• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Penangamnan masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Di Pesantren Untuk Pemberdayaan Perempuan (Puan) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Penangamnan masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Di Pesantren Untuk Pemberdayaan Perempuan (Puan) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

I

PENGESAHAN PANITIAN UJIAN

Skripsi berjudul Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren Untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura telah diujikan dalam sidang munagasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 februari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana sosial Islam ( S. Sos. I ) pada studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 16 April 2009

Sidang Munagasah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Murodi, MA Wati Nilam Sari, M. Si.

NIP: 150254102 NIP: 150293223

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. M. luthfi, MA. Nasichah, MA

NIP: 150268782 NIP: 150276298

Pembimbig

(2)

II

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 April 2009

(3)

III ABSTRAK Siti Yaumah

Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga di Pessantren Untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura

KDRT adalah suatu pola pelaksanaan kehendak atas seseorang terhadap pasangannya yang menggunakan serangan atau ancaman, termasuk penyiksaan secara fisik, mental, seksual, bisa juga termasuk penguasaan secara ekonomi. Yang dimaksud kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. sedangkan kekerasan mental adalah perbuatan yang menyebabkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak percaya, dan penderitaan psikis berat pada seseorang. Adapun kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual dengan cara yang tidak wajar, tidak disukai, untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu sedangka yang dimaksud penguasaan ekomi adalah menelantarkan hak ekonomi seseorang sehingga korban merasa tertekan dalam mengelola haaknya

KDRT dengan berbagai bentuk, karakteristik dan sebabnya menimbulkan dampak buruk bagi korbannya.Untuk itu diperlukan penanganan yang sangat serius dalam mengatasi masalalah KDRT.

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui bagaimana upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni..

Adapun jenis penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan Deskriptif. Pada penelitian ini penulis bermaksud mengungkap fakta-fakta yang tampak di lapangan dan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh tentang upaya Penanganan masalah dalam mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), dalam hal ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan para Pendamping dan korban KDRT, melalui wawancara serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan upaya Penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN)

(4)

IV

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan rahmat dan nikmatNya kepada hambaNya, Shalawat beserta salam penulis haturkan kepada kekakasih Allah, tauladan kita semua yaitu NAbi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah mengabdikan jiwa dan raganya untuk menegakkan Agama Allah yaitu Islam.

Ketika rasa putus asa dan keraguan datang distulah manusia membutuhkan dukungan dan masukan dari orang lain, itulah rasa yang dirasakan penulis ketika menulis skripsi ini. Bersama dengan rahmat Allah, orang- orang terbaik telah dikirim kepada penulis untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Alhamdulillah berkat masukan dan saran dari orang tua, dosen, keluarga dan teman- teman sekalian skripsi yang berjudul ” Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan

Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura ”dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan trimakasih kepada:

(5)

V

2. Bapak Drs. M. Luthfi, MA, sebagai Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Ibu Nasichah, MA, sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluh Islam, dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis hingga mampu menyelesaikan tugas akhir di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

3. Ibu Dra. Elidar Husein. MA. Selaku dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluh Islam merangkap pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada penulis dengan baik serta sabar selama penulisan skripsi. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya di Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan selama perkuliahan dapat bermanfaat.

5. Pimpinan beserta seluruh staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ayahanda Buchar Ismail dan Ibunda Aam sahama yang telah bersusah payah

menyekolahkan penulis hingga lulus kuliah demi tercapainya cita-cita.

7. Seluruh keluarga (Om hasan, Om saleh, Om Salim, Om Ma’at Alfarisi, Om Mas’ud, Mi Top, Emba Maryam dan Almarhum Emba Ma’ina dan ade tercinta yaitu (Nuha, Izah, Jamilah, Fathim dan Diedick) yang selalu memberikan masukan serta setia menemani dan menghibur disaat penulis jenuh. Begitupula keluarg lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang setiap saat selalu mendukung dan mendoakan penulis

(6)

VI

Madura yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, berkat keterangan-keteraangan yang yang diberikan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini 9. Teman dekat (Cndy, Cun, may, Indri, dan mak Apa) serta teman yang lainnya

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang setiap saat menemani penulis ketika membutuhkan bantuannya, penulis hanya bisa mendoakan semuga Allah membalas kebaikan kalian.

10.Teman BPI angkatan 2004-2005 yang telah membantu dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi.

Tanpa bantuan dari Orangtua, Guru, Keluarga, dan Teman sekalian, penulis tidak mungkin bisa menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari bahwa hasil skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhirtnya penulis berharap, semuga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan literatur untuk khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 16 April 2009

Penulis

(7)

VII DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ………...………..………... I KATA PENGANTAR ………..………... II DAFTAR ISI …………..……….………..…..…………... V

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah .………... 1 B Pembatasan dan Perumusan Masalah .…... 6 C Tujuan dan Manfaat Penelitian ………….…….…..……...… 6 D Metode Penelitian ……….…... 7 E Sistematika Penulisan ...……….………..… 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A Pengertian dan Bentuk KDRT ...………..………..…… 12

B Penyebab KDRT………. 20

C Dampak KDRT ………...…. 23

BAB III GAMBARAN UMUM PUAN AMAL HAYATI AQIDAH USYMUNI SUMENEP MADURA

A Sejarah Berdirinya PUAN (Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan) Amal Hayati Aqidah Usymuni ...………….… 24 B Visi dan Misi PUAN (Pesantren untuk Pemberdayaan

Perempuan) Amal Hayati Aqidah Usymuni …………....…. 26 C Struktur Kepengurusaan dan Program Kerja PUAN (Pesantren

(8)

VIII

D Lembaga yang ada di PUAN (Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura ………. 31

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Puan Amal Hayati Aqidah Usymuni …………... 32 B. Layanan Proses Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni ... 37 C. Metode atau Teknik Penanganan Masalah Kekerasan dalam

Rumah Tangga (KDRT) di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep ………... 41 D. Faktor Penunjang dan Penghambat Penanganan Masalah

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Semenep …………..………... 44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……...……….……...……… 48

B. Saran ……….. 50

(9)

IX 1 BAB I PENDAHULUAN

A Latar belakang masalah

Rumah tangga atau keluarga yang bahagia dan sejahtera yang disebut juga keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang dan tentram, rukun dan damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan mesra dan harmonis diantara semua anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Dalam surat Ar- Rum Ayat 21 Allah Berfirman sebagai berikut:

! " #$  &'

( )*,  . / 0 1&2 34 56 7 8

!9 , : ,;<2 *< = > ? @ < 34

A3B C  D EF G HI * 4 /

JK L MNOPQ

Artinya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Qr. Ar- Rum Ayat 21)

(10)

X

peranan itu pelestarian berbagai lembaga dan nilai budaya pun akan dapat tercapai dalam masyarakat bersangkutan. Dapat diibaratkan bahwa keluarga adalah jembatan yang menghubungkan individu yang berkembang dengan keidupan sosial dimana ia sebagai orang dewasa kelak harus melakukan peranannya1

Namun dewasa ini, nampaknya masalah kehidupan perkawinan dan keluarga dimasyarakat kita, teruatama didaerah perkotaan telah berkembang sedemikian rupa dengan aneka tantangan dan problemanya yang kian kompleks, hal itu berkembang seiring dengan perkembangan dan perubahan dalam berbagai sektor kehidupan yang terjadi dimasyarakat pada masa ini. Salah satu problematikanya yang semakin memanas adalah kekerasan dalam rumah tangga.

Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, sepanjang tahun 2008, naik 100 persen menjadi 50.000 kasus. Pada tahun 2007, KDRT tercatat hanya berjumlah 25.000 kasus. Kasus terbanyak, sekitar 70 persen, dilaporkan oleh Pengadilan Agama. Sebagian besar kasus perceraian disebabkan oleh alasan ekonomi.2 Sedangkan jumlah kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang masuk ke LBH APIK Jakarta berjumlah 325 kasus. Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga ini bila diklasifikasikan meliputi: 65 kasus korban kekerasan fisik dan psikis; 61 kasus

1

T.O. Ihromi Bunga Rampai Sosiologi, Cet -1 (Jakarta; Yayasan Obor Indonesia 1999),

h. 284 2

Arimbi Heroepoetri,“KDRT Meningkat” Diakses pada 19 Maret 2009 dari

(11)

XI

korban kekerasan fisik, psikis, dan ekonomi; 107 kasus korban kekerasan psikis; 35 kasus korban kekerasan psikis dan ekonomi; 6 kasus korban kekerasan fisik dan ekonomi; 2 kasus korban kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan seksual; 28 kasus korban kekerasan ekonomi; 1 kasus kekerasan ekonomi dan seksual; 1 kasus korban kekerasan fisik, psikis dan seksual; 16 kasus korban kekerasan fisik serta 2 kasus korban kekerasan psikis dan seksual. 3

Hadirnya Undang-undang tentang penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) ditengah masyarakat Indonesia yang akan memberikan landasan hukum untuk penghapusan dan pencegahan tindak kekerasan dalam rumah tangga. disamping perlindungan korban, serta penindakan terhadap pelaku dengan upaya tetap menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga. sehubungan dengan itu diharapkan pula kiranya seluruh masyarakat dan para aparat penegak hukum dapat memahami, menghayati, dan menerapkan isi makna Undang- Undang tentang pengahapusan kekerasan dalam rumah tangga. 4

Belakangan ini perjuangan pengahapusan kekerasan dalam rumah tangga nyaring disuarakan organisasi- organisasi kemanusiaan, baik LSM maupun gerakan komunitas. Bahkan ditingkat internasional hal tersebut telah dibakukan dalam sebuah konvensi, Ironisnya meskipun perangkat hukum

3

Lembaga Hukum, “Pemiskinan Perempuan dan Upaya Setengah Hati Negara dalam

Menegakkan Hak Asasi Perempuan”, Diakses pada 19 Maret 2009 dari

http://www.lbh-apik.or.id/catahu%202006.htm.

4 Kementrian Pemberdayaan Perempuan, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Jakarta;Republik

(12)

XII

sudah disahkan oleh Negara, tetapi mengapa kasus kekerasan dalam rumah tangga masih saja terjadi dimasyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam masyarakat memerlukan perekat agar hubungan tersebut terjadi dengan baik antar sesama individu didalam masyarakat maka peranan setia kawan (solidaritas sosial), cinta mencintai sesamanya sangat dibutuhkan.

Nabi Muhammad Bersabda:

“ perumpamaan masyarakat muknin itu dalam cinta mencintai dan kasih mesra antar sesamanya adalah laksana sebatang tubuh (organisme) apabila sebagian merintih kesakitan maka semua bagian tubuhnya (masyarakat) serentak mengadakan reaksi dengan sikap tak bisa tidur dengan merasa panas, masyarakat mukmin terhadap individu mukmin adalah laksana bangunan yang satu menguatkan yang lain (Hadist sahih R. Syaikhona)”5

Demi terpeliharanya dan teraturnya urusan manusia, secara islami, dengan pelaksanaan yang optimal, hingga setiap individu masayarakat benar- benar menjadi bagian tak terpisahkan dari umat, maka islam, tidaklah semata- mata menyandarkan hal itu atas hukum- hukum yang diterapkan oleh Negara. Tetapi islam dan hukum- hukumnya, telah menentukan bahwa pemeliharaan urusan- urusan orang muslim adalah tanggung jawab individu muslim lainnya. seorang muslim melakukan aktivitas pemeliharaan urusan itu berdasarkan pandanganya adalah bahwa muslim yang lain adalah saudaranya. Itulah yang diterapkan oleh islam. Juga ia jalankan semua itu dengan “doronga ruhiyah” (berdasarjan pada aqidah islam).

(13)

XIII

Adapun kaum muslimin adalah orang-orang yang menjalani kehidupan bersama antar mereka sesuai dengan apa yang diperintah islam. mereka saling tolong menolong, saling mengasihi, dan saling menjaga hubungan, satu sama lain.6

Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang tetap konsisten dalam tugas membntu menyambung mata rantai khazanah ilmu dan budaya keislaman. Pesantren juga dikenal dan diakui sebagai media transformasi sosial dan budaya keislaman, utamanya dalam mengatasi problema masyarakat dari berbagai aspek kehidupan.

PUAN adalah singkatan dari pesantren untuk pemberdayaan perempuan, Amal Hayati mengandung makna harapan hidupku. Sedangkan Aqidah Usymuni merupakan nama dari Eksekutif Derektur, Dengan demikian tugas yang diemban Puan Amal Hayati adalah memberdayakan kaum perempuan melalui pesantren untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang.

Maka selanjutnya berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk menulis sebuah karya ilmiah dan menuangkannya kedalam sebuah sekripsi yang penulis beri judul:

” Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura ”

6

Abdul Aziz Al Badri, Hidup Sejahtera Dalam Naungan Islam, Cet 1, ( Jakarta: Gema

(14)

XIV B Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah skripsi ini penulis akan membatasi masalah pada bahasan dengan “ Upaya penanganan Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren Untuk Pemberdayaan Peempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni ”

2. Perumusan Masalah

Supaya pembatasan masalah dalam skripsi ini lebih fokus dan terarah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

b. Bagaimana Metode/ Teknik Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

c. Bagaimana Proses Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

d. Faktor Apa yang Menjadi Pendukung dan Penghambat dalam Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

(15)

XV

b. Untuk Mengetahui metode/ teknik penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

c. Untuk Mengetahui peroses Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

d. Untuk Mengetahui Faktor yang Menjadi Pendukung dan Penghambat dalam Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) 2. Manfaat Penelitian

a. Dapat Memperkaya Teori Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

b. Sebagai Kontribusi bagi Lembaga Sosial pada Umumnya dan Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Khususnya

c. Dapat menambah Wawasan bagi Masyarakat Umumnya dan Penulis Khususnya dalam Melakukan Konseling

d. Menjadi Inspirasi bagi Mayarakat dalam Mengarungi Hidup

D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

(16)

XVI

ada. Dengan kata lain, penelitan deskriptif bertujuan memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variabel yang diteliti, variabel ini tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti.7

Penelitian kualitataif menurut Bogdan dan Tailor sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.8 Penelitian kualitatif menurut Sugiyono adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksprimen ) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumplan data dilakuakan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.9

Adapun cara memperoleh data yang sesuai dengan tema penelitian penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara dan pedoman wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Maksudnya adalah orang yang diwawancarai

7

Mardalis, Metode Penelitoian Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) 8

Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandug: PT Remaja Rosda Karya, 2000), h. 3

9

(17)

XVII

itu mengemukakan isi hatinya, pandangannya, pendapatnya sedemikian rupa sehinggga pewawancara dapat lebih mengenalnnya.10 b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai variabel berupa, catatan, surat kabar, majalah, notulen, rapat, agenda dan sebagainya.

2. Penetapan lokasi

Penelitian ini dilakukan di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni yang berlokasikan di Jl. K.H Zainal Arifin No. 1-9 Pandian Sumenep 69414 Madura Jawa Timur.

Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasari oleh pertimbangan pertimbangan sebagai berikut:

a. Merupakan rujukan dari PUAN Amal Hayati Pusat yang berlokasi di Jiganjur Depok Jawa barat.

b. Minimnya pemerhati lembaga seperti lembaga PUAN Amal Hayati c. PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni melakukan pemberdayaan

perempuan dengan basis Pesantren

3. Subyek dan Obyek Penelitian

Adapun subyek Penelitian Adalah Pendamping korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), Kemudian obyeknya adalah Upaya Penanganan masalah KDRT.

10

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif; Aktualisasi Metodelogis Kearah Ragam

(18)

XVIII 4. Sumber Data

Sumber data Ialah Unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data kongkrit. Dan yang dapat memberikan informsi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam hal ini penulis menghimpunnya dari korban KDRT, pendamping korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terdiri dari 2 pendamping yaitu Eksekutif Derektur, Sekretaris Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) serta korba Kekerasan dalam Rmah Tangga (KDRT)

5. Teknik Penulisan

Mengenai teknik penulisan skripsi, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan skipsi, tesis dan disertasi, yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Selain itu penulis menggunakan buku- buku yang berhubungan dengan metode penelitian dan kamus besar bahasan Indonesia

E. Sistematika Penulisan

Untuk mencapai pembahasan sekripsi yang sistematis penulisannya dibagi kedalam V bab yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistim penulisannya adalah sebagai berikut:

(19)

XIX

Tujuan Dan Manfaat Peneltian, dan Metodelogi Penelitian.

BAB II : Landasan Teoritis Yang Mempunyai Sub Bagian Sebagai Berikut; Pengertian dan Bentuk KDRT, Penyebab KDRT, Dampak KDRT,

BAB III : Gambaran Umum PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura Terdiri Dari: Sejerah Berdirinya PUAN Amal Hayati Aqiadah Usymuni, Visi dan Misi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni, Struktur dan Program Kerja Kepengurusan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni dan Lembaga yang bersama PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni

(20)

XX

Islam dalam Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep, Faktor Penunjang dan Penghambat Faktor Penunjang dan Penghambat Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Semenep

BAB : Merupakan Bab Penutup Yang Berisikan Tentang Kesimpulan Penelitian dan Saran.

(21)

XXI BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian dan Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) 1. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

Definisi kekerasan secara etimologi sangat beragam. Pada umumnya, tindak kekerasan dan penggunaannya, dikaitkan dengan tindakan dan bermotivasi individual, walaupun banyak tindak kekerasan dilakukan oleh individu atas nama orang lain. Denan demikian, suatu tindakan baru dapat dikategorikan sebagai kekerasan, jika tindakan itu membahayakan keselamatan orang lain (korban).”11

KDRT Adalah suatu pola pelaksanaan kehendak atas seseorang terhadap pasangannya yang menggunakan serangan dan ancaman, termasuk penyiksaan secara fisik, mental, seksual, bisa juga termasuk penguasaan secara ekonomi.12

Dari pemetaan yang dilakukan oleh komnas perempuan, diketahui bahwa pengalaman kekerasan dalam rumah tangga sangat massif penyebarannya dan mengambil bentuk yang beragam.

2. Bentuk KDRT

11

Hadidjah dan La Jamaa, Hukum Islam & Undang- Undang Anti Kekerasan Dalam

Rumah Tangga (Ambon, Cipta Karya Mandiri, 2007), Cet-1- Hal, 37

12

Nina Yusuf & Kawan- Kawan, Buku Panduan Tentang Kekerasan dalam Rumah

Tangga, (Jakarta, LKP2, 2003) hal, 8

(22)

XXII

Beberapa bentuk kekerasan dalam rumah tangga secara yuridis telah ditetapkan dalam undang- undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan Kekerasan Dalam Runah Tangga (KDRT).dalam pasal 5 disebutkan, bahwa:

“ Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara: a. kekerasan Fisik, b. kekerasan psikis, c. kekerasan seksual atau d. penelentaran rumah tangga ”.13

a. Kekerasan fisik

Pasal 5 undang- undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, menyebutkan bahwa:

“Bentuk- bentuk kekerasan dalam rumah tangga mencakup kekerasan fisik, kekerasan psikis atau psikologis, kekerasan seksual dan penelentaran rumah tangga atau kekerasan ekonomi ”.

i) Karakteristik bentuk kekerasan fisik dalam rumah tangga, sebagai berikut:

Dalam pasal 6 undang- undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga tentang karakteristik bentuk kekerasan fisik dalam rumah tangga, bahwa:

“ Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat ”

13

Republik Indonesia, undang- undang R.I. Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan

(23)

XXIII

Lembaga Bantuan Hukun (LBH) Apik Jakarta menjabarkan lebih luas tentang karakteristik kekerasan fisik yaitu:

a) Kekerasan fisik berat

Yang termasuk kekerasan fisik berat adalah penganiayaan berat seperti menendang, memukul, menyundut, melakukan percobaan pembunuhan atau pembunuhan dan semua perbuatan lain yag dapat mengakibatkan; (a) cedera berat (b) tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari (c) pingsan (d) luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau yang menimbulkan bahaya mati (e) kehilangan salah satu panca indera (f) mendapat cacat (g) menderita skit lumpuh (h) terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih (i) gugurnya atau matinya kandungan seseorang perempuan dan (j) kematian korban

b) Kekerasan fisik ringan

(24)

XXIV

c) Melakukan repitisi kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan kedalam jenis kekersan berat.14

Dalam Undang- Undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga pasal 7, Menyebutkan bahwa:

“Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan penderitaan psikis berat pada seseorang ”.15

b. Kekerasan Psikis

Adapun bentuk kekerasan psikis dalam rumah tangga dapat diklasifikasikan dalam dua macam yaitu: kekersan psikis berat dan kekerasan psikis ringan

1) Karakteristik bentuk dari kekerasan psikis adalah a) kekersan psikis berat

(1)Tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi, kesewenangan. perendahan dan penghinaan dalam bentuk pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial, tindakan ucapan yang merendahkan atau menghina

(2)Ancaman kekerasan fisik, seksual, ekonomi yang masing- masing mengakibatkan penderitaan psikis berat misalnya: mengkibatkan gangguan tidur atau gangguan makan,

14

Hadidjah dan La Jamaa, hukum islam & undang- Undang Anti kekerasan dalam rumah

tangga (Ambon, Cipta karya mandiri, 2007), cet- 1- hal. 37

15

Republik Indonesia, undang- undang R.I. Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan

(25)

XXV

ketergantungan obat, disfungsi seksual, setres, pasca trauma, gangguan fungsi tubuh, (seperti tiba- tiba lumpuh, atau buta tanpa indikasi medis), depresi, gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti skizofrenia, dan atau bentuk psikotik lainnya, bunuh diri.

b) Kekerasan psikis ringan

Sedangkan yang termasuk dalam bentuk kekerasan psikis ringan berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi, kesewenangan, perendahan, dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina; penguntitan; ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis yang masing- msingnya mengakibatkan penderitaan psikis ringan, berupa:

(1)Ketakutan dan perasaan terteror (2)Rasa tidak berdaya

(3)Hilanganya rasa percaya diri

(4)Hilangnya kemampuan untuk bertindak

(5)Gangguan tidur atau gangguan makan dan disfungsi seksual (6)Ganguan fungsi tubuh ringan (seperti: sakit kepala, gangguan

(26)

XXVI

Pembuktian kekerasan psikis harus didasarkan pada dua aspek secara terintegrasi yaitu: tindakan yang diambil pelaku, implikasi psikologis yang dialami korban. diperlukan keterangan psikologis atau psikiatris yang tidak menyatakan kondisi psikologis korban tetapi juga uraian penyebabnya.16

c. Kekerasan Seksual

Sesuai dengan undang- undang penghapusan KDRT, kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual dengan cara yang tidak wajar, tidak disukai, untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu.

1) Karakteristik kekerasan seksual dalam rumah tangga Seperti yang dijelaskan dalam pasal 5 huruf c meliputi:

a) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga

b) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu.

Dari segi tingkatannya, bentuk kekerasan seksual terbagi menjadi tiga bagian yaitu;

1) kekerasan seksual berat

16

Republik Indonesia, undang- undang R.I. Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan

(27)

XXVII

a) Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbibuatan lain yang menimbulkan rasa muak tau jijik, terteror, terhina dan merasa dikemdalikan

b) Pemaksaaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan atau menyakitkan

c) Pemaksaan hubungan dengan orang lain untuk tujuan pelacuran atau tujuan tertentu

d) Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi; dan (e) tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan bantuan atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka atau cidera.

2) kekerasan seksual ringan

(28)

XXVIII

3) Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan kedalam kekerasan seksual berat. 17

d. Penelantaran Rumah Tangga atau Kekerasan Ekonomi

Kekerasan Ekonomi adalah tindakan- tindakan dimana akses korban secara ekonomi dihalangi dengan cara korban tidak boleh bekerja tetapi ditelantarkan, kekayaan korban dimanfaatkan tanpa idzin korban, atau korban dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan materi.

Karakteristik kekerasan Ekonomi (penelelantaran rumah tangga) dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 9, bahwa:

Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang- orang tersebut;

Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantunan ekonimi dengan cara membatasi dan/ atau melarang untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut.18 Kekerasan ekonomi dalam pasal tersebut dirinci oleh LBH APIK Jakarta, antara lain tidak diberi nafkah, diberi nafkah tetapi terbatas/ kurang, tidak boleh bekerja, harta bersama tidak dibagi, eksploitasi kerja, sampai istri tidak dipercaya memegang uang19

17

Republik Indonesia, Undang- undang R.I. Nomor 23Ttahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (Jakarta; 2004), h. 56

18

Ibid, hal- 56

19

(29)

XXIX

B. Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

Menurut Aina Rumiyati Aziz, beberapa faktor pencetus terjadinya kekerasan dalam keluarga adalah sebagai berikut:20

1. Pandangan Budaya dan Paham Patriarkhisme

Setiap masyarakat memiliki bentuk budaya sendiri- sendiri yang mungkin berada satu sama lainnya. Budaya masyarakat jawa berbeda dengan budaya masyarakat minang,. Budaya masyarakat yang tinggal di pesisir berbeda dengan budaya masyarakat dipedalaman, dan seterusnya.Yang menjadi tanda tanya adalah budaya apakah yang menjadi sebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga?

Bentuk budaya yang menjadi penyebab kekerasan dalam rumah tangga adalah budaya yang bersumber pada paham patriarkhisme. Patriarkhisme adalah paham atau edeologi yang didasarkan pada nilai yang berkembang di lingkungan kaum bapak.

Paham patriarkhisme ini mempengaruhi pandangan masyarakat dalam membangun dan menganut budayanya. Oleh karena itu, meskipun bentuknya berbeda, Namun budaya yang ada di dalam masyarakat terebut tampak lebih mengunggulkan kaum lelaki, untuk menentukan keputusan dalam berbagai setruktur sosial; rumah tangga, masyarakat maupun tempat kerja.

20

Hadidjah & Laa Jamaa, Hukum Islam &Undang- UndangAanti Kekerasan dalam

(30)

XXX 2. Pandangan Agama Bias Gender

Bagaimana mungkin agama yang mempunyai ajaran agung menjadi sebab terjadinya kekerasan dalam rumah tagga.

Nabi sebagai utusan Allah mempunyai misi menegakkan keadilan dan menjunjung tinggi kemanusiaan. Namun demikian, kekerasan terhadap perempuan muncul karena adanya pemikiran dan pandangan yang bersumber pada penafsiran- penafsiran ajaran agama yang tidak adil.

Pandangan yang tidak adil terhadap perempuan akan selalu menjadikan ajaran agama, baik yang bersumber dari Al- Qur’an maupun hadist Nabi SAW, sebagai legitimasi tindakan kekerasan terhadap perempuan,. Misalnya, dalam menafsirkan Qs. An- Nisa’(4) yang berbunyi, “Ar- Rijalu qawwamuna ‘ala an- Nisa’”. Malalui ayat ini, pandangan tersebut membuat aturan bahwa hanya laki-laki yang berwenang menjadi pemimpin, dan sebagai, jika pandangan yang digunakan lebih adil, maka ayat tersebut tidak akan ditafsirkan secara absolut bahwa kepemimpinan selalu didasarkan pada jenis kelamin sesuai bunyi teks- akan lebih adil jika kepemimpinan didasarkan pada kualitas dan kredibilitas sehingga lelaki dan perempuan, asal memenuhi syarat kualitatif, baik dari segi moral maupun kecakapan, dapat menjadi pemimpin.

3. Peniruan anak laki- laki

(31)

XXXI

Menurut Surjadi dan Handayan, beberapa faktor pencetus terjadinya KDRT adalah sebagai berikut:

1) Faktor masyarakat a) Kemiskinan

b) Urbanisasi yang terjadi disertai kesenjangan pendapatan diantara penduduk kota

c) Masyarakat keluarga ketergantungan obat

d) Lingkungan dengan frekuensi kekerasan dan kriminalitas tinggi.

2) Faktor keluargaan

a) Adanya keluarga sakit yang membutuhkan bantuan terus menerus seperti anak dengan kelainan mental

b) Kehidupan keluarga yang kacau saling mencinta dan mengahargai, serta tidak menghargai peran wanita

c) Kurang ada keagraban dan hubungan jaringan sosial pada keluarga, 40 Sifat kehidupan keluarga inti bukan keluarga luas.

3) Faktor individu

a) Wanita yang single, Bercerai atau ingin bercerai b) Berumur 17- 28 Tahun

c) Ketergantungan obat atau alcohol atau riwayat ketergantungan kedua zat itu

d) Sedang hamil dan

(32)

XXXII

C. Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan dalam rumah tangga dengan berbagai bentuk, karakteristik dan sebabnya itu ternyata menimbulkan dampak yaitu:

1) Pada korban

a) Penderitaan fisik (luka pada tubuh atau anggota badan

b) Penderitan psikologis (rasa bersalah, kehilangan, kepercayaan, setres, depresi, trauma dan gila)

c) Penderitaaan seksual (kerusakan ogan seksual dan organ reproduksi, gangguan pada hubungan seksual/ firgiditas, gangguan menstruasi, terjangkit penyakit menular seksual)

d) penderiataan ekonomi (terlantar secara ekonomi, kemiskinan) e) Kematian

2) Pada perkembangan anak

Dalam kekerasan dalam rumah tangga, anak laki- laki yang terbiasa melihat ayahnya melakukan kekerasan terhadap Ibunya akan mengaggap kekersan terhadap istri adalah hal yang yang wajar dan biasa,. Sedangkan anak perempuan lebih sering takut pada figur Ayahnya, benci pada laki- laki atau trauma pada lembaga perkawinan.

3) Bagi masyarakat

(33)

XXXIII

adalah membudayanya dan terlembagakannya kekerasan dalam masyarakat.21

21

Adib Faishol & Farid Muttaqin,, Panduan untuk Pendamping Perempuan Korban

(34)
[image:34.612.113.507.98.544.2]

XXXIV BAB III

GAMBARAN UMUM PUAN AMAL HAYATI AQIDAH USYMUNI SUMENEP MADURA

A. Sejarah Berdirinya PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni

Kepedulian dan keprihatinan Ny. Hj, Aqidah Uymuni terhadap nasip perempuan di Madura tidak terbatas pada masalah pendidikan saja, tetapi juga pada masalah- masalah yang berkaitan dengan kehidupan berumah tangga. Ny. Hj. Aqidah Usymuni menyaksikanbetapa banyak istri yang tertindas dan tidak mendapatkan pelakuan adil dari para suami, tetapi meraka tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa- apa. Ini disebabkan karena kuatnya pengaruh budaya patriarki serta pemahaman agama yang bias jender di Sumenep.

Kasus kekerasan terhadap keluarga dianggap sebagai hal yang biasa, bahkan harus ditutupi, karena itu merupakan rahasia keluarga, yang orang luar tidak boleh tau.sementara itu disumenep belum ada lembaga yang menangani kasus- kasus seperti ini secara serius.

Hal tersebut menimbulkan dampak sangat buruk bagi kehidupan perempuan, termasuk maraknya kasus perkawinan usia dini, pendidikan yang rendah, partisipasi perempuan minim disemua ini. Akses perempuan terbatas dan potensi perempuan dinafikan.

Terdorong oleh rasa gemas dan “geregetan” terhadap kondisi ini, Ny. Hj. Aqidah Usymuni berupaya mencari jalan untuk menolong dan melindungi kaum perempuan, khususnya kaum perempuan sumenep dari ketidak adilan

(35)

XXXV

yang terjadi. Dan ketika mendengar bahwa dijakarta ada sebuah lembaga bernama PUAN Amal hayati yang melakukan pemberdayaan perempuan dengan basis pesantren, Ny. Hj. Aqidah Usymuni segera terbang ke Jakarta dan menyampaikan maksudnya untuk mendirikan PUAN dipesantrennya. Setelah disurvei dan dipelajari tentang daerah sana, Pada tanggal 20 Juni 2000, PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni yang beralamat di Jl: K.H Zainal arifin No. 1-9 Pandian- Sumenep 69414 Madura- Jawa Timur, diresmikan oleh Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid, M. Hum (keteua PUAN Amal Hayati Pusat).

Pada awal pendiriannya, PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni mendapat perlawanan dan tantangan daei kaum laki- laki dan para pemuka agama, namun setelahdijelaskan dengan hati- hati oleh ibu Sinta Nuriyah Wahid, M. Hum akhirnya mereka dapat menerima, bahkan langsung memberikan kesediannya untuk membantu dan mendukung program PUAN Amal Hayati aqidah Usymuni.22

Sejak kelahirannya sampai dengan sekarang telah banyak kasus yang ditangani oleh PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Ada sekitar 72 kasus yang telah ditangani, meliputi KDRT, poligami, kekerasan terhadap anak dan pemerkosaan.23

Yayasan PUAN Amal hayati aqidah Usymuni Sumenep madura diresmikan tanggal 20 Juni 2000 oleh Ibu. Dra. Hj, Sinta Nuriyah Abdur

22

MAJALAH TANTRI warta istri, putri dan santri, Puan Amal Hayati Jakarta, volume 1

no.3 juli- september2008. hal. 37

23

(36)

XXXVI

Rahman Wahid, M. Hum. Sebagai salah satu lembaga pendampingan, perlindungan, pemberdayaan yang ditujukan terhadap perempuan dan anak- anak dikabupaten sumenep dengan ciri khas model pelayanan pesantren memberikan solusi bagi korban kekerasan baik terhadap perempuan atau anak- anak berupa perlindungan hukum advokasi ataupun konseling tentang berbagai macam hal yang berkaitan dengan perempuan dan anak- anak secara kekeluargaan.

Yayasan PUAN Aqidah Usymuni menjawab permasalahan masyarakat kabupaten sumenep yang selama ini merasa bingung kemana harus mencari rujukan ketika mengalami permasalahan khususnya kaum perempuan dan anak- anak, hal itu yang menganisiatifi Ny. Hj. Aqidah Usymuni untuk bergabung dengan PUAN Amal Hayati di Jakart. Dengan harapan keberadaan PUAN Aqidah Usymuni Sumenep bisa memeberikan solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan perempuan dan anak- anak, juga memeberikan pendidikan yang berspektif gender bagi masyarakat di Kabupaten Sumenep sehingga tidak adalagi segala bentuk kekerasan serta diskriminasi bagi perempuan di kabupaten Sumenep.

B. Visi dan Misi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura 1). Visi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura

Melindungi, Mengayomi, Memberdayakan, Seta mengabdi Untuk Perempuan dan Anak- anak.

(37)

XXXVII

1. Memberikan perlindungan terhadap korban kekerasan baik kepada perempuan ataupun anak- anak

2. Mensosialisasikan anti kdrt dikabupaten sumenep

3. Memberdayakan perempuan melalui peningkatan perempuan 4. Mencetak kader konselor berperspektif gender

5. Memasyarakatkan budaya adil gender24

C. Struktur Kepengurusaan dan Program Kerja PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura

1. Struktur Kepengurusaan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni Ketua umum : Ny. Hj. Aqidah Usymuni

(pesantren Aqidah Usymuni) Ketua I : Drs. KH. A. Shahraji, M. pd. I

(Pesantren Aqidah Usymuni) Ketua II : Ny. Hj. Dewi Khalifah, SH

(Pesantren Aqidah Usymuni) Sekretaris I : Siti Nur Asiyah, a. Ma

(Muslimat NU)

Sekretaris II : Ahmad Sanusi, SE (PMII)

Bendahara : Hj. Misnawati Dewi (Muslimat Nu)

24

(38)

XXXVIII

: Yusnaniyah, S. HI (ORMAS)

DIVISI- DIVISI a. Pendampingan

: Hj. Innani Mukarromah, Sh (DEPAG) : Tri Handayani, SH (Kepolisian)

: Suhartini (PMII)

: Rusiko, SH (PMII) : Hj. Fitriah Misbah (PA) a. Kemanusiaan

: Hj. Trisnaawati, S. Sos (BPMP) : Kisniyah, A. Ma (LKUMHAM) : Dewi Masyitha, SH (MuslimatNU)

: Mabruroh (Pesantren)

: Lissaadah (Pesantren)

a. Fluralisme atau kerukunan beragama

: Fathor arifin,S. Pd, M. MPd (Akademisi) : Mosthafa Arifin, S.Ag (Akademisi) : Alfiyatun, S.Pd.I (ORMAS) : Dra. S. Karlina, A. Wijaya (ORMAS)

(39)

XXXIX a. Forum kajian kitab kuning

: KH. Fadli Syamsi (Tokoh Agama) : Ust, Moh. Erfan, S. Ag (Pesantren)

: Syarifah (Pesantren)

2. Program Kerja PUAN Amal Hayati Aqidah Usymunni Sumenep Madura

a. Pendampingan

1) Konseling berperspektif islam

2) Pendampingan korban ke instasnsi rujukan 3) Pemberdayaan korban

b. Kemanusiaan

1) Penelitian terhadap kitab- kitab kuning yang bias jender

2) Menganalisis dan mengkritisi kitab- kitab kuning yang bias jender 3) Re- interpretasi kitab- kitab kuning yang bias jender

4) Menerbitkan hasil kajian 5) Sosialisasi hasil kajian

c. Forum Kajian Kitab Kuning (Fk3) 1) Santunan Anak- Anak Sekolah 2) Kimro Kredit

(40)

XL 4) Bantuan Korban Bencana Alam

d. Pluralisme Atau Kerukunan Umat Beragama 1) Sahur Keliling

2) Dialog Antar Agama25

D. Lembaga Yang Ada di PUAN

25

(41)

XLI

No Lembaga Jenis Kelamin Jumlah

L P

PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni

- 57 5726

2

Madrasah Diniyah

Aqidah Usymuni 57 117 273

3

Play Group PAUD Aqidah

Usymuni 75 45 120

4

Sekolah Dasar (SD) Aqidah Usymuni

15 12 27

5

Madrasah Tsanawiyah

Aqidah Usymuni 86 75 161

6

STIT. Aqidah Usymuni

(1TITA) 198 89 287

Jumlah 431 395 82627

26

Wawancara pribadi dengan Siti Aisyiyah. Sumenep, 11 Oktober 2008 27

(42)

XLII BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA

A. Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep

Upaya adalah usaha untuk mencari jalan keluar,28 yang dimaksud upaya disini adalah upaya yang dilakukan pendamping Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura dalam mengatasi masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Terdapat dua upaya penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni, yaitu upaya penanganan Preventif dan upaya penanganan Kuratif.

1. Upaya Preventif

Upaya preventif dilakukan untuk mengantisipasi agar tindak kekerasan tidak semakin berkembang dan mengorbankan korban kekerasan dalam rumah tangga lainnya. Upaya preventif menurut Pesantern untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni berupa:

28

Departemen pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar Indonisia. (jakarta: Balai

pustaka, 1999) h. 1109

(43)

XLIII

a. Membongkar akar pandangan budaya dan penafsiran agama yang selama ini menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan terhadap KDRT

Selama ini yang menjadi korban KDRT kebanyakan perempuan dan anak-anak.29 Dalam melakukan upaya pembongkaran akar pandangan budaya dan penafsiran Agama yang selama ini menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan, Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni sedikit mengalami kesulitan, karena tidak mudah untuk merubah suatu pandangan dan penafsiran yang dianggap benar oleh masyarakat, apalagi bagi pelaku KDRT. 30

Salah satu Upaya pembongkaran yang dilakukan Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) adalah melakukan Penelitian terhadap kitab kuning yang bias jender, menerbitkan hasil kajian, kemudian mensosialisasi hasil kajian kitab kuning yang telah dikaji.31 b. Penyadaran kepada masyarakat agar peduli terhadap persoalan

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) masih dianggap aib keluarga bagi sebagian masyarakat yang harus ditutupi, padahal tindakan KDRT sudah jelas-jelas dapat mengakibatkan orang lain

29

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 09 oktober 2008

30

Wawancara peribadi dengan Nyi. Hj. Aqidah Usymuni. Sumenep, 10. Oktober 2008

31

(44)

XLIV

celaka, bahkan bagi pelaku KDRT akan dikenakan hukuman jika terbukti bersalah32. Namun tetap saja masyarakat masih saja enggan untuk melaporkan kekerasan yang terjadi dalam keluarganya karena alasan yang sama yaitu aib keluarga. Untuk memberikan pemahaman yang benar, PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni sering kali mengadakan semacam seminar yang mengacu pada penyadaran masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).33

c. Advokasi kebijakan dan peratutan

Upaya advokasi dan peraturan ini dilakukan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang KDRT dengan termasuk pelaku KDRT.

d. Pengorganisasian korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)yang telah sanggup pulih dari kondisinya sebagai korban (survivor)34

Upaya ini dilakukan pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni supaya korban KDRT dapat berbagi pengalaman dengan santri ataupun masyarakat luar dengan harapan dapat meminimalisir terjadinya KDRT.35

32

Hadidjah & Laa. Jamaa, Hukum Islam &Undang- undang anti kekerasan dalam rumah

tangga. (Ambon, cipta karya mandiri, 2007)h.

33

Wawancara pribadi dengan syarifah. Sumenep, 11 Oktobber 2008

35

(45)

XLV 2. Upaya Kuratif

Upaya kuratif dilakukan pada saat tindak kekerasan terhadap korban terjadi, yang tujuannya menolong korban yang sedang mengalami tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Adapun upaya kuratif yang diberikan Pendamping PUAN diantaranya:

a. Pelayanan kasus bagi korban KDRT

Pelayanan kasus bagi korban Kekerasan dalamRumah Tangga (KDRT) menyangkut penanganan secara fisik, pemulihan secara psikologis, upaya hukum serta pemberdayaan sosial.

1) Penanganan fisik

Pelayanan kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) menyangkut penanganan secara fisik berupa pelayanan yang menyangkut pertolongan pertama secara medis, pengobatan terhadap luka hingga visum.

2) Pemulihan psikologis

Pemulihan secara psikologis yang diberikan pendamping PUAN berkaitan dengan kejiwaan hingga pemulihan mental melalui konseling dan terapi.

3) Upaya hukum

Upaya hukum merupakan usaha formal yang diberikan pendamping PUAN untuk menyelesaikan kasus KDRT dalam jalur pengadilan

(46)

XLVI

Pemberdayaan sosial merupakan langkah terakhir pasca trauma, dimana diupayakan korban dapat kembali hidup ditengah-tengah masyarakat dengan martabat kemanusiannya secara utuh. Dengan pelayanan ini dapat diharapkan korban akan dapat memiliki kembali martabatnya yang hilang karena kekerasan yang dialaminnya, sehingga korban dapat beraktivitas untuk pengembangan diri dalam masyarakat.36

b. Penyadaran Terhadap Pelaku

Pelaku juga merupakan sasaran (target group) yang harus ditangani dalam upaya kuratif penghentian KDRT. Penyadaran terhadap pelaku sangat penting sebagai bagian dari setrategi penghentian KDRT. Kesadaran pelaku terhadap gerakan anti KDRT akan sangat signifikan mengurangi kuantitas dan kualitas KDRT. Penyadaran terhadap pelaku bukan hanya bertujuan supaya mereka berhenti dalam melakukan KDRT, tetapi juga melibatkan mereka dalam upaya- upaya penghentian KDRT, meskipun upaya ini sangat berat dilakukan dan seringkali terabaikan kerena konsentrasi yang dibutuhkan untuk menangani KDRT sangat tinggi namun PUAN tetap berusaha untuk melakukan tindakan tersebut dengan cara bersosialisasi dengan masyarakat,37kegiatan yang diberian PUAN diantaranya adalah

36

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 06 oktober 2008

(47)

XLVII

mengadakan pengajian dipesantren dan luar pesantren yang berkoordinasi dengan para alumni Pesantren Aqidah Usymuni, dan memberi bantuan bagi kaum Dhu’afa dan korban bencana alam38

B. Proses Layanan Penanganan Masalah Kekerasan dalam Keluarga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep

Berikut proses layanan penanganan masalah bagi korban KDRT Di PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni

1. Fisik/ medis/ seksual

Penanganan fisik/ medis/ seksual menyangkut pertolongan pertama secara medis, pengobatan terhadap luka hingga visum. penangan bagi korban yang mengalami luka fisik adalah mengantar korban ke rumah sakit, korban harus segera memperoleh layanan medis agar kondisinya tidak semakin parah. Namun jika lokasi rumah sakit cukup jauh dari lokasi PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni, maka alternatifnya mengantar kedokter atau poliklinik terdekat.39 Akan tetapi apabila kondisi korban membutuhkan pertolonga tenaga ahli, maka pendamping sedapat mungkin segera mengantarkannya ke rumah sakit rujukan yang sudah menjadi mitra PUAN.40 Sebagai dokumen hasil pemeriksaan, korban berhak

38

Wawancara pribadi dengan siti Nur Aisyiyah. Sumenep, 08 Oktober 2008

39

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 09 oktober 2008

40

(48)

XLVIII

mendapatkan Surat Keterangan Medis (SKM), Surat Keterangan Sementara (SKS), atau Visum Et Repertum (VER) dari dokter. SKM adalah hasil pemeriksaan medis yang boleh dimiliki kekuatan hukum. SKS adalah hasil pemeriksaan medis yang diberikan kepada polisi dan bersifat sebagai pengganti VER yang aka diusulkan kemudian untuk kepentingan pengadilan. VER ini memiliki kekuatan hukum.41

Adapun cara mendapatkan pelayanan di rumah sakit adalah berikut prosedur layanannya adalah:

a. Mendaftar dibagian pendaftaran, pada saat datang ke RS, semua pasien- termasuk korban- memiliki kewajiban yang sama, yaitu mendaftarkan diri untuk keperluan administrasi. korban harus segera didaftarkan agar segera mendapatkan penanganan pihak RS

b. Pemeriksaan awal, setelah mendaftarkan diri, korban akan diperiksa oleh dokter untuk mengetahui kondisi fisiknya dan untuk menentukan apakah itu harus dirawat inap atau cukup rawat jalan, bagi korban yang harus menjalani rawat inap, perhatian dan dukungan keluarga, baik moril maupun materiil, sangatlah dibutuhkan demi memperlancar proses penyembuhan 42

41

Adib, Faishol & Muttaqin, farid, Panduan untuk pendamping perempuan korban

kekerasan berbasis pesantren, (jakarta; Puan Amal Hayati)

42

(49)

XLIX 2. Psikososial dan Spiritual

Pemulihan psikologis berkaitan dengan penenangan kejiwaan hingga pemulihan mental melalui konseling dan terapi. layanan psikososial ini bisa dilakukan oleh pendamping yang telah menguasai prinsip-prinsip serta teknik konseling KDRT. Layanan konseling dilakukan di Pesantren yaitu di dalam ruangan konseling yang telah disiapkan oleh Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) maupun dirumah korban, dimana konselor melakukan home visit atau outreach kepada korban. Layanan psikososial ini merupakan penanganan aspek psikologis dan sosial dari korban, pendekatan yang cukup khas dari layanan ini adalah adanya pendekatan spiritual oleh pendamping yaitu berupa pembacaan ayat- ayat Al- qur’an. Dalam layanan ini PUAN juga menawarkan rumah perlindungan apabila korban membutuhkannya.43

3. Hukum

Upaya hukum adalah usaha formal untuk menyelesaikan kasus KDRT dalam jalur pengadilan, mulai pengaduan kepolisi hingga vonis dan eksekusi hukuman bagi pelaku. Prosedur pelaksanaan upaya hukum yang dimaksud adalah setelah memberikan konseling psikologis awal untuk mengatasi krisis awal psikologis. Untuk melakukan pendampingan hukum,

43

Adib, Faishol & Muttaqin, Farid, Panduan untuk Pendamping Perempuan Korban

(50)

L

konselor melakukan kerjasama atau merujuk korban ke LBH (lembaga bantuan hukum) mitra PUAN.44

4. Sosial Dan Ekonomi

Pemberdayaan sosial adalah langkah terakhir pasca trauma, dimana diupayakan korban KDRT dapat kembali hidup di tengah masyarakat dengan martabat kemanusiaanya secara utuh. Dengan pelayanan ini korban KDRT akan dapat memiliki kembali martabatnya yang hilang karena kekerasan yang dialaminya, sehingga korban dapat kembali beraktivitas untuk pengembangan diri dalam masyarakat, Misalnya ketika diantara korban yang mengalami kesulitan ekonomi pasca kejadian KDRT,45 maka konselor menggali potensi dari korban dan jika memungkinkan memberikan informasi tentang sumber bantuan yang bisa dimanfaatkan oleh korban untuk membantu mengatasi masalah ekonominya.46

5. Penyadaran Terhadap Pelaku

Pelaku juga merupakan sasaran (target group) yang harus ditangani dalam upaya kuratif penghentian KDRT. Penyadaran terhadap pelaku sangat penting sebagai bagian dari setrategi penghentian KDRT. Kesadaran pelaku terhadap gerakan anti KDRT akan sangat signifikan

44

Wawancara Pribadi Dengan Siti Nur Aisyiyah. Sumenep, 09 Oktober 2008

45

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 10 oktober 2008

46

(51)

LI

mengurangi kuantitas dan kualitas KDRT. Penyadaran terhadap pelaku bukan hanya bertujuan agar mereka berhenti dalam melakukan KDRT, tetapi juga melibatkan mereka dalam upaya penghentian KDRT, meskipun upaya ini sangat berat dilakukan dan seringkali terabaikan kerena konsentrasi yang dibutuhkan untuk menangani KDRT sangat tinggi, namun PUAN tetap berusaha untuk melakukan tindakan tersebut dengan cara bersosialisasi dengan masyarakat, 47salah satu tindakan yang diberikan PUAN adalah mengadakan pengajian di Pesantren dan luar Pesantren yang berkoordinasi dengan para alumni Pesantren Aqidah Usymuni, memberi bantuan bagi kaum Dhu’afa dan korban bencana alam48

C. Metode atau Teknik Penanganan Masalah KDRT di Puan Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep

Motivasi korban KDRT yang datang ke PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni bermacam-macam, ada yang datang karena disuruh oleh keluarga, temannya dan ada yang datang atas kemauan sendiri. Begitu pula dengan kondisi korban ketika mengadu kepada pendamping, ada yang terluka secara fisik (bagian tubuhnya), ada yang terluka secara psikologis (jiwanya).

47

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 11 tober 2008

48

(52)

LII

dan ada pula yang datang ke Pesantren PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni hanya ingin meminta bantuan penyelesaian masalah keluarga secara hukum.49

Berbagai motivasi dan kondisi korban yang berbeda, penanganannya pun harus berbeda pula. 50Penanganan dan pelayanan selanjutnya disebut layanan saja yang diberikan pendamping yang disesuaikan dengan keadaan korban yang bersangkutan, tentunya berdasarkan kebutuhan korban.51

PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni mempunyai dua metode layanan yang diberikan kepada korban kekerasan termasuk korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yaitu: Layanan yang diberikan pendamping kepada korban yang mengadukan kasusnya langsung dan layanan yang diberikan Pendamping kepada korban dengan cara mendatangi Rumah atau tempat tinggal korban.

1. Layanan yang diberikan konselor kepada korban yang datang langsung untuk mengadukan kasusnya. Langsung

Layanan yang diberikan konselor kepada korban yang datang langsung untuk mengadukan kasusnya. Langsung 52Layanan ini sifatnya memang pasif, artinya pendamping hanya memberikan pelayanan kepada korban yang mengadukan kasusnya. Pendamping menunggu dan bersiap diri

49

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 10 tober 2008

50

Wawancara pribadi dengan Siti Aisyiyah Sumenep, 11 oktober 2008

51

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 11 tober 2008

52

(53)

LIII

menerima pengadauan korban sekaligus menerima permohonan dampingan sesuai permintaan korban, Dalam menggunakan metode ini korbanlah yang selalu memulai kontak dengan pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni.53

Selain menerima pengaduan secara langsung metode pendampingan juga menerima pengaduan melalui telpon (hotline) ataupun suara menyurat. Cara pengaduan seperti ini biasanya dilakukan oleh korban yang tidak siap membuka jati dirinya atau tidak memiliki waktu yang cukup untuk datang mengadukan kasusnya secara langsung.54

2. Layanan yang diberikan Pendamping kepada korban dengan cara mendatangi Rumah atau tempat tinggal korban.55

Layanan pendampingan ini dilakukan dengan cara mendatangi Rumah atau Tempat tinggal korban, pendampingan ini dilakukan atas dasar informasi yang diperoleh secara benar mengenai kasus kekerasan yang dialami korban.56. Penekanan pada layanan ini sebatas memberikan pemahaman seputar kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menimpa korban.57 Misalnya, bahwa Agama Islam sangat menganjurkan

53

Wawancara pribadi dengan Siti Aisyiyah. Sumeenep, 11 oktober 2008

54

Wawancara pribadi dengan Syarifah, 11 oktober 2008

55

Dokumen PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep, 10 tober 2008

56

Wawancara pribadidengan Siti Aisyiyah. Sumenep, 11 tober 2008

57

(54)

LIV

hubungan kasih sayang dan membenci adanya kekerasan sesama manusia 58

Apabila pendamping merasa kurang mampu dalam melakukan pendampingan, maka pendamping menyerahkan pendampingannya kepada Kyai/Nyai,59karena selama ini Kyai/ Nyai sudah sering mendatangi rumah atau tempat tinggal masyarakat yang sedang mengalami masalah. Baik masalah Agama, ekonomi maupun kesehatan.60 Adakalnya kyai/ Nyai tersebut dapat memberikan solusi yang memang dibutuhkan masyarakat. Namun kadang kala Kyai/ Nyai hanya memberikan saran maupun anjuran berkaitan denga persoalan yang dihadapinya. Meskipun mungkin belum menyelesaikan masalah, namun masyarakat sudah sanagat senang dan puas dengan kedatangan Kyai/ Nyai terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat.61

D. Faktor penunjang dan penghambat upaya penangan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Pesantren unntuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep

Wawancara penulis dengan pendamping Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura. berikut penuturannya: Penulis mengawali pertanyaan dengan menanyakan faktor

58

Wawancara pribadidengan Siti Aisyiyah. Sumenep, 10 Oktober 2008

59

Wawancara pribadi dengan siti Aisyiyah, Sumenep, 10 Oktober 2008

60

Dokumen PUAN Amala Hayati Aqidah Usymuni. Sumenep 11 Oktober 2008

61

(55)

LV

penunjang penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga atau lebih akrabnya disebut dengan masalah KDRT, pendamping Pesantren untuk pemberdayaan Perempuan (PUAN) dengan tegas menjawab bahwa banyak sekali yang mempengaruhi keberhasilan dalam mengatasi masalah KDRT di Pesantren ini, salah satunya adalah karena adanya Kyai/ Nyai selaku tokoh masyarakat sekaligus pendamping utama PUAN Amal Hayati aqidah Usymuni, lembaga hukum,Rumah sakit dan pihak terkait lainya yang selalu siap membantu apabila pendamping mendapatkan kesulitan, dan yang terakhir faktor penunjangnya adalah karena adanya pesantren yang dijadikan transformasi sosial budaya dalam mengatasi problema masyarakat.

Dengan demikian dapat dianalisa bahwa faktor penunjang dalam mengatasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura adalah Sebagai berikut:

1. karena adanya Kyai/ Nyai selaku tokoh masyarakat sekaligus pendamping utama PUAN Amal Hayati aqidah Usymuni

2. lembaga hukum, rumah sakit dan pihak terkait lainnya yang selalu siap membantu apabila pendamping mendapatkan kesulitan

3. adanya pesantren yang dijadikan transformasi sosial budaya dalam mengatasi problema masyarakat.

(56)

LVI

wawancara kembali dengan sebagian pendamping yang ada di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Aqidah Usymuni Sumenep Madura, berikut percakapan penulis dengan pendamping PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni:

“Faktor penunjangnya sudah banyak”, apalagi dengan faktor penghamabatnya! salah satu dari faktor penghambat yang sering kami temukan adalah, pandangan budaya dan penafsiran Agama yang dilihat dari sebelah mata, dalam hal ini PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni masih merasa kesulitan dalam melakukn pembongkaran budaya dan penafsiran Agama yang menjadi dasar pembenaran tindak kekerasan. Contoh budaya yang berkembang dalam masyarakat yang dipengaruhi paham patrikhisme, misalnya dalam keluarga sering kan, dijumpai yang memberi kesempatan kepada laki laki dalam pendidika, Bapak harus didahulukan ketika makan meskipun Ibu lebih membutuhan, pernikahan paksa, pernikahan dini terhadap perempuan. Disamping itu ada lagi penghambat yang sering kami temukan dalam amelakukan pendampingan yaitu sering kali kami ditentang oleh masyarakat yang kurang setuju dengan tindakan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni dalam penanganan masalah KDRT, yang lebih parahnya lagi apabila kami melakukan proses bantuan hukum masih kami temukan kerja sama antara peaku KDRT dengan pejabat pemerintah setempat bahkan kami sering mendapatkan ancaman pembunuhan bila tidak menuruti keinginannya.62

62

(57)

LVII

Setelah penulis melakukan wawancara dengan pendamping Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni tentang faktor penghambat dalam melakukan penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), maka untuk penulis dapat menganalisa sebagai berikut:

1. Sulitnya melakukn pembongkaran budaya dan penafsiran Agama yang menjadi dasar pembenaran tindak kekerasan

2. Ancaman pembunuhan dan tentangan masyarakat yang kurang setuju dengan penanganan PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni dalam melakukan penanganan masalah KDRT

(58)

LVIII BAB V PENUTUP

A Kesimpulan

Setelah penulis mempelajari dan menganalisa berbagai permasalahan dalam skripsi yang berjudul “Upaya Penanganan Masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pembedayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni Sumenep Madura”, akhirnya penulis sampai pada tahap terakhir yaitu kesimpulan.

1. Terdapat dua upaya dalam mengatasi masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni yaitu upaya penanganan Preventif dan upaya penanganan Kuratif

Upaya Penanganan Prefentif meerupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi supaya tindak kekerasan tidak semakin berkembang dan mengorbankan korban kekerasan dalam rumah tangga lainnya. Sedangkan Upaya penanganan kuratif merupakan upaya penangana yang dilakukan dengan cara Membongkar akar pandangan budaya dan penafsiran agama yang selama ini menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan terhadap KDRT, Penyadaran kepada masyarakat agar peduli terhadap persoalan KDRT, Advokasi kebijakan dan peratutan, Pengorganisasian korban KDRT yang telah sanggup pulih

(59)

LIX

dari kondisinya sebagai korban (survivor). Dalam upaya Kuratif ini terdapat 2 cara dalam merealisasika layanannya yaitu:

1) Pelayanan kasus bagi korban KDRT

Pelayanan ini menyangkut penanganan secara fisik, pemulihan secara psikologis, upaya hukum serta pemberdayaan sosial.

2) Penyadaran Terhadap Pelaku

2. Peroses Layanan penanganan masalah Kekerasaan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) Amal Hayati Aqidah Usymuni adalah meliputi Pelayanan secara Fisik/ Medis/ Seksual, Psikososial dan Spiritual, Hukum, Sosial dan Ekonomi

3. PUAN Amal Hayati aqidah usymuni mempunyai dua metode yaitu Layanan yang diberikan pendamping kepada korban yang mengadukan kasusnya langsung dan layanan yang diberikan pendamping kepada korban dengan cara mendatangi Rumah atau tempat tinggal korban atas dasar informasi yang diperoleh secara benar mengenai kasus kekerasan yang dialami korban.

(60)

LX

a. Faktor penunjang upaya penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah

1) Adanya Pesanten yang dijadikan transformasi sosial budaya dalam mengatasi problema masyarakat

2) Adanya pihak terkait yang siaga membantu menguatkan kapacty buldig Pesantren dengan berbagai pelayanan seperti Kyai/ Nyai, kepolisian, RS, Komnas Ham, dan Lembaga-lembaga lainnya yang menjadi mitra PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni

3) Adanya ruang konseling dan shalter yang diintegrasikan dengan fasilitas pesantren

b. Faktor penghambat upaya Penanganan masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah

1) Sulitnya membongkar akar pandangan budaya dan penafsiran agama yang menjadi legitimasi (dasar pembenaran) tindak kekerasan,

2) Adanya tentangan dari sebagian masyarakat yang kurang setuju dengan layanan yang PUAN berikan,

(61)

LXI B Saran

1. PUAN aqidah usymuni dalam menjalankan tugasnya sangat mulia sekali dan sangat baik dalam meminimalisir terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga ( KDRT), untuk itu penulis berharap kepada Pesantren untuk Pemberdayaan Perempuan (PUAN) untuk selalu bersabar dan jangan pernah menyerah dalam membantu orang- orang yang membutuhkan, apapun bentuknya bantuan itu!

2. Keluarga merupakan tatanan keluarga yang harus dilindungi oleh semua orang, untuk itu penulis mengharap bantuan kepada semua aparat pemerintahan yang terkait untuk selalu memperhatikan orang- orang yang tertindas, terutama korban KDRT

(62)
<

Gambar

GAMBARAN UMUM PUAN AMAL HAYATI AQIDAH USYMUNI

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu dalam penelitian Anwer et al (2012) dengan pemberian ekstrak protein spirulina sebanyak 50 mg/kg berat badan tikus dan 50 µg/kg berat badan tikus

Pada hari ini, Rabu tanggal 4 Februari 20L5, saya yang dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 2.2.55/UN32/KP/20t5 tanggal 2 Februari 20L5, dosen yang

Sedangkan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi: tenaga kerja; koperasi dan usaha kecil dan menengah;

Sistem Bursa Usaha Santri dan Alumni memilikitiga entitas luar yang berhubungan dengan sistem yaitu pengguna umum, anggota dan administrator.Rancangan kerja sistem

Intisari--- Bengkel bubut adalah salah satu unit usaha jasa yang bergerak dalam bidang otomotif dan berkembang dengan baik. Sebagian besar pengusaha bengkel bubut masih

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “ Meningkatkan Kemampuan naturalis anak melalui pemanfaatan lingkungan alam sekitar “. B.

Berdasakan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang responden di instalasi rawat inap RSI Ibnu Sina Bukittinggi didapatkan hasil ada hubungan