• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep

Upaya adalah usaha untuk mencari jalan keluar,28 yang dimaksud upaya disini adalah upaya yang dilakukan pendamping Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura dalam mengatasi masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Terdapat dua upaya penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni, yaitu upaya penanganan Preventif dan upaya penanganan Kuratif.

1. Upaya Preventif

Upaya preventif dilakukan untuk mengantisipasi agar tindak kekerasan tidak semakin berkembang dan mengorbankan korban kekerasan dalam rumah tangga lainnya. Upaya preventif menurut Pesantern untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni berupa:

28

Departemen pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar Indonisia. (jakarta: Balai pustaka, 1999) h. 1109

XLIII

a. Membongkar akar pandangan budaya dan penafsiran agama yang selama ini menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan terhadap KDRT

Selama ini yang menjadi korban KDRT kebanyakan perempuan dan anak-anak.29 Dalam melakukan upaya pembongkaran akar pandangan budaya dan penafsiran Agama yang selama ini menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan, Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni sedikit mengalami kesulitan, karena tidak mudah untuk merubah suatu pandangan dan penafsiran yang dianggap benar oleh masyarakat, apalagi bagi pelaku KDRT. 30

Salah satu Upaya pembongkaran yang dilakukan Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) adalah melakukan Penelitian terhadap kitab kuning yang bias jender, menerbitkan hasil kajian, kemudian mensosialisasi hasil kajian kitab kuning yang telah dikaji.31 b. Penyadaran kepada masyarakat agar peduli terhadap persoalan

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) masih dianggap aib keluarga bagi sebagian masyarakat yang harus ditutupi, padahal tindakan KDRT sudah jelas-jelas dapat mengakibatkan orang lain

29

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 09 oktober 2008 30

Wawancara peribadi dengan Nyi. Hj. Aqidah Usymuni. Sumenep, 10. Oktober 2008 31

XLIV

celaka, bahkan bagi pelaku KDRT akan dikenakan hukuman jika terbukti bersalah32. Namun tetap saja masyarakat masih saja enggan untuk melaporkan kekerasan yang terjadi dalam keluarganya karena alasan yang sama yaitu aib keluarga. Untuk memberikan pemahaman yang benar, PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni sering kali mengadakan semacam seminar yang mengacu pada penyadaran masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).33

c. Advokasi kebijakan dan peratutan

Upaya advokasi dan peraturan ini dilakukan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang KDRT dengan termasuk pelaku KDRT.

d. Pengorganisasian korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)yang telah sanggup pulih dari kondisinya sebagai korban (survivor)34

Upaya ini dilakukan pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni supaya korban KDRT dapat berbagi pengalaman dengan santri ataupun masyarakat luar dengan harapan dapat meminimalisir terjadinya KDRT.35

32

Hadidjah & Laa. Jamaa, Hukum Islam &Undang- undang anti kekerasan dalam rumah tangga. (Ambon, cipta karya mandiri, 2007)h.

33

Wawancara pribadi dengan syarifah. Sumenep, 11 Oktobber 2008

35

XLV 2. Upaya Kuratif

Upaya kuratif dilakukan pada saat tindak kekerasan terhadap korban terjadi, yang tujuannya menolong korban yang sedang mengalami tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Adapun upaya kuratif yang diberikan Pendamping PUAN diantaranya:

a. Pelayanan kasus bagi korban KDRT

Pelayanan kasus bagi korban Kekerasan dalamRumah Tangga (KDRT) menyangkut penanganan secara fisik, pemulihan secara psikologis, upaya hukum serta pemberdayaan sosial.

1) Penanganan fisik

Pelayanan kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) menyangkut penanganan secara fisik berupa pelayanan yang menyangkut pertolongan pertama secara medis, pengobatan terhadap luka hingga visum.

2) Pemulihan psikologis

Pemulihan secara psikologis yang diberikan pendamping PUAN berkaitan dengan kejiwaan hingga pemulihan mental melalui konseling dan terapi.

3) Upaya hukum

Upaya hukum merupakan usaha formal yang diberikan pendamping PUAN untuk menyelesaikan kasus KDRT dalam jalur pengadilan

XLVI

Pemberdayaan sosial merupakan langkah terakhir pasca trauma, dimana diupayakan korban dapat kembali hidup ditengah-tengah masyarakat dengan martabat kemanusiannya secara utuh. Dengan pelayanan ini dapat diharapkan korban akan dapat memiliki kembali martabatnya yang hilang karena kekerasan yang dialaminnya, sehingga korban dapat beraktivitas untuk pengembangan diri dalam masyarakat.36

b. Penyadaran Terhadap Pelaku

Pelaku juga merupakan sasaran (target group) yang harus ditangani dalam upaya kuratif penghentian KDRT. Penyadaran terhadap pelaku sangat penting sebagai bagian dari setrategi penghentian KDRT. Kesadaran pelaku terhadap gerakan anti KDRT akan sangat signifikan mengurangi kuantitas dan kualitas KDRT. Penyadaran terhadap pelaku bukan hanya bertujuan supaya mereka berhenti dalam melakukan KDRT, tetapi juga melibatkan mereka dalam upaya- upaya penghentian KDRT, meskipun upaya ini sangat berat dilakukan dan seringkali terabaikan kerena konsentrasi yang dibutuhkan untuk menangani KDRT sangat tinggi namun PUAN tetap berusaha untuk melakukan tindakan tersebut dengan cara bersosialisasi dengan masyarakat,37kegiatan yang diberian PUAN diantaranya adalah

36

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 06 oktober 2008 37 Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 09 oktober 2008

XLVII

mengadakan pengajian dipesantren dan luar pesantren yang berkoordinasi dengan para alumni Pesantren Aqidah Usymuni, dan memberi bantuan bagi kaum Dhu’afa dan korban bencana alam38

B. Proses Layanan Penanganan Masalah Kekerasan dalam Keluarga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep

Berikut proses layanan penanganan masalah bagi korban KDRT Di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni

1. Fisik/ medis/ seksual

Penanganan fisik/ medis/ seksual menyangkut pertolongan pertama secara medis, pengobatan terhadap luka hingga visum. penangan bagi korban yang mengalami luka fisik adalah mengantar korban ke rumah sakit, korban harus segera memperoleh layanan medis agar kondisinya tidak semakin parah. Namun jika lokasi rumah sakit cukup jauh dari lokasi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni, maka alternatifnya mengantar kedokter atau poliklinik terdekat.39 Akan tetapi apabila kondisi korban membutuhkan pertolonga tenaga ahli, maka pendamping sedapat mungkin segera mengantarkannya ke rumah sakit rujukan yang sudah menjadi mitra PUAN.40 Sebagai dokumen hasil pemeriksaan, korban berhak

38

Wawancara pribadi dengan siti Nur Aisyiyah. Sumenep, 08 Oktober 2008 39

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 09 oktober 2008 40

XLVIII

mendapatkan Surat Keterangan Medis (SKM), Surat Keterangan Sementara (SKS), atau Visum Et Repertum (VER) dari dokter. SKM adalah hasil pemeriksaan medis yang boleh dimiliki kekuatan hukum. SKS adalah hasil pemeriksaan medis yang diberikan kepada polisi dan bersifat sebagai pengganti VER yang aka diusulkan kemudian untuk kepentingan pengadilan. VER ini memiliki kekuatan hukum.41

Adapun cara mendapatkan pelayanan di rumah sakit adalah berikut prosedur layanannya adalah:

a. Mendaftar dibagian pendaftaran, pada saat datang ke RS, semua pasien- termasuk korban- memiliki kewajiban yang sama, yaitu mendaftarkan diri untuk keperluan administrasi. korban harus segera didaftarkan agar segera mendapatkan penanganan pihak RS

b. Pemeriksaan awal, setelah mendaftarkan diri, korban akan diperiksa oleh dokter untuk mengetahui kondisi fisiknya dan untuk menentukan apakah itu harus dirawat inap atau cukup rawat jalan, bagi korban yang harus menjalani rawat inap, perhatian dan dukungan keluarga, baik moril maupun materiil, sangatlah dibutuhkan demi memperlancar proses penyembuhan 42

41

Adib, Faishol & Muttaqin, farid, Panduan untuk pendamping perempuan korban kekerasan berbasis pesantren, (jakarta; Puan Amal Hayati)

42

XLIX 2. Psikososial dan Spiritual

Pemulihan psikologis berkaitan dengan penenangan kejiwaan hingga pemulihan mental melalui konseling dan terapi. layanan psikososial ini bisa dilakukan oleh pendamping yang telah menguasai prinsip-prinsip serta teknik konseling KDRT. Layanan konseling dilakukan di Pesantren yaitu di dalam ruangan konseling yang telah disiapkan oleh Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) maupun dirumah korban, dimana konselor melakukan home visit atau outreach kepada korban. Layanan psikososial ini merupakan penanganan aspek psikologis dan sosial dari korban, pendekatan yang cukup khas dari layanan ini adalah adanya pendekatan spiritual oleh pendamping yaitu berupa pembacaan ayat- ayat Al- qur’an. Dalam layanan ini PUAN juga menawarkan rumah perlindungan apabila korban membutuhkannya.43

3. Hukum

Upaya hukum adalah usaha formal untuk menyelesaikan kasus KDRT dalam jalur pengadilan, mulai pengaduan kepolisi hingga vonis dan eksekusi hukuman bagi pelaku. Prosedur pelaksanaan upaya hukum yang dimaksud adalah setelah memberikan konseling psikologis awal untuk mengatasi krisis awal psikologis. Untuk melakukan pendampingan hukum,

43

Adib, Faishol & Muttaqin, Farid, Panduan untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan Berbasis Pesantren, (Jakarta; Puan Amal Hayati)

L

konselor melakukan kerjasama atau merujuk korban ke LBH (lembaga bantuan hukum) mitra PUAN.44

4. Sosial Dan Ekonomi

Pemberdayaan sosial adalah langkah terakhir pasca trauma, dimana diupayakan korban KDRT dapat kembali hidup di tengah masyarakat dengan martabat kemanusiaanya secara utuh. Dengan pelayanan ini korban KDRT akan dapat memiliki kembali martabatnya yang hilang karena kekerasan yang dialaminya, sehingga korban dapat kembali beraktivitas untuk pengembangan diri dalam masyarakat, Misalnya ketika diantara korban yang mengalami kesulitan ekonomi pasca kejadian KDRT,45 maka konselor menggali potensi dari korban dan jika memungkinkan memberikan informasi tentang sumber bantuan yang bisa dimanfaatkan oleh korban untuk membantu mengatasi masalah ekonominya.46

5. Penyadaran Terhadap Pelaku

Pelaku juga merupakan sasaran (target group) yang harus ditangani dalam upaya kuratif penghentian KDRT. Penyadaran terhadap pelaku sangat penting sebagai bagian dari setrategi penghentian KDRT. Kesadaran pelaku terhadap gerakan anti KDRT akan sangat signifikan

44

Wawancara Pribadi Dengan Siti Nur Aisyiyah. Sumenep, 09 Oktober 2008 45

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 10 oktober 2008 46

LI

mengurangi kuantitas dan kualitas KDRT. Penyadaran terhadap pelaku bukan hanya bertujuan agar mereka berhenti dalam melakukan KDRT, tetapi juga melibatkan mereka dalam upaya penghentian KDRT, meskipun upaya ini sangat berat dilakukan dan seringkali terabaikan kerena konsentrasi yang dibutuhkan untuk menangani KDRT sangat tinggi, namun PUAN tetap berusaha untuk melakukan tindakan tersebut dengan cara bersosialisasi dengan masyarakat, 47salah satu tindakan yang diberikan PUAN adalah mengadakan pengajian di Pesantren dan luar Pesantren yang berkoordinasi dengan para alumni Pesantren Aqidah Usymuni, memberi bantuan bagi kaum Dhu’afa dan korban bencana alam48

C. Metode atau Teknik Penanganan Masalah KDRT di Puan Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep

Motivasi korban KDRT yang datang ke PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni bermacam-macam, ada yang datang karena disuruh oleh keluarga, temannya dan ada yang datang atas kemauan sendiri. Begitu pula dengan kondisi korban ketika mengadu kepada pendamping, ada yang terluka secara fisik (bagian tubuhnya), ada yang terluka secara psikologis (jiwanya).

47

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 11 tober 2008 48

LII

dan ada pula yang datang ke Pesantren PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni hanya ingin meminta bantuan penyelesaian masalah keluarga secara hukum.49

Berbagai motivasi dan kondisi korban yang berbeda, penanganannya pun harus berbeda pula. 50Penanganan dan pelayanan selanjutnya disebut layanan saja yang diberikan pendamping yang disesuaikan dengan keadaan korban yang bersangkutan, tentunya berdasarkan kebutuhan korban.51

PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni mempunyai dua metode layanan yang diberikan kepada korban kekerasan termasuk korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yaitu: Layanan yang diberikan pendamping kepada korban yang mengadukan kasusnya langsung dan layanan yang diberikan Pendamping kepada korban dengan cara mendatangi Rumah atau tempat tinggal korban.

1. Layanan yang diberikan konselor kepada korban yang datang langsung untuk mengadukan kasusnya. Langsung

Layanan yang diberikan konselor kepada korban yang datang langsung untuk mengadukan kasusnya. Langsung 52Layanan ini sifatnya memang pasif, artinya pendamping hanya memberikan pelayanan kepada korban yang mengadukan kasusnya. Pendamping menunggu dan bersiap diri

49

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 10 tober 2008 50

Wawancara pribadi dengan Siti Aisyiyah Sumenep, 11 oktober 2008 51

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 11 tober 2008 52

LIII

menerima pengadauan korban sekaligus menerima permohonan dampingan sesuai permintaan korban, Dalam menggunakan metode ini korbanlah yang selalu memulai kontak dengan pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni.53

Selain menerima pengaduan secara langsung metode pendampingan juga menerima pengaduan melalui telpon (hotline) ataupun suara menyurat. Cara pengaduan seperti ini biasanya dilakukan oleh korban yang tidak siap membuka jati dirinya atau tidak memiliki waktu yang cukup untuk datang mengadukan kasusnya secara langsung.54

2. Layanan yang diberikan Pendamping kepada korban dengan cara mendatangi Rumah atau tempat tinggal korban.55

Layanan pendampingan ini dilakukan dengan cara mendatangi Rumah atau Tempat tinggal korban, pendampingan ini dilakukan atas dasar informasi yang diperoleh secara benar mengenai kasus kekerasan yang dialami korban.56. Penekanan pada layanan ini sebatas memberikan pemahaman seputar kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menimpa korban.57 Misalnya, bahwa Agama Islam sangat menganjurkan

53

Wawancara pribadi dengan Siti Aisyiyah. Sumeenep, 11 oktober 2008 54

Wawancara pribadi dengan Syarifah, 11 oktober 2008 55

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 10 tober 2008 56

Wawancara pribadidengan Siti Aisyiyah. Sumenep, 11 tober 2008 57

LIV

hubungan kasih sayang dan membenci adanya kekerasan sesama manusia 58

Apabila pendamping merasa kurang mampu dalam melakukan pendampingan, maka pendamping menyerahkan pendampingannya kepada Kyai/Nyai,59karena selama ini Kyai/ Nyai sudah sering mendatangi rumah atau tempat tinggal masyarakat yang sedang mengalami masalah. Baik masalah Agama, ekonomi maupun kesehatan.60 Adakalnya kyai/ Nyai tersebut dapat memberikan solusi yang memang dibutuhkan masyarakat. Namun kadang kala Kyai/ Nyai hanya memberikan saran maupun anjuran berkaitan denga persoalan yang dihadapinya. Meskipun mungkin belum menyelesaikan masalah, namun masyarakat sudah sanagat senang dan puas dengan kedatangan Kyai/ Nyai terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat.61

D. Faktor penunjang dan penghambat upaya penangan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Pesantren unntuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep

Wawancara penulis dengan pendamping Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura. berikut penuturannya: Penulis mengawali pertanyaan dengan menanyakan faktor

58

Wawancara pribadidengan Siti Aisyiyah. Sumenep, 10 Oktober 2008 59

Wawancara pribadi dengan siti Aisyiyah, Sumenep, 10 Oktober 2008 60

Dokumen PUAN Amala Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep 11 Oktober 2008

61

LV

penunjang penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga atau lebih akrabnya disebut dengan masalah KDRT, pendamping Pesantren untuk pemberdayaan Perempuan (PUAN) dengan tegas menjawab bahwa banyak sekali yang mempengaruhi keberhasilan dalam mengatasi masalah KDRT di Pesantren ini, salah satunya adalah karena adanya Kyai/ Nyai selaku tokoh masyarakat sekaligus pendamping utama PUAN Amal Hayati aqidah Usymuni, lembaga hukum,Rumah sakit dan pihak terkait lainya yang selalu siap membantu apabila pendamping mendapatkan kesulitan, dan yang terakhir faktor penunjangnya adalah karena adanya pesantren yang dijadikan transformasi sosial budaya dalam mengatasi problema masyarakat.

Dengan demikian dapat dianalisa bahwa faktor penunjang dalam mengatasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura adalah Sebagai berikut:

1. karena adanya Kyai/ Nyai selaku tokoh masyarakat sekaligus pendamping utama PUAN Amal Hayati aqidah Usymuni

2. lembaga hukum, rumah sakit dan pihak terkait lainnya yang selalu siap membantu apabila pendamping mendapatkan kesulitan

3. adanya pesantren yang dijadikan transformasi sosial budaya dalam mengatasi problema masyarakat.

Untuk mengetahui Faktor Penghambat dari Penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni penulis melakukan

LVI

wawancara kembali dengan sebagian pendamping yang ada di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Aqidah Usymuni Sumenep Madura, berikut percakapan penulis dengan pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni:

“Faktor penunjangnya sudah banyak”, apalagi dengan faktor penghamabatnya! salah satu dari faktor penghambat yang sering kami temukan adalah, pandangan budaya dan penafsiran Agama yang dilihat dari sebelah mata, dalam hal ini PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni masih merasa kesulitan dalam melakukn pembongkaran budaya dan penafsiran Agama yang menjadi dasar pembenaran tindak kekerasan. Contoh budaya yang berkembang dalam masyarakat yang dipengaruhi paham patrikhisme, misalnya dalam keluarga sering kan, dijumpai yang memberi kesempatan kepada laki laki dalam pendidika, Bapak harus didahulukan ketika makan meskipun Ibu lebih membutuhan, pernikahan paksa, pernikahan dini terhadap perempuan. Disamping itu ada lagi penghambat yang sering kami temukan dalam amelakukan pendampingan yaitu sering kali kami ditentang oleh masyarakat yang kurang setuju dengan tindakan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni dalam penanganan masalah KDRT, yang lebih parahnya lagi apabila kami melakukan proses bantuan hukum masih kami temukan kerja sama antara peaku KDRT dengan pejabat pemerintah setempat bahkan kami sering mendapatkan ancaman pembunuhan bila tidak menuruti keinginannya.62

62

LVII

Setelah penulis melakukan wawancara dengan pendamping Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni tentang faktor penghambat dalam melakukan penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), maka untuk penulis dapat menganalisa sebagai berikut:

1. Sulitnya melakukn pembongkaran budaya dan penafsiran Agama yang menjadi dasar pembenaran tindak kekerasan

2. Ancaman pembunuhan dan tentangan masyarakat yang kurang setuju dengan penanganan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni dalam melakukan penanganan masalah KDRT

3. Adanya kerja sama antara pelaku KDRT dengan pejabat pemerintah setempat

LVIII BAB V PENUTUP

A Kesimpulan

Setelah penulis mempelajari dan menganalisa berbagai permasalahan dalam skripsi yang berjudul “Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pembedayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura”, akhirnya penulis sampai pada tahap terakhir yaitu kesimpulan.

1. Terdapat dua upaya dalam mengatasi masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni yaitu upaya penanganan Preventif dan upaya penanganan Kuratif

Upaya Penanganan Prefentif meerupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi supaya tindak kekerasan tidak semakin berkembang dan mengorbankan korban kekerasan dalam rumah tangga lainnya. Sedangkan Upaya penanganan kuratif merupakan upaya penangana yang dilakukan dengan cara Membongkar akar pandangan budaya dan penafsiran agama yang selama ini menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan terhadap KDRT, Penyadaran kepada masyarakat agar peduli terhadap persoalan KDRT, Advokasi kebijakan dan peratutan, Pengorganisasian korban KDRT yang telah sanggup pulih

LIX

dari kondisinya sebagai korban (survivor). Dalam upaya Kuratif ini terdapat 2 cara dalam merealisasika layanannya yaitu:

1) Pelayanan kasus bagi korban KDRT

Pelayanan ini menyangkut penanganan secara fisik, pemulihan secara psikologis, upaya hukum serta pemberdayaan sosial.

2) Penyadaran Terhadap Pelaku

2. Peroses Layanan penanganan masalah Kekerasaan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni adalah meliputi Pelayanan secara Fisik/ Medis/ Seksual, Psikososial dan Spiritual, Hukum, Sosial dan Ekonomi

3. PUAN Amal Hayati aqidah usymuni mempunyai dua metode yaitu Layanan yang diberikan pendamping kepada korban yang mengadukan kasusnya langsung dan layanan yang diberikan pendamping kepada korban dengan cara mendatangi Rumah atau tempat tinggal korban atas dasar informasi yang diperoleh secara benar mengenai kasus kekerasan yang dialami korban.

4. Faktor penunjang dan penghambat penanganan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di pesantren untuk permberdayaan perempuan (PUAN) Aqidah usymuni sumenep madura

LX

a. Faktor penunjang upaya penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah

1) Adanya Pesanten yang dijadikan transformasi sosial budaya dalam mengatasi problema masyarakat

2) Adanya pihak terkait yang siaga membantu menguatkan kapacty buldig Pesantren dengan berbagai pelayanan seperti Kyai/ Nyai, kepolisian, RS, Komnas Ham, dan Lembaga-lembaga lainnya yang menjadi mitra PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni

3) Adanya ruang konseling dan shalter yang diintegrasikan dengan fasilitas pesantren

b. Faktor penghambat upaya Penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah

1) Sulitnya membongkar akar pandangan budaya dan penafsiran agama yang menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan,

2) Adanya tentangan dari sebagian masyarakat yang kurang setuju dengan layanan yang PUAN berikan,

3) Adanya kerja sama antara pelaku KDRT dengan pejabat pemerintah setempat

LXI B Saran

1. PUAN aqidah usymuni dalam menjalankan tugasnya sangat mulia sekali dan sangat baik dalam meminimalisir terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga ( KDRT), untuk itu penulis berharap kepada Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) untuk selalu bersabar dan jangan pernah menyerah dalam membantu orang- orang yang membutuhkan, apapun bentuknya bantuan itu!

2. Keluarga merupakan tatanan keluarga yang harus dilindungi oleh semua orang, untuk itu penulis mengharap bantuan kepada semua aparat pemerintahan yang terkait untuk selalu memperhatikan orang- orang yang tertindas, terutama korban KDRT

3. “Kepada masyarakat” apabila dalam kelurga yang telah dibina merasa telah terjadi Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), baik Kekerasan dalam Rumah Tangga itu yang bersifat fisik, psikis dan penelentaran keluarga, jangan pernah takut untuk berkonsultasi dengan lembaga yang melayani konsultasi Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), jika perlu melaporlah kepada aparat yang bertanggung jawab terhadap kasus yang sedang dialaminya

LXII

4. “Kepada Pesanten untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Aqidah Usymuni” demi terlaksananya Penanganan masalah dengan baik, alangkah

Dokumen terkait