Dwi Pratiwi, 2013
KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER YANG BERPOTENSI
SEBAGAI ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ENDOFIT AKAR
Vetiveria zizanioides
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi
Jurusan Pendidikan Biologi
Oleh:
Dwi Pratiwi
0905609
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER
YANG BERPOTENSI SEBAGAI
ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ENDOFIT
AKAR Vetiveria zizanioides
Oleh Dwi Pratiwi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Dwi Pratiwi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dwi Pratiwi, 2013
DWI PRATIWI
KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER YANG BERPOTENSI
SEBAGAI ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ENDOFIT AKAR
Vetiveria zizanioides
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing 1
Dr. Hj. Any Fitriani, M.Si.
NIP. 196502021991032001
Pembimbing 2
Dra. Yanti Hamdiyati, M.Si
NIP. 196611031991012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
Dr. Riandi, M.Si
PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Kandungan Metabolit Sekunder yang Berpotensi sebagai Antibakteri dari Bakteri
Endofit Akar Vetiveria zizanioides” beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakkan atau pungutipan
dengan cara yang tidak sesuai etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini”.
Bandung, Agustus 2013
Yang membuat pernyataan,
Dwi Pratiwi
Kandungan Metabolit Sekunder yang Berpotensi sebagai Antibakteri dari
Bakteri Endofit Akar Vetiveria zizanioides
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai kemampuan bakteri endofit dari akar
Vetiveria zizaniodes untuk menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi
sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri dari bakteri endofit akar V.
zizanioides. Empat isolat bakteri endofit ditumbuhkan pada medium Luria Bertani
dan satu isolat bakteri ditumbuhkan dalam medium King’s B sampai mencapai fase stasioner. Kultur bakteri ini selanjutnya diekstraksi dengan menggunakan etil asetat. Ekstrak metabolit sekunder yang didapatkan diuji aktivitas antibakteri dan dianalisis kandungan metabolit sekundernya menggunakan GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak metabolit sekunder Pseudomonas aeruginosa paling berpotensi sebagai antibakteri dibandingkan keempat bakteri endofit yang lainnya. Kandungan metabolit sekunder dari P. aeruginosa yang berpotensi sebagai antibakteri adalah 2-(5-chloro-2-methoxyphenyl) pyrrole, 3 - (1 - phenyl - 2,3 dihydro - 1H - isoindol - 2 - yl) propan-1-ol, dan 1H - Isoindole - 1,3 (2H) -
dithione.
THE CONTENT OF SECONDARY METABOLIT WHICH HAS
POTENTIAL AS ANTIBACTERIA FROM ENDOPHYT BACTERIA OF
Vetiveria zizaniodes’s ROOT
ABSTRACT
The research on endofit bacteria capability, from the root of Vetiveria
zizaniodes, to produce secondary metabolites which has potential as antibacteria
has been conducted. The objective of this research is to investigate the content of secondary metabolite which has potential as antibacteria from endophyt bacteria of Vetiveria zizaniodes’s root. Four isolates of endophyt bacteria were inoculated in the medium of Luria Bertani, and one isolate was inoculated in the medium of King’s B until stationary phase. Furthermore, these bacteria culture were extracted by etylasetat. This extract was tested to pathogen bacteria and analyzed its secondary metabolite content by using GC-MS. The result showed that secondary metabolite Pseudomonas aeruginosa was the most potential to be antibacterial among the others. The content of secondary metabolite from P. aeruginosa which is potential to be antibacterial are 2-(5-chloro-2-methoxyphenyl) pyrrole, 3 - (1 -
phenyl - 2,3 dihydro - 1H - isoindol - 2 - yl) propan-1-ol,and 1H - Isoindole - 1,3
(2H) - dithione.
DAFTAR ISI
C. Pertanyaan Penelitian ... 3
D. Batasan Masalah ... 3
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat penelitian ... 4
BAB II Vetiveria zizanioides, BAKTERI ENDOFIT, METABOLIT SEKUNDER DAN ANTIBAKTERI ... 5
A. Vetiveria zizanioides (Akar Wangi) ... 5
B. Bakteri Endofit ... 8
C. Metabolit Sekunder ... 10
D. Antibakteri ... 12
BAB III METODE PENELITIAN ... 14
A. Jenis Penelitian ... 14
B. Populasi dan Sampel ... 14
C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 14
D. Alat dan Bahan ... 14
E. Prosedur penelitian ... 15
F. Alur Penelitian ... 18
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
A. Kurva Tumbuh Isolat Bakteri ... 19
B. Skrining Fase Stasioner ... 25
vi
D. Uji Antibakteri Terhadap Bakteri Patogen ... 26
E. Kandungan Metabolit Sekunder yang Berpotensi sebagai Antibakteri ... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
A. Kesimpulan ... 37
B. Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 39
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 46
Dwi Pratiwi, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel hal. 4.1 Waktu stasioner yang digunakan untuk produksi metabolit sekunder ... 24
4.2 Hasil skrining fase stasioner bakteri endofit optimal ... 25
4.3 Berat ekstrak metabolit sekunder ... 26
4.4 Hasil uji antibakteri dari ekstrak metabolit sekunder bakteri endofit V.
zizanioides ... 27
DAFTAR GAMBAR
Gambar hal.
2.1 Vetiveria zizanioides ... 6
3.1 Alur penelitian ... 18
4.1 Kurva Tumbuh Listeria sphaericus ... 20
4.2 Kurva Tumbuh Pantoea sp. ... 20
4.3 Kurva Tumbuh Bacillus sp. ... 21
4.4 Kurva Tumbuh Acinetobacter sp. ... 21
4.5 Kurva Tumbuh Pseudomonas aeruginosa ... 22
4.6 Zona hambat ekstrak L. sphaericus terhadap bakteri patogen ... 27
4.7 Zona hambat ekstrak Pantoea sp terhadap bakteri patogen ... 28
4.8 Zona hambat ekstrak Bacillus sp terhadap bakteri patogen ... 28
4.9 Zona hambat ekstrak Acinetobacter sp terhadap bakteri patogen ... 28
4.10 Zona hambat ekstrak P. aeruginosa terhadap bakteri patogen ... 29
4.11 Zona hambat ekstrak Ampisilin terhadap bakteri patogen ... 29
4.12 Zona hambat ekstrak DMSO 1 % terhadap bakteri patogen ... 29
Dwi Pratiwi, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran hal.
1. Daftar alat dan bahan ... 46
2. Protokol pembuatan larutan yang digunakan dalam penelitian ... 51
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman
sumber daya hayati yang melimpah. Kekayaan hayati ini meliputi kekayaan
flora dan fauna. Ada sekitar 38.000 jenis tumbuhan yang hidup di Indonesia
dengan 1.260 jenis diantaranya merupakan tanaman obat (Departemen
Kehutanan Indonesia, 2007). Vetiveria zizanioides atau yang lebih dikenal
dengan nama akar wangi merupakan salah satu tanaman obat yang banyak
terdapat di Indonesia. Persebaran tanaman ini meliputi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur (Seswita & Hadipoentyanti,
2010).
Akar tanaman V. zizanioides banyak mengandung minyak esensial yang
dapat dijadikan sebagai bahan industri parfum, bahan kosmetik, pewangi
sabun, obat-obatan, dan pembasmi serangga (Seswita & Hadipoentyanti,
2010). Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ekstrak akar tanaman ini
mempunyai aktivitas antimikroba. Ekstrak akar tanaman V. zizanioides dalam
pelarut etanol mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli,
Klebseilla pnemoniae, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, dan Vibrio
cholera (Ratha et al., 2012), sedangkan senyawa alkaloid, vetiverin yang
berhasil diisolasi dari minyak esensial akar tanaman ini menunjukkan
aktivitas antijamur terhadap Trichophyton mentagrophytes (Nantachit et al.,
2010).
Tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba endofit
yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder
(Pimentel et al., 2012). Beberapa senyawa bioaktif dari bakteri endofit dapat
dijadikan sebagai antibiotik, antiparasit, antivirus, antioksidan, agen anti
kanker dan insektisida (Strobel et al., 2003). Salah satu jenis senyawa bioaktif
dari bakteri endofit yang telah banyak dikembangkan adalah antibiotik (Berdy,
2
dalam industri pangan, pakan, pertanian, kesehatan, biokimia, genetika, dan
biologi molekuler (Margino, 2008). Kemampuan bakteri endofit untuk
memproduksi senyawa metabolit sekunder yang sesuai dengan tanaman
inangnya merupakan salah satu peluang yang sangat besar untuk
memproduksi antibiotik. Hal ini terjadi karena penggunaan bakteri sebagai
sumber suatu produk hayati seperti penghasil antibiotik mempunyai proses
produksi yang lebih mudah dan biaya produksi yang lebih rendah, serta dapat
menjaga kelestarian tanaman inangnya (Simanjuntak et al., 2002) sehingga
pada akhirnya akan menghasilkan produk dengan harga lebih murah (Radji,
2005).
Beberapa peneliti telah berhasil mengisolasi mikroba endofit dari
tanaman dan membiakkannya dalam medium sintetik untuk menghasilkan
metabolit sekunder yang sesuai dengan kandungan senyawa kimia di dalam
tanaman inangnya. Simanjuntak et al. (2002) telah berhasil mengisolasi
beberapa mikroba dari tanaman Cinchona sp., kemudian
mengembangbiakkannya secara in vitro untuk memproduksi senyawa
alkaloid sinkona. Ezra et al. (2002) berhasil mengisolasi jamur endofit dari
tanaman Monstera sp. untuk memproduksi senyawa Coronamycin yang
mempunyai aktivitas antijamur terhadap Cryptococcus neoformans. Li et al.
(2008) juga berhasil mengisolasi 41 bakteri endofit dari tanaman obat di
hutan hujan tropis Yunnan, sekitar 65.9% isolat diantaranya mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap E. coli, 24.4% isolat mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S. aureus, dan 31.7% isolat mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S. epidermidis serta 12.2 % isolat diantaranya
mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida albicans.
Isolasi bakteri endofit dari akar tanaman V. zizanioides telah berhasil
dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Permatasari (2011) berhasil
mengisolasi bakteri endofit dari akar tanaman V. zizanioides berdasarkan
keragaman morfologi dan beberapa diantaranya mempunyai kemampuan
aktivitas antimikroba terhadap patogen pada manusia, yakni Listeria
3
aeruginosa. Adanya kemampuan antimikroba dari kelima bakteri endofit
tersebut mengindikasikan bahwa metabolit sekunder dari bakteri endofit akar
V. zizanioides dapat dijadikan sebagai sumber antibakteri. Namun penelitian
sebelumnya hanya mengungkapkan potensi bakteri endofit sebagai sumber
antibakteri saja, sedangkan kandungan metabolit sekunder yang berpotensi
sebagai antibakteri dari bakteri endofit akar V. zizanioides belum diteliti.
Untuk itu pada penelitian ini akan dibahas mengenai kandungan metabolit
sekunder dari bakteri endofit akar V. zizanioides yang berpotensi sebagai
antibakteri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri dari bakteri endofit akar V.
zizanioides?”
C. Pertanyaan Penelitian
Rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas dapat diuraikan
menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yakni :
1. Apakah kelima bakteri endofit akar V. zizanioides memiliki kandungan
metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri?
2. Metabolit sekunder dari isolat bakteri manakah yang paling berpotensi
sebagai antibakteri?
3. Jenis senyawa apa saja yang berpotensi sebagai antibakteri dari metabolit
sekunder bakteri endofit akar V. zizanioides ?
D. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sampel yang digunakan
sebanyak lima isolat bakteri endofit akar V. zizanioides yang didapatkan dari
4
E. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan
metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri dari bakteri endofit
akar V. zizanioides.
F. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
1. Memberikan informasi mengenai jenis senyawa metabolit sekunder dari
bakteri endofit akar V. zizanioides yang dapat berperan sebagai antibiotik.
2. Dijadikan pustaka awal untuk pengembangan sumber antibiotik baru
3. Memperbanyak pengetahuan di bidang mikrobiologi atau bidang lainnya,
khususnya bakteri endofit yang mempunyai potensi sebagai penghasil
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005).
B. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah bakteri endofit yang
terdapat dalam akar Vetiveria zizanioides, sedangkan sampel dari penelitian ini
adalah lima isolat biakan murni bakteri endofit akar V. zizanioides. Sampel
didapatkan dari hasil penelitian Permatasari (2011). Permatasari (2011)
melakukan isolasi dari akar V. zizanioides di Perkebunan Usar Kamojang,
Kabupaten Garut.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dimulai bulan Desember 2013 sampai dengan Juni 2013
yang dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Pendidikan Biologi,
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Pendidikan Indonesia.
D. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat di
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
15
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yakni :
1. Tahap Persiapan
Semua peralatan dan medium yang digunakan dalam penelitian ini
disterilisasi dengan cara sterilisasi basah yakni dengan cara
memasukkannya ke dalam autoclave selama 15-20 menit pada suhu 121°C
dengan tekanan 1,5 atm.
2. Tahap Penelitian
a. Subkultur Isolat dari Cryo pada medium padat
Sebanyak lima isolat bakteri yang diawetkan dalam cryo penelitian
sebelumnya ditumbuhkan kembali atau disub kultur ke dalam medium
agar miring. Medium Luria Bertani digunakan untuk subkultur dan
produksi metabolit sekunder dari isolat A (Lysinibacillus sphaericus),
isolat M (Acinetobacter sp.), isolat H (Pantoea sp.) dan isolat K (Bacillus
sp). Sedangkan medium King’s B digunakan untuk subkultur dan produksi
metabolit sekunder dari isolat Pseudomonas aeruginosa (Battu & Reddy,
2009).
b. Pembuatan Kurva Tumbuh Bakteri
Pembuatan kurva tumbuh bakteri bertujuan untuk mengetahui waktu
panen yang tepat dari isolat bakteri yang ditumbuhkan. Adapun untuk
produksi metabolit sekunder bakteri, pemanenan dilakukan pada saat
bakteri mengalami fase stasioner (Brock & Madigan, 1991). Pembuatan
kurva tumbuh bakteri ini dilakukan dengan metode turbidimetri yakni
dengan mengukur optical density (OD) dari bakteri endofit akar V.
zizanioides menggunakan alat spektofotometer. Sebanyak satu ose bakteri
diinokulasikan pada 10 ml medium cair, kemudian diinkubasi pada water
bath shaker dengan kecepatan 120 rpm pada suhu 37oC selama 24 jam.
Setelah 24 jam, kultur bakteri dipindahkan pada 90 ml medium cair dan
16
pada suhu 37oC selama 24 jam. Selanjutnya, setiap satu jam sekali kultur
bakteri diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 600 nm
(Cappuccino & Sherman, 1987).
c. Skrining Fase Stasioner Bakteri
Proses skrining fase stasioner bakteri dilakukan dengan melakukan
uji antibakteri dari supernatan isolat bakteri selama fase stasioner terhadap
bakteri patogen. Adapun bakteri patogen yang digunakan diantaranya
adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan P. aeruginosa.
d. Ekstraksi Metabolit Sekunder
Isolat bakteri ditumbuhkan dalam 100 ml medium cair sampai
mencapai fase stasioner yang sesuai dengan hasil skrining fase stasioner
bakteri sebelumnya. Kultur bakteri dipindahkan kedalam tabung 1,5 steril
kemudian disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit
untuk memisahkan bagian pellet dan supernatan. Supernatan dari kultur
bakteri ini dipindahkan pada labu pisah dan diberi etil asetat untuk proses
ekstraksi. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dipekatkan pada vacuum
evaporator pada suhu 40ºC untuk mendapatkan metabolit sekunder
(Ahamed, 2012). Ekstrak metabolit sekunder yang didapatkan ditimbang
kemudian dilarutkan dalam DMSO 1% dan disimpan pada suhu 4ºC untuk
proses uji aktivitas antimikroba dan identifikasi metabolit sekunder yang
terdapat di dalamnya.
e. Uji Aktivitas Antimikroba
Ekstrak metabolit sekunder bakteri yang diperoleh selanjutnya diuji
aktivitas antimikroba (bio assay) dengan metode difusi cakram. Adapun
bakteri patogen yang digunakan adalah E. coli, S. aureus, dan P.
aeruginosa. Sebelum dilakukan uji aktivitas antimikroba, isolat bakteri
patogen yang diuji dibuat suspensinya terlebih dahulu dengan cara
17
kemudian dihomogenkan dengan cara di divorteks dan diukur
kekeruhannya sampai mencapai mencapai 0,5 standar McFarland (108
cfu/mL) (Sashidaran et al., 2011).
Sebanyak 1 ml suspensi bakteri patogen dituangkan ke dalam cawan
Petri steril, dan ditambahkan dengan 10 ml Luria Bertani agar kemudian
dihomogenkan. Selanjutnya cakram steril yang berukuran 6 mm diletakkan
pada medium agar dan ditetesi dengan 20 μl ekstrak metabolit sekunder
bakteri yang digunakan. Selanjutnya cawan Petri ini diinkubasi pada suhu
37ºC selama 24 jam untuk melihat zona hambat (Sashidaran et al., 2011).
Zona hambat ini diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan
mengukur diameter dari zona hambat yang dihasilkan (Cappuccino &
Sherman, 1987).
f. Identifikasi metabolit sekunder dengan metode GC-MS
Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan selanjutnya
diidentifikasi dengan menggunakan GC-MS. GCMS merupakan alat yang
digunakan untuk identifikasi dan kuantisasi senyawa organik yang bersifat
mudah menguap dan semivolatil dalam campuran yang kompleks (Hites,
1997). Pengujian GC-MS ini dilakukan di laboratorium instrument Kimia,
FPMIPA-UPI. Sampel yang diinjeksikan sebanyak 0,2 µl, sedangkan suhu
injektor dan detektor yang digunakan sebesar 270ºC dan 290ºC. Gas
pembawa yang digunakan adalah gas helium dengan laju kecepatan
18
F. Alur Penelitian
Alur penelitian dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah
ini
Gambar 3.1
Alur penelitian
Tahap persiapan alat dan bahan yang digunakan
Tahap penelitian
Analisis Data
Pembuatan kurva tumbuh bakteri endofit akar
V.zizanioides
Identifikasi Metabolit Sekunder dengan GC-MS
Kesimpulan
Ekstraksi metabolit sekunder bakteri endofit akar V.zizanioides
Subkultur isolat dari crayo pada medium agar miring
Uji antibakteri ekstrak metabolit sekunder bakteri endofit akar V.zizanioides terhadap bakteri patogen
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa metabolit
sekunder dari lima bakteri endofit akar Vetiveria zizanioides yang diuji
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli, Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Dari kelima bakteri endofit tersebut,
dapat diketahui pula bahwa metabolit sekunder dari bakteri endofit P.
aeruginosa paling berpotensi sebagai antibakteri. Secara keseluruhan
metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri dari kelima bakteri
endofit yang diuji terdiri dari senyawa Hydrazine dan kelompok alkaloid.
Senyawa hydrazine terdapat pada metabolit sekunder Lysinibacillus
sphaericus dan Acinetobacter sp., yakni Hydroxy acetic acid hydrazide dan
Hydrazine carboxylic acid, ethyl ester. Kandungan metabolit sekunder dari
Bacillus sp. yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri adalah 1,2-Benzene
dicarboxyclic acid, mono (2-ethylhexyl) ester. Sedangkan kandungan
metabolit sekunder dari Pantoea sp. yang diketahui memiliki aktivitas
antibakteri adalah N-methyl-N-[2'-(4 pyridyl) ethyl]-2(2 pyridyl) ethylamine
dan (3R,4s) -3 - (2-nitro-4-methoxyphenyl) - 4 - (4- hydroxyphenyl) hexane.
Adapun kandungan metabolit sekunder dari P. aeruginosa yang diketahui
memiliki aktivitas antibakteri terdiri dari senyawa
2-(5-chloro-2-methoxyphenyl) pyrrole, 3 - (1 - phenyl - 2,3 dihydro - 1H - isoindol - 2 - yl)
propan-1-ol dan 1H - Isoindole - 1,3 (2H) - dithione.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, terdapat beberapa
saran untuk lebih mengembangkan penelitian yang terkait, yaitu:
1. Diperlukan adanya pemisahan fraksi dari ekstrak metabolit sekunder yang
38
compound.
2. Diperlukan adanya pengaturan faktor lingkungan terhadap kondisi kultur
bakteri yang digunakan, sehingga mampu menginduksi bakteri untuk
menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri
Dwi Pratiwi, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Adams, R., Habte, M., Park, S., & Dafforn, M. (2004). “Preliminary Comparison of Vetiver Root Essential Oils From Cleansed (Bacteria - and Fungus-Free) Versus Non-Cleansed (Normal) Vetiver Plants”. Journal Biochemical Systematics and Ecology. 32, (12), 1137-1144.
Ahamed, N. 2012. ―Isolation and Identification of Secondary Metabolites Producing Organisms from Marine Sponge‖. Discovery. 1, (1), 14-17.
Aili, N., Darah, I., Afifah, N., & Fariza, S. (2011). ―Effects Of Methanolic Extract of A Soft Sponge, Haliclona Sp. on Bacterial Cells: Structural Degeneration Study‖. International Journal Of Comprehensive Pharmacy. 7, (2), 1-6.
Backer, C.A. & Brink, R.C.B.V.D. (1968). Flora of Java (Spermatophytes only)
Vol III. Netherland : Wolters-Noordhoof N.V. Groningen.
Basuri, T., & Vishal, M. (2011). Anti-Arthritic Activity of Root Extracts of
Vetiveria zizanioides. Journal of Pharmacy Research. 4, (4), 1240-1241.
Battu, P.R., & Reddy, MS. (2012). ―Isolation of Secondary Metabolites from
Pseudomonas Fluorescens and Its Characterization‖. Asian J. Research
Chem. 2, (1), 26-29.
Berdy, J. (2004). ―Bioactive Mikrobial Metabolites‖. Journal Antibiotik. 58, (1),
1-26.
Bintang, M. (2010). Biokimia, Teknik Penelitian. Jakarta : Erlangga.
Bhoonobtong, A. Sawadsitang, S., Sodngam, S., & Mongkolthanaruk, W. (2012).
“Characterization of Endophytic Bacteria, Bacillus Amyloliquefaciens for Antimicrobial Agents Production‖. International Conference on Biological
and Life Sciences IPCBEE. 40, 1-6.
Brock, T.D., & Madigan, M.T. (1991). Biology of Microorganisms 6th edition. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ, 874.
Bunch, A., & Harris, R. (1986). ―The Manipulation of Microorganism for The Production of Secondary Metabolites‖. The university of Kent, UK. 117-144.
Cappucino, J. G. & Sherman, N. (1987). Microbiology: A Laboratory Manual. California: The Bnjamin Cummings Publishing Company, Inc.
Caraballo, I. (2010). ―A Study of Bacterial Endophytes of Coccoloba uvifera at Cabo Rojo, Puerto Rico”. BS, Industrial Microbiology, Universidad de
40
Chomchalow, N. (2000). Manual of the International Training Course on the
Vetiver System. Bangkok : Office of the Royal Development Projects Board,
Bangkok, Thailand.
Cordero, M., Borbon, H., Roman, F., Viques, R., Villegas, L., Soto, R., Vega, I., & Herrera, J. (2012). ―Antimicrobial Activity and Phytochemical Screening of Secondary Metabolites Extracted from the Ascidian Rhopalaea birkelandi‖.
European Journal of Scientific Research.70, (3), 345-353.
Demain, A. (1998). “Induction of Microbial Secondary Metabolism‖.
Springer-Verlag Ibérica . (1), 259–264.
Deny, B.J., Novotny, L., West, P.W.J., Blesova, M., West, Z., & Zamocka, J. (2005). ―Antimicrobial Activity of a Series of 1-Alkyl-2-(4-Pyridyl) Pyridinium Bromides against Gram-Positive and Gram-Negative Bacteria‖. Medical Principle Practice. 14, 377–381.
Departemen Kehutanan Indonesia. (2007). Statistik Kehutanan Indonesia. Jakarta : Departemen Kehutanan Indonesia.
Devi, P., D’Souza, L., Kamat, T., Rodrigues, C., & Naik, C. (2009). ―Batch Culture Fermentation Penicillium chrysogenum and a Report on the Isolation, Purification, Identification and Antibiotic Activity of Citrinin‖. Indian
Journal of Marine Sciences. 38, (1), 38-44.
Dhanasekaran, D., Tajudin, M. T., Panneerselvam, A. (2008). ―An Antifungal Compound: 4' Phenyl -1-Napthyl –Phenyl Acetamide from Streptomyces sp. Dptb16‖. Journal Medicine and Biology. 15, (1), 7 – 12.
Ebrahimi, A., Asgharian, S., & Habibian, S. (2010). ―Antimicrobial Activities of Isolated Endophytes from Some Iranian Native Medicinal Plants‖. Iranian Journal of Pharmaceutical Sciences. 6, (3), 217-222.
Ezra, D., Castillo, U., Strobel, G., Hess, W., Porter, H., Jensen, J.B., Condron, M., Teplow, D., Sears, J., Maranta, M., Hunter, M., Weber, B., & Yaver, D. (2002). ―Coronamycins, Peptide Antibiotics Produced by a Verticillate
Streptomyces sp. (MSU-2110) Endophytic on Monstera sp.‖. Journal of
Microbiology. (150), 785–793.
Farhana, S., Biviand, R., & Khairulmazmi, A. (2011). ―Effect of Carbon Sources on Bacterial Production of Metabolites against Fusarium oxysporum and
Colletotrichum gloeosporioide”. International Journal Of Agriculture & Biology. 13, (1), 1-8.
Fei-sheng, Wang., Yuan, W., & Peng-fei, Z. (2009). ―Comparison of Chemical Compositions between Two Essential Oils from Vetiveria zizanioides by Different Extraction Methods‖. Food science. 30, (8), 212-214.
41
Dwi Pratiwi, 2013
The GASP Phenotype‖. Nature Reviews Microbiology. 4, 113-120.
Fukuda, T., Matsumoto, A., Takahashi, Y., Tomoda, H., & Omura, S. (2005). ―Phenatic Acid A and B, New Potentiators of Antifungal Miconazole Activity Produce by Streptomyces sp. K03-0132‖. Journal Antibiotic. 58, (4), 252-259.
Garba, S., & Salihu, L. (2011). ―Antibacterial Activities of 2-O-butyl-1-O-(2’ -ethylhexyl) benzene-1,8-dicarboxylate and 1-phenyl-1,4-pentanedione Isolated from Vitellaria paradoxa Root bark‖. Asian Journal of scientific Research. 4, (2), 149-157.
Gohar, Y., El-Naggar, M., Soliman, M.P., & Barakat, M. (2009). ―Characterization of Marine Burkholderia cepacia Antibacterial Agents‖.
Journal of Natural Products. 3, 86-94.
Gohil, V., Agrawal, S.A., Saxena, A.K., Garg, D., Gopimohan, C., Bhutani, K. (2009). ―Synthesis, Biological Evaluation and Molecular Docking of Aryl Hydrazines and Hydrazides for Anticancer Activity‖. Indian Journal of
Experimental Biology. 48, 265-268.
Greenfield, J. (2002). Vetiver Grass An Essential Grass For The Conservation Of
Planet Earth. Haverford, Infinity, PA.
Guidice, D., Massardo, D.R., Pontieri, P., Berte, C.M., Tredici, C., Talà, A., M, Stefano., Maffei, M., & Alifano, P. (2008). ―The Microbial Community of Vetiver Root is Necessary for Essential Oil Biosynthesis‖. Proceedings of the
52nd Italian Society of Agricultural Genetics. Annual Congress Padova, Italy
– 14/17 September, 2008.
Gulani, C. Bhattacharya, S. Das, A. (2012). ―Assessment Of Process Parameters Influencing The Enhanced Production of Prodigiosin From Serratia
Marcescens and Evaluation of Its Antimicrobial, Antioxidant and Dyeing
Potentials”. Malaysian Journal of Microbiology. 8, (2), 116-122.
Gupta, S., & Dwivedi, G. (2011). ―Antimycobacterial Activity of Fractions and Isolated Compounds from Vetiveria zizanioides‖. Medical Chemistry
research. 1-7.
Hanifati, F. 2008. Bakteri Endofit Batang Akar Wangi Vetiveria zizanioides dan
Kajian Keragaman Bakteri. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
Herbert, R. (1995). Biosintesis Metabolit Sekunder. Semarang : IKIP Semarang Press.
Hites, R. (1997). Gas Chromatography Mass Spectrometry. Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry. 609-627.
42
Hydrazides with Acetic Acid and Formic Acid‖. Chemical Pharm. Bull. 50,
(1), 140-142.
Liasi, S., Azmi, T., Hassan, M.D., Shuhaimi, M., Rosfarizan, M., & Ariff, A. (2009). ―Antimicrobial Activity and Antibiotic Sensitivity of Three Isolates of Lactic Acid Bacteria from Fermented Fish Product, Budu‖. Malaysian Journal of Microbiology. 5, (1), 33-37.
Li, J., Zhao, G.Z., Chen, H.H., Wang, B.H., Qin, S., Zhu, W.Y., , Xu, L.H., Jiang, C.H., & Li, W.J. (2008). ―Antitumour and Antimicrobial Activities of Endophytic Streptomycetes from Pharmaceutical Plants in Rainforest‖.
Journal compilation, The Society for Applied Microbiology. 47, (2008) 574–
580.
Lloren, J., Tormo, A., & Garcıa, E. (2010). ―Stationary Phase in Gram-Negative Bacteria‖. Federation European Microbiological Science. Microbiol Review.
34, 476–495.
Luqman, S., Srivastava, S., Darokar, M.P., & Khanuja, S. (2005). ―Detection of Antibacterial Activity in Spent Roots of Two Genotypes of Aromatic Grass
Vetiveria zizanioides‖. Journal Pharmaceutical Biology. 43, (8), 732–736.
Maffei, M. (2002). Vetiveria. The genus Vetiveria (ed. M. Maffei). London and New York : Taylor & Francis.
Margino, S. (2008). ―Produksi Metabolit Sekunder (Antibiotik) oleh Isolat Jamur Endofit Indonesia‖. Majalah Farmasi Indonesia. 19, (2), 86 – 94.
Massardo, R., Senatore, F., Alifano, P., Giudice, L., & Pontieri, P. (2006). ―Vetiver Oil Production Correlates with Early Root Growth‖. Biochemical
Systematics and Ecology. 34, (5), 376–382.
Matlock, B., Beringer, R., Ash, D., & Andrew, F. (2011). Differences in Bacterial
Optical Density Measurements between Spectrophotometers. USA : Thermo
Fisher Scientific, Wilmington.
Nantachit, K., Bunchoo, M., Khantava, B., & Khamvan, C. (2010). ―Antimicrobial Activity of Alkaloid from Roots of Vetiveria zizanoides (L.)
Nash ex Small‖. Thai Pharm Health Science Journal. 5, (2), 99 - 102.
Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
O’Donnell, G., Poeschl, R., Zimhony, O., Gunaratnam, M., Moreira, J., Neidle, S., Evangelopoulos, D., Bhakta, S., Malkinson, J., Boshoff, H., & Lenaerts, A. (2009). ―Bioactive Pyridine-N-oxide Disulfides from Allium stipitatum”. Journal Natural Product. 72, (3), 360–365.
43
Dwi Pratiwi, 2013
from the Sponge Spongosorites sp.‖. Biol. Pharm. Bull. 29, (3) 570-573.
Okwu, D.E., & Igara, E.C. (2007). ―Isolation, Characterization and Antibacterial Activity of Alkaloid from Datura metel Linn Leaves‖. African Journal of
Pharmacy and Pharmacology. 3, (5), 277-281.
Pankey, G. & Sabath, L. (2013). ―Clinical Relevance of Bacteriostatic versus Bactericidal Mechanisms of Action in the Treatment of Gram - Positive Bacterial Infections”. CID. 38. 864-870.
Parvin, R., Absar, MN., Ershaduzzaman, M., Elahi, M., & Shil, A. (2011). ―Antibiogram Of Single, Double And Triple Chain Aroyl Hydrazine Against Some Gram Positive And Gram Negative Bacteria‖. International Journal of
Natural Sciences. 1, (1), 17-21.
Pelezar, M., & Chan, E.C.S. (1988). Dasar-dasar Mikrobiologi II. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Permatasari, Y. (2011). Karakterisasi dan Identifikasi Molekuler Bakteri Endofit
Akar Vetiveria zizanioides L. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
Pimentel, M.R., Molina, G., Dionısio, A., Junior, M., & Pastore, G. (2012). ―The Use of Endophytes to Obtain Bioactive Compounds and Their Application in Biotransformation Process‖. SAGE-Hindawi Access to Research Biotechnology Research International. 1-11.
Pin, C., & Baranyi, J. (2008). ―Single-Cell and Population Lag Times as a Function of Cell Age‖. Journal Applied And Environmental Microbiology. 74, (8), 2534–2536.
Pringgenies, D., Harmawan, A., & Ridho, A. (2012). ―Uji Fitokimia dan Aktifitas Anti Bakteri Ekstrak Media Supernatan Bakteri Simbion Vibrio sp. Gastropoda Oliva vidua Terhadap Bakteri Multi Drug Resistant‖. Journal of Marine Research. 1, (1), 84-89.
Pripdeevech, P., Wongpornchai, S., & Promsiri, A., (2006). ―Highly Volatile Constituents of Vetiveria zizanioides Roots Grown under Different Cultivation Conditions‖. Molecules. 11, 817-826.
Qin, L., Yu, H., Zhang, L., Li, L., Zheng, C., Guo, L., Li, W., & Sun, P. (2010). ―Recent Developments and Future Prospects of Antimicrobial Metabolites Produced By Endophytes‖. Sciencedirect Microbiological Research. 165,
437—449.
Radji, M. (2005). ―Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan Obat Herbal‖. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2, (3), 113 - 126.
44
Multipurpose Eco-Friendly Grass Of India‖. Proceedings of the 3rd
International Vetiver Conference, Thailand, January 2000.
Ratha, M., Subha, K., Senthilkumar, G., & Panneerselvam, A. (2012). ―Screening of Phytochemical and Antibacterial Activity of Hemidesmus indicus (L.) and
Vetiveria zizanoides (L)‖. European Journal of Experimental Biology. 2, (2), 363-368.
Rolfe, M., Rice, C.J., Lucchini, S., Pin, C., Thompson, A., Cameron, A., Alston, M., Stringer, M.F., Betts, R.P., Baranyi, J., Peck, M., & Hinton, J. (2011). ―Lag Phase Is a Distinct Growth Phase That Prepares Bacteria for Exponential Growth and Involves Transient Metal Accumulation‖. Journal of
Bacteriology.194, (3), 686–701.
Romoli, R., Papaleo, M.C., Pascale, D., Tutino, M.L., Michaud, A. LoGiudice, A., Fani, R., & Bartolucci, G. (2013). ―GC–MS Volatolomic Approach to Study The Antimicrobial Activity of The Antarctic Bacterium Pseudoalteromonas sp. TB41‖. Metabolomics. 1-10.
Roy, S., & Banerjee, D. (2010). ―Isolation Of Antimicrobial Compound By Endophytic Bacteria From Vinca rosea”. International Journal Of Current Research. 5, 047-051.
Saga, T., & Yamaguchi, K. (2009). ―History of Antimicrobial Agent and Resistant Bacteria‖. JMAJ. 52 (2), 103 -108.
Samrot, A., Chandana, K., Senthilkumar, P. & Narendrakumar, G. (2011). ―Optimized Production of Prodigiosin from Serratia Marcescens SU-10 Grown as Batch Culture and Evaluation of Bioactivity of Produced Prodigiosin‖. International Journal of Medicobiological Research. 1, (3), 145-150.
Sharma, M.C., Nigam, V.K., Behera, B., & Kachhawa, J. (2009). ―Antimicrobial Activity of Aqueous Extract of Holoptelea Integrifolia (Roxb.) Leaves: an In
vitro Study‖. Pharmacologyonline. 1: 155-159.
Sasidharan, S. Darah, I. Jain, K. (2011). ―In Vitro And In Situ Antiyeast Activity Of Gracilaria changii Methanol Extract Against Candida albicans”.
European Review for Medical and Pharmacological Sciences. 15, 1020 –
1026.
Sasidharan, S., Darah, I., Noordin, M. (2010). ―In Vitro Antimicrobial Activity Against Pseudomonas Aeruginosa and Acute Oral Toxicity of Marine Algae
Gracilaria Changei”. Biocatalysis and Agricultural Biotechnology. 27, (4),
390-396.
Seswita, D., & Hadipoentyanti, E. (2010). ―Pemanfaatan Plasma Nutfah Akarwangi Dalam Memperoleh Varietas Unggul‖. Jurnal Perkembangan
45
Dwi Pratiwi, 2013
Silva, I., Martins, M., Carvalho, C., Azevedo, J., & Procópio, R. (2012). ―The Effect of Varying Culture Conditions on the Production of Antibiotics by Streptomyces sp., Isolated from The Amazonian Soil‖. Journal Fermentation
Technology. 1, (3), 1-5.
Simanjuntak, P., Parwati, T., Bustanussalam., Prana, T.K., & Shibuya,H. (2002). ―Produksi Alkaloid Kuinina Oleh Beberapa Mikroba Endofit Dengan Penambahan Zat Induser (Studi Mikroba Endofit Tanaman Cinchona sp.‖.
Majalah Farmasi Indonesia. 13, (1), 1-6.
Strobel, G., & Daisy, B. (2003). ―Bioprospecting for Microbial Endophytes and Their Natural Products‖. Microbiology and Molecular Biology Reviews. 67, (4), 491–502.
Subhadradevi, V., Asokkumar, K., Umamaheswari, M., Sivashanmugam, A.T., & Sankaranand, R. (2010). ―In vitro antioxidant activity of Vetiveria
zizanioides root extract‖. Tanzania Journal of Health Research. 12, (2), 1-10.
Tanaka, J.C., Silva, D., Oliveira., Nakamura, C.V., Filho, D. (2006).
“Antibacterial Activity of Indole Alkaloids from Aspidosperma ramiflorum”.
Brazilian Journal of Medical and Biological Research. 39, (3), 387-391.
Truong, P., & Loch, R. (2004). ―Vetiver System For Erosion and Sediment Control‖. International Soil Conservation Organisation Conference – Brisbane, July 2004. (10), 1-6.
Truong, P., Gordon, I., & Amstrong, F. (2002). ―Vetiver Grass For Saline Land Rehabilitation Under Tropical And Mediterrranean Climate‖. Paper
presented at the Productive Use and Rehabilitation of Saline Lands National Conference, Fremante. 1- 11.
Vining, L.C. 1990. ―Secondary Metabolism”. World Journal of Microbiology and Biotechnology. 8 (Supplement 1), 90-91.
Weyens, N. (2009). “Phytoremediation: Plant–Endophyte Partnerships Take The Challenge‖. Current Opinion in Biotechnology. 20, 248–254.
Wink, M. (1998). ―Alkaloids : Biochemistry, Ecology and medical Aplication”. New York : Plenum press.
Yeh, P., Tschumi, A,. & Kishony, R. (2006). ―Functional Classification of Drugs by Properties of Their Pairwise Interactions‖. Nature Genetik. 38, (4), 489-494.
Yu, M. Wang, J., Tang, K., Shi, X., Wang, S., Zhu, W., & Zhan, X. (2012). ―Purification and Characterization of Antibacterial Compounds of