120000
Sumber : Jaji’sFarm, 2011
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dalam memenuhi permintaan pasar dan
meningkatkan pendapatan, Jaji’s Farm perlu melakukan pengembangan dengan menambah investasi berupa penambahan bangunan kandang yang baru dan
populasi ternak kelinci. Dengan adanya pengembangan usaha ini diharapkan
dapat memenuhi permintaan yang belum terpenuhi.
Pengembangan usaha ini akan dilakukan dengan beberapa strategi yaitu
ditinjau dari penggunaan modal yang terdiri dari modal sendiri dan pinjaman.
Penambahan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, sedangkan modal
merupakan sumberdaya terbatas sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan
pengembangan usaha.
Ada kecenderungan peternakan ini kurang mampu melakukan respon
terhadap informasi sistem agribisnis secara lengkap karena terbatasnya sumber
suatu perencanaan yang matang agar Jaji’s Farm dapat melakukan strategi dalam
pengembangannya sehingga usaha ini layak atau tidak untuk dilakukan. Salah
satu caranya adalah dengan menganalisis kelayakan usaha yang dilihat dari aspek
finansial dan aspek non finansial.
Analisis aspek finansial akan dilakukan dengan menggunakan dua kondisi
yaitu kondisi peternakan sebelum pengembangan (kondisi aktual) dan kondisi
setelah pengembangan dengan adanya penambahan jumlah ternak dan
pembangunan kandang baru.
Dalam menjalankan usaha peternakan kelinci, biaya investasi awal yang
dikeluarkan seperti pembangunan kandang (luar dan batre), pengadaan indukan
kelinci yang berkualitas dan pengeluaran untuk biaya produksi membutuhkan
modal yang relatif besar. Selain itu ada juga terdapat banyak resiko yang harus
dihadapi dalam usaha peternakan tersebut diantaranya adalah tingginya harga
bahan baku pakan, ketersediaan bahan baku pakan dan tingkat kematian ternak
akibat penyakit atau salah penanganan budidaya. Hal tersebut didasarkan pada
kejadian sebelumnya yang pernah terjadi di lingkup peternakan.
Aspek-aspek yang akan dikaji adalah aspek non finansial meliputi aspek
teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan
aspek pasar. Kemudian dilakukan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan
usaha peternakan Jaji’s Farm sehingga hasil dari analisis finansial bisa dilakukan analisis switching value untuk mengetahui tingkat sensitifitas usaha tersebut apabila terjadi perubahan didalam peternakan seperti adanya perubahan harga
pakan (input) dan harga daging (output).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari aspek non
finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan usaha di peternakan dari tiap kondisi yang dilakukan
dilihat dari aspek finansial?
3. Bagaimana tingkat kepekaan usaha peternakan dari tiap kondisi yang
dilakukan, apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat
1.3.Tujuan
1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan kelinci dilihat dari aspek non
finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan usaha di peternakan kelinci dari tiap kondisi yang
dilakukan dilihat dari aspek finansial.
3. Menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci pada tiap kondisi
yang dilakukan.
1.4.Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
gambaran yang bermanfaat bagi peternak kelinci dalam mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemajuan usaha, merencanakan, menetapkan
strategi dan kebijakan, dan juga mampu mempertimbangkan langkah-langkah
terbaik dalam meningkatkan kinerja peternakan.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi penulis
untuk dapat mengaplikasikan konsep-konsep atau teori yang diperoleh
diperkuliahan dengan keadaan dilapangan, dan juga diharapkan akan memberikan
manfaat informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan
perbandingan atau acuan untuk penelitian selanjutnya dengan cakupan yang lebih
luas.
1.5.Ruang Lingkup
Penelitian ini mentitikberatkan pada analisis kelayakan usaha yang mengkaji
berbagai aspek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
aspek sosial ekonomi dan lingkungan, serta aspek finansial dalam usaha
peternakan kelinci di Jaji’s Farm yang terletak di Desa Ciherang Kabupaten
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Kelinci
2.1.1. Kelinci dan Kerabatnya
Di Indonesia terdapat kelinci lokal yang menjadi ciri khas kelinci asli
Indonesia, yaitu kelinci Jawa (Lepus negricollis) diperkirakan masih berhabitat di hutan-hutan sekitar wilayah Jawa Barat. Warna bulunya coklat perunggu
kehitaman dengan ekor berwarna jingga dan ujung ekor hitam. Berat Kelinci jawa
dewasa bisa mencapai 4 kilogram. Sedangkan Kelinci Sumatera, merupakan
satu-satunya ras kelinci yang asli Indonesia. Habitatnya adalah hutan di pegunungan
Pulau Sumatera yang memiliki ciri panjang badan mencapai 40 cm dengan warna
bulu kelabu cokelat kekuningan. Dilihat dari jenis bulunya, kelinci ini terdiri dari
jenis berbulu pendek dan panjang dengan warna yang agak kekuningan. Ketika
musim dingin, warna kekuningan berubah menjadi kelabu. Menurut rasnya,
kelinci terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya Angora, Lyon, American Chinchilla, Dutch, English Spot, Himalayan dan lain-lain. Khusus Lyon sebenarnya adalah hasil dari persilangan luar antara Angora dengan ras lainnya.
Namun di kalangan peternak kelinci hias, hasil persilangan itu disebut sebagai
Lyon atau Angora jadi-jadian
2.1.2. Jenis kelinci
Jenis kelinci dapat dikelompokan berdasarkan tujuan pemeliharaan yaitu
kelinci pedaging (potong) dan kelinci hias. Ada beberapa jenis kelinci yang di
budidayakan di Indonesia diantaranya adalah: New Zealand White dengan
keunggulan memiliki pertumbuhan cepat dan dapat dijadikan kelinci potong
dengan berat dewasa 4 - 5 kilogram. Flemish Giant (Vlaamsce Reus) merupakan
kelinci yang memiliki ukuran paling besar dan sangat cocok untuk kelinci
pedaging dengan bobot dewasa adalah 6,3 kilogram. Angora sangat cocok untuk
kelinci hias karena memiliki bulu yang indah dengan bobot badan sekitar 2 – 3 kilogram. Lyon memiliki ciri-ciri mirip singa dengan bobot badan badannya
mencapai 4-5 kilogram. Dutch memiliki ciri khas yaitu ada lingkaran putih di
leher, seperti memakai kalung. Berat badan dewasa 1 – 2 kilogram. Rex Kelinci jenis rex berpotensi untuk diambil daging dan bulunya (fur). Warnanya pun
Kelinci putih (white rex) paling digemari. Bulunya lembut seperti beludru dan
tebal. Lop Holland mempunyai ciri telinga panjang dan jatuh, hidung pesek.
Sedangkan French lop mempunyai telinga super panjang hingga menyentuh tanah,
namun jenis ini cukup sulit hidup di Indonesia.
2.2. Potensi Kelinci
Kelinci merupakan salah satu jawaban terhadap pemenuhan gizi yang
berasal dari hewani selain jenis ternak penghasil daging lainnya. Konsumsi
daging masyarakat Indonesia saat ini masih dibawah rata-rata standar konsumsi
daging nasional, selain itu kelinci juga menjadi jawaban terhadap persoalan
pemerintah mengenai pemenuhan permintaan daging didalam negeri, sehingga
kelinci dapat dijadikan harapan kedepan bagi pemerintah Indonesia dalam
penyedia daging. Dengan demikian impor daging Indonesia dapat ditekan
sehingga akan memberikan efek positif dengan menambah devisa negara, serta
mengurangi ancaman untuk peternakan Indonesia terhadap sumber penyakit yang
berasal dari luar, seperti antrax.
Daging kelinci memiliki keunggulan yaitu rendahnya kadar lemak dan
kolesterol, serta kandungan lemak jenuh yang merupakan lemak esensial dalam
daging kelinci memberi peluang untuk dapat dikonsumsi oleh penggemar daging
tanpa takut akan penyakit yang berhubungan dengan lemak atau kolesterol tinggi.
Selain itu, daging kelinci dapat dikonsumsi untuk asupan kalsium karena dapat
menghasilkan daging dengan kadar kalsium tinggi, maka promosi budidaya
kelinci perlu digalakkan kembali tidak saja di tingkat peternak kecil namun juga
pada skala industri3.
Kelinci merupakan salah satu komoditas peternakan yang potensial sebagai
penyedia daging, karena pertumbuhan dan reproduksinya yang cepat. Satu siklus
reproduksi seekor kelinci dapat memberikan 4-10 ekor anak dan pada umur 8
minggu, bobot badannya dapat mencapai 2 kilogram atau lebih. Secara teoritis,
seekor induk kelinci dengan berat 3-4 kilogram dapat menghasilkan 80 kilogram
karkas per tahun (Farrel dan Raharjo, 1984).
3 Kelinci untuk hari esok yang lebih baik
Berdasarkan bobotnya, kelinci ternak pada umur dewasa dibedakan atas tiga
tipe, yaitu kecil (smalland dwarf breeds), sedang atau sedang ( medium breeds), dan besar ( giant breed). Kelinci tipe kecil berbobot antara 0,9-2 kilogram, tipe sedang berbobot 2-4 kilogram, dan tipe berat berbobot 5-8 kilogram ( Sarwono,
2004).
2.3. Agribisnis Kelinci 2.3.1. Pakan Kelinci
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhan tubuh
terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi ternak tergantung pada jenis ternak,
umur, fase pertumbuhan dewasa, bunting, menyusui, kondisi tubuh (normal atau
sakit), temperature, kelembaban udara serta bobot badannya. Sehingga tiap jenis
ternak membutuhkan asupan pakan yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan
ternak.
a. Jenis Pakan
- Hijauan Pakan Ternak
Hijauan merupakan bahan pakan yang diberikan dalam bentuk segar
sehingga memiliki kandungan air yang tinggi. Hijauan pakan ternak
dapat diperoleh dari alam liar seperti rumput liar dan daun-daunan.
- Konsentrat
Konsentrat adalah bahan pakan yang memiliki konsentrasi gizi yang
tinggi dengan kandungan serat kasar yang relative rendah dan mudah
dicerna. Konsentrat biasanya diberikan dalam bentuk pelet ataupun
dicampur dengan air.
- Hay
Hay adalah hijauan makanan ternak yang diawetkan dengan cara
dikeringkan di lapangan atau di tempat tertutup, dengan panas
matahari atau buatan, mempunyai kandungan kering (BK) 80-85%,
warna tetap hijau dan berbau enak.
b. Air Minum
Ketersediaan air minum untuk kelinci harus selalu terpenuhi karena air
minum sangat penting untuk pertumbuhan ternak dan berguna dalam
2.3.2. Sarana Kandang dan Perlengkapan 1) Lokasi Kandang
Lokasi kandang untuk ternak kelinci sangat perlu diperhatikan karena hal
tersebut akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup peternakan itu sendiri.
Lokasi peternakan harus berada didaerah strategis dengan posisi kandang yang
harus disesuaikan dengan keadaan lokasi tersebut sehingga kandang tersebut
menjadi nyaman untuk kelangsungan hidup ternak kelinci.
Syarat-syarat lokasi kandang tersebut diantaranya adalah (1). Kandang harus
dekat dengan sumber air sehingga ketersediaan air untuk minum dan kebersihan
dapat dipenuhi dengan mudah, (2). Jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak
mengganggu aktifitas masyarakat, (3). Jauh dari suara bising yang berasal dari
mesin kendaraan ataupun mesin pabrik dan (4). Terlindung dari predator seperti
tikus.
Kandang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup ternak dari berbagai
ancaman yang bisa membuat ternak tersebut tidak tumbuh dengan maksimal.
Fungsi kandang sebagai tempat berkembang biak harus memiliki suhu udara ideal
sekitar 21oC, sistem sirkulasi udara yang cukup sehingga udara didalam kandang bersifat lancar dan dapat menampung cahaya matahari yang cukup serta
melindungi ternak dari predator.
2) Pola Kandang
Kandang luar merupakan sebuah bangunan yang dirancang agar sirkulasi
udara dan cahaya matahari dapat masuk sehingga suhu dalam kandang membuat
kelinci nyaman dan dapat berproduksi secara maksimal. Ada 2 jenis kandang
kelinci yang digunakan yaitu kandang permanen dan semi permanen yang
terdapat kandang lokal atau kandang batere (individu) di dalamnya.
Kandang permanen dapat terbuat dari bata yang kokoh dan tahan lama yang
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi persyaratan kandang yang
baik dan membutuhkan dana yang relatif besar. Sedangkan untuk kandang semi
permanen dapat terbuat dari bilik bambu dan membutuhkan dana yang tidak
Untuk kandang lokal atau batre (individu) dapat terbuat dari kawat dan
kayu dengan ukuran 60x70 centimeter. Kandang tersebut dapat menampung
seekor indukan dan anakan yang dilahirkan sampai penyapihan4.
3) Sarana Kandang
Dalam kandang kelinci membutuhkan sarana seperti tempat pakan dan
minum serta perlengkapan lain. Untuk tempat pakan kelinci biasanya terbuat dari
plastik atau semen yang dibentuk seperti wadah untuk dapat menampung pakan
yang akan diberikan. Tempat pakan yang digunakan biasanya memiliki bobot
yang berat sehingga tidak mudah untuk terguling oleh ternak tersebut.
Tempat minum kelinci berupa botol yang berukuran kira-kira 1 liter yang
diberi sentuhan inovasi pada ujung keluar airnya dengan bola-bola kecil dari besi
untuk menahan air yang keluar sehingga air tersebut tidak terbuang pada saat
diminum ternak. Cara kerja tempat minum ini akan keluar apabila lidah kelinci
menekan bola-bola besi tersebut dan apabila ternak tersebut selesai minum maka
bola tersebut akan kembali ke tempat semula dan tempat keluar air akan tertutup
kembali.
Perlengkapan lain yang dibutuhkan dalam peternakan adalah bak plastik
untuk mengaduk dedak padi yang di campur air panas dan bahan pakan lainnya.
Perlengkapan lainnya seperti sapu lidi untuk membersihkan kandang dan tempat
menampung urin (jerigen) dan karung untuk menampung kotoran kelinci.
4 Budidaya Kelinci
4) Pemilihan Bibit Unggul
Pemilihan bibit kelinci harus disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan
kelinci ini dijalankan yaitu kelinci penghasil daging dan kelinci hias. Berikut ini
beberapa Kriteria yang bisa dijadikan pedoman untuk memilih bibit kelinci :
1. Induk diketahui tetuanya atau dengan kata lain calon induk mempunyai
catatan produksi (jumlah anak perkelahiran, daya tumbuh, dll) dan catatan
reproduksi (servis per conception, fertilitas, keadaan alat reproduksi dll) 2. Induk mempunyai puting susu lebih dari 8 buah
3. Tingkah laku tidak nervous dan mempunyai cukup bulu untuk membuat sarang
4. Kondisi fisik yang normal seperti badan sehat, mata bersinar, bulu yang
bersih dan tidak kusut serta telinga tegak5.
2.3.3. Perkembangbiakan Kelinci
Perkembangbiakan kelinci yang ideal adalah kelinci yang dikawinkan
pada umur sekitar 6-8 bulan yang telah mengalami dewasa kelamin dan memiliki
tanda-tanda birahi. Apabila kelinci terlambat di kawinkan ada kemungkinan
kelinci akan mandul karena kegemukan atau obesitas, karena terlalu banyak
lemak dalam tubuhnya. Dengan demikian sel telur pada betina menyempit dan
saluran sperma pada jantan juga menyempit, sehingga akan mengganggu jalannya
proses perkawinan atau reproduksi.
Aspek reproduksi memegang peranan penting dalam rangka pertambahan
jumlah populasi. Kelinci termasuk dalam satu jenis ternak prolific artinya mampu
beranak banyak per kelahiran.
Kelinci dapat melahirkan 4-5 kali dalam setahun karena masa bunting
kelinci hanya 30-35 hari dengan jumlah anakan yang dilahirkan sebanyak 4-10
ekor anak. Umumnya lama kelinci bunting sekitar 31 hari. Tetapi ada kelinci
yang masa buntingnya 32 atau 33 hari. Masa bunting ini ada hubungannya
dengan lingkungan, makanan, dan jenis kelinci. Makin besar jenis kelinci maka
makin lama usia mengandungnya. Ada juga kelinci yang masa buntingnya 28
atau 29 hari.
5 Budidaya Kelinci
2.3.4.Penyakit
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu: 1).
Kelemahan dalam menjaga sanitasi kandang, 2). Pemberian pakan kurang
berkualitas, 3). Volume pakan kurang, 4). Air minum kotor atau kurang, 5).
Kekurangan zat nutrisi (protein, vitamin, mineral), 6). Tertular kelinci lain yang
menderitasakit, 7). Perubahan cuaca.
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang kelinci dan dapat
menyebabkan kematian diantaranya adalah:
1. Enteritis Kompleks Penyakit ini menyerang alat pencernaan,
2. Pasteurellosis Penyakit ini sering menyerang kelinci dewasa, baik jantan maupun betina. Penyakit ini menyerang alat pencernaan. Penyebabnya
kuman Pasteurella multocida.
3. Sembelit penyakit ini menunjukkan gejala tak bisa berak. Kencing sedikit sekali. Kelakuan kelinci sangat gelisah. Penyebabnya, pemberian ransum
kering kurang diimbangi dengan kebutuhan air minum yang cukup.
4. Pilek, gejalanya mudah hidung kelinci mengeluarkan lendir berwarna jernih atau keruh, selain itu juga sering bersin-bersin.
5. Kudis, penyakit ini menimbulkan gatal-gatal. Bagian tubuh yang terserang mula-mula kepala, lalu menjalar ke mata, hidung, kaki, dan
kemudian seluruh tubuh. Penyebabnya kutu Sarcoptes Scabiei sehingga
penyakitnya disebut scabesiosis alias kudis
6. Kanker Telinga, penyakit ini di tandai rasa gatal dan sakit pada telinga yang terserang.
2.3.5.Pengolahan dan Pemasaran Produksi Hasil
Hasil dari produk dari yang utama dari peternakan kelinci adalah
meghasilkan daging dan kelinci hias (Pets) atau anakan untuk para hobbies serta produk sampingan lain seperti kulit bulu (fur), kotoran dan urin.
Berbagai produk olahan yang berasal dari daging kelinci sudah banyak di
ciptakan dan sedang dikembangkan untuk dijadikan usaha yang memiliki potensi
yang tinggi. Dari produk hasil peternakan kelinci tersebut kemudian diolah
dengan sedikit inovasi sehingga menghasilkan produk yang bernilai ekonomi
sebagainya. Kini sudah banyak bermunculan rumah makan yang menyediakan
produk olahan daging kelinci sehingga pemasaran untuk produk ini sangat mudah
dan luas sekali, karena kebutuhan daging kelinci untuk saat ini masih belum
terpenuhi kebutuhannya.
Selain itu, produk sampingan dari kelinci juga memiliki potensi dan nilai
ekonomis yang tinggi seperti kulit bulu (Fur) dapat diolah menjadi aksesoris hiasan dan kebutuhan fashion seperti jaket, dompet, tas, sepatu dan sebagainya. Urin kelinci dapat dijadikan sebagai cairan pupuk organik yang sangat bermanfaat
untuk tanaman. Penampungan urin dapat dilakukan dengan menyediakan alas
triplek berlapiskan plastik atau seng yang ditempatkan di bawah lantai kandang sehingga berfungsi sebagai talang yang mengalirkan urin ke tempat
penampungan.
2.4. Data Biologi
- Masa hidup: 5 - 10 tahun
- Masa produksi: 1 - 3 tahun
- Masa bunting : 28 - 35 hari (rata-rata 29 - 31 hari)
- Masa penyapihan : 6 - 8 minggu
- Umur dewasa: 4 - 10 bulan
- Umur dikawinkan: 6 - 12 bulan
- Masa perkawinan setelah beranak (calving interval): 1 minggu setelah anak disapih
- Ovulasi: Terjadi pada hari kawin (9 - 13 jam kemudian)
- Jumlah kelahiran: 4 - 10 ekor (rata-rata 5 - 7)
- Bobot dewasa: Sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan
Penelitian Terdahulu
Sumiarti (2004) penelitian tentang kelayakan investasi usaha agribisnis
kelinci (kasus di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan
untuk memprediksi dan mempelajari gambaran umum tentang agribisnis kelinci di
peternakan Agri Wiratani. Ada beberapa aspek yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, pasar dan pemasaran, aspek
teknis serta aspek keuangan dengan analisis sensitivitas.
Aspek hukum, ekonomi dan sosial menunjukan bahwa legalitas usaha ini
kuat secara hukum. Dari sudut ekonomi dan sosial pun menunjukan bahwa usaha
ini dapat memberikan nilai positif untuk masyarakat sekitar dengan terciptanya
lapangan pekerjaan baru sehingga dapat berpartisipasi dalam mengurangi angka
pengangguran dan memberikan motivasi dan gambaran kepada masyarakat akan
potensi usaha yang dilakukan sehingga masyarakat berinisiatif untuk melakukan
usaha yang sama.
Analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukan bahwa adanya potensi
pasar yang masih terbuka serta belum adanya pesaing lain yang setingkat dengan
peternakannya sehingga pangsa pasarnya dapat diraih. Bauran pemasaran dan
strategi pemasarannya sudah dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Analisis aspek teknis menunjukan bahwa kondisi lingkungan usaha, proses
produksi serta sarana pendukungnya yang masih sederhana ini tetap memenuhi
syarat secara teknis. Layout perkandangan yang dibuat telah disesuaikan dengan kebutuhan peternakan. Hasil analisis aspek keuangan menunjukan bahwa pola I
masih layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Rekomendasi yang terbaik
pada pola II, karena berada pada urutan kedua, sedangkan untuk pola IV tidak
layak untuk dijalankan dan perlu dilakukan evaluasi terhadap pola IV. Hasil
analisis uji sensitivitas dengan perubahan penurunan harga jual output 15 persen dan peningkatan harga input 20 persen pada setiap pola menunjukan pada pola I menjadi sangat peka.
Satrio (2005) melakukan penelitian kelayakan finansial usaha ternak
kelinci pada Ushagi Farm (kasus di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor). Tujuannya adalah menganalisis kelayakan finansial di peternakan kelinci,
menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci terhadap
perubahan-perubahan harga yang terjadi.
Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang diperoleh yaitu
Rp. 1.517.176 yang menunjukan bahwa nilai sekarang dari pendapatan selama
umur proyek akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.517.176, nilai Net B/C
1,18 menunjukan bahwa pendapatan bersih yang diterima lebih besar 1,18 kali
dari yang biaya yang dikeluarkan. Artinya, setiap penambahan Rp. 1 yang
ditanamkan akan diperoleh hasil manfaat sebesar Rp. 1,18. Nilai IRR yang
diperoleh adalah 24 persen menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari usaha
ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam penelitian.
Masa pengembalian investasi dicapai dalam kurun waktu 4 tahun 2 bulan 13 hari.
Hal ini menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena masa
pengembalian pengembalian lebih kecil dari umur proyek. Berdasarkan analisis
sensitivitas usaha diperoleh bahwa usaha ini tidak layak apabila terjadi penurunan
output sebanyak 10 persen, penurunan jumlah produksi dan peningkatan harga
input. Dilihat dari analisis switching value diperoleh bahwa usaha ini masih dianggap layak apabila terjadi penurunan volume produksi atau harga jual output
sampai dengan 3 persen, sedangkan kenaikan harga input yang masih bisa ditolerir adalah sampai dengan 6,4 persen.
Rofik (2005), meneliti tentang kelayakan finansial usaha peternakan sapi
perah di Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
analisis pada kelompok peternak I dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi
10 ekor pada tingkat suku bunga pinjaman 14,85 persen memiliki nilai NPV
sebesar Rp 74.420.770,-. NPV untuk kelompok peternak II dengan rata-rata
kepemilikan sapi perah laktasi 18 ekor sebesar Rp 152.071.340,-. NPV untuk
kelompok peternak III dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 27 ekor
sebesar Rp 311.022.350,-. Nilai tersebut merupakan pendapatan bersih yang
diterima peternak selama delapan tahun pengembangan. Nilai BCR untuk
kelompok peternak I sebesar 1,35 artinya peternak akan mendapatkan tambahan
penerimaan sebesar Rp 0,35,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Untuk kelompok
peternak II nilai BCR sebesar 1,43 artinya peternak akan mendapatkan tambahan
kelompok peternak III nilai BCR sebesar 1,52 yang artinya peternak akan
mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,52,- dari setiap pengeluaran Rp
1,-. Semua nilai tersebut menunjukan perbandingan penerimaan yang diterima
peternak lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Untuk nilai IRR pada kelompok peternak I sebesar 23,32 persen, pada
kelompok peternak II sebesar 36,07 persen dan pada kelompok peternak III
sebesar 29,88 persen, yang artinya investasi yang ditanamkan layak dan
menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku (14,85 persen). Secara keseluruhan berdasarkan
nilai-nilai pada kriteria investasi tersebut secara finansial usaha ternak sapi perah
Pondok Ranggon layak untuk dikembangkan, yang paling menguntungkan adalah
kelompok peternak III.
Ermin (2007) melakukan penelitian tentang kelayakan investasi
pengusahaan Lobster air tawar pada CV. Fizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster
Farm. Diperoleh bahwa tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan investasi melalui aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial,
menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha pada masing-masing pola usaha
(pembenihan, pembesaran serta pembenihan dan pembesaran) serta melihat
kepekaan usaha terhadap perubahan yang terjadi di input dan output.
Berdasarkan hasil dari analisis yang dilihat dari berbagai aspek tersebut
maka diperoleh bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis kelayakan
finansial diperoleh bahwa pola II dianggap lebih menguntungkan dibandingkan
dengan pola I dan III. Switching value yang dilakukan terhadap ketiga pola tersebut menunjukan bahwa perubahan produksi dan harga output merupakan faktor yang paling peka terhadap kelayakan usaha ini. Sedangkan perubahan yang
terjadi dalam input produksi tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ketiga pola usaha tersebut.
Widagdho (2008) melakukan penelitian tentang kelayakan usaha
peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project, Lembang. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aspek-aspek kelayakan usaha secara deskriptif yang meliputi
menganalisis tingkat kelayakan aspek finansial dan melakukan analisis switching
value.
Berdasarkan analisis kelayakan tersebut diperoleh bahwa pengusahaan
peternakan kelinci pada perencanaan proyek ini dilakukan dalam dalam tiga pola
dan dihasilkan bahwa ketiga pola tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan
analisis switching value, penurunan harga output dan penurunan produksi merupakan faktor yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi.
Ditinjau dari penelitian terdahulu, terdapat beberapa perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian terdahulu diantaranya adalah jenis usaha yang
dijalankan, lokasi usaha yang dijalankan dan komoditas yang dihasilkan. Dilihat
dari segi metode yang digunakan dalam penelitian terdahulu dinilai relatif sama
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu aspek pasar, aspek manajemen,
II. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan
dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada
dalam penelitian. Selain itu merupakan acuan untuk menjawab permasalahan.
3.1.1. Studi Kelayakan Proyek
Beberapa ahli mendefinisikan proyek sebagai suatu usaha yang direncanakan
sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan
(input) lain, yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitu pengembalian jangka panjang proyek yang dihasilkan dari manfaat-manfaat yang
dihasilkan dari proyek tersebut seperti meningkatkan produksi, perbaikan kualitas,
perubahan dalam waktu penjualan, perubahan dalam lokasi penjualan, perubahan
bentuk produksi, pengurang biaya melalui mekanisasi, menghindari kerugian dan
lain-lain.
Studi kelayakan proyek merupakan penelitian tentang bisa tidaknya suatu
proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Muhammad, 2000). Studi
kelayakan proyek biasanya berupa laporan tertulis yang berisi berbagai informasi
tentang tingkat kelayakan suatu proyek untuk direalisasikan. Dan juga sebagai
bahan pertimbangan stakeholder untuk melakukan pengambilan keputusan. Informasi yang terkandung dalam laporan tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak-pihak tertentu, misalnya pihak investor, kreditor, manajemen perusahaan serta bagi pihak pemerintah dan masyarakat (Umar,
2007).
Analisis proyek bertujuan untuk memperbaiki pilihan investasi karena
sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga harus dipilih alternatif proyek
yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi. Gittinger 1986,
mengemukakan bahwa dalam menganalisis suatu proyek yang efektif harus
mempertimbangkan aspek-aspek yang saling berkaitan secara bersama-sama
menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman
investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap
3.1.2. Aspek Kelayakan Proyek
Menurut Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa untuk
melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa
yang akan dipelajari. Aspek-aspek yang harus diperhatikan adalah aspek pasar,
aspek teknis, aspek keuangan, aspek manajemen dan aspek hukum. Menurut
Kadariah et al.1999 menyebutkan bahwa proyek dapat dievaluasikan dari enam aspek, yaitu aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi,
aspek komersial, aspek finansial , dan aspek ekonomi.
3.1.3. Aspek Pasar
Menurut Husnan dan Muhammad (2000) peranan analisa aspek pasar dalam
pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan proyek merupakan
variabel pertama dan utama untuk mendapat perhatian, aspek pasar dan
pemasaran.
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran. Alat bauran
pemasaran diklasifikasikan menjadi empat unsur yang dikenal dengan empat P
yaitu produk (Product), harga (price), distribusi (distributon), dan promosi (promotion) (Kotler 1997).
3.1.4. Aspek Teknis
Husnan dan Muhammad (2000) mengatakan bahwa aspek teknis merupakan
suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan
pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa
ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya
eksploitasinya.
Analisis secara teknis berhubungan dengan proyek (penyediaan) dan output
(produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan
kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat
3.1.5. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam proyek dan
manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan proyek adalah proses untuk
merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar proyek
yang direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada
waktunya (Husnan dan Muhammad 2000).
Rita Nurmalina et. al, (2009), menyatakan bahwa aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan
hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa
disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai
akta, sertifikat, dan izin. Disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan
bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis
pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain.
3.1.6. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Analisis sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan dari pihak yang
berkepentingan dengan proyek, karena pertimbangan ini berhubungan langsung
dengan kelangsungan suatu proyek. Selain itu, suatu proyek juga harus tanggap
(responsif) terhadap keadaan sosial seperti penciptaan kesempatan kerja, distribusi pendapatan dan lain-lain.
Analisis ekonomi (economic analysis) suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh
perusahaan, akan tetapi oleh semua pihak dalam perekonomian. Analisis ekonomi
penting dilakukan unutuk proyek-proyek yang berskala besar, yang menimbulkan
perubahan dalam penambahan supply dan demand akan produk-produk tertentu,
oleh karena itu dampak yang ditimbulkan pada ekonomi nasional akan cukup
berarti (Husnan dan Muhammad 2000).
3.1.7. Aspek Finansial
1. Teori Biaya dan Manfaat
Analisis finansial diawali dengan biaya dan manfaat dari suatu
proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran
dana yang diperlukan. Apakah proyek akan mampu membayar kembali dan
tersebut dan apakah proyek akan berkembang sehingga secara finansial
dapat berdiri sendiri (Kadariah et al, 1999).
Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat
sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh
dengan adanya proyek. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan
manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan
manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat
diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu
proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan
manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan tujuan utama
dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis
proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung.
2. Laba Rugi
Laba merupakan sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkan
dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul didalam memproduksi barang
dan jasa. Dengan kata lain, laba adalah selisih antara penerimaan dengan
pengeluaran. Menurut Gittinger (1986) laporan laba rugi adalah suatu
laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu
perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi
perusahaan selama periode tersebut. Komponen lain dalam laporan rugi laba
adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi.
Pengurangan komponen-komponen terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan.
Penyusutan merupakan pengeluaran operasi bukan tunai yang
merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap periode
operasi yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang.
Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan laba
operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan
pajak. Komponen selanjutnya dalam laporan rugi laba adalah komponen
pendapatan atau beban di luar operasi seperti bunga yang diterima, bunga
Penambahan pendapatan diluar operasi dan pengurangan beban diluar
operasi akan menghasilkan laba sebelum pajak. Pengurangan pajak
penghasilan terhadap pendapatan sebelum pajak akan menghasilkan laba
bersih (net benefit). Hal inilah yang merupakan pengembaliam kepada pemilik usaha yang tersedia baik untuk dibagikan ataupun untuk
diinvestasikan kembali.
3. Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu
ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah
dikembangkan. Setiap kriteria investasi menggunakan Present Value (pv) yang telah di-discount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha (Kadariah et al 1999). Penilaian investasi dalam suatu usaha dilakukan dengan memperbandingkan antara semua manfaat yang diperoleh
akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses
investasi dilaksanakan.
Suatu usaha atau proyek dikatakan layak atau tidak untuk
dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada
(Kadariah et al 1999). Beberapa metode pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
(1) Net Present Value (manfaat sekarang netto) adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang ada diperoleh pada masa mendatang, yang
merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya.
(2) Net Benefit-Cost Ratio (rasio manfaat dan biaya) adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih dimana keuntungan bersih
bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif.
(3) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. IRR dapat
pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu
proyek dengan syarat setiap manfaat yang diwujudkan, yaitu setiap selisih
benefit (Bt) dan cost (Ct) yang bernilai positif secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang
(4) Payback Period (PP) digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu
yang digunakan untuk melunasi investasi yang ditanamkan. Metode
Payback Period merupakan metode yang menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali, karena itu hasil perhitungannya
dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Husnan dan
Muhammad 2000).
4. Analisis SwitchingValue
Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value
(nilai pengganti) adalah suatu analisa untuk dapat melihat
pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger
1986). Pada bidang pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat
empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan
pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi.
Parameter harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial
diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan nyata kedua
parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Analisis
switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai seberapa besar
perubahan yang terjadi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria
kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak.
Batas–batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase
yang diperoleh menunjukan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak
sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi. Perubahan-perubahan
yang sering terjadi dalam menjalankan proyek atau usaha umumnya
dikarenakan oleh :
a. Harga
b. Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi)
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Peluang pasar untuk peternakan kelinci masih sangat besar, karena masih
banyak masyarakat yang berfikiran bahwa ternak kelinci tidak memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Potensi yang dimiliki peternakan kelinci untuk pemenuhan
kebutuhan daging mencapai lebih dari 5000 ekor per tahun.
Kelinci memiliki manfaat yang lebih dibandingkan dengan daging ternak
lain seperti memiliki kadar lemak jenuh yang rendah serta kandungan protein
yang tinggi membuat daging kelinci baik untuk menjaga ketahanan tubuh agar
menjadi sehat.
Jaji’s Farm merupakan peternakan kelinci yang mengutamakan kelinci pedaging sebagai produk utamanya, akan tetapi peternakan ini belum mampu
memenuhi permintaan konsumen kelinci yang disebabkan oleh keterbatasan
modal untuk melakukan pengembangan usaha peternakan. Berdasarkan potensi
tersebut, Jaji’s Farm ingin melakukan pengembangan usahanya dengan
menambah luas lahan, sehingga Jaji’sFarm bisa membangun kandang yang baru dengan menambah populasi ternak kelinci di peternakan. Dari pengembangan
tersebut Jaji’s Farm diharapkan bisa memaksimalkan penjualan produk
peternakan kelinci untuk memenuhi permintaan pasar yang selama ini dijalani.
Adanya analisis kelayakan pengembangan ini sangat diperlukan oleh Jaji’sFarm
karena selama menjalankan usahanya tidak pernah melakukan analisis kelayakan
terhadap usahanya.
Analisis finansial (keuangan) dilakukan untuk memperhitungkan biaya
yang akan digunakan dalam melakukan usaha sehingga dalam memaksimalkan
usahanya Jaji’s Farm bisa melakukan penyesuaian dana sesuai dengan yang dibutuhkan. Analisis non finansial merupakan kegiatan analisis yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum serta aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Untuk melihat tingkat
kelayakan usaha pada peternakan ini dilakukan beberapa strategi yang dilihat dari
sumber modal yang digunakan.
Dalam melakukan analisis ini dilakukan beberapa strategi yaitu analisis
peternakan kelinci ini. Kondisi tersebut memberikan kemudahan dalam
melakukan analisis finansial dengan menggunakan kriteria kelayakan yaitu NPV,
IRR, Net B/C dan PaybackPeriod.
Dalam melakukan analisis kelayakan non finansial ada beberapa aspek yang digunakan yaitu aspek pasar dimana produk yang ditawarkan mempunyai
peluang pasar dan memiliki kualitas dengan harga bersaing. Kriteria kelayakan
pada aspek teknis ditunjukan dengan adanya peningkatan produksi dan
pemeliharaan yang intensif seperti ketersediaan pakan dalam proses budidaya dan
perawatan media budidaya, sehingga produk yang dihasilkan akan berkualitas dan
mengurangi resiko kerugian atas mortalitas. Aspek manajemen dan hukum menggunakan kriteria kelayakan supaya pengelolaan dan pemeliharaan
manajemen dan pengakuan hukum yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan
peternakan sedangkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dilihat dari respon
positif dan negatif masyarakat sekitar dengan adanya kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh peternakan.
Analisis sensitivitas dengan metode Switching Value digunakan dalam penelitian ini untuk melihat dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap
kelayakan investasi hasil. Dari analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang rencana penjualan yang akan
dilakukan. Apabila dari hasil evaluasi analisis kelayakan usaha menunjukan
bahwa usaha peternakan ini layak untuk dijalankan, maka peternakan dapat
menggunakan proporsi penjualan tersebut untuk mencapai keuntungan yang
maksimal. Jika dari hasil evaluasi analisis kelayakan yang dilakukan menunjukan
bahwa usaha peternakan ini tidak layak untuk dilaksanakan, maka peternakan
tersebut sebaiknya mengadakan perbaikan-perbaikan dan meninjau kembali
kepada beberapa aspek yang dianggap berpengaruh terhadap kemajuan
peternakan. Secara sederhana, penjelasan di atas digambarkan dalam bentuk
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Kelinci
Rekomendasi Usaha Peternakan Kelinci
Layak / Tidak Layak Prospek Usaha Jaji’sFarm
Peningkatan Konsumsi Daging Kelinci
Pengembangan Usaha Peternakan
Jaji’sFarm
Analisis Kelayakan Usaha Peternakan
Jaji’sFarm
Aspek Non Finansial : - Aspek Pasar - Aspek Teknis
- Aspek Manajemen dan Hukum - Aspek Sosial, Ekonomi dan
Lingkungan
Aspek Finansial: - Analisis NPV - Analisis IRR - Analisis Net B/C - Analisis PaybackPeriod
- Analisis SwitchingValue
Kondisi (aktual) Kondisi Setelah Pengembangan
III. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kampung Panyaweuyan, Desa Ciherang, Kecamatan
Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Jaji’s Farm
merupakan peternakan yang memiliki pengalaman. Penelitian dilakukan pada
bulan Desember 2011 sampai Pebruari 2012.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperlukan untuk mengetahui data-data yang berhubungan dengan aspek-aspek yang dibutuhkan dari peternakan.
Data primer dapat diperoleh dari berbagai sumber data diantaranya adalah wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemilik dan pegawai
peternakan, pengamatan atau observasi dan pembagian kuesioner kepada beberapa
responden. Data primer yang diperoleh dapat berupa data tertulis mengenai
jumlah produksi, struktur organisasi, sejarah perusahaan dan lain-lain.
Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yaitu data yang didapat dari literatur, situs internet dan instansi terkait yang relevan
dengan penelitian.
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini dilakukan analisis data secara deskriptif untuk mengetahui gambaran peternakan mengenai aspek-aspek yang dikaji dalam
analisis kelayakan usaha pada peternakan meliputi aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Dan selanjutnya
dilakukan analisis kuantitatif untuk mengolah data dan informasi yang diperoleh
dengan menggunakan kalkulator dan komputer software Microsoft excel.
Hasil analisis tersebut kemudian akan disajikan dalam bentuk tabulasi.
Perhitungan biaya dan manfaat dari pemilik peternakan disusun dalam bentuk
4.3.1.Aspek Pasar
Aspek pasar perlu dikaji secara kualitatif untuk melihat dampak sistem pemasaran serta potensi pasar dari usaha ternak kelinci, bagaimana distribusi,
kapasitas dan kontinuitas serta tingkat harga yang ditetapkan. Aspek pasar dan
bauran pemasaran merupakan suatu hal yang penting yang dilakukan dalam
mencapai tujuan pusat sasaran (Kotler 1997).
Menurut Gittinger (1986) analisis aspek pasar untuk hasil proyek sangat
penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada
harga yang menguntungkan, kemana produk dijual, apakah pasar cukup luas
untuk dapat menampung produksi baru tanpa mempengaruhi harga, berapa besar
porsi keseluruhan pasar yang akan dikuasai proyek, apakah produk dimaksudkan
untuk konsumsi domestik atau ekspor dan apakah proyek menghasilkan
kualifikasi atau kualitas yang diminta oleh pasar.
4.3.2.Aspek Teknis
Menurut Gittinger (1986) analisis secara teknis berhubungan dengan input
proyek (penyediaan) dan produksi berupa barang-barang nyata dan jasa. Aspek
teknis berpengaruh besar terhadap kelancaran jalannya usaha terutama kelancaran
proses produksi. Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah
proyek tersebut dapat dilaksanakan secara teknis. Bila analisis teknis telah
dilakukan maka analisis proyek harus terus menerus dilakukan untuk memastikan
bahwa pekerjaan teknis tersebut berjalan dengan lancar dan perkiraan-perkiraan
secara teknis cocok dengan kondisi dilapangan.
4.3.3.Aspek Manajemen dan Hukum
Didalam analisis aspek manajemen, peternak harus mempertimbangkan
kemampuan manajerial peternak untuk menjalankan suatu proyek. Jika para
peternak mempunyai pengalaman terbatas pada masalah produksi, maka harus
diberikan waktu yang cukup agar dapat mencapai keahlian yang baru (Gittinger,
1986).
Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan proyek.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk badan usaha yang
digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan lancar,
yang digunakan dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan
Muhammad, 2000).
4.3.4.Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Peternakan akan dinilai seberapa besar bisnis tersebut mempunyai dampak
sosial, ekonomi dan lingkungan di sekitar peternakan. Pada aspek sosial yang
dipelajari adalah pengaruh terhadap kondisi dengan memperhatikan manfaat dan
pengorbanan sosial yang di alami oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis.
Sedangkan dari aspek ekonomi yaitu suatu bisnis dapat memberikan
peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah dan dapat
menambah aktifitas ekonomi.
Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh peternakan tersebut
terhadap lingkungan, apakah dengan adanya peternakan ini menciptakan
lingkungan yang semakin baik atau semakin buruk.
4.3.5.Aspek Finansial
Dalam analisis kelayakan investasi dilakukan perbandingan antara besarnya
biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diterima suatu kegiatan investasi
dalam jangka waktu tertentu.
Untuk menguji kelayakan finansial suatu usaha digunakan alat ukur atau
kriteria investasi sebagai berikut : NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit - Cost Ratio) dan Payback Period.
1. Net Present Value (NPV)
NPV dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang
ditimbulkan oleh investasi (Husnan dan Muhammad, 2000).
Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :
NPV =
nt
t
i
Ct
Bt
1
(
1
)
)
(
Dimana :
Bt = Penerimaan (benefit) yang diperoleh dari tahun ke t Ct = Biaya (Cost) yang dikeluarkan pada tahun ke t
n = Umur Proyek
Suatu proyek akan dinyatakan layak untuk dijalankan apabila nilai NPV
yang diperoleh > 0. Jika NPV = 0 maka tingkat pengembalian proyek
tersebut sebesar sosial opportunity cost of capital dan apabila NPV < 0
berarti ada penggunaan sumber-sumber lain yang lebih menguntungkan
yang diperlukan proyek atau proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.
2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Rasio manfaat dan biaya diperoleh apabila nilai sekarang arus manfaat
dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Net B/C menunjukan tingkat
tambahan manfaat pada setiap sebesar satu rupiah. Proyek layak
dilaksanakan apabila nilai Net B/C lebih dari satu. Secara matematis Net Benefit-Cost Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
Net B/C =
n t t t n t t t i Bt Ct i Ct Bt 1 1 ) 1 ( ) ( ) 1 ( ) ( ---0 ) ( 0 ) ( Ct Bt Ct Bt Keterangan :Net B/C = Nilai Benefit-cost ratio
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke t (Rupiah)
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah)
n = Umur ekonomis proyek (Tahun)
i = Tingkat suku bunga (persen)
t = (t= 0,1,2,…n) Tahun Dengan kriteria :
Net B/C >1 maka usaha layak dilaksanakan
Net B/C <1 maka usaha tidak layak dilaksanakan
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari
perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Jika diperoleh nilai
IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan layak untuk dijalankan. Secara matematis IRR dapat
dirumuskan sebagai berikut:
)
(2 1
2 1
1
1 i i
NPV NPV
NPV i
IRR
Keterangan :
NPV1 = NPV yang bernilai positif (Rupiah)
NPV2 = NPV yang bernilai negatif (Rupiah)
i1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif (persen)
i2 = Tingkat bungayang menghasilkan NPV negatif (persen)
Kriteria yang berlaku :
IRR > i ; maka usaha layak dilanjutkan
IRR < i ; maka usaha tidak layak dilanjutkan atau lebih baik dihentikan 4. Payback Period
Payback Period atau masa pembayaran kembali adalah suatu jangka waktu (periode) kembalinya keseluruhan jumlah investasi yang ditanamkan,
dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang
ditanamkan dengan menggunakan aliran kas. Secara matematis Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut :
PP =
Ab I
Keterangan:
PP = Jumlah waktu (tahun/periode) yang diperlukan untuk
mengembalikan modal investasi.
I = Jumlah modal investasi.
Ab = Hasil bersih per tahun/periode atau laba bersih rata-rata per
tahun.
5. AnalisisSensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Analisis
sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian
dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting,
masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu
analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil
analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi
perubahan dalam perhitungan biaya atau manfaat.
6. Analisis Swicthing Value
Analisis Swicthing Value merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi akibat peningkatan dan penurunan suatu
variabel. Analisis ini mencari batas maksimum dari perubahan yang
terjadi. Perubahan-perubahan yang terjadi misalnya, perubahan pada
tingkat produksi, harga jual output maupun harga input dan lain-lain. Analisis Switching Value yang dilakukan di dalam penelitian ini dilihat dari beberapa perubahan biaya yaitu harga bahan baku (input) dan harga penjualan (output).
4.4. Asumsi-Asumsi yang Digunakan dalam Penelitian
1. Umur proyek yang ditetapkan selama 10 tahun, hal ini berdasarkan pada
umur ekonomis kandang.
2. Lahan yang digunakan Jaji’s Farm dalam kondisi aktual sebesar 100 meter persegi.
3. Rencana pengembangan yang akan dilakukan Jaji’s Farm adalah dengan penambahan lahan sebesar 120 meter persegi dan penambahan jumlah
populasi indukan kelinci sebanyak 230 ekor.
4. Modal yang digunakan Jaji’s Farm dalam kondisi aktual adalah modal sendiri.
5. Sumber modal yang digunakan oleh Jaji’s Farm untuk rencana
pengembangan adalah pinjaman dari Bank BRI sebesar 30 persen atau
sebesar Rp. 100.000.000,- dengan angsuran pinjaman selama lima tahun.
6. Tingkat suku bunga (diskonto) yang digunakan dalam lahan 220 meter
persegi adalah 12 %, ini merupakan rata-rata bunga pinjaman Bank BRI
sebesar 14% dengan suku bunga deposito sebesar 6,5%.
7. Satu bulan diasumsikan 30 hari dan satu tahun diasumsikan 12 bulan.
8. Dalam melakukan analisis usaha peternakan kelinci Jaji’sFarm dilakukan dengan dua kondisi yaitu kondisi aktual dan kondisi pengembangan.
a) Kondisi Aktual yaitu kondisi peternakan dengan luas lahan 100 meter
persegi dengan populasi indukan sebanyak 170 ekor.
b) Kondisi Pengembangan yaitu kondisi peternakan dengan luas lahan
220 meter persegi dengan populasi indukan sebanyak 400 ekor.
10.Kelinci anakan yang dijual berumur satu sampai dua bulan dan kelinci
pedaging dijual pada umur tiga sampai empat bulan.
11.Diasumsikan setiap kelahiran satu ekor induk kelinci menghasilkan 6 ekor
anakan dengan persentase mortalitas sebesar 16-17 persen sehingga
rata-rata kelahiran adalah 5 ekor anakan.
12.Total luas lahan yang digunakan untuk usaha peternakan kelinci Jaji’s
Farm dalam kondisi aktual sebesar 100 meter persegi dengan status lahan adalah sewa dan 200 meter persegi .
13.Diasumsikan pada perhitungan analisis usaha, peternak kelinci
memperoleh pakan hijauan/rumput diperoleh dengan cara membeli
seharga Rp 200,- per kilogram.
14.Nilai sisa pada akhir umur proyek diasumsikan bernilai nol, kecuali
barang-barang yang masih memiliki umur ekonomis.
15.Data yang digunakan merupakan data hasil wawancara yang diperoleh dari
3 orang yaitu 1 orang pemilik dan 2 orang pegawai peternakan.
16.Penyusutan peralatan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus
dan dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan metode lurus
dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis.
17.Tarif pajak yang digunakan mengacu kepada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 yaitu 25 persen tentang tarif umum pph
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan
Jaji’s Farm merupakan