• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Temuan Hasil Penelitian

a. Kanker Payudara dan Pengobatannya

Ibu S sudah mengalami sakit kanker payudara selama 1,5 tahun. Hal ini berawal ketika Ibu S mengetahui bahwa ada gejala kanker yang dialaminya, yaitu ketika mulai merasakan adanya benjolan pada payudara sebelah kiri bagian bawah. Benjolan tersebut dapat dirasakan ketika subjek berada pada posisi tidur. Pada benjolan tersebut tidak terdapat luka dan subjek tidak merasakan sakit pada benjolan tersebut.

“Waktu itu kan kalau terasa itu tidur. Kalau miring itu kelihatan benjolannya.” (5-7) “Kiri Bawah” (11) “Enggak sakit. Enggak.” (24) “Gak ada luka apa-apa.

Setelah dilakukan pemeriksaan, Ibu S positif terkena kanker payudara stadium lanjut. Di dalam keluarga besar Ibu S tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat sakit kanker ataupun tumor. Ketika mendapatkan vonis kanker, Ibu S terkejut. Namun, rasa kaget tersebut tidak berkepanjangan.

“Cuma kaget pas itu aja” (104-105) “Saat itu aja. Abis itu udah.” (111)

Hal ini dikarenakan Ibu S memiliki semangat yang tinggi untuk bisa sembuh dari sakit kankernya. Semangat yang tinggi untuk sembuh inilah yang menyebabkan Ibu S tidak mengalami keterpurukan dalam menjalani hidup dengan kanker payudara.

“Nomer 1 semangatnya itu. Kepengen sembuh.” (123-124)

Selain itu, Ibu S juga mampu menghadapi masalah yang ada dengan keikhlasan, santai, dan tidak berpikir secara berat. Hal ini menyebabkan Ibu S mampu menjalani kehidupan dengan perasaan senang.

“Dihadapi dengan senang, ikhlas, gitu aja. Berpikiran

sekarang gak harus ngoyo, santai, gitu aja. Jadi enggak untuk beban-beban.” (129-133) “Saya buat senang sekarang.” (138-139)

Tindakan medis yang dilakukan pihak rumah sakit untuk mengangani kanker payudara ini adalah dilakukannya Radical

Mastectomy. Setelah dilakukan pengangkatan payudara, pengobatan yang selanjutnya dijalani adalah kemoterapi. Kemoterapi dilakukan subjek sebanyak 4 kali. Setelah pengobatan kemoterapi selesai dilaksanakan, Ibu S sudah tidak melakukan pengobatan medis ataupun mengkonsumsi obat-obatan medis. Selain itu, Ibu S juga sudah tidak melakukan cek rutin ke rumah sakit. Hal tersebut dilakukan karena adanya kebosanan ketika harus melakukan cek rutin ke rumah sakit.

“Terus udah rampung kemo terus kontrol berapa bulan

terus harus obat lagi, terus saya berhenti, sekarang

minum sarang semut. Ya bosen.” (239-243)

Walaupun menghentikan pengobatan medis, Ibu S tetap mengusahakan pengobatan melalui pengobatan non medis dengan mengkonsumsi air rebusan sarang semut yang didapatkannya langsung dari Irian.

“… sekarang minum sarang semut.” (242-243)

Pengobatan kanker yang dijalani oleh Ibu S memberikan dampak bagi kondisi fisik Ibu S. Kemoterapi yang dijalani Ibu S menyebabkan Ibu S sering merasa mual dan kondisi tubuhnya

melemah. Hal ini menyebabkan Ibu S harus mengurangi beberapa aktivitasnya.

“… waktu habis kemo itu mual. Terus gak bisa apa-apa

lagi.” (215-217)

b. Kondisi Psychological Well Being

Ibu S memiliki nilai 10 pada tingkat kebahagiaannya saat ini. Pada dimensi penerimaan diri, Ibu S memiliki perubahan dalam memandang diri sendiri. Ketika setelah menjalani operasi pengangkatan payudara, Ibu S sempat tidak memiliki penerimaan diri yang baik, yaitu merasa tidak memiliki kepercayaan diri.

“Waktu habis operasi kan kayaknya minder, kurang PD.” (252-253)

Namun, saat ini, Ibu S memiliki penerimaan diri yang baik. Ibu S sudah memiliki kepercayaan diri kembali. Hal ini dikarenakan dukungan yang diberikan suami kepada Ibu S. Selain faktor dari luar, adanya faktor dari dalam diri sendiri juga mempengaruhi cara penerimaan diri dari Ibu S.

“Sekarang ya itu, jalani aja kayak kehidupan yang

kemaren, waktu ini masih ada.” (254-256) “… nomer 1 itu ya semangat, Mbak. Sama dorongan dari suami …” (264-265)

Adanya semangat dan kemauan untuk berusaha menerima keadaan juga merupakan faktor yang berperan dalam penerimaan diri Ibu S. Sehingga saat ini, Ibu S mampu memiliki perasaan senang dalam menjalani hidupnya.

Ibu S merupakan pribadi yang tidak memiliki banyak kegiatan. Hal ini dikarenakan Ibu S tidak mendapatkan izin dari suami untuk memiliki kegiatan lain.

“Gak boleh. Nanti ndakane capek.” (436)

Saat ini, kegiatan yang dilakukan Ibu S hanyalah mengerjakan kegiatan rumah tangga. Dalam mengatur aktivitasnya tersebut, Ibu S mampu mengaturnya dengan cukup baik. Ibu S mampu mengerjakan pekerjaannya secara mandiri tanpa melibatkan orang lain. Ibu S mengerjakan pekerjaan yang menjadi prioritasnya. Selain itu, Ibu S juga melihat kondisi fisiknya. Apabila Ibu S sudah merasa lelah, atau tidak mampu, maka segera beristirahat, supaya bisa segera melanjutkan pekerjaan yang tertunda tersebut.

“Mandiri.” (421) “…yang mana yang kita kerjakan

dulu, mana yang nanti dulu, terus kira-kira kita

badannya gak enak, gak bisa bekerja, berhenti dulu” (444-448)

Ibu S memiliki tujuan hidup yang mengalir saja seperti air. Tujuan hidup yang dimiliki Ibu S ini sudah ada sejak dulu, sebelum terkena kanker. Namun setelah mendapatkan kanker payudara, Ibu S lebih memiliki keinginan untuk memiliki umur panjang supaya mampu menjalani kehidupannya dengan lebih baik lagi. Walapun terdapat perubahan tujuan hidup menjadi lebih baik, Ibu S merasa kehidupannya sebelum dan setelah mendapatkan vonis kanker tidak ada yang berbeda, semua sama saja.

“…kepengen punya umur panjang. Ya ngalir aja. Jalani dengan baik aja.” (342-344)“Sebelum kanker

seperti ini juga. Sama aja.” (347-348) “Ya kan tujuan

dari hidup kan gini aja mengalir kayak air. Gak ada

yang berubah juga.” (352-354)

Ibu S memiliki pendapat bahwa seseorang yang terkena kanker payudara masih mampu mengembangkan diri dalam hal apapun.

“Saya kira bisa mbak.” (364) “Banyak. Semua bisa” (375)

Hal ini dikarenakan, menurut Ibu S, walaupun terkena kanker, kehidupan harus tetap berjalan, harus memiliki semangat, dan tidak boleh minder. Namun, pendapat tersebut tidak sesuai dengan kondisi Ibu S. Ibu S merasa tidak mampu untuk mengalami perkembangan pribadi. Hal ini dikarenakan penurunan kondisi

tubuh yang dialami Ibu S sejak mendapatkan kanker payudara, sehingga Ibu S tidak ingin memaksakan diri.

“… tenaganya kan sekarang berkurang, kan, jadi gak

harus ngoyo-ngoyo …” (385-387) “Gak usah dipaksa.” (390-391) “Kayaknya enggak.” (396-397)

Selain itu, Ibu S juga tidak mendapatkan izin dari suami untuk memiliki kegiatan lain, sehingga tidak ada kesempatan bagi Ibu S untuk berkegiatan lain yang bisa mengembangkan dirinya.

Ibu S kurang memiliki otonomi dalam hal keputusan yang harus diambil. Segala keputusan dan rumah tangganya, termasuk keputusan pengobatan, atas pertimbangan suami. Selain itu, aktivitas yang dilakukan oleh Ibu S pun atas keputusan dari suami, yaitu tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas lain. Walaupun demikian, Ibu S tetap memiliki kemandirian dalam hal pelaksanaan aktivitas. Ibu S berusaha untuk mandiri dalam menjalani kegiatannya.

“Gak minta bantuan orang lain.” (461-462) “Apa yang

saya bisa kerjakan sendiri ya saya kerjakan.” (472-474)

Selain itu, Ibu S juga mampu untuk mengevaluasi kondisi diri sendiri. Kemampuan mengevaluasi diri ini, menyebabkan Ibu

S mampu untuk melihat kondisi dan kemampuan yang dimilikinya saat ini.

Dalam hal hubungan dengan orang lain, Ibu S memiliki relasi yang positif dengan orang lain, baik itu suami, keluarga besar, maupun masyarakat tempat tinggalnya. Selain itu, Ibu S juga merasakan tidak adanya perubahan dalam relasi yang dia miliki.

“Gak ada perubahan. Dari dulu sama sekarang sama

aja.” (481-483) “Ya baik. Sama aja. Gak ada yang beda.” (487-488)

Relasi positif ini tampak dalam dukungan sosial yang sering Ibu S terima dari suami, keluarga besar, maupun masyarakat sekitar.

c. Dukungan Sosial

Ibu S mendapatkan dukungan sosial dari banyak pihak, yaitu suami, saudara atau keluarga besar, teman di lingkungan tempat tinggal dan teman di lingkungan rumah sakit. Jenis dukungan yang diterimapun bermacam-macam.

Dukungan terbanyak didapatnya dari suami. Selama sakit kanker payudara ini, Ibu S mendapatkan dukungan semangat, mendapat penghiburan dari suami dan dukungan perhatian. Salah satu bentuk perhatian yang diberikan adalah suami Ibu S meminta Ibu S untuk tidak terlalu lelah dalam beraktivitas.

“…semangat.” (496) “…kalau pas badannya gak enak,

suami bilang gak usah dulu, pikiran e gak usah ngoyo,

santai aja, …” (545-548) “Ya kasih sayang itu. Ditunjukkan pada saya, ya lewat menghibur.” (560-561)

Selain mendapatkan dukungan dari suami, Ibu S juga mendapatkan dukungan dari keluarga besar. Dukungan yang diterima adalah bantuan dalam beraktivitas dan dukungan secara emosional, yaitu pemberian kasih sayang dan semangat.

“… ternyata dari saudara-saudara yang memberikan

sendiri.“ (426-427) “Kasih sayangnya itu kayaknya

bertambah.” (537-538)

Dukungan juga diterima Ibu S dari teman-teman, baik teman di lingkungan tempat tinggal, maupun di lingkungan berobat. Ibu S mendapatkan bantuan langsung dari salah satu temannya, yaitu mendapat bantuan memperoleh produk sarang semut langsung dari Irian.

“Di sini kan ada yang kerja di sana, terus dibawain itu langsung dari Irian.” (176-178)

Selain itu, Ibu S juga mendapatkan informasi mengenai pengobatan dari sarang semut.

“… kan ada yang bilang, dia itu kan punya itu kanker di perut to, terus minum itu, sarang semut.” (179-182)

Dari berbagai pihak yang memberikan dukungan sosial tersebut, dukungan yang paling berpengaruh bagi Ibu S adalah pemberian dukungan dari kakak ipar. Hal ini dikarenakan kakak ipar Ibu S adalah pihak pertama yang mengetahui kalau Ibu S terkena kanker dan kakak ipar Ibu S juga memberikan dorongan untuk segera berobat.

“Sebelum suami saya tau, saya cerita dulu sama kakak.

Ya itu kan, kasih dorongan-dorongan. Sebelum daripada membesar, saya disuruh periksa.” (591-595)

Dukungan sosial yang diterima subjek dari berbagai pihak ini memberikan pangaruh yang positif bagi kehidupan subjek. Dukungan-dukungan tersebut membantu subjek untuk bisa merasakan senang, mengurangi beban penderitaan, tidak memikirkan penyakitnya, dan bisa merasa enjoy dalam beraktivitas.

“Senang.” (615) “Gak pikiran.” (618) “Enjoy aja …” (620)

Berdasarkan pengalaman penerimaan dukungan sosial, subjek tidak pernah memiliki pengalaman tidak mendapatkan dukungan. Hal ini dikarenakan semua yang dilakukan orang lain dianggap subjek sebagai bentuk dukungan. Subjek memiliki cara

pandang bahwa orang lain memberikan dukungan dengan cara yang berbeda-beda.

“Kan cara orang mendukung kan itu beda. Pokoknya

saya gak anggap kalau gak mendukung.” (634-636)

d. Kesimpulan

Gejala kanker payudara yang dialami subjek adalah adanya benjolan pada payudara sebelah kiri bawah dan dapat dirasakan ketika dalam posisi tidur. Benjolan tersebut tidak terasa sakit dan tidak terdapat luka.

Ketika mendapati vonis kanker payudara, subjek merasa kaget, tapi tidak berlarut-larut. Tidak mengalami rasa takut ataupun sedih. Sehingga tidak memiliki pengalaman kesedihan yang mendalam. Hal ini dikarenakan adanya keinginan dari dalam diri subjek untuk sembuh dari kanker payudara. Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi oleh kemampuan penerimaan diri subjek yang baik, yaitu mampu menerima dengan ikhlas dan tidak berfikir secara berat. Sehingga, subjek mampu menjalani kehidupan setelah vonis kanker dengan perasaan senang.

Setelah melakukan operasi pengangkatan payudara, subjek sempat merasa tidak percaya diri. Akan tetapi, karena mendapatkan dukungan emosional berupa semangat dari suami, maka subjek

mampu menerima keadaan dan mampu menjalani kehidupan dengan senang.

Subjek mengalami perubahan tujuan hidup setelah subjek mendapatkan vonis kanker payudara. Perubahan yang dialami subjek adalah, ketika mendapatkan vonis kanker payudara, subjek lebih memiliki keinginan untuk memiliki umur panjang supaya dapat menjalani kehidupannya lebih baik.

Dalam kehidupan sehari-hari, subjek hanya berkegiatan sebagai ibu rumah tangga. Subjek mampu mengatur pekerjaan rumah tangganya dengan baik. Dalam mengatur tugas pekerjaannya, subjek menentukan prioritas pekerjaan yang harus didahulukan. Subjek mengerjakan tugas rumah tangganya secara mandiri. Akan tetapi tidak jarang pula subjek mendapatkan bantuan-bantuan tenaga dari saudaranya untuk beraktivitas.

Subjek memiliki kemandirian dalam beraktivitas. Akan tetapi, dalam hal pengambilan keputusan, subjek tidak memiliki kemandirian. Setiap pertimbangan yang ada selalu meminta persetujuan suami. Termasuk dalam berkegiatan. Suami subjek membatasi kegiatan subjek. Hal ini dikarenakan kekhawatiran suami subjek terhadap kondisi fisik subjek.

Keterbatasan dalam berkegiatan itu pula yang menyebabkan subjek tidak ada kesempatan untuk mengembangkan diri, selain karna faktor kondisi fisik yang tidak sekuat dahulu

sebelum terkena kanker. Padahal, subjek memiliki pendapat bahwa seorang yang terkena kanker masih bisa mengembangkan diri dalam hal apapun.

Walaupun subjek memiliki keterbatasan dalam beraktivitas, subjek tetap memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar. Selain itu, subjek juga memiliki hubungan yang baik dengan suami dan keluarga besar. Hubungan baik itu terwujud dari dukungan sosial yang subjek terima.

Dukungan sosial diterima subjek dari suami subjek. Bentuk dukungan yang diberikan adalah dukungan sosial emosional, yaitu berupa dukungan semangat, memberikan perhatian, meminta subjek untuk tidak terlalu lelah dalam beraktivitas, dan menghibur subjek dikala subjek merasa sedih.

Selain itu, saudara-saudara subjek juga memberikan dukungan berupa dukungan sosial emosional dan instrumental. Yaitu berupa pemberian kasih sayang, dorongan untuk segera berobat, dan bantuan dalam beraktivitas.

Teman-teman subjek dari lingkungan tempat tinggal, dan teman di rumah sakit pun juga memberikan dukungan sosial kepada subjek, yaitu dukungan sosial instrumental, emosional, dan informasi. Bentuk dukungannya adalah bantuan dalam memperoleh obat herbal, dukungan semangat, pemberian kasih sayang, dan informasi mengenai pengobatan herbal. Secara

keseluruhan, dukungan sosial yang diberikan itu, diberikan secara langsung kepada subjek tanpa perantara siapapun.

Dari sekian banyak pihak pemberi dukungan, subjek merasa pemberi dukungan yang paling berpengaruh adalah berasal dari kakak ipar subjek. Hal ini dikarenakan kakak ipar subjek yang pertama kali mengetahui penyakit subjek dan yang pertama kali memberi dorongan untuk berobat.

Dukungan sosial yang diterima itu memberikan manfaat bagi kondisi subjek. Dengan mendapatkan dukungan sosial, subjek merasa senang, tidak memikirkan penyakitnya, dan mengurangi beban penderitaan.

Berdasarkan pengalaman, subjek tidak pernah memiliki pengalaman tidak didukung. Karena subjek memiliki pandangan bahwa cara orang lain dalam mendukung itu berbeda-beda sehingga segala hal yang dilakukan orang lain dianggap sebagai bentuk dukungan.

2. Subjek Kedua

a. Kanker Payudara dan Pengobatannya

Sakit kanker payudara yang dialami oleh Ibu K sudah 2 tahun. Penyakit itu diketahui ketika Ibu K sering merasakan nyeri pada lengan tangan kirinya. Kemudian setelah diamati lebih lanjut,

ternyata terdapat benjolan pada payudara sebelah kiri atas dan adanya pertumbuhan puting yang tidak normal.

“Waktu itu terasanya nyeri di lengan tangan kiri.” (5-6) “…katanya ada benjolan.” (8) “Di payudara kiri atas sini mbak.” (15) “Puting saya tuh masuk …” (24)

Hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa Ibu K terkena kanker payudara. Di dalam riwayat keluarga Ibu S, tidak ada anggota keluarga yang terkena kanker ataupun tumor. Ketika mendapati vonis kanker payudara, yang dirasakan oleh Ibu K adalah merasa kaget, bingung, dan sedih. Selain itu, Ibu K juga merasa bahwa dunia menjadi gelap dan berhenti berputar.

“Kaget, Mbak. Bingung. Sedih” (44) “Kayaknya dunia udah gelap. Kayaknya dunia berhenti.” (47-48)

Perasaan-perasaan tersebut muncul karena Ibu K mengetahui bahaya dan konsekwensi dari kanker payudara. Ketika awal mula menjalani kehidupan dengan kanker payudara, Ibu K sempat merasa takut dan sering mempertanyakan keadaan.

“…takut waktu itu.” (56) “…sok nanyake kok aku kena kanker gini kenapa.” (58-59)

Rasa sedih yang dialami Ibu K hanya terjadi ketika divonis sampai sebelum menjalan operasi. Tidak adanya pengalaman

kesedihan mendalam ini disebabkan oleh adanya keinginan dari dalam sendiri untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan, mendapatkan arahan dari dokter dalam menghadapi kanker payudara, serta bertemu dan saling berbagi pengalaman dengan sesama penderita kanker.

“Pokoknya dari saya gak mau sampai nglokro. Dokter juga bilang gak boleh sedih, gak boleh susah.” (70-73) “…ketemu teman yang sama-sama kanker jadi sok cerita-cerita.” (74-76)

Tindakan pengobatan yang dilakukan oleh Ibu K adalah melakukan kemoterapi sebanyak 6 kali, penyinaran setiap hari selama 1 bulan, mengkonsumsi vitamin selama 3 tahun, serta melakukan kontrol di rumah sakit setiap 1 bulan 1 kali untuk cek kanker dan 6 bulan 1 kali untuk cek keseluruhan. Sedangkan untuk pengobatan non medis yang dilakukan adalah mengkonsumsi buah sirsat dan air rebusan daun sirsat.

Pengobatan yang dijalaninya memberikan dampak bagi tubuhnya. Kemoterapi yang dilakukan sebanyak 6 kali sering membuat Ibu K menjadi mual dan lemas setelah melakukan kemoterapi. Akan tetapi, Ibu K tetap menjalani pengobatannya apapun konsekwensi yang akan ditanggungnya.

“…gimanapun harus dijalani. Karna saya kan niatnya mau sembuh.” (130-132)

b. Kondisi Psychological Well Being

Tingkat kebahagiaan yang dimiliki Ibu K adalah 9. Ketika Ibu K mendapatkan vonis kanker payudara dan dilakukan operasi pengangkatan payudara, Ibu K merasa minder, malu, tidak percaya diri bila bertemu orang lain karena takut jika ditanya seputar penyakitnya.

“Waktu habis operasi saya sempat minder, gak PD

ketemu orang. Takutnya malah ditanya-tanya. Saya

malu.” (144-147)

Namun saat ini, perasaan-perasaan tersebut sudah tidak ada. Saat ini, Ibu K sudah pasrah dan sudah menerima keadaan. Selain itu, sudah ada kemampuan dari dalam diri Ibu K untuk memandang diri sendiri secara positif, menyukuri keadaan, berusaha untuk kuat dan tegar.

“Jadi ya sekarang gak.“ (149) “Menerima. Pasrah.” (137) “Pasrah. Disyukuri.” (160) “Pokoknya harus

kuat, tegar.” (162)

Dengan kepercaan diri yang ada sekarang dan tidak adanya rasa malu untuk bertemu dengan orang lain, maka membantu Ibu K untuk tidak memikirkan penyakitnya lagi.

“Justru malah kalau PD gini, berani ketemu orang,

kan ada kegiatan, jadi gak kepikiran sakitnya …” (153-156)

Dalam mengatur kegiatan sehari-hari, Ibu K tidak mengalami kesulitan karena sudah menjadi rutinitasnya. Selain itu, Ibu K tidak mengalami kesulitan dalam beraktivitas karena dibantu oleh jasa asisten rumah tangga dan ada pembagian aktivitas oleh anaknya.

“Tapi nek kerja bakti anak saya yang gantikan datang. Saya cuma paling nyiapin minum.” (242-244)

Ketika selesai operasi pengangkatan payudara dan selama menjalani kemoterapi, Ibu K mampu menjalani dan mengatur aktivitasnya dengan baik. Setelah menjalani operasi kanker payudara, Ibu K masih mampu mengantar anaknya ke sekolah. Ketika menjalani kemoterapi, Ibu K meminta bantuan kepada saudaranya untuk mengantarkan anaknya ke sekolah. Ketika kemoterapi juga, segala pekerjaan rumah tangga diserahkan kepada asisten rumah tangga.

“Habis operasi itu, sembuh, saya masih nganter anak saya sekolah naik motor.” (258-260) “Tapi pas kemo

itu saya minta dibantu saudara saya buat antar anak saya. Kan lemes, Mbak. Gak bisa apa-apa.” (261-264) “… kan saya pakai pembantu, jadi enak ada yang bantu. Dia yang ngerjain.” (271-273)

Tujuan hidup yang dimiliki Ibu K saat ini adalah ingin membahagiakan anak-anak. Tujuan hidup yang ada ini sudah dimiliki sejak Ibu K menikah. Tidak adanya perubahan tujuan hidup semenjak sakit ini, dikarenakan Ibu K mengingat anak-anak. Semenjak sakit, Ibu K justru semakin memiliki semangat dan berusaha untuk memperjuangkan tujuan hidupnya.

“Tujuan hidup saya untuk anak-anak. Pokoknya apa yang saya lakukan, semua untuk kebahagiaan anak …” (170-173) “ketika saya nikah, punya anak, apa yang saya lakukan itu untuk anak saya.” (178-180) “Justru

semakin apa ya, jadi semakin kuat buat berjuang untuk anak-anak.” (186-188) “Jadi saya ya harus berusaha, semangat.” (194-195)

Dalam hal pengembangan diri, Ibu K memiliki pendapat bahwa seorang dengan kanker payudara masih bisa mengembangkan diri mereka sesuai potensi yang ada dalam diri masing-masing. Pengobatan yang ada sekarang mampu menyembuhkan kanker sehingga masih ada kesempatan untuk mengembangkan diri.

“Ya kan sekarang udah ada obatnya, pasti sembuh, jadi pasti bisa lebih berkembang.” (204-206)

Ibu K merasa dirinya mampu untuk mengembangkan diri. Hal ini dikarenakan memiliki kemauan untuk lebih berkembang

dan merasa tidak ada yang berubah dalam kehidupannya, serta merasa sudah sembuh dari penyakitnya.

“Masih Mbak. Karena diri saya gak ada yang berubah.” (220-221) “Ada kemauan. Saya juga merasa udah sembuh kok.” (223-225)

Di dalam keluarga, keputusan yang diambil Ibu K sebagian besar tanpa meminta pertimbangan orang lain. Untuk hal-hal yang penting dalam keluarga, Ibu K meminta pertimbangan suami ataupun orang tua.

“Paling kalau hal-hal biasa ya saya putuskan sendiri. Kalau hal penting sekali ya saya minta pertimbangan

suami saya, saya telpon, kalau gak ya orang tua saya.” (283-288)

Dalam hal pengobatan, Ibu K meminta pertimbangan suami dan orang tua. Hal ini dikarenakan yang membiayai seluruh pengobatan adalah suami dan pihak rumah sakit meminta persetujuan suami untuk dilakukan pengangkatan payudara.

“Sama suami, sama orang tua. Tapi lebih ke suami ya. Karena kan yang biayain juga suami.” (292-294) “dokter juga minta suami saya dateng ke rumah sakit. Dokter kasih penjelasan dan meminta persetujuan

Ibu K memiliki relasi positif dengan orang lain. Hubungan baik dengan orang lain ini, tampak dalam banyaknya dukungan sosial yang Ibu K terima. Hubungan yang baik ini juga dirasakan oleh Ibu K karena banyaknya dukungan semangat yang diterima. Walaupun ada relasi yang baik dengan banyak orang, Ibu K tetap tidak diistimewakan.

“Tapi terus gak dispesialkan.” (326) “Tapi banyak

yang kasih semangat. Jadi merasanya dekat.” (327-329)

c. Dukungan Sosial

Ibu K mendapatkan banyak dukungan sosial dari berbagai pihak, yaitu dari keluarga, suami, anak, orang tua, teman sewaktu SMA, teman sesama penderita kanker, masyarakat sekitar, dan dokter. Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan pun bermacam-macam.

Dukungan yang Ibu K terima dari suami adalah perhatian

Dokumen terkait