• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

2. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara oleh pihak informan, penulis menjabarkan hasil penelitian mengenai implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang serta adanya faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter tersebut.

1. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang

69

SMK Negeri 2 Magelang telah menerapkan pendidikan karakter dengan sangat baik, baik dari pihak Kepala Sekolah, Guru, dan siswa saling bekerja sama. Pendidikan karakter yang diterapkan ke dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam sudah berkembang sesuai harapan. Kemajuan dalam menerapkan pendidikan karakter juga karena kerja sama warga sekolah dan kehadiran guru Agama yang baru yang sangat kooperatif dengan menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang.

Seorang guru Agama di SMK Negeri 2 Magelang menyampaikan bahwa di dalam menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam tentunya dimulai dari pengelolaan kelas dan siswa terlebih dahulu kemudian baru menerapkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Setiap mengajar guru tersebut selalu menerapkan nilai karakter kepada siswa diantaranya nilai kedisiplinan, nilai emosional / pembentukan mental siswa, nilai kepribadian dan nilai spiritual. Keempat nilai tersebut di rasakan penting untuk diterapkan kepada siswa sebelum menerapkan nilai-nilai karakter yang lainnya. Dalam wawancaranya yang disampaikan oleh IMS selaku guru PAI di SMK Negeri 2 Magelang sebagai berikut:

„‟Nilai-nilai karakter ya, ini kalau di jelaskan banyak sekali mbak. Tapi paling tidak yang sering saya lakukan karena saya berusaha ketika mengajar memiliki rencana pembelajaran yang tidak hanya sebatas materi saja yang mau saya masukan ke dalam anak. Tapi juga nilai-nilai karakter seperti : 1) Nilai Kedisiplinan. Jadi, itu juga penting, tidak semua guru memperhatikan itu. Bagaimana kita bisa di depan anak itu harus tetap disiplin. Masuk pada jam tepat, selesai pada jam tepat pula, dengan jam yang sudah diatur pada

70

atau oleh WKS 1 atau kurikulum. Yang kedua yaitu 2) Nilai pembentukan mental / emosional. Jadi penerapan tersebut saya lakukan seperti contohnya ketika anak-anak tiap pertemuan ke berapa saya minta anak-anak maju ke depan kultum sebelum pembelajaran atau sesudah pembelajaran. Jadi anak-anak itu kultum dulu membentuk karakter mereka atau mental. Yang 3) membentuk kepribadian. Jadi artinya saya selalu sering sekali menyampaikan kepada anak-anak. Anak-anak yang terpenting bagi kalian adalah kepribadian. Anak-anak itu ribut kalau mau tes,‟‟Bu kisi-kisi dsb‟‟. „‟Nak, jangan hanya kalian mikir untuk nilai yang bagus saja. Karena masa depan kalian itu nanti tidak mesti hanya di

tentukan dengan nilai. Yang saya terapkan, „‟kalian jaga sikap

kalian baik kepada teman-teman, baik kepada guru , baik kepada orang lain yang belum kenal sekalipun. Terutama bagi orang tua

atau keluarga‟‟. Jadi, sikap/etika itu yang terpenting. Kalau nilai

intelektual itu nomor dua. Kemudian ada lagi, 4) nilai spiritual. Jadi sebelum pembelajaran asmaulhusna, saya biasakan anak-anak

„‟anak-anak ayo yang belum ngaji, bagaimana caranya bisa‟‟. Saya selalu membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin belajar ngaji. Ada jam istirahat ada yang datang kepada saya mbak, ngaji dari huruf hijaiyah yang belum bisa itu ada. Atau ada yang

alqur‟an dia ingin memperlancar juga ada. Ya contohnya seperti itu mbak‟‟ (18 Desember 2017 di ruang Waka Humas)

Salah satu nilai karakter yang diterapkan oleh IMS ialah nilai spiritual yaitu pembiasaan asmaulhusna. Setiap mata pelajaran agama siswa sudah terbiasa membaca asmaulhusna bersama-sama. Hal tersebut dilakukan agar siswa mengenal nama-nama Allah SWT dan dapat mengahafalkannya. Asmaul Husna dilakukan sebelum memulai pembelajaran PAI. Dari hasil wawancaranya sebagai berikut:

„‟Pembiasaan lain yaitu asmaulhusna. Itu juga termasuk supaya

anak-anak terbiasa, setiap pertemuan saya‟‟ (18 Desember 2017 di ruang Waka Humas)

Menerapkan karakter kepada siswa juga membutuhkan cara penyampaian materi yang baik dan berinovasi. HNA menyampaikan bahwa guru IMS sering menayangkan materi pendidikan agama Islam

71

melalui tayangan yang inspiratif dapat membawa dampak dan pengaruh siswa agar berkarakter religius, dalam wawancaranya berikut:

„‟Kalau Bu IMS waktu itu pernah memberikan sebuah tayangan itu bisa memberikan inspirasi agar saya dan teman-teman itu lebih baik lagi. Waktu itu tentang kematian biar kita itu ingat begitu lho. Ini kan juga berhubungan dengan pendidikan karakter, kita ingat kematian jadi inget kebaikan jadi kita bisa mengimplementasikan pendidikan karakter yang sudah ajarkan

yang nilai religius atau nilai apa yang sudah diajarkan begitu‟‟

(20 Desember 2017 di halaman sekolah)

Dengan kerja sama yang sangat baik dari pihak sekolah dan guru agama terutama yang menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam melalui kajian Jum‟at yang dilaksanakan pada

setiap bulannya atau pada hari-hari tertentu. Kajian tersebut diperdengarkan melalui speaker sehingga semua warga sekolah terutama siswa dapat mendengarkannya di dalam kelas. Guru PAI menerapkan pembelajaran pendidikan agama Islamnya dengan meminta siswa untuk me-resume kajian yang didengar untuk dipelajari dan dikumpulkan kepada guru Agama masing-masing. Dalam wawancaranya sebagai berikut:

„‟Kalau pakai speaker itu biasanya kalau kajian mbak. Kajian di minggu pertama bulan pertama. Tapi kalau sekarang karena masih banyak kegiatan jadi gag terlalu rutin. Kalau dulu awal saya di sini saya masih sering ngisi tiap hari Jum‟atdi minggu pertama awal bulan. Itu pakai speaker jadi anak-anak dengar dan harus me- resume di buku dan nanti dikumpulkan ke guru agama masing- masing itu‟‟ (18 Desember 2017 di ruang Waka Humas).

Selain menjadi guru Agama, IMS juga merupakan pembina ekstra rohis, ketika jadi pembina, IMS juga sering memberikan nasehat kepada siswanya. Walaupun ketika di dalam ekstra tetap memberikan pelayanan

72

yang sama terhadap siswanya. Selalu menerapkan nilai-nilai karakter melalui komunikasi atau nasehat kepada siswanya. Jadi tidak hanya dalam forum kelas saja. Nilai karakter yang sering diingatkan kepada siswanya yaitu nilai spiritualnya dalam mengaji, karena sebagai guru Agama, IMS tidak ingin kalau siswanya sampai meninggalkan mengajinya. Dalam wawancaranya sebagai berikut:

„‟Ya, kalau nilai-nilai karakter saya rasa hampir sama sih mbak, cuman bedanya kalau rohis bentuknya organisasi, otomatis di situ ada nilai tambahan lagi yaitu nilai kerja sama. Jadi tidak hanya

sebatas „‟aku wispinterngaji‟‟. Tapi bagaimana caranya mengajak teman-teman yang lain. Saya inginya anak-anak ini sering saya bekali. Bagaimana kita itu bisa mengajak yang lain. Tidak hanya saya sendiri atau kita sendiri. Kalau perlu kalau ada kajian tidak hanya rohis sendiri tapi membuka bagi siapa saja yang ingin mengikuti kelas lain boleh, organisasi lain boleh, bahkan bapak ibu

guru boleh juga‟‟ (18 Desember 2017 di ruang Waka Humas)

Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Magelang menerapkan pendidikan karakter di sekolahnya yaitu dengan menerapkan tata tertib siswa yang harus dipatuhi, menabung dan budaya bersih lingkungan yang sangat ditonjolkan di sekolah tersebut. Beliau Kepala Sekolah bernama S juga menyampaikan dalam wawancaranya sebagai berikut:

„‟Penerapan pendidikan karakter ya banyak. Di awali dari pagi hari siswa itu harus menggunakan pakaian yang benar. Terus masuk kelas dia menerapkan budaya bersih, terus di sini juga saya menerapkan anak-anak supaya menabung walau hanya seribu. Sebab kalau orang itu hidup tidak punya tabungan repot. Di situ kan ada tulisan „‟setiap hari sisihkan walau hanya seribu‟‟. Terus

budaya bersih ya sudah. Kalau di guru ya diawali dengan berdo‟a‟‟

(19 Desember 2017 di ruang Kepala Sekolah)

Dalam keseharian di SMK Negeri 2 Magelang dari mulai datang ke sekolah hingga pulang sudah menerapkan tata tertib dan pembiasaan

73

menghormati Bapak Ibu guru ketika bertemu dan bertegur sapa dengan siapa pun baik guru maupun teman, seperti yang diungkapkan oleh ASP, dalam wawancaranya sebagai berikut:

„‟Kalau sebelum masuk sekolah itu ada guru piket atau guru BP, ada salam dan salim sama guru-guru. Terus setiap bertemu juga

salam dan bertegur sapa‟‟ (18 Desember 2017 di ruang Waka

Humas)

Mayoritas siswa SMK Negeri 2 Magelang yang banyak perempuannya, IMS menginginkan agar siswanya dapat berkata-kata yang baik dalam pergaulannya, IMS mengungkapkan dalam wawancaranya:

„‟Ya, harapannya anak-anak itu setidaknya nilai-nilai sosial seperti kalau ketemu guru ya menyapa, senyum, salam bagi yang muslim terutama. Kalau macam hal seperti itu sudah diluar kepala dan tidak perlu di kasih tahu harusnya sudah bisa memposisikan diri sebagai murid. Kemudian, kalau saya pribadi ya mbak, yang saya ingin anak-anak itu kan di sini cenderung mayoritas perempuan. Perempuan itu lebih riskan ya, terutama dalam pergaulan ya. Kalau bisa ya menjaga pergaulannya, menjaga lisannya. Kadang-kadang saya sering mendengar beberapa anak perempuan kalau manggil temannya triak-triak begitu. Padahal itu kan kurang baik ya kalau dalam agama. Ya, lebih santun lagilah intinya itu, dalam bertutur kata, bertingkah laku, dalam berpakaian, berbusana, dll (18 Desember 2017 di ruang Waka Humas)

Pendidikan karakter yang paling ditonjolkan di SMK Negeri 2 Magelang dari Kepala Sekolah ialah Peduli lingkungan, terutama kebersihan masjid. Kepala Sekolah mengajak kerjasama dengan anggota ekstra rohis dalam kebersihannya, seperti yang dikatakan dalam wawancaranya sebagai berikut:

„‟Saya sampai membuat tim penggerak kebersihan masjid dari

ekstra rohis. Di jadwal sama guru agama, jadi saya minta dalam satu minggu itu harus masuk di masjid. Saya ingin masjid itu harus bener-bener bersih‟‟ (19 Desember 2017 di ruang Kepala Sekolah)

74

Tidak hanya untuk kebersihan masjid saja, tetapi untuk kebersihan lingkungan sekolah khususnya halaman sekolah, Kepala sekolah mengajak kerja sama dengan organisasi siswa atau ekstrakurikuler di sekolahnya untuk membersihkannya diantaranya ekstra rohis, cosspala, tonti, PMR, dan pramuka. Hal demikian dilakukan karena Kepala Sekolah benar-benar ingin menerapkan kepada siswanya tentang pentingnya kebersihan sekolah atau peduli dengan lingkungan tempat kita berada. Menurut S kebersihan kelas akan sangat berpengaruh dengan semangat siswa dalam belajar. Dalam wawancaranya Kepala Sekolah bernama S mengatakan sebagai berikut:

„‟terus saya juga mempunyai 4 ekstra, memang kebersihan itu penting sekali apalagi untuk menuju adi wiyata. Ada ekstra coospala yang bertanggung jawab kepada tanaman. Ada rohis yang bertanggung jawab terhadap masjid. Ada ekstra PMR yang bertanggung jawab terhadap ac, air, wastafel. Ada tonti yang bertanggung jawab terhadap tanaman, dibagi dua kalau coospala bagian belakang kalau tonti bagian depan. Di samping itu saya juga punya PPK (Pasukan Pengabdian Kampus). Itu juga untuk menerapkan karakter. Karakter itu server yang penting sekali dan itu akan membawa makna bersinergi berpengaruh terhadap lain, misal : masuk kelas kok kelasnya kumuh, kan enggak baik. Tapi tahu kelasnya bersih gurunya semangat siswanya juga. Intinya karakter kepada kepedulian lingkungan ini selalu dan selalu saya

ingatkan terus. Bahkan saya menyampaikan „‟Jadikan sekolah rumah kedua‟‟. Saya pasang hospot, jadi anak tidak perlu lagi pakai kursi cukup di lesehan tapi sudah bersih‟‟(19 Desember 2017 di

ruang Kepala Sekolah)

Peduli lingkungan merupakan pendidikan karakter yang diunggulkan di SMK Negeri 2 Magelang, karena kebersihan merupakan sebagian dari iman, seperti halnya yang diungkapkan dalam wawancaranya sebagai berikut:

75

„‟Pembiasaan kebersihan di sini yang paling di tonjolkan mbak.

Sampai kemarin Kepala sekolah membentuk patroli kesehatan dan itu di ambil dari kelas 2 atau 3 anak dan sampai ada rompinya mbak. Jadi mereka di tugasi seperti cleaningservice ibaratnya. Tapi itu pembentukan bagi mereka biar jadi pembiasaan. Kalau hubungannya dengan agama kan anadzofatu minal iman. Jadi kalau kebersihan itu bener-benerbagaiamana caranya. Kalau dari rohisbasecamp-nya masjid. Ya, bagaimana caranya masjid selalu

bersih‟‟ (18 Desember 2017 di ruang Waka Humas)

Sikap jujur juga diterapkan kepada siswa, seperti halnya siswa pada saat mengerjakan ulangan apabila ada yang menyontek, maka guru agama tidak langsung memarahainya namun menasehatinya secara tatap muka. IMS mengungkapkan dalam wawancaranya:

„‟Biasanya kalau kaya gitu ada yang melapor ke saya Mbak. Kan penjaga dari semua guru ya, jadi kadang mereka memberi keterangan atau ngomong langsung. Bu, kelasejenengan ini ya, ini anak mencontek. Itu saya catet saya inget-inget anak itu. Nanti ketika pertemuan atau pembelajaran saya tidak membicarakan di depan umum karena itu akan membunuh karakter. Jadi saya berusaha menjadi guru BP mbak, meskipun saya juga bukan guru omongkan secara umum palahgag baik. Jadi saya panggil secara facetoface. Awalnya saya mancing dulu biar dia ngaku. Kalau tidak mengaku ya sudah saya beri arahan-arahan saja. Tapi kalau akhirnya ngaku ya saya memberikan nilai-nilai positif kepadanya agar tidak mengulaginya lagi (18 Desember 2017 di ruang Waka Humas)

Mendapat nilai sedikit lebih baik dan berkah daripada nilai bagus namun siswa mendapatkannya dengan cara menyontek. Hal seperti itu siswa akan tertanam siswa yang berkarakter jujur dalam kehidupannya, SN mengungkapkan dalam wawancaranya:

„‟ Lebih baik kamu dapat nilai 2 tapi berkah daripada menyontek‟‟ (19 Desember 2017 di ruang perpustakaan)

Menurut SN salah seorang guru PAI juga mengatakanpendapatnya tentang penerapan pendidikan karakter saat pembelajaran di kelas, yaitu

76

pembiasaan asmaulhusna dan shalatdzuhur berjamaah. Ketika sudah datang waktu dzuhur maka pembelajaran PAI pada jam itu diberhentikan terlebih dahulu untuk segera shalatdzuhur secara berjamaah. SN selalu menerapkan kepada siswa untuk disiplin terhadap waktu shalat, dalam wawancaranya sebagaiberikut:

„‟Selalu sebelum belajar membaca asmaulhusna. Terus nanti habis itu di sambung beberapa ayat, baik surat pendek atau ayat yang lalu. Sekarang pembiasaan sholatdhuha dan asmaulhusna sudah dikasih tahu tapi tergantung anaknya. Kadang ada yang rajin dan ada yang tidak. Dilihat perkembangan sekarang anaknya sudah banyak yang pakai jilbab. Kalau misal saya ngajar sudah saatnya dzuhur ya sudah sholat dulu. Saya suruh adzan yang laki-laki‟‟ (19 Desember 2017 dengan SN di ruang perpustakaan)

Hal yang senada disampaikan oleh IMS tentang pembiasaan sholatdzuhur secara berjamaah pembiasaan sholat pada waktunya, dalam wawancaranya sebagai berikut:

„‟Tambahan mbak, sebetulnya jam istirahat itu kan setengah 1. Tapi khusus saya pribadi ketika memang sudah waktunya adzansholat yang anak-anak tak suruh sholat dulu. Nanti kalau

sudah selesai bisa balik ke kelas lagi begitu‟‟ (18 Desember 2017

di ruang Waka Humas)

Kegiatan sholatdzuhur secara berjamaah dapat menjadikan siswa memiliki nilai spiritual pada pribadinya dan dapat menghargai waktu. Siswa yang sudah melaksanakan sholatdzuhur akan merasa tenang dan siap menerima pelajaran kembali. Disampaikan oleh HNA salah seorang siswa, dalam wawancaranya sebagai berikut:

„‟Ya, kan khususnya yang pendidikan agama itu juga kadang.

Bu IMS pembelajarannya pas habis dzuhur. Jadinya di beri waktu lebih jadi jam satu lebih 15 menit karena untuk sholat itu. Dan seringnya kan setengah jam untuk istirahat dan dilebihkan 15

77

menit untuk sholat. Dan juga itu siap menerima pelajaran. Ketika masuk semuanya sudah sholat jadi gag ada yang telat-telat dan sering-seringnya di sini sholat berjamaah. Pas tes kemaren masuknya jam 12, jadi cuma masuk sebentar terus pada antri di mushola. Kemudian pembiasaan asamaulhusna itu pasti sebelum

pembelajaran itu asmaulhusna selalu‟‟ (19 Desember 2017 di halaman sekolah)

Selain penerapan sholat berjamaah SN juga menyampaikan bahwa akhlak yang baik juga penting yaitu bagaimana siswa itu selain pandai juga dapat menghargai dan menghormati sesama terutama orang tua, dalam wawancaranya:

„‟Menghargai orang lain, tuntunan sikap kepada otang tua. Saya selalu menerapkan itu‟‟ (19 Desember 2017 di ruang perpustakaan) Penerapan kultum kepada siswa mengajarkan siswa agar terus belajar tentang materi pendidikan agama Islam, HNA mengungkapkan dalam wawancaranya:

„‟Terus kalau Bu Ike waktu itu sudah pernah anak itu harus bisa

kultum, bisa saja urut absen itu giliran-itu. Kan ini kan Bu I masih baru kan, waktu itu ada PKL jadi pertemuannya kurang lama. Tapi menurut saya yang itu bagus. Soalnya bisa melatih biar bisa bicara kedepan terus. Itu satu-satu kedepan sebelum pembelajaran kan sebelumya bisa mempersiapkan diri, bisa sambil belajar. Terus kita

semua muslim harus saling mengingatkan‟‟ (20 Desember 2017 di

ruang halaman sekolah)

Kemudian siswa bernama HNA, juga mengatakan pendapatnya tentang implementasi pendidikan karakter yang diterapkan oleh Kepala Sekolah yaitu peduli lingkungan. Kepala Sekolah menerapkan gerakan gemes

„‟gemar memungut sampah‟‟ agar siswa semangat dalam menjaga

lingkungannya, dalam wawancaranya sebagai berikut:

„‟Selain itu kita juga harus peduli dengan lingkungan. Pak

78

lingkungan kita. Kemarin juga lebih ditegaskan lagi untuk menjaga masjid. Karena sudah diberi fasilitas. Nah itu agar di jaga. Terus sampah-sampah itu sangat penting sekali. Bapak Kepsek sering menggerakangemes „‟gemar memungut sampah‟‟ (19 Desember 2017 di halaman sekolah)

Kemudian, selaku sebagai guru Penjaskes dan juga membantu Waka Kesiswaan dalam tugasnya bernama SH, mengatakan tentang hal yang sama penerapan pendidikan karakter peduli lingkungan yang di unggulkan di SMK Negeri 2 Magelang. Bahwa kegiatan peduli lingkungan itu dilaksanakan setiap hari berdasarkan jadwal piket yang sudah ada pada masing-masing kelas. Dalam wawancaranya sebagai berikut:

„‟Patroli peduli kesehatan itu, anak-anak setiap hari ada piket per kelas. Setiap kelas ada 2 membersihkan, nyiram kembang, kaca, ngepel. Itu akan menjadi kebiasaan. Itu akan menjadi kebiasaan di luar. Itu juga akan membuat anak cerdas, lebih kepada

peduli lingkungan‟‟ (19 Desember 2017 di ruang Waka Kesiswaan)

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter di SMK Negeri 2 Magelang

a. Faktor Pendukung

Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran PAI di SMK Negeri 2 Magelang ini, dapat berjalan lancar karena adanya dukungan dan kerja sama dari warga sekolah, baik dari Kepala Sekolah, guru maupun siswa. Sebagai guru Agama IMS selalu memberikan pengajaran yang menyenangkan. Salah satu hal yang mendukung kelancaran penerapan pendidikan karakter siswa yaitu kerja sama anak saat pembelajaran. Jadi, pengelolaan kelas yang utama. Dengan

79

kenyamanan dan kesiapan belajar maka siswa akan mudah diberi pengajaran, seperti yang diungkapkan oleh IMS guru PAI, dalam wawancaranya sebagai berikut.

„‟Kalau dalam mata pelajaran saya, saya rasa anak-anak condong enak diajak kerja sama mbak. Saya itu selalu berprinsip ketika saya mengajar ingin mengambil hati anak-anak dulu. Kalau anak-anak sudah di pegang sudah nyaman dengan saya,

insyaallah program apapun itu bisa saya jalankan‟‟(18 Desember

2017 di ruang Waka Humas).

Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Magelang menyampaikan bahwa salah satu faktor pendukung dalam menerapkan pendidikan karakter ialah kerja sama dari siswa dan guru dalam menerapkannya. Dalam hal kebersihan masjid siswa yang beranggotakan ekstra rohis mudah untuk diajak kerja sama. Apabila mendapat perintah dari Kepala Sekolah untuk membersihkan lingkungan, segera melaksanakan perintahnya. Kemudian sebagian guru juga ikut bersama-sama peduli akan kebersihan lingkungan, seperti yang di sampaikan oleh Kepala Sekolah bernama S, dalam wawancaranya sebagai berikut.

„‟Faktor pendukungnya, ya ada sebagian guru yang mau di ajak,

mau melakukan apa yang jadi keinginan Kepala Sekolah. Terus siswa, siswa itu luar biasa siswa sini. Siswa sini itu di suruh gini saja langsung jalan. Cuman banyak siswa harus di kawal, masjidnya dibersihkan besok wes lali neh. Kadang-kadang saya mempelajari kalau masuk masjid ini ada yang tidak beres misalnya banyak yang tidak bersih atau kotor saya terasa sekali. Saya kalau masjid kotor langsung w.a (wahatsapp). Padahal mereka kalau sholatdzuhur lihat masjid kotor harusnya merasakan atau sudah care. Tapi yang care kok saya baru di w.a. setelah di wa ke ketua rohisnya. Satu jam kemudian anak-anak langsung sigap. Yang namanya karakter memang tidak bisa seperti menerapkan ketrampilan‟‟ (19 Desember 2017 di ruang Kepala Sekolah)

80

Kerja sama siswa dalam mentaati peraturan di SMK Negeri 2 Magelang ini sangat dirasakan oleh Kepala Sekolah. Dalam hal ini siswa di rasa nyaman berada di sekolah karena fasilitas yang diberikan di sekolah tersebut. Hal tersebut juga merupakan faktor pendukung dari penerapan pendidikan karakter, karena dengan merasa nyaman di sekolah sendiri maka guru juga akan mudah dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah, seperti yang di ungkapkan lagi oleh S dalam wawancaranya sebagai berikut:

„‟Ya, kalau di SMK 2 itu karena mayoritas perempuan 1060 an

dan 97 laki-laki. Ini dampaknya terhadap perilaku anak-anak itu sangat kondusif. Jadi anak sini itu misalnya jam kosong, ada yang dia itu minta pulang gasik, ada keperpus, mainan HP. Jadi, secara umum kita tidak pernah melanggar-melanggar yang

sifatnya melanggar hubungannya dengan karakter‟‟ (19

Desember 2017 di ruang Kepala Sekolah)

Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang dapat berjalan dengan baik

Dokumen terkait