• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk mempertimbangkan data yang diperoleh maka pemilihan lokasi penelitian sangat penting dilakukan, sehingga penelitian ini dilakukan di cabang PT. Bank Rakyat Indonesia yang beralamat di jl. Ahmad Yani, Manurunge 11, Tante Riattang Barat, Provinsi Sulawesi Selatan. Proyek penelitian tersebut berlangsung sekitar dua bulan. Tujuan penentuan lokasi penelitian ini adalah untuk mempromosikan atau mempercepat objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karena itu, penelitian akan difokuskan pada masalah utama C. Fokus penelitian

Fokus penelitian ini adalah peran audit internal dalam proses manajemen risiko PT. Bank Rakyat Indonesia, cabang Watampone

D. Jenis dan sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data utama adalah data langsung dari narasumber yang merupakan perantara.Data utama adalah data lisan atau kata kerja, gerak tubuh atau bentuk perilaku yang diberikan oleh subjek yang dipercaya (dalam hal ini subjek penelitian) Variabel sedang dipelajari.

41

b. Data Sekunder, merupakan data-data yang dapat diperoleh dari sumber-sumber lain. Ini termasuk tinjauan pustaka dari penelitian ini. Ini termasuk tinjauan pustaka dengan menggunakan berbagai buku, jurnal, hasil penelitian sebelumnya dan artikel terkait sebagai bahan referensi.

Menafsirkan dan menganalisis data utama.

E. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah a. Wawancara

Wawancara adalah untuk memperoleh informasi tentang tujuan penelitian melalui tanya jawab dengan narasumber, sehingga pengumpulan data tentang makna topik tertentu dapat dibangun. Gunakan alat bantu berupa pedoman wawancara untuk wawancara terstruktur.

b. Observasi

Mengamati langsung berbagai departemen perusahaan untuk mendapatkan bukti dan konfirmasi permasalahan PT Bank Rakyat Indonesia.

c. Dokumentasi

Berupa bukti fisik bahwa peneliti benar-benar pernah melakukan observasi di lapangan. Dokumen penelitian dapat berupa foto atau gambar, yang dapat meningkatkan hasil penelitian di bidang ini

Tabel 2.2 Pedoman wawancara

no Pertayaan

1 Apa risiko pemberian kredit?

2

Bagaimana auditor internal berpartisipasi dalam proses manajemen risiko kredit?

3

Bagaimana audit internal mengontrol proses manajemen risiko kredit?

4

Apakah hasil audit akan mempengaruhi risiko kredit?

F. Instrumen peneitian

Alat penelitian adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan penelitian untuk mengumpulkan data, sehingga dapat dilakukan kegiatan yang sistematis.Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan alat penelitian berupa pedoman wawancara dan menggunakan media seperti alat perekam dan kamera yang ada di lokasi pengambilan gambar. Waktu penelitian

G. Metode analisis

Atas dasar penelitian kualitatif, metode analisis yang digunakan adalah dengan menganalisis hasil wawancara yang diperoleh dari auditor internal PT.

Bank Rakyat Indonesia, cabang Watampone. Menurut (Miles dan Huberman) kegiatan analisis meliputi tiga kegiatan simultan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan / verifikasi; teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah hasil wawancara, reduksi data, analisis, dan interpretasi data. Dan triangulasi. Kesimpulan dapat diambil dari hasil analisis data. Berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan peneliti.

43

a. Reduksi Data

Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis.Reduksi data diartikan sebagai Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yangmuncul dari catatan catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data berlangsung terus menerus, terutama selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus gugus, membuat partisi, dan menulis memo. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang memungkinkan kesimpulan akhir ditarik dan diverifikasi, dengan demikian mempertajam, mengklasifikasikan, membimbing, menghapus konten yang tidak perlu, dan mengatur data. Setelah penelitian lapangan, proses reduksi atau konversi data ini akan berlanjut hingga laporan akhir selesai dibuat. Oleh karena itu, penelitian kualitatif dapat disederhanakan dan diubah dengan banyak cara b. Triangulasi

Teknik yang berbeda (Nasution, 2003: 115) dapat digunakan untuk triangulasi yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Selain pengecekan kebenaran data, triangulasi juga dilakukan untuk memperkaya data. Selain itu, triangulasi juga dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas interpretasi peneliti terhadap data, karena triangulasi bersifat reflektif. Sementara itu, dalam penjelasan Tedi Cahyono, triangulasi kualitatif merupakan proses yang harus dilalui peneliti antara lain proses yang menentukan keabsahan informasi yang diperoleh kemudian menyusunnya dalam penelitian. Teknologi pemeriksaan validitas data, yang menggunakan

hal-hal selain data untuk memeriksa atau membandingkan dengan data.

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah memeriksa melalui sumber lain. Model triangulasi diusulkan untuk menghilangkan dikotomi antara metode kualitatif dan metode kuantitatif, sehingga dapat menemukan teori yang sesuai. Tujuan umum triangulasi adalah untuk meningkatkan kemampuan teori, metode dan interpretasi penelitian (Murti B., 2006). Oleh karena itu, triangulasi sangat penting dalam menjembatani dikotomi antara penelitian kualitatif dan kuantitatif, dan pengumpulan data (triangulasi) melibatkan observasi, wawancara, dan dokumentasi (Yin R.K, 2003).

Penyajian data merupakan kegiatan terpenting kedua dalam penelitian kualitatif. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi yang terstruktur dapat menarik kesimpulan dan mengambil tindakan (Ulber Silalahi, 2009: 340).

3. Menarik kesimpulan

Tahap terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan dan memverifikasi data. Setelah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk penelitian, peneliti mulai mencari makna objek, mencatat data secara tertib, mengoreksi polanya, memberikan penjelasan, dan mencari sebab dan akibat dari masalah tersebut. Kesimpulan yang awalnya tidak jelas akan menjadi jelas dan rinci. Kemudian pada saat melakukan penelitian, kesimpulan akhir berupa observasi dan rekaman dari serangkaian rekaman lapangan. Kemudian mengaitkan observasi dan catatan dokumen hasil wawancara dengan informan untuk memperkuat kesimpulan akhir yang diperoleh selama proses penelitian.

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran objek penelitian a. Sejarah objek Penelitian

Bank Rakyat Indonesia (selanjutnya disebut BRI) merupakan bank kepemilikan negara yang terbesar di indonesia yang didirikan oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah, dengan nama Hulp-en Spaarbank der inlandsche Besturs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Tabungan (Indonesia) milik Priyayi. Berdiri pada 16 Desember 1895, kemudian dijadikan sebagai hari lahir BRI. Setelah Indonesia merdeka, berdasarkan peraturan pemerintah tanggal 1 Januari 1946, Pasal 1 menyebutkan bahwa prakarsa “One Belt One Road” merupakan bank pemerintah pertama di Republik Indonesia. Selama perang untuk mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, aktivitas "Belt and Road Initiative" dihentikan untuk jangka waktu tertentu. Baru setelah penandatanganan Perjanjian Renville pada tahun 1949, namanya diubah menjadi "Union Bank Indonesia" . Saat itu, melalui nomor PERPU tersebut, pada tahun 1960 dibentuklah 41 bank koperasi petani dan nelayan (BKTN) yang merupakan hasil merger antara BRI, Bank Tani Nilayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian, sesuai Keputusan Presiden (Penpres) tanggal 9 September 1965, BKTN dilebur menjadi Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Tani dan Koperasi Nelayan

Setelah sebulan beroperasi, Penpres No. 17 17 tahun 1965 memuat pendirian bank tunggal atas nama Bank Rakyat Indonesia. Dalam peraturan baru ini, Bank Indonesia Koperasi, Petani dan Nelayan (dahulu BKTN)

digabung dengan Divisi II Bank Rakyat Indonesia di perdesaan, dan Badan Kesehatan dan Pelayanan menjadi Bank Rakyat Indonesia untuk ekspor. , bidang impor dan ekspor (impor dan ekspor) Departemen II. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, Undang-Undang Dasar Perbankan dan Undang-Undang Bank Sentral tanggal 13 tahun 1968, pada dasarnya memulihkan Bank Indonesia sebagai bank sentral dan Bank Rakyat Republik Indonesia serta departemen impor dan ekspor. departemen, masing-masing departemen dibagi menjadi dua bank, yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor-Impor Indonesia. Selain itu, sesuai undang-undang nomor 21 tahun 1968, misi utama BRI sebagai bank umum kembali dibentuk.

Sejak 1 Agustus 1992, status BRI berubah menjadi perseroan terbatas sesuai dengan SK No. 7 Tahun 1992 dan UU Perbankan 21 Tahun 1992. Selama ini PT. BRI (Persero) didirikan pada tahun 1895 dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat kecil, termasuk pelayanan kredit untuk kelompok wirausaha kecil. Hal ini antara lain tercermin dari penerbitan KUK (Kredit Usaha Kecil) yang berkembang menjadi Rp pada tahun 1994. 6.4198 milyar ditambah menjadi Rp. Rs 82.311 crore pada tahun 1995 dan 1999 sampai September. 20.466 miliar.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 10 November 2003, mengukir sejarah dengan menerbitkan saham untuk pertama kalinya.

Setelah resmi tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai emiten atas nama saham BBRI. Penerbitan saham perdana ini kemudian dilakukan pengambilan dana, mendistribusikan surat-surat konfirmasi jatah kepad

47

pihak investor. Saham yang didistribusikan dengan elektronik kemudian malakukan pembayaran kepada pemerintah.

1. Visi dan Misi a. Visi

Visi BRI adalah menjadi bank umum terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

b. Misi

1. Memberikan pelayanan prima Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang perkembangan ekonomi masyarakat.

2. kepada semua nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan Good Corporate Governance.

3. Memberikan keuntungan dan manfaat optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

3. struktur organisasi PT.bank rakyat indonesia Cab. Watampone

Organisasi adalah tempat yang teridiri dari fungsi fungsi dari beberapa SDM perusahaan untuk mencapai apa yang telah ditetapkan. Dan mempermudah seluruh kegiatan kegiatan agar tercapai tujuan bersama secara maksimal dan efektif

49

B. Hasil penelitian dan pembahasan

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, untuk itu mendapatkan informasi dilakukan wawancara terbuka kepada responden atau dari pihak bank itu sendiri yaitu ;

Berdasarkan hasil wawancara dari pihak Bank Rakyat Indonesia Cabang watampone yaitu bapak Nur Akram Ahmad selaku audit internal pada tanggal 16 desember 2020 dengan pertanyaan : risiko apa saja kah yang ditemukan dalam pemberian kredit ?

Adapun jawaban dari bapak Nur Akram Ahmad menjelaskan bahwa:

“Ada beberapa risiko yang bisa muncul dalam pemberian kredit diantaranya: 1. Risiko operasional, seperti pemberian pinjaman tidak sesuai dengan prosedur Bank BRI karena kurangnya pendalaman informasi terhadap pihak debitur. 2. Risiko kredit itu sendiri, seperti iuran nasabah yang macet yang diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti bencana alam ataupun kebijakan ekonomi”.

Dari penjelasan diatas diketahui bahwa risiko tersebut dapat menimbulkan kredit. Namun untuk mengurangi risiko kredit tersebut maka dilakukan penjadwalan ulang (menstrukturisasi) seperti, diberi keringanan tidak melakukan pembayaran selama 12 bulan atau tidak melakukan pembayaran selama enam bulan tergantung dari analisis dari pihak lapangan bank BRI.

Kemudian pertayaan selanjutnya pada tanggal 16 desember 2020 mengenai : bagaimanakah keterlibatan auditor internal dalam proses manajemen risiko kredit ?

Adapun jawaban dari bapak Nur Akram Ahmad menjelaskan bahwa:

“Bahwa auditor internal sangat berperan penting dalam meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko kredit. Dimana Audit internal berperan untuk mendukung keberjalanan manajemen risiko sebagai fungsi controlling dan yang menjamin bank berjalan sesuai dengan perencanaan dan mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai”.

Dari penjelasan diatas diketahui bahwa audit internal memiliki peran yang sangat penting sehingga untuk meminimalisir kemungkinn terjadinya risiko kredit, audit internal berperan untuk mendukung keberjalanan manajemen risiko sebagai fungsi controlling dan menjamin bank berjalan sesuai dengan perencanaan dan mengarah kepada tujuan ingin yang dicapai. auditor internal kemudian menyalurkan pendapat dan merekendasikan atau memberikan saran atau penialaian sebagai bahan untuk perbaikan kepada pihak manajemen risiko

Pertanyaan selanjutnya pada tanggal 16 desember 2020 yaitu : bagaimanakah upaya yang dilakukan audit internal dalam mengendalikan proses manajemen risiko kredit ?

Adapun jawaban dari bapak Nur Akram Ahmad menjelaskan bahwa:

“untuk mengendalikan proses manajemen risiko kredit, audit internal memberikan penilaian efektivitas atau memberikan rekomendasi untuk digunakan pihak manajemen dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko-risiko”.

Dari penjelasan diatas diketahui bahwa audit internal memberikan pengaruh penting terhadap risiko-risiko yang kemungkinan terjadi. Hasil tersebut digunakan pihak manajemen untuk Memperbaiki atas yang telah disarankan oleh pihak manajemen risiko kredit. Kemudian pihak manajemen risiko mengelola risiko tersebut agar dapat berjalan denga efektiif

Pertanyaan selanjutnya pada tanggal 16 desember 2020 yaitu :

apakah hasil audit internal mempengaruhi risiko-risiko kredit yang akan terjadi?

Adapun jawaban dari bapak Nur Akram Ahmad menjelaskan bahwa:

“sangat berpengaruh karena hasil audit tersebut digunakan sebagai bahan perbaikan atau evaluasi agar suatu kejadian tidak terulang lagi”.

51

Dari penjelasan diatas diketahui bahwa hasil audit internal member gambaran atas risiko kredit yang kemungkinan bisa terjadi sehingga hasil audit internal tersebut digunakan oleh pihak manajemen sebagai bahan perbaikan atau evaluasi agar dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko-risiko kredit yang sama.

a. Proses manajemen risiko 1. Identifikasi risiko

Pada tahap ini dewan harus melakukan upaya yang kuat untuk memutuskan semua bahaya yang dapat mempengaruhi pengakuan tujuan organisasi. ID Bahaya memerlukan eksplorasi dan strategi yang cermat untuk menemukan dan membedakan bahaya signifikan yang diharapkan dalam semua aspek operasi. Tahap ini berarti mencatat semua bahaya, baik bahaya ini telah dikendalikan melalui pengendalian batin atau belum. Untuk bahaya yang telah dibatasi oleh kendali ke dalam, papan biasanya menunjukkan ketergantungan pada pengalaman dan informasi yang dapat diverifikasi. Untuk sementara, untuk bahaya yang belum terjadi atau masih rawan terjadi, akan dilakukan peragaan bahaya untuk memberikan data yang lengkap, yang akan menjadi alasan dilakukannya investigasi bahaya.

2. Analisi risiko

Setelah mengidentifikasi risiko utama perusahaan, langkah selanjutnya adalah menilai kemungkinan dan pentingnya risiko. Metode yang dapat diterapkan sangat berbeda dengan teknik kualitatif rinci dan analisis kuantitatif matematis. Tujuannya adalah untuk membantu

manajemen menentukan risiko mana yang paling membutuhkan perhatian.

3. Penilaian risiko

Untuk menghadapi bahaya yang dihadapinya, organisasi harus terlebih dahulu mengevaluasi bahaya ini. Bahaya mana yang merupakan bahaya terbesar bagi organisasi dalam presentasi moneter secara umum, sehingga kemajuan penting dapat diambil untuk menangani bahaya ini.

Pemanfaatan bahaya dewan dalam suatu organisasi adalah tugas para eksekutif. Dalam mengevaluasi bahaya, para eksekutif akan mengaktualisasikan sebuah siklus yang mempertentangkan derajat bahaya dan pedoman bahaya pada premis yang sama. Konsekuensi evaluasi bahaya dituliskan sebagai daftar kebutuhan bahaya yang dianggap memiliki wilayah bahaya yang tinggi, yang akan diikuti seperti halnya menyaring wilayah yang umumnya aman. Salah satu strategi yang dapat digunakan organisasi dalam evaluasi bahaya adalah dengan memanfaatkan teknik grid, di mana unit khusus asosiasi diatur, dan peluang dimasukkan dalam garis level dan vertikal. Pada saat itu, para eksekutif akan menilai bahaya untuk setiap jenis bahaya di setiap unit khusus, dan akan mengetahui hasil dalam sel di mana merah menunjukkan bahaya tinggi, kuning menangani bahaya sedang, dan hijau alamat umumnya aman.

4. Tindakan atas risiko

Manajemen menghadapi pilihan lain dalam menghadapi risiko, yaitu:

a. menghindari resiko

53

Sekali-sekali, bahayanya tidak main-main dan harus disingkirkan. Jika bahaya suatu gerakan tinggi, maka pada saat itu harus fokus pada latihan yang dapat merepresentasikan bahaya, kemudian memutuskan apakah tindakan tersebut harus diperluas.

mencegah latihan yang mungkin benar-benar merugikan, merugikan, ditiadakan. Namun, kekurangannya adalah hal itu juga dapat menyebabkan hilangnya keuntungan. Latihan yang berbahaya bisa sangat produktif. Oleh karena itu, jika semuanya gagal, prosedur seperti itu harus diterapkan

b. Mengalihkan risiko kepada pihak ketiga

Ide dengan perlindungan, yang memindahkan peristiwa berbahaya dari individu dalam bahaya ke individu yang mengakui bahaya dengan imbalan biaya. Misalnya, ketika Anda memiliki kendaraan, semua hal dipertimbangkan, kecelakaan dan bahaya yang berbeda akan terjadi. Dengan perlindungan dari kecelakaan atau bahaya, kerugian yang dialami dapat dipindahkan ke penyedia jaring pengaman untuk terjadinya.

c. Mengelola risiko

Dengan cara ini, dalam kasus yang oke, langkah terbaik adalah menangani kasus bahaya itu. Misalnya, tidak diragukan lagi bahwa spekulasi dan kerangka kerja yang rumit dapat membatasi bahaya ini, kemungkinan memiliki bahaya yang sangat besar. Jadi itu dianggap oke juga. Kasus seperti ini memungkinkan pengawas untuk mengetahui dan menangani bahaya ini.

5. Monitoring dan review

Manajemen selalu memantau dan meninjau semua risiko yang ada dan kemungkinan serta efektivitas pengendalian internal, terlepas dari apakah pengendalian internal yang ada sudah cukup untuk mengelola dan mencegah risiko perusahaan

6. Komunikasi dan konsultasi

Pada tahap ini, manajemen akan terus mengkomunikasikan risiko dan berkonsultasi dengan setiap departemen bisnis di perusahaan tentang cara mengelola risiko. Pada saat yang bersamaan, dalam penerapan manajemen risiko diharapkan audit internal dapat membantu mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko, serta berperan aktif melalui saran dan solusi untuk meningkatkan kualitas manajemen risiko. Terkait tata kelola perusahaan, audit internal diharapkan dapat memperbaiki proses tata kelola yang ada dengan melakukan penilaian serta memberikan saran dan solusi, sehingga membantu memberikan kepercayaan terhadap penerapan tata kelola.

b. Audit internal memegang peranan penting dalam proses manajemen risiko kredit yaitu

1. Audit internal menjamin berjalannya manajemen risiko kredit telah dilaksankan sesuai dengan aturan organisasi yang telah ditetapkan.

2. Melaporkan risiko-risiko kepada manajemen.

c. Peran audit dalam manajemen risiko kredit.

1. Menganalsis kreditur

Pertama-tama auditor internal menelaah informasi tentang pihak kreditur kemudian menelusuri laporan identitas pelanggan yang diterbitkan oleh pemasar, kemudian memeriksa apakah neraca

55

pelanggan sesuai dengan bisnisnya. Data pribadi, dan periksa akun pelanggan secara keseluruhan.

2. Analisis permasalahan.

Kemudian, bank mempertimbangkan apakah dapat dengan bebas mengonfigurasi barang-barang ini tanpa membuat pelanggan merasa tidak keberatan dengan pihak bank. Namun, pihak bank akan secara terang-terangan mengajukan masalah-masalah buruk tersebut kemudian diproses secara hukum

3. Penyelesaian kredit.

Peran audit internal berusaha untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko-risiko, fungsi dari pihak pemasaran berfokus dengan jumlah pelanggan dan pencairan dana pelanggan dan tidak mengutamakan risiko-risko. Fungsi dari permsaran tersebut hanya pada billing dan pemberitahuan angsuran. Apabila pihak pelanggan mengalami tunggakan maka pihak akan memfokuskan ke debitur

d. Peran audit internal dalam memberikan rekomendasi yaitu : 1. Perbaikan

Saran auditor untuk perbaikan dalam bentuk bantuan kredit yaitu memberikan potongan harga kepada nasabah melalui penjadwalan ulang (restrukturisasi) untuk mengurangi angsuran sesuai kemampuan debitur, dan menambah (memperpanjang) jangka waktu tanpa tunggakan / kredit macet berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak

2. Penyelesaian

Pihak bank akan memberikan rekomendasi, yaitu melakukan penjualan atau pelelangan barang atau aset yang dijadikan jaminan pada

saat pengambilan kredit. Dalam proses penjualan tersebut pihak nasabah dapat menjualnya sendiri atau dapat dibantu dari pihak bank itu sendiri.

Kemudian dari hasil penjualan barang atau aset tersebut digunakan sebagai pembayaran atas piutang yang belum dibayar

3. Evaluasi proses manajemen risiko

Untuk mencegah risiko tersebut maka audit internal harusa mampu mengungkap kemungkinan risiko yang akan terjadi, selanjutnya menganalisa kejadian tersebut dan mengambi tindakan untuk menghadapi kemungkinan risiko tersebut. Sehingga tingkat keefektifan dan efektivitasan dalam memanajemen risiko kredit dalam perusahaan dapat dievaluasi.dari hasil tersebut audit internal mengoptimalkan proses evaluasi secara maksimal hal tersebut dapat di lihat dari hasil wawancara langsung yang dilakukan dari peneliti. Hal ini dapat disimpulkan bahwa audit internal berpartisipasi secara langsung dalam melakukan pengelolaan da pengendalian risiko-risko kredit yang mungkin terjadi.

Tugas utama dari audit internal adalah melakukan pengawasan terhadap proses manajemen risiko kredit pada perbankan.

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Peran audit internal dalam proses manajemen risiko kredit adalah audit internal melakukan evaluasi, saran dan Rekomendasi guna untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh pihak bank.Audit internal digunakan untuk mengontrol fungsi pengendalian bank untuk memastikan bahwa bank beroperasi sesuai rencana dan mencapai tujuannya. Tugas audit internal yang dilakukan oleh auditor adalah melakukan audit internal bank dengan memastikan bahwa sistem / manajemen yang ada di bank tersebut beroperasi sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, adanya audit internal dapat menghindari risiko kesalahan, penyalahgunaan dan hambatan dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas bank. Tujuan penerapan manajemen risiko kredit pada suatu perusahaan adalah untuk mengurangi dan meminimalkan risiko kredit yang akan terjadi

B. saran

Berdasarkan hasil pembahasan dalam artikel ini, penulis mengemukakan beberapa saran untuk PT. Bank rakyat Indonesia Cab watampone

1. Bank harus lebih bersikap tegas dengan kreditor dalam hal ini pelunasan kredit, dan harus menindaklanjuti pihak debitur yang berkuemungkinan bisa menumbulkan risiko kredit

2. Penerapan manajemen risiko harus lebih dioptimalkan lagi agar dapat menerima evaluasi dan pengawasan manajemen untuk meminimalisir

kemungkinan risiko yang belum ditemukan

3. Audit internal memiliki peran yang sangat efektif, namun masih perlu dikembangkan dan dioptimalkan dalam melakukan penilaian.

60

DAFTAR PUSTAKA

Asiyanto, I. (2009). Jakarta: Manajemen risiko untuk kontraktor.pradnya paramita.

Cashin, J. A. (1998). New York : Mcgrow-hill : New Internal Auditing.

Hery. (2010). Bandung : ALfabeta : Potret Profesi Audit Internal.

Indah, S. N. (2010). pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit : fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro

Semarang.

Karmudiandri, A. (2014). Peranan Audit Internal dalam Manajemen Risiko Bank .Media Bisnis, 1-26.

Karmudiandri, A. (2014). Peranan Audit Internal dalam Manajemen Risiko Bank .Media Bisnis, 1-26.

Dokumen terkait