• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN AUDIT INTERNAL DALAM PROSES MANAJEMEN RISIKO PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Cabang Watampone Kab Bone) SKRIPSI. Arsal A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN AUDIT INTERNAL DALAM PROSES MANAJEMEN RISIKO PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Cabang Watampone Kab Bone) SKRIPSI. Arsal A."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN AUDIT INTERNAL DALAM PROSES MANAJEMEN RISIKO PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA

(Cabang Watampone Kab Bone) SKRIPSI

Arsal A.S 105731118516

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(2)

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Cabang Watampone Kab. Bone)

Oleh Arsal A.S 105731118516

Untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada

Universitas Muhammadiyah Makassar

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(3)

ii

PERSEMBAHAN Karya ilmiah ini ku persembahkan untuk

1. Orang tua tercinta ibu saya Hj. Daharia dan ayah saya H. Anwar.

Terimah kasih atas segala cinta dan kasih sayangnya, serta dukungan dan doa yang tiada henti hentinya

2. Dosen dosenku, terutama dosen pembimbing yang tak kenal lelah , membimbing megarahkan dan memotivasi saya

MOTTO HIDUP

“Perbanyak Bersyukur Kurangi Mengeluh”

(4)

iv

(5)

vii

(6)

vii

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-nya.

Shalawat serta salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala dalam penulisan skripsi yang berjudul ” Peran Audit Internal Dalam Proses manajemen Risiko Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Watampone Kab. Bone”

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak H. Anwar dan Ibu Hj. Daharia yang senantiasa memberi Harapan, semangat, perhatian, cinta, kasih sayang dan do’a restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu dan proses penyelesaian ini. Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis menjadi Ibadah dan cahaya penerang didunia dan diakhirat.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Begitupula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak sampaikan dengan hormat kepada;

1. Bapak Prof. Dr. H Ambo Asse, M. Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

vii

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., M.M, , Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassa

3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si., AK.CA.CSP, Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA, selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Andi Arman, SE.,M.SI.,Ak.CA, Selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu dalam penyusunan Skripsi Hingga Ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dan banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan hingga akhir.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi akuntasi angkatan 2016 Terkhusus Kelas AK.16.E yang selalu saling membantu dan Belajar bersama , yang tidak sedikit bantuannya dan dorongannya dalam aktivitas studi penulis.

9. Kedua Orang Tuaku yang saya Cintai Karena Allah SWT. Terima Kasih atas pengorbanan materi, Do’a dan dukungan moral yang kalian berikan kepada ananda selama ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan sebagai manusia yang tidak luput dari

(9)

vii

kesalahan oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya masukan dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini

(10)

viii

Akhirnya Penulis Berharap, apabila terdapat kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan skripsi ini mohon dimaafkan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Billahi Fisabililhaq Fastabhikul Khairat, wassalamualaikum Wr.Wb

Makassar, 10 februari 2021

penulis

(11)

ix

ABSTRAK

Arsal A.S Tahun, 2020, Peran Audit Internal Dalam Proses Manajemen Risiko Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Watampone Kab. Bone, Skripsi Pogram Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Di Bimbing Oleh Pembimbing I Dr. H. Mahmud Nuhung Dan Pembimbing II Andi Arman

Penelitian Ini Bertujuan Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Audit Internal Dalam Proses Manajemen Risiko Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Watamponee Kab. Bone. Jenis Penelitian Yang Di Gunakan Dalam Penelitian Ini Adalah Deskriftif Kualitatif Sumber Data Yamg Digunakan Dalam Penelitian Ini Data Primer Dan Data Sekunder Teknik Untuk Memperoleh Data Yang Relevan Dengan Masalah Yang Dibahas, Peneliti menggunakan Metode observasi, dokumentasi, dan wawancara

Hasil penelitian ini menunjukka bahwa Audit Internal memiliki peran yang sangat penting dalam proses manajemen risiko kredit rekomendasi dan perbaikan terhadap manajemen risiko kredit yang telah dilakukan oleh pihak manajemen.

Dengan demikian, proses manajemen risiko kredit yang telah dilakukan oleh pihak bank lebih menyakinkan karena telah melalui proses pemeriksaan.

(12)

x

ABSRACK

Arsal A.S Year, 2020, The Role of Internal Audit in the Risk Management Process at PT. Bank Rakyat Indonesia Branch Watampone Kab. Bone, Thesis, Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Dr. H. Mahmud Nuhung and Supervisor II Andi Arman.

This study aims to determine how the role of internal audit in the risk management process at PT. Bank Rakyat Indonesia Branch Watamponee Kab.

Bone. The type of research used in this study is descriptive qualitative data sources used in this study. Primary data and secondary data. Techniques for obtaining data that are relevant to the problem being discussed, the researcher uses field research data collection methods (Field Research). Documentation, Interview, Research and Literature Methods

The results of this study indicate that Internal Audit has a very important role in the process of recommending credit risk management and improving credit risk management carried out by management. Thus, the credit risk management process that has been carried out by the bank is more convincing because it has gone through the examination process.

Keywords: Internal Audit, Risk Management, Credit

(13)

xii

PERSEMBAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I ... 1

Pendahuluan ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 3

C. Tujuan penelitian ... 3

D. Manfaat penelitian ... 3

BAB II ... 5

Tinjauan Pustaka ... 5

A. Landasan Teori ... 5

B. Tinjaun Empiris ... 31

C. Kerangka fikir ... 38

BAB III ... 40

METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Peneilitian ... 40

B. Tempat dan waktu penelitian ... 40

C. Fokus penelitian ... 40

(14)

xii

D. Jenis dan sumber data ... 40

E. Teknik pengumpulan data ... 41

F. Instrumen peneitian ... 42

G. Metode analisis ... 42

BAB IV ... 45

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Gambaran objek penelitian ... 45

B. Hasil penelitian dan pembahasan ... 49

BAB V ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu ... 31 Tabel 2.2 pedoman wawancara ... 42

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. Struktur Organisasi ... 48 Gambar 3.2 dokumentasi ... 65

(17)

1

BAB I Pendahuluan A. Latar belakang

Audit internal merupakan salah satu bentuk pengawasan yang ada di bank, yang dapat membantu proses pencapaian tujuan. Fungsi ini membantu pihak manajemen dalam proses pengendalian internal operasional bank yang sangat rentan terhadap berbagai risiko tertentu. Bagi bank audit internal ini merupakan proses yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan pengendalian internal pengelolaan kredit investasi. Hal ini dapat disebabkan dengan pengendalian internal pengelolaan kredit investasi mempunyai tujuan agar risiko dalam pengelolaan kredit investasi dapat diminimalisir, sehingga tujuan kredit dapat tercapai baik dari segi keamanan (safety) maupun dari segi keuntungan (profitability) yang didapat dengan adanya pemberian kredit investasi tersebut. Peranan kredit dalam operasi bank sangat besar dan penting karena sebagian besar bank masih mengandalkan sumber pendapatan utamanya dari operasi perkreditan. Sebagai instrumen yang sangat menentukan maju mundurnya suatu bank, sektor yang dianggap fatal ini selalu menjadi pusat konsentrasi para manajemen perbankan dalam menetapkan segala langkah-langkah strategis guna memelihara volume pertumbuhan, tingkat kelancaran serta tercapainya tingkat produktivitas yang optimal dari pinjaman dengan tetap memperhatikan risiko yang ada. Untuk mendapatkan margin yang baik diperlukan pengelolaan perkreditan yang baik dan pengendalian internal efektif dan efisien. Salah satu jenis kredit yang diberikan oleh bank adalah kredit investasi. Pengertian kredit investasi menurut Kasmir (2003 ; 109 ) adalah kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk

(18)

keperluan perluasan usaha/membangun proyek/pabrik baru atau keperluan rehabilitasi. Meskipun pendeteksian kecurangan penting untuk meningkatkan nilai pengauditan, namun terdapat banyak masalah yang dapat menghalangi implementasi dari, pendeteksian yang tepat. Berdasarkan telaah atas berbagai penelitian yang telah dilakukan, terdapat empat faktor penyebab besar yang diidentifikasi melalui laporan ini. Pertama karakteristik terjadinya kecurangan sehingga menyulitkan proses pendeteksian, kedua standar pengauditan belum cukup memadai untuk menunjang pendeteksian yang sepantasnya. Ketiga, lingkungan kerja audit dapat mengurangi kualitas audit dan keempat metode dan prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian kecurangan. Berdasarkan permasalahan ini, perbaikan yang perlu disarankan untuk diterapkan.

Adapun sasaran yang ingin dicapai PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Dalam penyaluran dana dalam bentuk kredit investasi ini adalah untuk mengembangkan portofolio kredit investasi yang sehat dan menguntungkan melalui pemberian kredit investasi di kantor cabang yang memperhatikan asas kehati-hatian dengan memfokuskan pada segmen pasar pada kantor cabang serta memberikan pelayan produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Untuk menghindari kecurangan yang terjadi maka audit internal pada Bank BRI Cabang Watampone harus menyajikan laporan keuangan yang benar-benar teruji pihak manajemen risiko yang ada pada Bank BRI Cab. Watampone Diharapkan dapat memberikan jaminan dalam hal memberikan perlindungan terhadap kemungkinan risiko. Perlu ditekankan bahwa manajemen risiko bukanlah proses yang statis, melainkan proses yang dinamis, merupakan perkembangan penanganan risiko yang mempengaruhi

(19)

3

realisasi tujuan. Dengan kata lain, selama aktivitas perusahaan terjadi, aktivitas manajemen risiko akan terus berjalan. Oleh karena itu, penyajiannya berupa evaluasi, pendapat atau saran yang dapat membantu berbagai departemen di perusahaan dalam melaksanakan kegiatan dengan benar.

Selama audit, audit internal akan menerapkan semua prosedur audit yang ada. Auditor internal melakukan audit dari rencana audit untuk memperoleh bukti dari temuan atau aktivitas yang ditemukan cacat atau penyimpangan. Hasil audit akan dicatat dalam file kerja audit. Ruang lingkup review hanya berlaku untuk kredit investasi.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis merumuskan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut : Bagaimana peran audit internal dalam proses manajemen risiko pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. ? C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran audit internal dalam proses manajemen risiko PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

D. Manfaat penelitian

a. Bagi Instansi

Diharapkan mampu memberikan pengetahua tentang peran audit internal dalam menilai proses manajemen risiko kredit bank.

b. Bagi penulis

Penelitian ini sangat membantu untuk memahami peran audit internal dalam proses manajemen risiko Persero Tbk.

(20)

c. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pelengkap ilmu terapan dari ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi dan sebagai bahan pertimbangan yang berguna untuk mengevaluasi kualitas informasi perusahaan.

(21)

5

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Landasan Teori 1. Teori agensi

Teori keagenan menjelaskan konflik antara manajemen sebagai agen dan pemilik sebagai prinsipal. Prinsipal ingin mengetahui semua informasi yang berkaitan dengan investasi atau dananya di perusahaan, termasuk kegiatan manajemen.Hal ini dilakukan dengan meminta laporan pertanggungjawaban dari agen (manajemen) berdasarkan laporan dari kepala sekolah yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi kinerja manajemen. Namun manajemen seringkali cenderung mengambil langkah-langkah untuk membuat laporan terlihat lebih baik, sehingga kinerja laporan dianggap baik (Indah, 2010), mengurangi atau meminimalisir kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, dan membuat manajemen Laporan keuangan disusun secara berlapis. lebih dapat diandalkan (dapat dipercaya). Butuh pihak independen untuk memberikan nasehat. Rekomendasi dapat dibuat oleh auditor internal perusahaan.

Model teori agensi dapat terjadi dalam kontrak, dapat memaksimalkan penggunaan yang diharapkan klien, sambil mempertahankan agen yang disewa dan memastikan bahwa ia memilih tindakan terbaik, atau setidaknya sama dengan tingkat kerja terbaik agen.

Oleh karena itu, teori keagenan dapat membantu audit internal sebagai pihak ketiga untuk memahami konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dan agen. Kepala investor bekerja sama dengan agen atau manajemen perusahaan dan menandatangani kontrak kerja untuk menginvestasikan dana. Dengan adanya audit internal akan mampu

(22)

memberikan saran dan saran, serta sebagai bentuk pengawasan atas kinerja manajemen, dan mampu mengevaluasi kinerja manajemen sebagai agen, sehingga membentuk sistem yang berguna bagi investor dan kreditor untuk mengambil keputusan investasi yang wajar

2. Pengertian peranan

Menurut (Komaruddin, 1994) perannya adalah:

a. Manajemen adalah tugas utama yang harus diselesaikan seseorang, b. Perilaku yang diharapkan dapat melengkapi suatu tugas,

c. Apakah fungsi seseorang dalam kelompok,

d. Apakah fungsi yang diharapkan dari seseorang dalam kelompok atau karakteristik orang tersebut,

e. Apakah fungsi variabel dalam kausalitas.

3. Kosep audit

a. Pengertian audit

Audit adalah kegiatan memeriksa data tertentu dalam laporan untuk memastikan keakuratannya, Audit juga dapat diartikan sebagai evaluasi atau pemeriksaan organisasi oleh pihak yang berwenang 4. Pengertian audit internal

Menurut Munawir (1996) dalam Sunyoto (2014: 7), audit internal merupakan salah satu fungsi organisasi yang menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang diberikan kepada organisasi. Dengan kata lain, audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh perusahaan terkait yang disebut audit internal. Audit internal bekerja sama dengan pengendalian internal perusahaan untuk mencapai efisiensi, efektivitas, dan

(23)

7

kepatuhan operasi perusahaan serta memberikan saran dan meningkatkan manajemen

Menurut definisi di atas, audit internal meliputi:

a. Audit internal memberikan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri

b. Audit internal mengatur dan mengevaluasi efektivitas evaluasi perusahaan itu sendiri, yang independen dan objektif.

c. Audit internal memeriksa dan mengevaluasi semua aktivitas berkelanjutan.

d. Audit internal menentukan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan berdasarkan tujuan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan.

menurut (Kumaat, 2011), audit internal adalah direktur internal suatu perusahaan yang independen dan memberikan jaminan kepercayaan, yang bertujuan untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasional perusahaan. Audit internal juga mengadopsi pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, serta proses dan manajemen organisasi, sehingga membantu organisasi internal perusahaan untuk mencapai tujuannya.

5. Peran audit internal

Peran audit internal adalah memantau efektivitas elemen lain dari struktur pengendalian internal, kemudian memberikan rekomendasi berupa saran atau evaluasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan manajemen. Tujuan inspeksi internal adalah membuat anggota manajemen menyelesaikan tugasnya dengan lebih mudah dan efektif. Hasil review

(24)

muncul dalam bentuk analisis, rekomendasi, evaluasi dan saran objektif atas kegiatan yang direview. Menurut (Hery, 2010), untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal \melakukan aktivitas sebagai berikut

a. Periksa keuntungan dari kontrol akuntansi keuangan dan operasi lainnya.

b. Periksa hubungan antara pelaksana dan rencana, kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.

c. Memeriksa aset perusahaan yang telah dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari berbagai bentuk kerugian.

d. Periksa keakuratan pembukuan dan data lain yang dihasilkan oleh perusahaan.

e. Mengevaluasi kinerja pejabat / pelaksana dalam memenuhi tanggung jawab yang diberikan

Inspeksi internal dapat membantu manajer merumuskan tujuan dan sasaran secara keseluruhan melalui sistem aplikasi, yaitu apakah informasi yang digunakan relevan dan akurat, dan apakah tindakan pengendalian yang ada sudah sesuai dan terintegrasi ke dalam rencana atau operasi mereka. Oleh karena itu, karena faktor-faktor seperti jumlah karyawan atau lokasi kegiatan yang tersebar, manajemen menghadapi berbagai macam pengendalian, sehingga tidak perlu ada kekhawatiran tentang korupsi atau manipulasi yang perlu terus dicek. Oleh karena itu, departemen audit internal mutlak diperlukan. Membantu para pemimpin perusahaan melanjutkan aktivitas bisnis mereka.

(Kumaat, 2011) menjelaskan peran ideal audit internal sebagai berikut :

(25)

9

a. Prinsip-prinsip manajemen risiko yang disosialisasikan dan menganggapnya sebagai titik risiko utama,

b. Lakukan analisis data berbasis risiko dan publikasikan hasilnya secara teratur.

c. Peran akselerator / pendorong dalam mencapai pengawasan yang melekat.

d. Dengan memberikan independensi yang kuat, peran koordinasi/

koordinasi internal strategi bisnis harus mampu menjadi alat manajemen senior untuk koordinasi internal dan ikatan organisasi.

6. Lingkup audit internal

(Kaunang, 2013) menjelaskan bahwa kegiatan departemen audit internal adalah sebagai berikut:

a. Evaluasi gratis dari semua aktivitas dalam perusahaan (perusahaan induk dan anak perusahaan) dapat menggunakan semua catatan di perusahaan / grup perusahaan dan memberikan nasihat kepada penanggung jawab perusahaan (direktur utama dan direktur lainnya)..

b. Meninjau dan mengevaluasi popularitas dan kecukupan data akuntansi dan keuangan dalam aplikasi pengawasan operasi perusahaan

c. Pastikan kepatuhan dengan kebijakan, rencana, dan prosedur yang ditetapkan.

d. Pastikan aset perusahaan dicatat dan disimpan dengan benar untuk menghindari pencurian dan kehilangan.

e. Memastikan keandalan data akuntansi dan data lain yang disediakan perusahaan.

(26)

f. Mengevaluasi kualitas dan pencapaian prestasi manajemen dari hasil pekerjaan yang diselesaikan, menemukan masalah dan saran / solusi yang harus diberikan.

g. Bekerja sama dengan auditor eksternal untuk mengevaluasi pengendalian intern.

Cakupan kegiatan audit internal sangat luas. (Cashin, 1998) mengatakan bahwa kegiatan tersebut dapat diringkas sebagai berikut 1. Kepatuhan (ketaatan)

Aktivitas kepatuhan terkait dengan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan prosedur serta praktik bisnis yang baik di bidang ini.

2. Evaluation (Evaluasi)

Kegiatan evaluasi adalah tanggung jawab audit internal yang paling penting, dan hasilnya sulit diukur. Kegiatannya adalah mengevaluasi pelaksanaan kedua prosedur tersebut dan secara terus menerus mengevaluasi pelaksanaan prosedur tersebut agar kegiatan perusahaan dapat terlaksana secara efektif.

3. Verifikasi Kegiatan

verifikasi adalah peninjauan dokumen, catatan dan laporan untuk menentukan tingkat penyelesaian terkait dengan situasi sebenarnya. Biasanya verifikasi meliputi: catatan, laporan, aset dan kewajiban. Apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui audit internal maka aktivitas tersebut akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan verifikasi melalui audit eksternal, karena audit internal memiliki

(27)

11

pemahaman yang lebih baik tentang seluk beluk perusahaan, sehingga kegiatan verifikasi dilakukan dengan cermat.

7. Posisi dan fungsi audit internal

(Qintarah, 2014) Dalam organisasi, auditor memiliki tiga posisi alternatif yaitu :

a. Departemen audit internal berada di bawah kepemimpinan kepala keuangan (sejajar dengan departemen akuntansi keuangan)

b. Bagian Audit Internal di bawah Direktur Utama, c. Orang dalam adalah komite staf dan komisaris

Kedudukan audit internal dalam organisasi sangat erat kaitannya dengan posisi karyawan, yang berarti merek tidak bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan perusahaan. Mereka hanya berkewajiban mengevaluasi dan melaporkan hal tersebut, sehingga tidak berhak untuk memerintahkan pengelolaan. Posisinya adalah memberi nasihat kepada manajemen yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan perusahaan.

Auditor internal sangat berguna dalam mengidentifikasi tanda- tanda penipuan dan menyelidiki penipuan. Jika auditor internal menemukan tanda-tanda dan mencurigai adanya penipuan di perusahaan, mereka harus memberi tahu manajemen puncak tentang masalah tersebut, dan jika tanda-tandanya cukup kuat, manajemen akan menugaskan tim untuk menyelidiki. Tim biasanya terdiri dari auditor internal atau eksternal, pengacara, penyidik, petugas keamanan dan ahli (seperti ahli komputer, ahli perbankan, dll). Temuan investigasi harus dilaporkan kepada manajemen puncak dalam bentuk tertulis, termasuk

(28)

fakta, temuan, kesimpulan, rekomendasi, dan tindakan perbaikan yang perlu dilaporkan (Qintarah, 2014)

8. Klasifikasi audit internal

Menurut “Standar Praktik Profesional untuk Internal Auditing” yang dikutip oleh Fauzan (2003), agar audit internal berjalan obyektif dan adil, maka persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

1. Independen

Auditor internal harus independen dari aktivitas yang mereka audit. Hal yang perlu diperhatikan adalah:

a. Status organisasi audit internal harus berperan agar memungkinkan untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara tepat, dan harus didukung oleh pimpinan senior. Keadaan yang ideal adalah bahwa departemen audit internal harus bertanggung jawab kepada para pemimpin yang memiliki wewenang yang memadai untuk memastikan audit yang ekstensif dan mengambil pertimbangan dan tindakan yang efektif atas hasil audit dan saran perbaikan

b. Objektivitas

Objektivitas adalah bahwa auditor harus menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus menjaga sikap mental dan kejujuran dalam melaksanakan pekerjaannya, untuk menjaga sikap tersebut, audit internal harus menghilangkan tanggung jawab operasional

2. Kompetensi

Keterampilan profesional yang harus dimiliki auditor internal adalah:

(29)

13

a. Staffing, Kepegawaian berarti bahwa departemen audit internal harus memastikan pengetahuan profesional dan latar belakang pendidikan auditor internal yang melakukan audit internal dalam perusahaan.

b. Pengetahuan, keterampilan dan kedisiplinan, untuk itu departemen audit internal harus memiliki pengetahuan, keahlian dan disiplin yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas auditnya.

c. Pengawasan, membutuhkan departemen audit untuk memberikan jaminan audit internal untuk memastikan bahwa audit internal harus diawasi dengan benar.

d. Kepatuhan terhadap Kode Etik, mengharuskan auditor internal untuk dilatih dalam komunikasi yang efektif dengan pihak lain.

e. Hubungan dan komunikasi interpersonal, menuntut auditor internal untuk mendapatkan pelatihan dalam berhubungan dengan pihak lain dan berkomunikasi secara efektif.

f. Pendidikan berkelanjutan, menuntut auditor internal untuk mempertahankan kemampuan kerjanya melalui pendidikan berkelanjutan.

g. Asuhan kerja yang tepat, mengharuskan auditor internal untuk melatih keterampilan profesional mereka dengan mencoba melaksanakan pendidikan audit internal

9. Program audit internal

Rencana audit internal adalah tindakan atau langkah kerja terperinci yang harus dilakukan dalam audit berdasarkan tujuan yang ditetapkan dari dana target dan informasi tentang tujuan yang ada. Prosedur audit tertulis sangat penting untuk manajemen tugas audit yang efektif dan efisien, tetapi

(30)

keberadaannya tidak boleh digunakan sebagai daftar langkah ketat yang harus diambil untuk mematikan inisiatif auditor internal. Agar dapat melaksanakan audit yang sistematis dan tepat sasaran, sebelum audit dimulai, harus disiapkan rencana audit yang memuat rencana prosedur audit yang akan dilaksanakan. Program audit dapat digunakan sebagai alat perencanaan dan pemantauan yang efektif bagi auditor (Fauzan, 2003)

Menurut (Tugiman, 2001) tahapan pelaksanaan kegiatan audit internal adalah sebagai berikut

1. Rencana audit

Rencana tersebut harus didokumentasikan dan harus mencakup:

a. Tentukan tujuan audit dan ruang lingkup pekerjaan

b. Dapatkan informasi dasar (informasi latar belakang) tentang aktivitas yang akan diperiksa

c. Tentukan bagian tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan audit d. Memberitahu para pihak jika perlu

e. Melakukan investigasi untuk menentukan aktivitas, risiko, dan tindakan pengendalian yang diperlukan

f. Menulis prosedur audit

g. Tentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil audit akan disajikan

h. Dapatkan persetujuan dari rencana kerja review 2. Pengujian dan pengevaluasian informasi

Pada tahap ini audit internal harus mengumpulkan, menganalisis, mencerahkan, dan membuktikan keaslian informasi untuk mendukung hasil audit.

(31)

15

3. Menyerahkan hasil pemeriksaan

Audit internal wajib melaporkan setiap penyimpangan/

penyimpangan yang terjadi dalam lingkup fungsional perusahaan kepada manajemen dan memberikan saran / saran perbaikan.

4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan,

Audit internal harus menentukan apakah tindakan korektif telah diambil dan hasil yang diharapkan tercapai, atau apakah manajemen senior atau dewan direksi telah menerima risiko tidak mengambil tindakan korektif atas temuan laporan

10. Audit berbasis risiko (Risk Based Audit)

Awalnya aktivitas audit internal hanya berfokus pada pemeriksaan terhadap tingkat kepatuhan para pelaksana terhadap ketentuan-ketentuan yang ada (Compliance). Kondisi kegiatan bisnis yang semakin berkembang dan kompleks disisi lain, memberikan tekana bagioerusahaan untuk memanfaatkan sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien. Risk Based Audit merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan bagi audit internal untuk memenuhi expektasi tersebut. Risk Based Audit memungkinkan audit internal untuk memprioritaskan audit dalam bentuk yang sistematis dan terkoordinir. Sementara pada kenyataannya audit internal selalu memfokuskan tindakan pada area yang paling berisiko dalam organisasi. Hal tersebut merupakan hasil dari pertimbangan internal auditor atas penilaian risiko. Konrath (2001) mendefinisikan "audit berbasis risiko"

sebagai teknik yang dilakukan secara cermat oleh audit internal, yaitu mengidentifikasi area dengan risiko kesalahan pelaporan keuangan terbesar, dan kemudian mengalokasikan sebagian besar sumber daya audit

(32)

ke area tersebut. Dalam audit berbasis risiko, auditor internal dapat mengoptimalkan sumber daya audit untuk mengidentifikasi pengendalian internal yang ada dan mengidentifikasi area dengan risiko kesalahan terbesar dalam laporan keuangan. Menurut Griffiths (2005), risk-based auditing didasarkan pada system-based auditing (SBA) Pendekatan yang diadopsi oleh metode ini adalah dengan fokus pada area bisnis yang berisiko tinggi dan fokus pada tujuan bisnis dibandingkan dengan pengendalian.

Konsep dasar audit berbasis risiko merupakan metode audit pada area yang memiliki risiko terbesar dan berdampak terbesar bagi perusahaan.

Masalah apapun yang memang membutuhkan perhatian khusus.

Galloway (2004) mendefinisikan audit berbasis risiko sebagai bagian dari tujuan audit dan rencana audit yang dihasilkan oleh penilaian risiko. Ini menegaskan bahwa audit berbasis risiko adalah metode inspeksi yang digunakan untuk memastikan bahwa risiko telah dikelola dalam batas risiko yang ditetapkan oleh manajemen tingkat perusahaan.

Ada dua yang harus dipahami oleh auditor internal:

a. Mengontrol aspek dari setiap proses bisnis terkait

b. Risiko dan faktor pengendalian yang mendukung terwujudnya tujuan perusahaan

Peran audit internal dalam praktik audit berbasis risiko:

a. Mulailah dengan memfokuskan pekerjaan audit pada risiko perusahaan besar yang diidentifikasi oleh fungsi manajemen risiko perusahaan, dan audit proses manajemen risiko lintas organisasi untuk memastikan pengelolaan risiko yang teridentifikasi.

(33)

17

b. Secara aktif berperan sebagai konsultan internal untuk melatih dan mendidik karyawan ini guna memastikan efektivitas pengendalian internal.

c. Memberikan dukungan dan partisipasi aktif dalam proses pengendalian internal perusahaan.

d. Mengkoordinasikan laporan audit berbasis risiko yang disampaikan kepada direksi, dewan pengawas dan komite audit

1. Metode audit berbasis risiko dijelaskan dalam tiga tahapan utama, yaitu:

a. Penilaian risiko

Tahapan tersebut digunakan untuk menentukan frekuensi, waktu audit, intensitas dan waktu audit dengan cara menentukan, mengukur dan memprioritaskan risiko, sehingga keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dioptimalkan untuk area berisiko tinggi. Jika profil risiko yang dihasilkan oleh unit manajemen risiko tersedia dan dapat diandalkan, tahapan ini dapat dihilangkan. Pada tahap ini, audit internal juga perlu menetapkan standar unit yang dapat diaudit, antara lain:

1. Departemen ini telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tujuan perusahaan.

2. Justifiksi beban pengendalian unit dengan potensi kerugian lebih besar daripada biaya pengendalian, termasuk biaya audit

(34)

b. Menyusun program audit internal

Berdasarkan hasil penilaian risiko, faktor risiko dapat digunakan untuk meninjau setiap unit untuk menentukan nilai akhir, misalnya:

1. Jaminan audit (Audit Assurance)

Terlihat bahwa hasil review audit periode sebelumnya terkait dengan tingkat risiko yang tinggi.

2. Properti (Materiality)

menggunakan parameter keuangan dan non-keuangan untuk memeriksa area dengan efek risiko.

3. Risiko sisa (residual risk)

Nilai risiko telah memperhitungkan faktor-faktor positif yang dimiliki perusahaan, seperti pengendalian internal.

4. Keputusan audit (Audit Judgement)

Mengenai perubahan sistem dan program, hal-hal audit internal yang berdampak pada bidang-bidang tertentu dalam organisasi.

c. Melaksanakan program audit internal

1. Mengevaluasi keselarasan unit bisnis, dewan direksi, dan tujuan pribadi dengan tujuan perusahaan. Audit internal harus memastikan bahwa tujuan bisnis telah diterapkan dan dikomunikasikan secara efektif ke semua tingkatan organisasi.

2. Mengevaluasi ketersediaan, kualifikasi dan efektivitas penerapan risk appetite dan risk limit (selera risiko korporasi

(35)

19

dan toleransi risiko) sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan.

3. Audit internal harus dapat memastikan bahwa manajemen bekerja dalam lingkup parameter risiko yang telah ditetapkan 4. Menurut kerangka kerja yang ditetapkan oleh audit internal,

analisis kesenjangan praktik dan prosedur manajemen risiko harus dinilai.Proses penerapan kerangka penerapan manajemen risiko yang terdokumentasi harus dievaluasi, yang dianggap berkontribusi terhadap perubahan dinamis perusahaan.

5. Untuk menguji keefektifan dan perlindungan informasi dan akses ke pengendalian audit internal, perlu dipahami desain pengendalian dan peraturannya untuk memahami bagaimana cara melaksanakan tindakan pengendalian tersebut sesuai dengan petunjuk dan kebijakan perusahaan.

6. Memberikan jaminan independen dan bertindak sebagai konsultan internal untuk memastikan pencapaian tujuan perusahaan. Audit internal harus memberikan kepastian yang obyektif kepada direktur bahwa risiko bisnis telah dikelola dengan baik dan pengendalian internal efektif.

Semua tahapan ini menghubungkan aktivitas fungsi audit internal dengan keseluruhan kerangka proses manajemen risiko perusahaan. Hal ini memungkinkan kegiatan audit internal untuk memberikan kepastian penuh kepada direktur dan komisaris bahwa proses manajemen risiko telah

(36)

mengelola risiko secara efektif. Oleh karena itu, metode audit berbasis risiko diharapkan dapat memberikan opini yang independen dan obyektif kepada manajemen bahwa risiko yang dihadapi telah dikendalikan pada tingkat yang dapat diterima.

Sebagaimana diindikasikan oleh Sastradipoera (2001), credit hazard merupakan salah satu bahaya yang sering dihadapi bank dalam melakukan pemberian kredit. Bahaya kredit adalah bagian terbesar yang bergantung pada bisnis keuangan, karena kemajuan dan spekulasi adalah segmen terbesar yang bergantung pada sumber daya bank.

Dengan mempertimbangkan semua hal, penting untuk memahami kondisi yang menawarkan kenaikan risiko kredit, termasuk :

a. Bahaya kredit muncul karena kegagalan untuk mengembalikan uang muka dari peminjam.

Ketidakmampuan untuk memainkan semua atau sebagian dari pemahaman penyelesaian.

b. Bahaya kredit adalah bahaya yang ditimbulkan oleh spekulasi yang tidak menghasilkan pendapatan, atau dapat dikatakan bahwa bahaya berkurangnya sumber daya modal 2. Hasil laporan audit internal

Seperti yang ditunjukkan oleh (Moeller, 2009), laporan tinjauan adalah arsip otoritas, dan tinjauan batin ditutup dengan mengumumkan saran dan perasaannya. Laporan tinjauan adalah

(37)

21

hasil utama dari tindakan tinjauan interior, yang merupakan pendekatan prinsip untuk menggambarkan latihan tinjauan bagian dalam dari angkatan kerja. Organisasi batin dan pertemuan luar.

Laporan tinjauan memberikan bukti keterampilan yang dipoles dari tindakan tinjauan ke dalam dan memberdayakan orang lain untuk menilai komitmen ini. Selain itu, jika laporan tinjauan memenuhi empat model fundamental yang menyertai, laporan tersebut cenderung dipandang bagus, lebih spesifik.

a. Netralitas

Suatu laporan yang diperlukan selama audit.

b. Clear (jelas)

Laporan ini ditulis dalam bahasa yang jelas dan tidak akan menyebabkan kesalahpahaman. Mengklarifikasi secara gamblang dan total sehingga individu yang menggunakannya bisa mendapatkannya.

c. Ringkas

Menurut struktur laporan yang baik (Setiawan, 2013), yaitu hal-hal yang tidak berhubungan dengan laporan (seperti ide, temuan, kalimat, dll.) Harus dihindari, dan laporan singkat tentang pelaksanaan, pengendalian dan laporan hasil kerja harus dibuat.

Subjek laporan tidak didukung, namun kualitas informasi yang disampaikan dalam laporan tersebut dijaga agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna.

d. Konstruktif

(38)

e. Laporan konstruktif adalah laporan yang memberikan saran tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan operasi semaksimal mungkin.

f. Tepat waktu

Hanya memberikan laporan audit bila diperlukan dapat digunakan secara maksimal. Oleh karena itu, auditor harus dapat melaporkan tepat waktu

g. Berwibawa 11. Manajemen risiko

Dalam mencapai tujuannya, setiap organisasi harus dihadapkan pada kesempatan non-pengungkapan di setiap tingkat pergerakan. Bahaya yang dituntut eksekutif memiliki pilihan untuk memberikan kepastian dalam memberikan keamanan dari potensi bahaya. Laporan definitif menerima bahwa laporan review harus dapat diandalkan dan mendorong pembaca untuk setuju dengan substansi laporan. Terlepas dari kenyataan bahwa pembaca mungkin tidak benar-benar memahami penemuan, tujuan, dan proposal pengulas dalam, mereka tidak akan mengabaikannya. Ini karena mereka mempercayai inward evaluator dan mempercayai laporan yang disusun oleh inspektur interior. Perlu digarisbawahi bahwa papan bahaya bukanlah interaksi statis, melainkan siklus unik, yang menciptakan bersama peningkatan kesempatan untuk mengelola semua bahaya yang terjadi dan peluang yang mempengaruhi pencapaian tujuan. Pada akhirnya, selama latihan organisasi, latihan papan bahaya adalah teknik terorganisir yang digunakan untuk menangani kerentanan yang terkait dengan bahaya.

Bahaya para eksekutif juga bisa dianggap sebagai perkembangan dari

(39)

23

latihan manusia yang diidentifikasi dengan evaluasi bahaya yang menggunakan persetujuan atau pengawasan aset yang tersedia untuk mengetahui metode dewan dan mengurangi peluang. Sistem pengendalian bahaya yang dapat dilakukan mencakup pemindahan bahaya ke pertemuan yang berbeda, menghindari bahaya, mengurangi efek negatif bahaya, dan mengubah sesuai dengan sedikit atau keseluruhan hasil dari bahaya tertentu. Mempertimbangkan semua sudut pandang, memutuskan prosedur pengurangan bahaya adalah pilihan administrasi. Sasaran dari mengeksekusi dewan bahaya adalah untuk mengurangi bahaya yang berbeda terkait dengan zona yang dipilih ke tingkat yang sesuai dengan area lokal. Ini dapat muncul sebagai berbagai jenis bahaya yang ditimbulkan oleh iklim, inovasi, individu, asosiasi, dan masalah pemerintah. Kemudian lagi, pemanfaatan bahaya para eksekutif mencakup setiap pengerahan tenaga manusia, terutama untuk zat berbahaya pengurus (orang, pekerja dan asosiasi).

Selain itu, menurut Brink (2001), proses manajemen risiko yang efektif meliputi enam tahapan berikut)

1. Identifikasi risiko

Pada tahap ini manajemen harus bekerja keras untuk menentukan semua risiko yang dapat mempengaruhi realisasi tujuan perusahaan.

Identifikasi risiko memerlukan penelitian dan metode yang cermat untuk melihat dan mengidentifikasi potensi risiko utama di setiap area operasi.

Tahap ini bertujuan untuk mencatat semua risiko, terlepas dari apakah risiko tersebut telah dikendalikan melalui pengendalian internal. Untuk risiko yang selama ini dikendalikan oleh pengendalian internal,

(40)

manajemen biasanya mendemonstrasikan berdasarkan pengalaman dan data historis. Sementara itu, untuk risiko-risiko yang belum terkendali atau yang masih mungkin terjadi akan dilakukan pemodelan risiko, dengan tujuan untuk memberikan situasi yang komprehensif dan menjadi dasar analisis risiko.

2. Analisis risiko

Setelah mengidentifikasi risiko utama perusahaan, langkah selanjutnya adalah menilai kemungkinan dan pentingnya risiko. Metode yang dapat diterapkan sangat berbeda dengan teknik kualitatif rinci dan analisis kuantitatif matematis. Tujuannya adalah untuk membantu manajemen dalam menentukan risiko mana yang paling membutuhkan perhatian

3. Penilaian risiko

Untuk mengelola risiko yang dihadapinya, perusahaan harus menilai risiko tersebut terlebih dahulu. Risiko mana yang menjadi ancaman terbesar bagi kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan, sehingga langkah-langkah strategis dapat diambil untuk mengelola risiko tersebut. Penerapan manajemen risiko di suatu perusahaan merupakan tanggung jawab manajemen. Dalam menilai risiko, manajemen akan menerapkan proses membandingkan tingkat risiko dengan standar risiko pada dasar yang sama. Hasil penilaian risiko mencantumkan daerah-daerah yang dianggap berisiko tinggi dalam bentuk daftar prioritas yang akan ditindaklanjuti saat melakukan pemantauan terhadap daerah-daerah berisiko rendah. Salah satu metode yang dapat digunakan perusahaan dalam penilaian risiko adalah dengan

(41)

25

menggunakan metode matriks, di mana unit-unit bisnis organisasi disusun, dan risiko-risiko dimasukkan dalam baris horizontal dan vertikal.

Kemudian, manajemen akan mengevaluasi risiko untuk setiap jenis risiko di masing-masing unit bisnis, dan akan menghitung hasil di sel-sel di mana merah mewakili risiko tinggi, kuning mewakili risiko sedang, dan hijau mewakili risiko rendah.

4. Tindakan berisiko

Manajemen menghadapi pilihan lain dalam menghadapi risiko, yaitu:

a. Hindari resiko

Kadang-kadang, bahayanya tidak main-main dan harus disingkirkan. Jika bahaya suatu aksi tinggi, maka penting untuk memikirkan sudut pandang lain, lebih spesifik apa yang akan diperoleh dengan tetap dinamis, sehingga cenderung ditentukan apakah pergerakan tersebut harus diperluas. Dengan menghentikan latihan yang mengacaukan potensi, peluang melewatkan peluang besar diabaikan. Bagaimanapun, kekurangannya adalah hal itu juga dapat menyebabkan hilangnya keuntungan. Latihan yang tidak aman bisa sangat produktif. Selanjutnya, sistem ini sangat baik bila digunakan jika semuanya gagal.

b. Transfer risiko ke pihak ketiga

Ide dengan perlindungan. Kontrak perlindungan pada dasarnya memindahkan bahaya yang dimulai dengan satu pengumpulan lalu ke pengumpulan berikutnya dengan imbalan biaya. Misalnya, jika Anda memiliki rumah, ada bahaya kebakaran, pencurian, atau bahaya

(42)

lainnya yang tinggi. Dengan mengikuti rencana perlindungan, Anda dapat memindahkan bahaya ini ke agen asuransi. Jika terjadi musibah, lembaga asuransi akan menanggung musibah tersebut.

c. Kelola risiko

Akibatnya, dalam kasus yang oke, langkah terbaik adalah menangani kasus bahaya itu. Misalnya, terbukti bahwa usaha dan kerangka kerja modern dapat membatasi bahaya ini, kemungkinan memiliki bahaya kritis. Dengan tujuan agar diperhitungkan secara umum aman juga. Kasus seperti ini memungkinkan administrator untuk mengetahui dan menangani bahaya ini.

5. Pemantauan dan review

Para eksekutif secara konsisten menyaring dan mengaudit setiap bahaya saat ini serta peluang dan kecukupan kontrol internal, apakah kontrol internal yang ada memadai untuk mengawasi dan mencegah bahaya di dalam organisasi atau tidak.

6. Komunikasi dan konsultasi

Pada tahap ini, manajemen akan terus mengkomunikasikan risiko dan berkonsultasi dengan setiap departemen bisnis di perusahaan tentang cara mengelola risiko. Pada saat yang sama, dalam penerapan manajemen risiko, audit internal diharapkan dapat membantu mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko, serta meningkatkan kualitas manajemen risiko melalui saran dan solusi sehingga berperan aktif. Terkait tata kelola perusahaan, audit internal diharapkan dapat memperbaiki proses tata kelola yang ada dengan

(43)

27

melakukan penilaian serta memberikan saran dan solusi, sehingga membantu memberikan kepercayaan terhadap penerapan tata kelola.

12. Definisi risiko

Menurut (Asiyanto, 2009), risiko adalah peristiwa potensial yang dapat dihindari atau dihindari seminimal mungkin, sehingga dampaknya setidaknya dapat diterima sesuai dengan rencana kami atau dalam kisaran yang dapat diterima, dan tidak akan mengganggu secara signifikan Menentukan tujuan.

13. Jenis risiko perusahaan

Dalam buku “Project worker Danger The board” (Asiyanto, 2009) disebutkan bahwa: ketika semua dikatakan selesai, bahaya bisnis (organisasi) dapat dibagi menjadi dua kelas, khususnya

a. Risiko keuangan (risiko keuangan)

Risiko keuangan dapat dibagi menjadi 4 sub-kategori:

1. Risiko pasar, yaitu risiko kerugian finansial yang disebabkan oleh perubahan nilai aset yang dijual (aset yang dapat diperdagangkan) 2. Risiko piutang usaha (risiko kredit), yaitu risiko kerugian finansial yang

disebabkan kegagalan klaim piutang yang ada.

3. Risiko operasional (Operational risk) adalah risiko kerugian finansial akibat kegagalan perusahaan dalam mengoperasikan.

4. Risiko Reputasi, yaitu risiko kerugian finansial akibat hilangnya peluang usaha yang disebabkan oleh turunnya reputasi perusahaan b. Dari segi risiko non keuangan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

(44)

1. Perspektif mikro, yaitu merupakan risiko yang timbul akibat ketidakjelasan dari faktor internal perusahaan, misalnya: personel, alur, peristiwa, sistem dan teknologi.

2. Dari segi mikro, risiko yang timbul akibat ketidakjelasan suatu keadaan diluar sebuah perusahaan (misalnya pemerintahaan, area perindustrian lokal, area priindustrian internasional, dan lingkungan masyarakat).

14. Peran audit internal dalam proses manajemen risiko

Bagian dari evaluator dalam bahaya, dewan bergeser dari organisasi ke organisasi. Ini karena rumitnya berbagai bahaya. Dengan kerumitan yang berkembang dari bahaya perusahaan interior dewan, tugas tinjauan batin dalam bahaya perusahaan para eksekutif kadang-kadang akan berubah.

(Karmudiandri, 2014))

Sesuai (Karmudiandri, 2014) bagian dari tinjauan interior dalam bahaya yang digabung oleh dewan latihan:

a. Peninjauan batin nol dalam pekerjaannya di zona bahaya utama, untuk mempermudah dewan mengenali bahaya ini.

b. Memeriksa aktivitas bahaya para eksekutif di seluruh asosiasi, c. Beri penegasan untuk membahayakan papan,

d. Tawarkan bantuan dan ambil bagian secara efektif dalam bahaya siklus eksekutif,

e. Penilaian bukti / bahaya yang dapat dikenali sebelumnya dan pelatihan administrasi online dalam bahaya dewan dan kontrol ke dalam,

f. Mengorganisir laporan bahaya kepada kepala, kepala, dewan peninjau dan organisasi yang berbeda.

(45)

29

Penilaian inward inspektur tentang latihan perbankan mengingat kekurangan pengendalian batin, namun juga mengingat ketidakcukupan untuk bahaya kerangka dewan. Inspektur interior adalah alat dari staf manajerial puncak untuk menjamin bahwa semua kantor organisasi memiliki pemahaman yang sama tentang bahaya. (Karmudiandri, 2014).

Pekerjaan tinjauan batin dalam bahaya eksekutif adalah bahaya siklus dewan. Intinya adalah untuk memastikan bahwa bahaya siklus papan bekerja seperti yang diharapkan dan dapat mencapai tujuan dalam asosiasi. Interaksi evaluasi bahaya yang dilakukan dewan direksi dimulai dengan membedakan semua bahaya yang diterapkan oleh para pengurus, kemudian menggunakan teknik review berbasis bahaya dengan memperhatikan bahaya yang mendasar, yaitu secara spesifik serangkaian tahapan yang berisi inovasi dan metodologi pengecekan.

dari bank tertentu. Untuk peluang-peluang yang ada dalam latihan bisnis keuangan, setelah membedakan bahaya-bahaya ini, pertama-tama fokus pada penilaian bahaya dari setiap unit kerja yang diperiksa, kemudian uraikan evaluasi potensi kemalangan dan ukuran kemalangan, yang dituangkan dalam tinjauan tahunan merencanakan dan meninjau rencana keuangan. Kirimkan ke grup penasihat dan staf manajerial puncak untuk mendapatkan dukungan. (Karmudiandri, 2014)

Tinjauan ke dalam mencirikan cakupan tinjauan dari setiap tindakan yang dapat diaudit, pusat tinjauan dan metode tinjauan yang diatur, dan rencana tinjauan. Tinjauan batin akan mengaudit perintah ke dalam atas bahaya yang baru-baru ini dikenali dan mengawasi pergantian kejadian dan penentuan bahaya yang dipilih oleh strategi eksekutif oleh

(46)

dewan. (Karmudiandri, 2014) Terlebih lagi, mengamati pameran dan pemanfaatan bahaya strategi para eksekutif dalam bahaya pengurus yang ada saat ini untuk melihat kelangsungan penggunaan teknik-teknik tersebut. Audit tinjauan ke dalam ini akan mengumpulkan dan menunjukkan setiap penemuan. Apakah ada penyimpangan dari standar dan teknik saat ini, dan apakah hasilnya dicatat atau diarsipkan dengan tepat, pemeriksa interior akan mengatur laporan bahaya kepada direktorat, kepala dan dewan peninjau. (Karmudiandri, 2014)

Pekerjaan tinjauan interior memberikan metodologi sehingga kekuatan batin atas bahaya pengaturan, siklus papan dapat mengurangi bahaya ke tingkat yang memadai. Berbicara secara ekstensif, dalam melaksanakan pekerjaan tinjauan batin, seperti yang ditunjukkan oleh

(Karmudiandri, 2014) sejauh mana inward review dilakukan terhadap bank dan cabangnya

a. Menilai kesesuaian konstruksi kontrol ke dalam untuk memutuskan sejauh mana kerangka tersebut ditetapkan untuk berhasil dan dapat diandalkan untuk sepenuhnya menjamin bahwa target Bank Dunia dapat dicapai secara memadai dan secara moneter;

b. Menilai kelayakan desain kontrol interior untuk memutuskan sejauh mana desain tersebut bekerja dengan benar;

c. Dewan menilai sifat bahaya untuk memutuskan sejauh mana bahaya yang ada telah dikenali dan diawasi secara wajar, sehingga orang pada umumnya dapat yakin bahwa target Bank Dunia dapat menjadi luar biasa dapat dicapai secara terus-menerus;

(47)

31

d. Memperkuat administrasi perusahaan yang hebat melalui ulasan yang kuat

B. Tinjaun Empiris

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No Penelitian Judul Metode Hasil Penelitian 1 Yosua

Hasanambungan Nainggolan (2013)

Pengaruh Keterlibatan auditor internal dalam manajemen risiko perusahaan

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah

metode anova dua arah

Tingginya

keterlibatan auditor internal dalam manajemen risiko perusahaan

berdampak negatif terhadap pelaporan prosedur risiko, sedangkan

karakteristik

hubungan antara auditor internal dengan komite tidak berdampak pada pelaporan prosedur risiko.

Makna penting dari penelitian ini adalah bahwa

(48)

auditor internal tidak perlu terlalu dilibatkan dalam

proses dan

objektivitas

manajemen risiko, walaupun memiliki hubungan yang erat dengan komite audit harus selalu dibuktikan

2 Romual Christo (2012)

Peran audit internal dalam proses manajemen risiko pada Pt. X

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

Peran audit internal dalam proses manajemen risiko perusahaan adalah mengevaluasi pelaksanaan proses manajemen risiko departemen keuangan dan memberikan

jaminan penuh kepada

manajemen untuk memastikan bahwa

Referensi

Dokumen terkait

Dibentuknya Baitul Mal dalam negara adalah karena Baitul Mal mempunyai peranan yang cukup besar sebagai sarana tercapainya tujuan negara serta pemerataan hak dan kesejahteraan kaum

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan remaja putri tentanng vulva hygiene terhadap tindakan pencegahan keputihan di SMK Kansai Pekanbaru tahun

Data paling tinggi saat siswa mengidentifikasi listrik statis, mengidentifikasi sumber arus listrik, dan menampilkan hasil rangkaian listrik.Pada penggunaan rubrik kinerja

Dalam rangka Dies Natalis Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada ke-47, Panitia menyelenggarakan Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik Tahun

menghasilkan kadar air irisan ubi kayu yang rendah, serta suhu dan lama pengeringan akan berpengaruh terhadap laju penguapan air irisan ubi kayu, semakin tinggi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa (1) Pengelolaan modal kerja yang diukur dengan perputaran kas perputaran persediaan pada tahun 2016 2017

Penting pula untuk memisahkan kajian perjalanan dengan kajian       pariwisata karena yang disebut terakhir adalah sesuatu yang lebih institusional, meskipun    

Strategi pengembangan jangka menengah dilakukan dengan periode waktu antara 5-10 tahun. Dalam penentuan strategi pengembangan ini, ada dua alternatif strategi yang