• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTsN 1 Tanah Datar yang terletak di Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar Sumatra Barat. Penelitian ini dilakukan dikelas VIII, yang mana terdapat lima kelas yaitu kelas VIII.1, VIII.2, VIII.3, VIII.4, dan VIII.5. Observasi awal dilakukan dikelas VIII.1 dengan jumlah siswa 29 orang. Dipilihnya MTsN 1 Tanah Datar dengan

30

pertimbangan bahwa siswa/i di sekolah tersebut memiliki banyak prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik, khususnya dibidang akademik pada bidang studi matematika yang nantinya diharapkan siswa/i di sekolah tersebut mampu untuk mengerjakan soal non rutin yang diberikan.

C. Instrumen Penelitian 1. Tes uraian/Essay

Untuk mengumpulkan data kuantitatif, digunakan tes soal non rutin. Perangkat tes terdiri dari soal yang berbentuk uraian/essay berdasarkan karakteristik soal untuk mengukur kemampuan representasi matematis siswa. Tes yang akan diberikan adalah tes uraian/Essay yang mana soalnya adalah soal non rutin yang dapat mengukur kemampuan representasi matematis siswa.

Tes bentuk uraian/Essay adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti : uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya (Arikunto, 2015: 177).

Soal-soal berbentuk uraian/Essay ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes uraian/Essay menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi (Arikunto, 2015: 177).

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara untuk siswa berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan representasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal non rutin yang diberikan. Pedoman wawancara adalah suatu daftar pertanyaan yang diselidiki dalam proses suatu wawancara.

Pedoman wawancara dipersiapkan agar dapat meyakinkan bahwa pada dasarnya informasi yang sama diperoleh dari sejumlah orang dengan

mencangkup materi yang sama. Pedoman ini memberikan topik-topik atau bidang-bidang subjek dimana pewawancara bebas untuk mengembangkannya dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan membentangkan atau menghilangkan subjek-subjek khusus. Dengan demikian, pewawancara masih bebas membuat suatu percakapan didalam suatu bidang subjek khusus, untuk menyusun kata-kata pertanyaan secara spontan, dan untuk membuat suatu gaya percakapan, tetapi dengan fokus pada suatu objek khusus yang telah ditentukan sebelumnya (Ahmadi, 2014: 134).

D. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dari guru mata pelajaran matematika di MTsN 1 Tanah Datar melalui wawancara. Sumber data yang diperoleh dari siswa/i melalui hasil tes soal yang berbentuk uraian/essay dan wawancara, dimana pada observasi awal dipilih sebagai sumber data adalah kelas VIII.1, dan terlihat bahwa siswa/i kelas VIII.1 berdasarkan tes soal dan wawancara beberapa orang siswa memiliki kemampuan representasi yang rendah dalam memecahkan soal non rutin.

E. Teknik Pengumpulan Data

Secara umum, prosedur penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Bagian awal

Kegiatan ini meliputi pengembangan soal tes untuk melihat kemapuan representasi matematis siswa dalam memecahkan soal non rutin.

a. Pengembangan Tes Uraian/Essay

Tes diberikan pada seluruh objek penelitian, tes ini bertujuan untuk melihat sejauh mana kemampuan representasi matematis siswa dalam memecahkan soal non rutin. Perangkat tes yang diberikan berbentuk essay. Adapun prosedur untuk memperoleh tes yang benar-benar dapat menggambarkan kemampuan representasi siswa yaitu:

1) Menentukan tujuan mengadakan tes

2) Membuat batasan terhadap bahan yang diujikan 3) Perumusan kisi-kisi tes

4) Menyusun tes sesuai dengan kisi-kisi 5) Validitas tes

Tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan cara tepat, benar, dan sahih dapat mengukur apa yang sebenarnya diukur (Ilyas, 2006: 60). Dalam suatu tes dikatakan valid apabila materi yang diteskan kepada siswa sesuai dengan bahan-bahan pelajaran yang telah digariskan dalam kurikulum.

Dalam hal ini, validasi ditentukan berdasarkan penilaian dan pertimbangan beberapa orang ahli, yaitu dosen Jurusan Tadris Matematika Ibu Kurnia Rahmi Y, M.Sc dan Ibu Ummul Huda, M.Pd, serta guru matematika kelas VIII MTsN 1 Tanah Datar ibu Yanni Nurmisari,S.Pd yang berkompeten di bidang tersebut.

Selanjutnya untuk penilaian diberikan lembar penilaian yang telah disusun. Pada lembar penilaian, validator diminta untuk menilai validitas butir dalam empat kategori, yaitu Sangat Valid (SV), Valid(V), Cukup Valid (CV), Kurang Valid (KV),dan Tidak Valid (TV).

Berdasarkan hasil validasi yang dapat dilihat pada Lampiran V selanjutnya dilakukan perbaikan berdasarkan saran-saran penilai.

6) Uji Coba Tes

Setelah dilakukan perbaikan berdasarkan saran-saran validator, maka perangkat tes yang telah di validasi diujicobakan ke kelas VIII 2. Hasil uji coba dapat dilihat pada Lampiran VII.

7) Daya Pembeda Soal

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang tergolong kurang mampu (Ilyas, 2006: 119).

Indeks pembeda soal adalah angka yang menunjukan perbedaan kelompok tinggi dengan kelompok rendah. Untuk menghitung daya pembeda soal essay dapat dilakukan dengan cara berikut : a) Data diurutkan dari nilai tertinggi sampai nilai terendah

b) Kemudian diambil 27% dari kelompok yang dapat nilai tinggi dan 27% dari kelompok nilai rendah.

c) Hitung “degress of freedom” (df) dengan rumus : ( ) ( ) d) Cari daya pembeda soal

Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal bentuk uraian adalah menghitung perbedaan dua rata-rata (mean), yaitu antara rata dari kelompok atas dengan rata-rata dari kelompok bawah untuk tiap-tiap soal (Arifin, 2017:

278):

( ̅ ̅ )

√∑ ∑ ( ) Keterangan :

= indeks pembeda soal

̅

= Rata-rata dari kelompok atas

̅

= Rata-rata dari kelompok bawah

= Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas

= Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah .

= banyak peserta didik

Suatu soal mempunyai daya pembeda soal yang signifikan jika : hitung ≥ tabel pada yang sudah ditentukan.

Rincian untuk menentukan indeks pembeda soal dapat dilihat pada Lampiran IX, setelah dilakukan analisis data

diperoleh koefisien daya pembeda tiap butir soal seperti tampak pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Indeks Pembeda Soal Uji Coba Tes Kemampuan Representasi Matematis Dalam Memecahkan Soal Non Rutin

e) Taraf kesukaran soal

Taraf kesukaran soal digunakan untuk melihat apakah soal tes tersebut soal yang mudah, sedang atau sukar. Cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal bentuk uraian adalah menghitung berapa persen peserta didik yang gagal menjawab benar atau ada di bawah batas lulus (passing grade) untuk tiap-tiap soal (Arifin, 2017: 273).

Untuk menentukan indeks kesukaran soal bentuk uraian dapat digunakan rumus:

Keterangan:

Indeks kesukaran soal

Jumlah skor kelompok tinggi Jumlah skor kelompok rendah

Skor setiap soal benar Banyak peserta tes

Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan kriteria sebagai berikut (Arifin, 2017: 273):

Tabel 3.2. Kriteria Kesukaran Soal

Jumlah Siswa yang Gagal Kriteria

0 - 27 % Mudah

28% - 72 % Sedang

>72 % Sukar

Rincian perhitungan taraf kesukaran soal dapat dilihat pada Lampiran X, sedangkan koefisien taraf kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3. Taraf Kesukaran Soal Kemampuan Representasi Matematis Dalam Memecahkan Soal Non Rutin No.

Setelah dilakukan perhitungan indeks pembeda dan indeks kesukaran soal maka ditentukan soal yang akan digunakan.

Hasil analisis soal pada umumnya dibedakan menjadi tiga kategori yaitu diterima tanpa perbaikan, diterima dengan

perbaikan, dan ditolak atau dibuang untuk tidak digunakan (Surapranata, 2006: 46)

Klasifikasi soal uraian adalah :

i) Item tetap dipakai jika signifikan ii) Item diperbaiki jika :

signifikan dan atau

tidak signifikan dan iii) Item diganti jika tidak signifikan dan atau

Rincian penentuan klasifikasi soal dapat dilihat pada Lampiran XI, dengan hasil klasifkasi soal dapat lihat pada tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4. Klasifikasi Soal Kemampuan Representasi Matematis Dalam Memecahkan Soal Non Rutin

No

Soal Ip Keterangan Ik Keterangan Klasifi kasi 1a 2,35 Signifikan 60% Soal Sedang Dipakai 1b 1,85 Signifikan 64% Soal Sedang Dipakai 1c 3,04 Signifikan 54% Soal Sedang Dipakai 2a 2,36 Signifikan 70% Soal Sedang Dipakai 2b 2,15 Signifikan 72% Soal Sedang Dipakai 2c 2,09 Signifikan 47% Soal Sedang Dipakai 3a 1,84 Signifikan 45% Soal Sedang Dipakai 3b 3,16 Signifikan 75% Soal Mudah Dipakai 3c 4,32 Signifikan 66% Soal Sedang Dipakai

g) Reliabelitas

Reliabelitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana alat pengukur dikatakan konsisten, jika dilakukan pengukuran terhadap gejala yang sama

(Juliansyah, 2011 : 130). Suatu tes dikatakan reliabel apabila beberapa ahli penguji menunjukan hasil yang reliabel sama.

Untuk menentukan koefisien reliabelitas digunkaan rumus alpha cronbach yaitu (Juliansyah, 2011 : 165) :

(

) ( ∑ ) Keterangan :

= reliabelitas yang dicari = banyak soal

= varians total

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item

Untuk mecari variansi digunakan rumus (Juliansyah, 2011 : 166) :

∑ (∑ )

Keterangan :

N = jumlah peserta didik

Klasifikasi reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.5 : Tabel 3.5. Kriteria Reliabelitas Tes

Kriteria

Reliabelitas sangat tinggi Reliabelitas tinggi

Reliabelitas sedang Reliabelitas rendah

Reliabelitas sangat rendah

Setelah dilakukan analisis data diperoleh r = 1,00. Jadi, 11 dapat disimpulkan soal tes uji coba memiliki reliabilitas sangat tinggi. Perhitungan reliabilitas secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran VIII.

b. Pelaksanaan Tes

Setelah dilakukan uji validitas, daya pembeda, indeks kesukaran, klasifikasi, dan realiabelitas soal, maka soal tersebut diberikan kepada seluruh subjek penelitian. Skor hasil tes kemampuan representasi matematis siswa dalam memecahkan soal non rutin dapat dilihat pada Lampiran XIII.

c. Penyusunan pedoman wawancara

Setelah data diperoleh melalui tes tertulis, maka juga perlu dilakukan penyusunan pedoman wawancara untuk memperoleh data yang lebih mendalam dan terarah. Data yang diperoleh melalui wawancara ini merupakan data kualitatif. Pedoman wawancara perlu disusun agar wawancara dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan dan berjalan dengan lancar. Pedoman wawancara ini berisi daftar-daftar pertanyaan yang akan ditanyakan.

Sebelum membuat pedoman wawancara juga perlu dibuat kisi-kisi untuk wawancara seperti pada Lampiran XIV. Pedoman wawancara disusun berdasarkan hasil tes tertulis dan disesuaikan dengan indikator kemampuan representasi matematis siswa yang dapat dilihat pada Lampiran XV. Untuk mengukur validitas isi, pedoman wawancara divalidasi berdasarkan penilaian dan pertimbangan oleh dosen matematika yang berkompeten yaitu Ibu Kurnia Rahmi Y, M.Sc dan Ibu Ummul Huda, M.Pd serta guru matematika kelas VIII MTsN 1 Tanah Datar ibu Yanni Nurmisari,S.Pd.I. Untuk penilain diberikan lembar penilaian. Pada lembar penilaian penilai diminta untuk menilai validitas butir dalam 5 kategori yaitu tidak valid (0), kurang valid (1), cukup valid (2), valid (3), sangat valid (4). Setelah itu dilakukan perbaikan berdasarkan saran-saran penilai seperti terdapat pada Lampiran XVI.

d. Pemilihan subjek untuk wawancara

Subjek wawancara dipilih setelah melakukan tes tertulis, hanya beberapa orang siswa saja yang akan dipilih untuk melakukan

wawancara. Siswa yang dipilih untuk melakukan wawancara diambil dari beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, yang memiliki kemampuan sedang, dan yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata. Siswa yang terpilih sebagai subjek wawancara adalah sebanyak 5 orang. Nama siswa yang terpilih sebagai subjek wawancara dapat dilihat pada Lampiran XVII.

2. Bagian Inti

Bagian inti pengumpulan data berupa pelaksanaan wawancara.

Wawancara adalah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan narasumber, dapat juga dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu kepada narasumber untuk dijawab oada kesempatan yang lain (Juliansyah, 2011 : 138).

Wawancara dilakukan beberapa orang siswa yang dipilih berdasarkan data yang dibutuhkan. Dalam hal ini, wawancara dilakukan untuk mengetahui kembali kemampuan representasi matematis siswa yang tidak dapat terlihat dari hasil tes soal non rutin. Selain itu, wawancara dilakukan untuk memperdalam data yang diperoleh. Hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran XVIII.

F. Teknik Analisis Data 1. Skoring

Pemberian skor (scoring) merupakan langkah pertama dalam peroses pengolahan hasil tes, yaitu proses pengubahan jawaban-jawaban soal tes menjadi angka-angka. Pemberian skor pada siswa dilakukan terhadap jawaban serta argumentasi yang mereka tulis pada kertas jawaban. Kerena bentuk tes yang digunakan adalah tes uraian/essay, maka pemberian skor didasarkan kepada bobot yang diberikan untuk setiap butir soal, atau atas dasar tingkat kesukarannya atau atas dasar banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling

baik. Kriteria skor kemampuan representasi matematis dalam memecahkan soal non rutin yang dipakai dalam penelitian ini terdapat pada Bab 2.

Analisis data yang berupa hasil tes kemampuan representasi matematis siswa dilakukan dengan menggunakan rubrik penilaian kemampuan representasi. Analisis yang digunakan adalah :

a. Menentukan skor setiap item berdasarkan rubrik penilaian.

b. Menghitung jumlah skor dari jawaban siswa.

c. Membandingkan jumlah skor masing-masing siswa dengan jumlah skor seluruhnya, kemudian cari presentasenya. Dalam menentukan tingkat kemampuan representasi, digunakan rumus :

Keterangan :

S = nilai yang diperoleh

R = jumlah skor item dari jawaban yang benar N = skor item maksimum dari tes

d. Menentukan prediket kemampuan representasi matematis siswa Menentukan predikat kemampuan representasi matematika setiap siswa dengan memodifikasi hasil dari tes representasi matematika dengan ketentuan yang ada pada rubrik penilaian, yaitu dengan menggunakan skala lima (Arikunto, 2015 : 281) dapat dilihat pada tabel 3.6 :

Tabel 3.6. Predikat Kemampuan Representasi Matematika Siswa

KATEGORI KRITERIA

A = Baik Sekali 81% - 100%

B = Baik 61% – 80%

C = Cukup Baik 41% – 60%

D = Kurang Baik 21% – 40%

E = Tidak Baik 0%– 20%

2. Tabulasi Data

Tabulasi data adalah menyusun data kedalam tabel-tabel yang mudah dibaca yang digunakan untuk menganalisis data. Data yang ditabulasikan adalah data yang diperoleh dari penskoran.

E. Teknik Penjaminan Keabsahan Data

Teknik penjamin keabsahan data dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh dari lapangan terjamin keabsahannya. Teknik keabsahan yang digunakan adalah triangulasi. Triangulasi merupakan proses menemukan kesimpulan dari berbagai sudut pandang dengan upaya mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berbeda dan menggunakan metode yang bervariasi. Triangulasi data yang dilakukan pada penelitian ini berupa:

1. Membandingkan hasil tes, studi hasil kerja siswa, dan hasil wawancara.

2. Membandingkan pendapat peneliti dengan hasil tes dan wawancara.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian tentang kemampuan representasi matematis siswa dalam memecahkan soal non rutin pada kelas VIII A di MTsN 1 Tanah Datar dilaksanakan melalui tes dan wawancara. Tes yang dilakukan berbentuk tes uraian yang terdiri dari 3 buah soal dengan 6 butir pertanyaan. Tes dilaksanakan pada hari kamis tanggal 31 Januari 2019. Data kuantitatif yang diperoleh dari tes kemampuan representasi matematis dalam memecahkan soal non rutin dapat dilihat melalui tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1. Hasil Tes Kemampuan Representasi Dalam Memecahkan Soal Non Rutin

Ukuran Hasil tes

Rata-rata 24,54

Skor tertinggi 35

Skor terendah 14

Jumlah siswa dengan skor di atas rata-rata 13 Catatan : Skor ideal 9 x 4 = 36

Tabel 4.1 memperlihatkan secara umum hasil yang diperoleh dari tes kemampuan representasi matematis siswa dalam memecahkan soal non rutin dengan rata-rata 24,54 (68,18 % dari skor ideal). Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 35 (97,22% dari skor ideal), sedangkan skor terendah yang diperoleh siswa adalah 14 (38,88% dari skor ideal) pada kemampuan representasi matematis ini, siswa dalam memecahkan soal non rutin masih dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan pada saat materi pythagoras, proses pembelajaran dikelas VIII khususnya VIII.1 sudah berjalan dengan baik. Siswa kelas VIII.1 sudah mengikuti pelajaran matematika materi pythagoras ini dengan baik, tidak ada lagi siswa yang izin keluar pada saat jam pelajaran untuk kegiatan ekstrakurikuler. Karena sebelumnya pada materi sistem koordinat yang menjadi materi pada saat

43

observasi, proses pembelajaran dikelas VIII.1 belum berjalan dengan baik, ini disebabkan karena materi sistem koordinat ini berada pada awal semester ganjil. Dimana beberapa orang siswa dari kelas VIII.1 aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Rendahnya hasil belajar matematika disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dari siswa itu sendiri, guru, metode pembelajaran maupun lingkungan. Salah satu faktor dari siswa yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika adalah gaya belajar. Dengan gaya belajar yang tepat maka semakin mudah siswa dalam memahami suatu materi (Sutama dan Anggita, 2018: 53).

Dari paparan sebelumnya gaya belajar dari siswa kelas VIII.1 pada awal semester ganjil sudah tidak baik, dikarenakan beberapa dari siswa kelas VIII.1 pada saat proses pembelajaran berlangsung meminta izin untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, sehingga mereka ketinggalan materi, akibatnya juga berpengaruh terhadap pemahaman materi siswa. Berbeda pada saat materi pythagoras proses pembelajaran di kelas VIII.1 sudah berjalan dengan baik, siswa sudah fokus untuk belajar tidak lagi ada gangguan kegiatan ekstrakurikuler, sehingga pemahaman siswa terhadap materi pythagoras lebih baik dari pada materi sistem koordinat.

Pemahaman siswa terhadap suatu materi tentunya berbeda antara satu siswa dengan siswa lainnya. Dalam teori belajar menunjukkan bahwa seseorang memiliki pendekatan belajar yang berbeda-beda. Pemahaman akan suatu konsep sangat mendukung untuk memahami konsep berikutnya, bahkan dapat disimpulkan bahwa pemahaman suatu konsep menjadi prasyarat untuk memahami konsep berikutnya. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap siswa (Ramadani, 2017:

83). Seperti yang dikatakan guru dalam wawancara pada bab 1 untuk menyelesaikan soal dengan baik dan benar siswa harus memahami soal tersebut. Siswa harus mengetahui konsep apa yang harus digunakan dalam mengerjakan soal tersebut, setelah itu baru melakukan tahap-tahap selanjutnya dalam menyelesaikan soal, agar jawaban dari soal sesuai

dengan yang diharapkan. Dari 21 orang siswa yang mengikuti tes kemampuan representasi matematis hanya 13 orang yang memperoleh skor di atas rata-rata. Skor hasil tes secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran XIII.

Berdasarkan tabel 4.1 secara keseluruhan rata-rata kemampuan representasi matematis siswa masih dalam kategori baik (68,18%) artinya masih ada indikator kemampuan representasi matematis yang dimiliki siswa belum lengkap sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

Nilai pada tabel 4.1 di atas merupakan gabungan dari beberapa skor pada tiap-tiap aspek indikator representasi matematis yang ada pada soal. Agar memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data dan wawancara, peneliti mengelompokkan hasil penelitian berdasarkan indikator-indikator kemampuan representasi matematis yang dapat dilihat pada uraian berikut :

1. Kemampuan Representasi Matematika Bentuk Visual

Berdasarkan hasil tes kemampuan representasi bentuk visual dalam memecahkan soal non rutin diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.2. Hasil Tes Kemampuan Representasi Matematis Bentuk Visual Dalam Memecahkan Soal Non Rutin

Ukuran Soal No. 1a Soal No. 2a Soal No. 3a

Rata-rata (data mentah) 2,4 2,6 2,9

Skor Terendah 1 2 0

Skor Tertinggi 4 4 4

Catatan: Skor ideal adalah 4 untuk masing-masing nomor

Pada saat melakukan tes terdapat 6 butir pertanyaan, untuk pertanyaan menguji tentang kemampuan representasi siswa dalam bentuk visual, dimana siswa membuat gambar, diagram, bagan, tabel dan sebagainya sesuai dengan yang diperintahkan soal ada 3 butir soal yaitu soal nomor 1a, 2a, dan 3a. Hasil yang diperoleh dari perhitungan skor penilaian soal nomor 1a, 2a, dan 3a ini adalah skor rata-rata untuk soal nomor 1a 2,4 (60% dari skor ideal), 2,6 untuk soal nomor 2a (65%

dari skor ideal) dan 2,9 untuk soal nomor 3a (72,5% dari skor ideal).

Angka 60%, 65% dan 72,5% menunjukkan persentase dari rata-rata ketiga soal tersebut dan hal ini memperlihatkan bahwa secara umum kemampuan siswa dalam mengerjakan soal non rutin dengan karakteristik indikator kemampuan representasi yaitu bentuk visual masih tergolong pada kategori baik.

Indikator berbentuk visual ini dapat dikerjakan apabila soal yang diberikan meminta siswa untuk menyajikan permasalahan matematika yang terdapat dalam soal tersebut kedalam bentuk gambar, diagram, bagan, grafik dan sebagainya. Untuk bentuk visual ini, pada soal no 1a ada 1 orang siswa yang mengerjakan soal dengan skor sempurna, 8 orang siswa menggambarkan hampir benar, 12 orang menggambarkan soal namun beberapa jawaban sudah dihilangkan. Pada soal no 2a ada 2 orang siswa yang mengerjakan soal dengan skor sempurna, 8 orang siswa menggambarkan hampir benar, 13 orang menggambarkan jawaban namun beberapa jawaban sudah dihilangkan. Pada soal no 3a ada 2 orang siswa yang mengerjakan soal dengan skor sempurna, 6 orang siswa menggambarkan hampir benar, 12 orang menggambarkan soal namun beberapa jawaban sudah dihilangkan dan 1 orang tidak menjawab apapun.

Pada soal no 1a siswa diminta untuk membuat gambar sesuai dengan yang diperintahkan soal yaitu siswa diminta menggambarkan situasi yang terdapat pada soal menggunakan bidang kartesius. Ahmad dan Udin berdiri saling membelakangi untuk bermain tembak-tembakan dangan pistol air, Ahmad berjalan 20 langkah ke depan kemudian 15 langkah ke kanan, pada saat yang sama Udin berjalan 16 langkah ke depan dan 12 langkah ke kanan. Dari 21 orang siswa yang mengikuti tes tersebut hanya 1 orang yang mampu menjawab soal dengan lengkap, dan 20 orang lainnya menjawab dengan kurang lengkap. Berdasarkan angka tersebut terlihat bahwa banyak siswa yang masih kurang lengkap dalam menjawab soal no 1a. Hal ini disebabkan karena kebanyakan siswa hanya terfokus pada gambar yang dibuat saja tanpa

memperhatikan keterangan-keterangan yang terdapat pada gambar tersebut.

Berikut adalah gambaran hasil tes siswa MN yang menjawab dengan benar :

Gambar 4.1. Hasil Kerja Siswa MN untuk Soal No 1a Kemampuan Representasi Bentuk Visual

Melihat cuplikan hasil tes siswa pada gambar 4.1, terlihat bahwa siswa MN menggambarkan permasalahan dengan benar. Dari gambar yang dibuat siswa terlihat dengan jelas dimana posisi Ahmad setelah berjalan 20 langkah ke depan dan 15 langkah ke kanan yaitu terletak pada posisi pojok kanan atas gambar. Terlihat dengan jelas juga posisi Udin setelah berjalan 16 langkah ke depan dan 12 langkah ke kanan

Melihat cuplikan hasil tes siswa pada gambar 4.1, terlihat bahwa siswa MN menggambarkan permasalahan dengan benar. Dari gambar yang dibuat siswa terlihat dengan jelas dimana posisi Ahmad setelah berjalan 20 langkah ke depan dan 15 langkah ke kanan yaitu terletak pada posisi pojok kanan atas gambar. Terlihat dengan jelas juga posisi Udin setelah berjalan 16 langkah ke depan dan 12 langkah ke kanan

Dokumen terkait