• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ENDOFIT AKAR VETIVERIA ZIZANIOIDES.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ENDOFIT AKAR VETIVERIA ZIZANIOIDES."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Dwi Pratiwi, 2013

KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER YANG BERPOTENSI

SEBAGAI ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ENDOFIT AKAR

Vetiveria zizanioides

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh:

Dwi Pratiwi

0905609

PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER

YANG BERPOTENSI SEBAGAI

ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ENDOFIT

AKAR Vetiveria zizanioides

Oleh Dwi Pratiwi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Dwi Pratiwi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Dwi Pratiwi, 2013

DWI PRATIWI

KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER YANG BERPOTENSI

SEBAGAI ANTIBAKTERI DARI BAKTERI ENDOFIT AKAR

Vetiveria zizanioides

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing 1

Dr. Hj. Any Fitriani, M.Si.

NIP. 196502021991032001

Pembimbing 2

Dra. Yanti Hamdiyati, M.Si

NIP. 196611031991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Dr. Riandi, M.Si

(4)

PERNYATAAN

“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Kandungan Metabolit Sekunder yang Berpotensi sebagai Antibakteri dari Bakteri

Endofit Akar Vetiveria zizanioides” beserta seluruh isinya adalah benar-benar

karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakkan atau pungutipan

dengan cara yang tidak sesuai etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini”.

Bandung, Agustus 2013

Yang membuat pernyataan,

Dwi Pratiwi

(5)

Kandungan Metabolit Sekunder yang Berpotensi sebagai Antibakteri dari

Bakteri Endofit Akar Vetiveria zizanioides

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai kemampuan bakteri endofit dari akar

Vetiveria zizaniodes untuk menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi

sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri dari bakteri endofit akar V.

zizanioides. Empat isolat bakteri endofit ditumbuhkan pada medium Luria Bertani

dan satu isolat bakteri ditumbuhkan dalam medium King’s B sampai mencapai fase stasioner. Kultur bakteri ini selanjutnya diekstraksi dengan menggunakan etil asetat. Ekstrak metabolit sekunder yang didapatkan diuji aktivitas antibakteri dan dianalisis kandungan metabolit sekundernya menggunakan GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak metabolit sekunder Pseudomonas aeruginosa paling berpotensi sebagai antibakteri dibandingkan keempat bakteri endofit yang lainnya. Kandungan metabolit sekunder dari P. aeruginosa yang berpotensi sebagai antibakteri adalah 2-(5-chloro-2-methoxyphenyl) pyrrole, 3 - (1 - phenyl - 2,3 dihydro - 1H - isoindol - 2 - yl) propan-1-ol, dan 1H - Isoindole - 1,3 (2H) -

dithione.

(6)

THE CONTENT OF SECONDARY METABOLIT WHICH HAS

POTENTIAL AS ANTIBACTERIA FROM ENDOPHYT BACTERIA OF

Vetiveria zizaniodes’s ROOT

ABSTRACT

The research on endofit bacteria capability, from the root of Vetiveria

zizaniodes, to produce secondary metabolites which has potential as antibacteria

has been conducted. The objective of this research is to investigate the content of secondary metabolite which has potential as antibacteria from endophyt bacteria of Vetiveria zizaniodes’s root. Four isolates of endophyt bacteria were inoculated in the medium of Luria Bertani, and one isolate was inoculated in the medium of King’s B until stationary phase. Furthermore, these bacteria culture were extracted by etylasetat. This extract was tested to pathogen bacteria and analyzed its secondary metabolite content by using GC-MS. The result showed that secondary metabolite Pseudomonas aeruginosa was the most potential to be antibacterial among the others. The content of secondary metabolite from P. aeruginosa which is potential to be antibacterial are 2-(5-chloro-2-methoxyphenyl) pyrrole, 3 - (1 -

phenyl - 2,3 dihydro - 1H - isoindol - 2 - yl) propan-1-ol,and 1H - Isoindole - 1,3

(2H) - dithione.

(7)

DAFTAR ISI

C. Pertanyaan Penelitian ... 3

D. Batasan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat penelitian ... 4

BAB II Vetiveria zizanioides, BAKTERI ENDOFIT, METABOLIT SEKUNDER DAN ANTIBAKTERI ... 5

A. Vetiveria zizanioides (Akar Wangi) ... 5

B. Bakteri Endofit ... 8

C. Metabolit Sekunder ... 10

D. Antibakteri ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

A. Jenis Penelitian ... 14

B. Populasi dan Sampel ... 14

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 14

D. Alat dan Bahan ... 14

E. Prosedur penelitian ... 15

F. Alur Penelitian ... 18

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

A. Kurva Tumbuh Isolat Bakteri ... 19

B. Skrining Fase Stasioner ... 25

(8)

vi

D. Uji Antibakteri Terhadap Bakteri Patogen ... 26

E. Kandungan Metabolit Sekunder yang Berpotensi sebagai Antibakteri ... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

A. Kesimpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 46

(9)

Dwi Pratiwi, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel hal. 4.1 Waktu stasioner yang digunakan untuk produksi metabolit sekunder ... 24

4.2 Hasil skrining fase stasioner bakteri endofit optimal ... 25

4.3 Berat ekstrak metabolit sekunder ... 26

4.4 Hasil uji antibakteri dari ekstrak metabolit sekunder bakteri endofit V.

zizanioides ... 27

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar hal.

2.1 Vetiveria zizanioides ... 6

3.1 Alur penelitian ... 18

4.1 Kurva Tumbuh Listeria sphaericus ... 20

4.2 Kurva Tumbuh Pantoea sp. ... 20

4.3 Kurva Tumbuh Bacillus sp. ... 21

4.4 Kurva Tumbuh Acinetobacter sp. ... 21

4.5 Kurva Tumbuh Pseudomonas aeruginosa ... 22

4.6 Zona hambat ekstrak L. sphaericus terhadap bakteri patogen ... 27

4.7 Zona hambat ekstrak Pantoea sp terhadap bakteri patogen ... 28

4.8 Zona hambat ekstrak Bacillus sp terhadap bakteri patogen ... 28

4.9 Zona hambat ekstrak Acinetobacter sp terhadap bakteri patogen ... 28

4.10 Zona hambat ekstrak P. aeruginosa terhadap bakteri patogen ... 29

4.11 Zona hambat ekstrak Ampisilin terhadap bakteri patogen ... 29

4.12 Zona hambat ekstrak DMSO 1 % terhadap bakteri patogen ... 29

(11)

Dwi Pratiwi, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran hal.

1. Daftar alat dan bahan ... 46

2. Protokol pembuatan larutan yang digunakan dalam penelitian ... 51

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

sumber daya hayati yang melimpah. Kekayaan hayati ini meliputi kekayaan

flora dan fauna. Ada sekitar 38.000 jenis tumbuhan yang hidup di Indonesia

dengan 1.260 jenis diantaranya merupakan tanaman obat (Departemen

Kehutanan Indonesia, 2007). Vetiveria zizanioides atau yang lebih dikenal

dengan nama akar wangi merupakan salah satu tanaman obat yang banyak

terdapat di Indonesia. Persebaran tanaman ini meliputi Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur (Seswita & Hadipoentyanti,

2010).

Akar tanaman V. zizanioides banyak mengandung minyak esensial yang

dapat dijadikan sebagai bahan industri parfum, bahan kosmetik, pewangi

sabun, obat-obatan, dan pembasmi serangga (Seswita & Hadipoentyanti,

2010). Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ekstrak akar tanaman ini

mempunyai aktivitas antimikroba. Ekstrak akar tanaman V. zizanioides dalam

pelarut etanol mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli,

Klebseilla pnemoniae, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, dan Vibrio

cholera (Ratha et al., 2012), sedangkan senyawa alkaloid, vetiverin yang

berhasil diisolasi dari minyak esensial akar tanaman ini menunjukkan

aktivitas antijamur terhadap Trichophyton mentagrophytes (Nantachit et al.,

2010).

Tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba endofit

yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder

(Pimentel et al., 2012). Beberapa senyawa bioaktif dari bakteri endofit dapat

dijadikan sebagai antibiotik, antiparasit, antivirus, antioksidan, agen anti

kanker dan insektisida (Strobel et al., 2003). Salah satu jenis senyawa bioaktif

dari bakteri endofit yang telah banyak dikembangkan adalah antibiotik (Berdy,

(13)

2

dalam industri pangan, pakan, pertanian, kesehatan, biokimia, genetika, dan

biologi molekuler (Margino, 2008). Kemampuan bakteri endofit untuk

memproduksi senyawa metabolit sekunder yang sesuai dengan tanaman

inangnya merupakan salah satu peluang yang sangat besar untuk

memproduksi antibiotik. Hal ini terjadi karena penggunaan bakteri sebagai

sumber suatu produk hayati seperti penghasil antibiotik mempunyai proses

produksi yang lebih mudah dan biaya produksi yang lebih rendah, serta dapat

menjaga kelestarian tanaman inangnya (Simanjuntak et al., 2002) sehingga

pada akhirnya akan menghasilkan produk dengan harga lebih murah (Radji,

2005).

Beberapa peneliti telah berhasil mengisolasi mikroba endofit dari

tanaman dan membiakkannya dalam medium sintetik untuk menghasilkan

metabolit sekunder yang sesuai dengan kandungan senyawa kimia di dalam

tanaman inangnya. Simanjuntak et al. (2002) telah berhasil mengisolasi

beberapa mikroba dari tanaman Cinchona sp., kemudian

mengembangbiakkannya secara in vitro untuk memproduksi senyawa

alkaloid sinkona. Ezra et al. (2002) berhasil mengisolasi jamur endofit dari

tanaman Monstera sp. untuk memproduksi senyawa Coronamycin yang

mempunyai aktivitas antijamur terhadap Cryptococcus neoformans. Li et al.

(2008) juga berhasil mengisolasi 41 bakteri endofit dari tanaman obat di

hutan hujan tropis Yunnan, sekitar 65.9% isolat diantaranya mempunyai

aktivitas antibakteri terhadap E. coli, 24.4% isolat mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S. aureus, dan 31.7% isolat mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap S. epidermidis serta 12.2 % isolat diantaranya

mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida albicans.

Isolasi bakteri endofit dari akar tanaman V. zizanioides telah berhasil

dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Permatasari (2011) berhasil

mengisolasi bakteri endofit dari akar tanaman V. zizanioides berdasarkan

keragaman morfologi dan beberapa diantaranya mempunyai kemampuan

aktivitas antimikroba terhadap patogen pada manusia, yakni Listeria

(14)

3

aeruginosa. Adanya kemampuan antimikroba dari kelima bakteri endofit

tersebut mengindikasikan bahwa metabolit sekunder dari bakteri endofit akar

V. zizanioides dapat dijadikan sebagai sumber antibakteri. Namun penelitian

sebelumnya hanya mengungkapkan potensi bakteri endofit sebagai sumber

antibakteri saja, sedangkan kandungan metabolit sekunder yang berpotensi

sebagai antibakteri dari bakteri endofit akar V. zizanioides belum diteliti.

Untuk itu pada penelitian ini akan dibahas mengenai kandungan metabolit

sekunder dari bakteri endofit akar V. zizanioides yang berpotensi sebagai

antibakteri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri dari bakteri endofit akar V.

zizanioides?

C. Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas dapat diuraikan

menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yakni :

1. Apakah kelima bakteri endofit akar V. zizanioides memiliki kandungan

metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri?

2. Metabolit sekunder dari isolat bakteri manakah yang paling berpotensi

sebagai antibakteri?

3. Jenis senyawa apa saja yang berpotensi sebagai antibakteri dari metabolit

sekunder bakteri endofit akar V. zizanioides ?

D. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sampel yang digunakan

sebanyak lima isolat bakteri endofit akar V. zizanioides yang didapatkan dari

(15)

4

E. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan

metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri dari bakteri endofit

akar V. zizanioides.

F. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

1. Memberikan informasi mengenai jenis senyawa metabolit sekunder dari

bakteri endofit akar V. zizanioides yang dapat berperan sebagai antibiotik.

2. Dijadikan pustaka awal untuk pengembangan sumber antibiotik baru

3. Memperbanyak pengetahuan di bidang mikrobiologi atau bidang lainnya,

khususnya bakteri endofit yang mempunyai potensi sebagai penghasil

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005).

B. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah bakteri endofit yang

terdapat dalam akar Vetiveria zizanioides, sedangkan sampel dari penelitian ini

adalah lima isolat biakan murni bakteri endofit akar V. zizanioides. Sampel

didapatkan dari hasil penelitian Permatasari (2011). Permatasari (2011)

melakukan isolasi dari akar V. zizanioides di Perkebunan Usar Kamojang,

Kabupaten Garut.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dimulai bulan Desember 2013 sampai dengan Juni 2013

yang dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Pendidikan Biologi,

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Pendidikan Indonesia.

D. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat di

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

(17)

15

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yakni :

1. Tahap Persiapan

Semua peralatan dan medium yang digunakan dalam penelitian ini

disterilisasi dengan cara sterilisasi basah yakni dengan cara

memasukkannya ke dalam autoclave selama 15-20 menit pada suhu 121°C

dengan tekanan 1,5 atm.

2. Tahap Penelitian

a. Subkultur Isolat dari Cryo pada medium padat

Sebanyak lima isolat bakteri yang diawetkan dalam cryo penelitian

sebelumnya ditumbuhkan kembali atau disub kultur ke dalam medium

agar miring. Medium Luria Bertani digunakan untuk subkultur dan

produksi metabolit sekunder dari isolat A (Lysinibacillus sphaericus),

isolat M (Acinetobacter sp.), isolat H (Pantoea sp.) dan isolat K (Bacillus

sp). Sedangkan medium King’s B digunakan untuk subkultur dan produksi

metabolit sekunder dari isolat Pseudomonas aeruginosa (Battu & Reddy,

2009).

b. Pembuatan Kurva Tumbuh Bakteri

Pembuatan kurva tumbuh bakteri bertujuan untuk mengetahui waktu

panen yang tepat dari isolat bakteri yang ditumbuhkan. Adapun untuk

produksi metabolit sekunder bakteri, pemanenan dilakukan pada saat

bakteri mengalami fase stasioner (Brock & Madigan, 1991). Pembuatan

kurva tumbuh bakteri ini dilakukan dengan metode turbidimetri yakni

dengan mengukur optical density (OD) dari bakteri endofit akar V.

zizanioides menggunakan alat spektofotometer. Sebanyak satu ose bakteri

diinokulasikan pada 10 ml medium cair, kemudian diinkubasi pada water

bath shaker dengan kecepatan 120 rpm pada suhu 37oC selama 24 jam.

Setelah 24 jam, kultur bakteri dipindahkan pada 90 ml medium cair dan

(18)

16

pada suhu 37oC selama 24 jam. Selanjutnya, setiap satu jam sekali kultur

bakteri diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 600 nm

(Cappuccino & Sherman, 1987).

c. Skrining Fase Stasioner Bakteri

Proses skrining fase stasioner bakteri dilakukan dengan melakukan

uji antibakteri dari supernatan isolat bakteri selama fase stasioner terhadap

bakteri patogen. Adapun bakteri patogen yang digunakan diantaranya

adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan P. aeruginosa.

d. Ekstraksi Metabolit Sekunder

Isolat bakteri ditumbuhkan dalam 100 ml medium cair sampai

mencapai fase stasioner yang sesuai dengan hasil skrining fase stasioner

bakteri sebelumnya. Kultur bakteri dipindahkan kedalam tabung 1,5 steril

kemudian disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit

untuk memisahkan bagian pellet dan supernatan. Supernatan dari kultur

bakteri ini dipindahkan pada labu pisah dan diberi etil asetat untuk proses

ekstraksi. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dipekatkan pada vacuum

evaporator pada suhu 40ºC untuk mendapatkan metabolit sekunder

(Ahamed, 2012). Ekstrak metabolit sekunder yang didapatkan ditimbang

kemudian dilarutkan dalam DMSO 1% dan disimpan pada suhu 4ºC untuk

proses uji aktivitas antimikroba dan identifikasi metabolit sekunder yang

terdapat di dalamnya.

e. Uji Aktivitas Antimikroba

Ekstrak metabolit sekunder bakteri yang diperoleh selanjutnya diuji

aktivitas antimikroba (bio assay) dengan metode difusi cakram. Adapun

bakteri patogen yang digunakan adalah E. coli, S. aureus, dan P.

aeruginosa. Sebelum dilakukan uji aktivitas antimikroba, isolat bakteri

patogen yang diuji dibuat suspensinya terlebih dahulu dengan cara

(19)

17

kemudian dihomogenkan dengan cara di divorteks dan diukur

kekeruhannya sampai mencapai mencapai 0,5 standar McFarland (108

cfu/mL) (Sashidaran et al., 2011).

Sebanyak 1 ml suspensi bakteri patogen dituangkan ke dalam cawan

Petri steril, dan ditambahkan dengan 10 ml Luria Bertani agar kemudian

dihomogenkan. Selanjutnya cakram steril yang berukuran 6 mm diletakkan

pada medium agar dan ditetesi dengan 20 μl ekstrak metabolit sekunder

bakteri yang digunakan. Selanjutnya cawan Petri ini diinkubasi pada suhu

37ºC selama 24 jam untuk melihat zona hambat (Sashidaran et al., 2011).

Zona hambat ini diukur dengan menggunakan jangka sorong dengan

mengukur diameter dari zona hambat yang dihasilkan (Cappuccino &

Sherman, 1987).

f. Identifikasi metabolit sekunder dengan metode GC-MS

Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan selanjutnya

diidentifikasi dengan menggunakan GC-MS. GCMS merupakan alat yang

digunakan untuk identifikasi dan kuantisasi senyawa organik yang bersifat

mudah menguap dan semivolatil dalam campuran yang kompleks (Hites,

1997). Pengujian GC-MS ini dilakukan di laboratorium instrument Kimia,

FPMIPA-UPI. Sampel yang diinjeksikan sebanyak 0,2 µl, sedangkan suhu

injektor dan detektor yang digunakan sebesar 270ºC dan 290ºC. Gas

pembawa yang digunakan adalah gas helium dengan laju kecepatan

(20)

18

F. Alur Penelitian

Alur penelitian dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah

ini

Gambar 3.1

Alur penelitian

Tahap persiapan alat dan bahan yang digunakan

Tahap penelitian

Analisis Data

Pembuatan kurva tumbuh bakteri endofit akar

V.zizanioides

Identifikasi Metabolit Sekunder dengan GC-MS

Kesimpulan

Ekstraksi metabolit sekunder bakteri endofit akar V.zizanioides

Subkultur isolat dari crayo pada medium agar miring

Uji antibakteri ekstrak metabolit sekunder bakteri endofit akar V.zizanioides terhadap bakteri patogen

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa metabolit

sekunder dari lima bakteri endofit akar Vetiveria zizanioides yang diuji

mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli, Staphylococcus

aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Dari kelima bakteri endofit tersebut,

dapat diketahui pula bahwa metabolit sekunder dari bakteri endofit P.

aeruginosa paling berpotensi sebagai antibakteri. Secara keseluruhan

metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri dari kelima bakteri

endofit yang diuji terdiri dari senyawa Hydrazine dan kelompok alkaloid.

Senyawa hydrazine terdapat pada metabolit sekunder Lysinibacillus

sphaericus dan Acinetobacter sp., yakni Hydroxy acetic acid hydrazide dan

Hydrazine carboxylic acid, ethyl ester. Kandungan metabolit sekunder dari

Bacillus sp. yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri adalah 1,2-Benzene

dicarboxyclic acid, mono (2-ethylhexyl) ester. Sedangkan kandungan

metabolit sekunder dari Pantoea sp. yang diketahui memiliki aktivitas

antibakteri adalah N-methyl-N-[2'-(4 pyridyl) ethyl]-2(2 pyridyl) ethylamine

dan (3R,4s) -3 - (2-nitro-4-methoxyphenyl) - 4 - (4- hydroxyphenyl) hexane.

Adapun kandungan metabolit sekunder dari P. aeruginosa yang diketahui

memiliki aktivitas antibakteri terdiri dari senyawa

2-(5-chloro-2-methoxyphenyl) pyrrole, 3 - (1 - phenyl - 2,3 dihydro - 1H - isoindol - 2 - yl)

propan-1-ol dan 1H - Isoindole - 1,3 (2H) - dithione.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, terdapat beberapa

saran untuk lebih mengembangkan penelitian yang terkait, yaitu:

1. Diperlukan adanya pemisahan fraksi dari ekstrak metabolit sekunder yang

(22)

38

compound.

2. Diperlukan adanya pengaturan faktor lingkungan terhadap kondisi kultur

bakteri yang digunakan, sehingga mampu menginduksi bakteri untuk

menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri

(23)

Dwi Pratiwi, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Adams, R., Habte, M., Park, S., & Dafforn, M. (2004). “Preliminary Comparison of Vetiver Root Essential Oils From Cleansed (Bacteria - and Fungus-Free) Versus Non-Cleansed (Normal) Vetiver Plants”. Journal Biochemical Systematics and Ecology. 32, (12), 1137-1144.

Ahamed, N. 2012. ―Isolation and Identification of Secondary Metabolites Producing Organisms from Marine Sponge‖. Discovery. 1, (1), 14-17.

Aili, N., Darah, I., Afifah, N., & Fariza, S. (2011). ―Effects Of Methanolic Extract of A Soft Sponge, Haliclona Sp. on Bacterial Cells: Structural Degeneration Study‖. International Journal Of Comprehensive Pharmacy. 7, (2), 1-6.

Backer, C.A. & Brink, R.C.B.V.D. (1968). Flora of Java (Spermatophytes only)

Vol III. Netherland : Wolters-Noordhoof N.V. Groningen.

Basuri, T., & Vishal, M. (2011). Anti-Arthritic Activity of Root Extracts of

Vetiveria zizanioides. Journal of Pharmacy Research. 4, (4), 1240-1241.

Battu, P.R., & Reddy, MS. (2012). ―Isolation of Secondary Metabolites from

Pseudomonas Fluorescens and Its Characterization. Asian J. Research

Chem. 2, (1), 26-29.

Berdy, J. (2004). ―Bioactive Mikrobial Metabolites‖. Journal Antibiotik. 58, (1),

1-26.

Bintang, M. (2010). Biokimia, Teknik Penelitian. Jakarta : Erlangga.

Bhoonobtong, A. Sawadsitang, S., Sodngam, S., & Mongkolthanaruk, W. (2012).

“Characterization of Endophytic Bacteria, Bacillus Amyloliquefaciens for Antimicrobial Agents Production‖. International Conference on Biological

and Life Sciences IPCBEE. 40, 1-6.

Brock, T.D., & Madigan, M.T. (1991). Biology of Microorganisms 6th edition. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ, 874.

Bunch, A., & Harris, R. (1986). ―The Manipulation of Microorganism for The Production of Secondary Metabolites‖. The university of Kent, UK. 117-144.

Cappucino, J. G. & Sherman, N. (1987). Microbiology: A Laboratory Manual. California: The Bnjamin Cummings Publishing Company, Inc.

Caraballo, I. (2010). ―A Study of Bacterial Endophytes of Coccoloba uvifera at Cabo Rojo, Puerto Rico”. BS, Industrial Microbiology, Universidad de

(24)

40

Chomchalow, N. (2000). Manual of the International Training Course on the

Vetiver System. Bangkok : Office of the Royal Development Projects Board,

Bangkok, Thailand.

Cordero, M., Borbon, H., Roman, F., Viques, R., Villegas, L., Soto, R., Vega, I., & Herrera, J. (2012). ―Antimicrobial Activity and Phytochemical Screening of Secondary Metabolites Extracted from the Ascidian Rhopalaea birkelandi‖.

European Journal of Scientific Research.70, (3), 345-353.

Demain, A. (1998). “Induction of Microbial Secondary Metabolism‖.

Springer-Verlag Ibérica . (1), 259264.

Deny, B.J., Novotny, L., West, P.W.J., Blesova, M., West, Z., & Zamocka, J. (2005). ―Antimicrobial Activity of a Series of 1-Alkyl-2-(4-Pyridyl) Pyridinium Bromides against Gram-Positive and Gram-Negative Bacteria‖. Medical Principle Practice. 14, 377–381.

Departemen Kehutanan Indonesia. (2007). Statistik Kehutanan Indonesia. Jakarta : Departemen Kehutanan Indonesia.

Devi, P., D’Souza, L., Kamat, T., Rodrigues, C., & Naik, C. (2009). ―Batch Culture Fermentation Penicillium chrysogenum and a Report on the Isolation, Purification, Identification and Antibiotic Activity of Citrinin‖. Indian

Journal of Marine Sciences. 38, (1), 38-44.

Dhanasekaran, D., Tajudin, M. T., Panneerselvam, A. (2008). ―An Antifungal Compound: 4' Phenyl -1-Napthyl –Phenyl Acetamide from Streptomyces sp. Dptb16‖. Journal Medicine and Biology. 15, (1), 7 – 12.

Ebrahimi, A., Asgharian, S., & Habibian, S. (2010). ―Antimicrobial Activities of Isolated Endophytes from Some Iranian Native Medicinal Plants‖. Iranian Journal of Pharmaceutical Sciences. 6, (3), 217-222.

Ezra, D., Castillo, U., Strobel, G., Hess, W., Porter, H., Jensen, J.B., Condron, M., Teplow, D., Sears, J., Maranta, M., Hunter, M., Weber, B., & Yaver, D. (2002). ―Coronamycins, Peptide Antibiotics Produced by a Verticillate

Streptomyces sp. (MSU-2110) Endophytic on Monstera sp.. Journal of

Microbiology. (150), 785–793.

Farhana, S., Biviand, R., & Khairulmazmi, A. (2011). ―Effect of Carbon Sources on Bacterial Production of Metabolites against Fusarium oxysporum and

Colletotrichum gloeosporioide”. International Journal Of Agriculture & Biology. 13, (1), 1-8.

Fei-sheng, Wang., Yuan, W., & Peng-fei, Z. (2009). ―Comparison of Chemical Compositions between Two Essential Oils from Vetiveria zizanioides by Different Extraction Methods‖. Food science. 30, (8), 212-214.

(25)

41

Dwi Pratiwi, 2013

The GASP Phenotype‖. Nature Reviews Microbiology. 4, 113-120.

Fukuda, T., Matsumoto, A., Takahashi, Y., Tomoda, H., & Omura, S. (2005). ―Phenatic Acid A and B, New Potentiators of Antifungal Miconazole Activity Produce by Streptomyces sp. K03-0132. Journal Antibiotic. 58, (4), 252-259.

Garba, S., & Salihu, L. (2011). ―Antibacterial Activities of 2-O-butyl-1-O-(2’ -ethylhexyl) benzene-1,8-dicarboxylate and 1-phenyl-1,4-pentanedione Isolated from Vitellaria paradoxa Root bark. Asian Journal of scientific Research. 4, (2), 149-157.

Gohar, Y., El-Naggar, M., Soliman, M.P., & Barakat, M. (2009). ―Characterization of Marine Burkholderia cepacia Antibacterial Agents‖.

Journal of Natural Products. 3, 86-94.

Gohil, V., Agrawal, S.A., Saxena, A.K., Garg, D., Gopimohan, C., Bhutani, K. (2009). ―Synthesis, Biological Evaluation and Molecular Docking of Aryl Hydrazines and Hydrazides for Anticancer Activity‖. Indian Journal of

Experimental Biology. 48, 265-268.

Greenfield, J. (2002). Vetiver Grass An Essential Grass For The Conservation Of

Planet Earth. Haverford, Infinity, PA.

Guidice, D., Massardo, D.R., Pontieri, P., Berte, C.M., Tredici, C., Talà, A., M, Stefano., Maffei, M., & Alifano, P. (2008). ―The Microbial Community of Vetiver Root is Necessary for Essential Oil Biosynthesis‖. Proceedings of the

52nd Italian Society of Agricultural Genetics. Annual Congress Padova, Italy

– 14/17 September, 2008.

Gulani, C. Bhattacharya, S. Das, A. (2012). ―Assessment Of Process Parameters Influencing The Enhanced Production of Prodigiosin From Serratia

Marcescens and Evaluation of Its Antimicrobial, Antioxidant and Dyeing

Potentials. Malaysian Journal of Microbiology. 8, (2), 116-122.

Gupta, S., & Dwivedi, G. (2011). ―Antimycobacterial Activity of Fractions and Isolated Compounds from Vetiveria zizanioides. Medical Chemistry

research. 1-7.

Hanifati, F. 2008. Bakteri Endofit Batang Akar Wangi Vetiveria zizanioides dan

Kajian Keragaman Bakteri. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Herbert, R. (1995). Biosintesis Metabolit Sekunder. Semarang : IKIP Semarang Press.

Hites, R. (1997). Gas Chromatography Mass Spectrometry. Handbook of Instrumental Techniques for Analytical Chemistry. 609-627.

(26)

42

Hydrazides with Acetic Acid and Formic Acid‖. Chemical Pharm. Bull. 50,

(1), 140-142.

Liasi, S., Azmi, T., Hassan, M.D., Shuhaimi, M., Rosfarizan, M., & Ariff, A. (2009). ―Antimicrobial Activity and Antibiotic Sensitivity of Three Isolates of Lactic Acid Bacteria from Fermented Fish Product, Budu‖. Malaysian Journal of Microbiology. 5, (1), 33-37.

Li, J., Zhao, G.Z., Chen, H.H., Wang, B.H., Qin, S., Zhu, W.Y., , Xu, L.H., Jiang, C.H., & Li, W.J. (2008). ―Antitumour and Antimicrobial Activities of Endophytic Streptomycetes from Pharmaceutical Plants in Rainforest‖.

Journal compilation, The Society for Applied Microbiology. 47, (2008) 574

580.

Lloren, J., Tormo, A., & Garcıa, E. (2010). ―Stationary Phase in Gram-Negative Bacteria‖. Federation European Microbiological Science. Microbiol Review.

34, 476–495.

Luqman, S., Srivastava, S., Darokar, M.P., & Khanuja, S. (2005). ―Detection of Antibacterial Activity in Spent Roots of Two Genotypes of Aromatic Grass

Vetiveria zizanioides. Journal Pharmaceutical Biology. 43, (8), 732–736.

Maffei, M. (2002). Vetiveria. The genus Vetiveria (ed. M. Maffei). London and New York : Taylor & Francis.

Margino, S. (2008). ―Produksi Metabolit Sekunder (Antibiotik) oleh Isolat Jamur Endofit Indonesia‖. Majalah Farmasi Indonesia. 19, (2), 86 – 94.

Massardo, R., Senatore, F., Alifano, P., Giudice, L., & Pontieri, P. (2006). ―Vetiver Oil Production Correlates with Early Root Growth‖. Biochemical

Systematics and Ecology. 34, (5), 376382.

Matlock, B., Beringer, R., Ash, D., & Andrew, F. (2011). Differences in Bacterial

Optical Density Measurements between Spectrophotometers. USA : Thermo

Fisher Scientific, Wilmington.

Nantachit, K., Bunchoo, M., Khantava, B., & Khamvan, C. (2010). ―Antimicrobial Activity of Alkaloid from Roots of Vetiveria zizanoides (L.)

Nash ex Small‖. Thai Pharm Health Science Journal. 5, (2), 99 - 102.

Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

O’Donnell, G., Poeschl, R., Zimhony, O., Gunaratnam, M., Moreira, J., Neidle, S., Evangelopoulos, D., Bhakta, S., Malkinson, J., Boshoff, H., & Lenaerts, A. (2009). ―Bioactive Pyridine-N-oxide Disulfides from Allium stipitatum”. Journal Natural Product. 72, (3), 360–365.

(27)

43

Dwi Pratiwi, 2013

from the Sponge Spongosorites sp.‖. Biol. Pharm. Bull. 29, (3) 570-573.

Okwu, D.E., & Igara, E.C. (2007). ―Isolation, Characterization and Antibacterial Activity of Alkaloid from Datura metel Linn Leaves. African Journal of

Pharmacy and Pharmacology. 3, (5), 277-281.

Pankey, G. & Sabath, L. (2013). ―Clinical Relevance of Bacteriostatic versus Bactericidal Mechanisms of Action in the Treatment of Gram - Positive Bacterial Infections. CID. 38. 864-870.

Parvin, R., Absar, MN., Ershaduzzaman, M., Elahi, M., & Shil, A. (2011). ―Antibiogram Of Single, Double And Triple Chain Aroyl Hydrazine Against Some Gram Positive And Gram Negative Bacteria‖. International Journal of

Natural Sciences. 1, (1), 17-21.

Pelezar, M., & Chan, E.C.S. (1988). Dasar-dasar Mikrobiologi II. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Permatasari, Y. (2011). Karakterisasi dan Identifikasi Molekuler Bakteri Endofit

Akar Vetiveria zizanioides L. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Pimentel, M.R., Molina, G., Dionısio, A., Junior, M., & Pastore, G. (2012). ―The Use of Endophytes to Obtain Bioactive Compounds and Their Application in Biotransformation Process‖. SAGE-Hindawi Access to Research Biotechnology Research International. 1-11.

Pin, C., & Baranyi, J. (2008). ―Single-Cell and Population Lag Times as a Function of Cell Age‖. Journal Applied And Environmental Microbiology. 74, (8), 2534–2536.

Pringgenies, D., Harmawan, A., & Ridho, A. (2012). ―Uji Fitokimia dan Aktifitas Anti Bakteri Ekstrak Media Supernatan Bakteri Simbion Vibrio sp. Gastropoda Oliva vidua Terhadap Bakteri Multi Drug Resistant‖. Journal of Marine Research. 1, (1), 84-89.

Pripdeevech, P., Wongpornchai, S., & Promsiri, A., (2006). ―Highly Volatile Constituents of Vetiveria zizanioides Roots Grown under Different Cultivation Conditions‖. Molecules. 11, 817-826.

Qin, L., Yu, H., Zhang, L., Li, L., Zheng, C., Guo, L., Li, W., & Sun, P. (2010). ―Recent Developments and Future Prospects of Antimicrobial Metabolites Produced By Endophytes‖. Sciencedirect Microbiological Research. 165,

437—449.

Radji, M. (2005). ―Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan Obat Herbal‖. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2, (3), 113 - 126.

(28)

44

Multipurpose Eco-Friendly Grass Of India‖. Proceedings of the 3rd

International Vetiver Conference, Thailand, January 2000.

Ratha, M., Subha, K., Senthilkumar, G., & Panneerselvam, A. (2012). ―Screening of Phytochemical and Antibacterial Activity of Hemidesmus indicus (L.) and

Vetiveria zizanoides (L). European Journal of Experimental Biology. 2, (2), 363-368.

Rolfe, M., Rice, C.J., Lucchini, S., Pin, C., Thompson, A., Cameron, A., Alston, M., Stringer, M.F., Betts, R.P., Baranyi, J., Peck, M., & Hinton, J. (2011). ―Lag Phase Is a Distinct Growth Phase That Prepares Bacteria for Exponential Growth and Involves Transient Metal Accumulation‖. Journal of

Bacteriology.194, (3), 686–701.

Romoli, R., Papaleo, M.C., Pascale, D., Tutino, M.L., Michaud, A. LoGiudice, A., Fani, R., & Bartolucci, G. (2013). ―GC–MS Volatolomic Approach to Study The Antimicrobial Activity of The Antarctic Bacterium Pseudoalteromonas sp. TB41‖. Metabolomics. 1-10.

Roy, S., & Banerjee, D. (2010). ―Isolation Of Antimicrobial Compound By Endophytic Bacteria From Vinca rosea”. International Journal Of Current Research. 5, 047-051.

Saga, T., & Yamaguchi, K. (2009). ―History of Antimicrobial Agent and Resistant Bacteria‖. JMAJ. 52 (2), 103 -108.

Samrot, A., Chandana, K., Senthilkumar, P. & Narendrakumar, G. (2011). ―Optimized Production of Prodigiosin from Serratia Marcescens SU-10 Grown as Batch Culture and Evaluation of Bioactivity of Produced Prodigiosin‖. International Journal of Medicobiological Research. 1, (3), 145-150.

Sharma, M.C., Nigam, V.K., Behera, B., & Kachhawa, J. (2009). ―Antimicrobial Activity of Aqueous Extract of Holoptelea Integrifolia (Roxb.) Leaves: an In

vitro Study. Pharmacologyonline. 1: 155-159.

Sasidharan, S. Darah, I. Jain, K. (2011). ―In Vitro And In Situ Antiyeast Activity Of Gracilaria changii Methanol Extract Against Candida albicans”.

European Review for Medical and Pharmacological Sciences. 15, 1020

1026.

Sasidharan, S., Darah, I., Noordin, M. (2010). ―In Vitro Antimicrobial Activity Against Pseudomonas Aeruginosa and Acute Oral Toxicity of Marine Algae

Gracilaria Changei”. Biocatalysis and Agricultural Biotechnology. 27, (4),

390-396.

Seswita, D., & Hadipoentyanti, E. (2010). ―Pemanfaatan Plasma Nutfah Akarwangi Dalam Memperoleh Varietas Unggul‖. Jurnal Perkembangan

(29)

45

Dwi Pratiwi, 2013

Silva, I., Martins, M., Carvalho, C., Azevedo, J., & Procópio, R. (2012). ―The Effect of Varying Culture Conditions on the Production of Antibiotics by Streptomyces sp., Isolated from The Amazonian Soil‖. Journal Fermentation

Technology. 1, (3), 1-5.

Simanjuntak, P., Parwati, T., Bustanussalam., Prana, T.K., & Shibuya,H. (2002). ―Produksi Alkaloid Kuinina Oleh Beberapa Mikroba Endofit Dengan Penambahan Zat Induser (Studi Mikroba Endofit Tanaman Cinchona sp.‖.

Majalah Farmasi Indonesia. 13, (1), 1-6.

Strobel, G., & Daisy, B. (2003). ―Bioprospecting for Microbial Endophytes and Their Natural Products‖. Microbiology and Molecular Biology Reviews. 67, (4), 491–502.

Subhadradevi, V., Asokkumar, K., Umamaheswari, M., Sivashanmugam, A.T., & Sankaranand, R. (2010). ―In vitro antioxidant activity of Vetiveria

zizanioides root extract. Tanzania Journal of Health Research. 12, (2), 1-10.

Tanaka, J.C., Silva, D., Oliveira., Nakamura, C.V., Filho, D. (2006).

“Antibacterial Activity of Indole Alkaloids from Aspidosperma ramiflorum”.

Brazilian Journal of Medical and Biological Research. 39, (3), 387-391.

Truong, P., & Loch, R. (2004). ―Vetiver System For Erosion and Sediment Control‖. International Soil Conservation Organisation Conference Brisbane, July 2004. (10), 1-6.

Truong, P., Gordon, I., & Amstrong, F. (2002). ―Vetiver Grass For Saline Land Rehabilitation Under Tropical And Mediterrranean Climate‖. Paper

presented at the Productive Use and Rehabilitation of Saline Lands National Conference, Fremante. 1- 11.

Vining, L.C. 1990. ―Secondary Metabolism”. World Journal of Microbiology and Biotechnology. 8 (Supplement 1), 90-91.

Weyens, N. (2009). Phytoremediation: Plant–Endophyte Partnerships Take The Challenge‖. Current Opinion in Biotechnology. 20, 248–254.

Wink, M. (1998). ―Alkaloids : Biochemistry, Ecology and medical Aplication”. New York : Plenum press.

Yeh, P., Tschumi, A,. & Kishony, R. (2006). ―Functional Classification of Drugs by Properties of Their Pairwise Interactions‖. Nature Genetik. 38, (4), 489-494.

Yu, M. Wang, J., Tang, K., Shi, X., Wang, S., Zhu, W., & Zhan, X. (2012). ―Purification and Characterization of Antibacterial Compounds of

Gambar

Tabel                                                                                                                   hal
Gambar  2.1 Vetiveria zizanioides
Gambar 3.1 Alur penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Seorang anak akan mengalami perkembangan dalam perilaku sosialnya setelah dia memasuki dunia pendidikan (sekolah). Hal tersebut menuntut sekolah agar mendidik dan

Perubahan yang terjadi dari program pengabdian masyarakat oleh tim pengabdian masyarakat adalah yang pertama dari program pemasangan papan nama ruangan, tamu atau pengunjung

lama penyimpanan pada telur maka semakin meningkat daya buih putih telur hingga minggu ke-3, sedangkan pada minggu ke-4 daya buih putih telur cenderung mengalami

Analisis pemerintahan dalam pelayanan publik dengan sistem informasi desa dan kawasan pemalang (SIDEKEM) studi kasus di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang

Bagi mahasiswa yang memiliki power tungkai rendah, data yang diperoleh menunjukan bahwa metode latihan resisted training (RT) lebih baik dibandingkan dengan metode

Aktivitas guru pada siklus I dengan rata-rata yaitu 91,67% (baik) meningkat pada siklus II yaitu 100% (sangat baik). Model pembelajaran learning cycle juga pernah diterapkan

“ Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

menyimpulkan bahwa regulasi hukum nasional belum memberikan peluang bisnis bagi BUMN dalam era keterbukaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, karena pertentangan dua pandangan