• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 2 MAGELANGTAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 2 MAGELANGTAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMK NEGERI 2 MAGELANGTAHUN PELAJARAN

2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Dwi Wardani

Nim 114-14-025

PROGRAM STUDIPENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

َ ف

َاًرْسُيَِرْسُعْلاَ ع مََّنِإ

Artinya:‘’ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.’’

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya, Penulis dapat mempersembahkan skripsi ini untuk :

1. Kedua orang tua saya Bapak dan Ibuku yang tiada hentinya memberikan do‟a dan semangat untuk pendidikan anaknya, menasehati dan membimbingku selama ini. Karena dengan do‟a dari kedua orang tualah saya dapat menyelesaikan kuliah saya.

2. Kakak saya Zaenal Arifin yang telah memberikan semangat dan pergorbanannya selama ini dalam menempuh pendidikan adiknya yang lebih tinggi, dengan harapan saya dapat menjadi orang yang sukses.

3. Agus Khamdani yang selama ini selalu memberikan semangat dan motivasinya dari dulunya belum kuliah dan akhirnya kuliah menjadi Sarjana.

4. Sahabat dan teman dekat saya yang selalu memberikan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap guru dan karyawan dari TKIT AT-TAQWA Grabag yang telah memberikan ijin dan semangat kepada saya untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi dengan tetap mengemban tugas sebagai guru, sehingga dapat menempuh gelar Sarjana.

6. Kepada peserta didik saya yang ada di TKIT AT-TAQWA Grabag yang selalu

mendo‟akan saya setiap saya akan berangkat kuliah.

(8)

viii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

„‟Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di SMK Negeri 2 Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018.

Tidak lupa juga shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia ini dan kita nantikan syafa‟atnya di Yaumul akhir nanti. Aamien.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga, Bapak Suwardi, M.Pd.

3. Ketua Program Studi PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

4. Ibu Dra. Siti Ashdiqoh, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan ikhlas,mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehinggaskripsi ini terselesaikan

(9)
(10)

x ABSTRAK

Wardani, Dwi. 2018. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendiidikan Agama Islam Di SMK Negeri 2 Magelang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dra. Siti Ashdiqoh, M.Si

Kata Kunci: Implementasi, Pendidikan Karakter, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk 1) Mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang tahun pelajaran 2017/2018 2) Mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang tahun pelajaran 2017/2018

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dengan metode wawancara dan dokumentasi. Objek penelitian yang menjadi data primer Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, Waka Sapras, guru PAI, guru BK dan siswa.

(11)

xi DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LOGO IAIN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Fokus Penelitian ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 8

E.Penegasan Istilah ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Landasan Teori ... 14

(12)

xii

2. Tujuan Pendidikan Karakter Di Sekolah ... 17

3. Nilai-nilai Karakter ... 19

4. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Pendidikan Karakter ... 28

5. Strategi Pendidikan Karakter ... 31

B. Kajian Pustaka (Kajian Pustaka Terdahulu) ... 38

1. Kajian terdahulu dari para ahli ... 38

2. Perbedaan dan persamaan kajian dari para ahli ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A.Jenis Penelitian ... 42

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

C.Sumber Data ... 42

D.Prosedur Pengumpulan Data ... 43

E.Analisis Data ... 44

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 46

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA ... 48

A.Paparan Data... 48

1. Gambaran Umum SMK Negeri 2 Magelang ... 48

a. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 2 Magelang ... 48

b. Profil SMK Negeri 2 Magelang ... 49

c. Identitas Sekolah ... 51

d. Visi dan Misi SMK Negeri 2 Magelang ... 52

e. Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Magelang ... 53

(13)

xiii

g. Sarana Prasarana... 59

h. Prestasi Siswa dan Sekolah ... 61

i. Gambaran Informan ... 65

2. Temuan Penelitian ... 6

a. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang ... 68

b. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang ... 78

B.Analisis data... 86

1. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang ... 86

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang ... 105

BAB V PENUTUP ... 112

A.Kesimpulan ... 112

B.Saran ... 114 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Daftar Rombongan Belajar dan Wali Kelas SMK Negeri 2

Magelang …………... 10 2. Tabel 4.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMK Negeri 2

Magelang…..……...…… 11 3. Tabel 4.3 Data Peserta Didik SMK Negeri 2 Magelang... 12 4. Tabel 4.4 Daftar Sarana Prasarana SMK Negeri Magelang ... 13 5. Tabel 4.5 Daftar Prestasi Siswa dan Sekolah SMK Negeri 2 Magelang

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. DAFTAR PUSTAKA 2. BIOGRAFI PENULIS

3. PEDOMAN WAWANCARA 4. HASIL WAWANCARA 5. SURAT IZIN PENELITIAN

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebuah proses pembentukan karakter manusia yang tidak pernah berhenti. Pendidikan merupakan sebuah proses budaya untuk membentuk karakter guna meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Maka, jelaslah bahwa pendidikan merupakan landasan bagi pembentukan karakter manusia, sekaligus karakter sebuah bangsa (Bambang Pranowo,dkk,2009:25), dengan begitu pendidikan karakter juga perlu di tekankan kepada siswa guna menjadi landasan pembentukan sikap yang baik dalam kehidupannya.

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini.Terlebih dengan

dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal korupsi, perkembangan seks bebas

pada kalangan remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah menengah dan atas (Dharma

Kesuma,dkk,2012:4). Pendidikan karakter rupanya mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk segera diimplementasikan di sekolah-sekolah sebagai program utama. Kemendiknas dalam hal ini, telah mencanangkan visi penerapan pendidikan karakter pada tahun 2010-2014. Penerapan pendidikan

(17)

2

karakter (characterbuilding) dan pendidikan karakter itu sendiri. Tanpa pijakan konsep yang jelas dan pemahaman yang komprehensif, visi ini bisa-bisa hanya sebatas retorika belaka (Abdul Majid dan Dian Andayani,2013:4).

Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Karakter merupakan sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya. Sikap dan tingkah laku seorang individu dinilai oleh masyarakat sekitarnya sebagai sikap dan tingkah laku yang diinginkan atau di tolak, dipuji atau dicela, baik ataupun jahat (Abdul Majid dan Dian Andayani,2013:12). Dalam Islam, tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari etika-etika Islam, dan pentingnya komparasi antara akal dan wahyu dalam menentukan nilai-nilai moral terbuka untuk diperdebatkan. Bagi kebanyakan muslim segala yang dianggap halal dan haram dalam Islam, dipahami sebagai keputusan Allah tentang benar dan baik (Abdul Majid dan Dian Andayani,2013:58).Perdebatan yang mungkin belum dan tidak akan pernah berhenti di kalangan kita tentang seputar peranan pendidikan agama bagi pembentukan karakter. Negara kita berlandaskan Pancasila dimana sila pertama adalah menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Intinya adalah negara kita bukan atheis tapi negara yang religius yang menjadikan sila pertama dari Pancasila tersebut sebagai inti dari keempat sila yang lainnya (Abdul Majid dan Dian Andayani,2013:61).

(18)

3

bersahabat, cinta damai, gemar membaca, pantang menyerah, peduli lingkungan dan peduli sesama. Sikap religius yang di tanamkan seperti halnya di Indonesia yaitu terlihat dengan adanya banyaknya lembaga keagamaan seperti pondok pesantren, TPQ, madrasah diniyah, serta sekolah-sekolah umum yang pada saat ini lebih menekankan pada siswa tentang keagamaan. Kemudian penanaman sikap toleransi yang mana di Indonesia saat ini dapat diketahui memiliki banyak kepercayaan. Oleh karena itu sebagai warga negara yang baik kita diminta untuk saling menghargai dan bertoleransi dalam beragama namun tidak memecah belah. Setelah itu pendidikan karakter yang diterapkan di Indonesia yang terkadang membuat siswa terbentuk karakter yang tidak baik yaitu kejujuran. Jujur dalam hal ini adalah jujur tentang jawaban dalam ulangan atau UN. Pada saat sekarang nilai UN menjadi momok atau hal yang ditakutkan untuk kelulusannya. Maka banyak siswa yang rela membeli jawaban UN dengan harga tinggi demi memperoleh nilai bagus. Dari contoh ketiga penanaman pendidikan karakter tersebut dapat kiranya menjadikan kesadaran bagi kita semua akan pentingnya penanaman pendidikan karakter di mulai ejak dini.

(19)

4

bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muhaimin,2002:183).

Pendidikan yang membangun nilai-nilai moral atau karakter di kalangan peserta didik harus selalu mendapatkan perhatian. Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Pemerintah kita, yang diawali oleh Kementerian Pendidikan Nasional tiada henti-hentinya melakukan upaya-upaya untuk perbaikan kualitas pendidikan Indonesia, namun belum semuanya berhasil, terutama menghasilkan insan Indonesia yang berkarakter. Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan seperti di atas, para peserta didik harus dibekali dengan pendidikan khusus yang membawa misi pokok dalam pembinaan karakter/akhlak.

Penelitian dari Mukhlis Adi Nugraha: ‘’Pelaksanaan Pendidikan

Pembelajaran Agama Islam Pendidikan untuk meningkatkan toleransi

intra-agama tingkah laku’’ bermaksud mengungkapkan bahwa Setiap pendidik berharap bahwa apa yang dia ajarkan dapat diterima dan dilaksanakan oleh

para siswa. Namun kenyataannya tidak ada implementasiproses pembelajaran

yang benar-benar efektif dan efisien. Ini bisa direfleksikandalam penurunan

moral, perselisihan kelompok sosial, dan konflik nilai. Berbagai masalah

belajar yang meliputi: siswa kurang tertarikuntuk belajar pendidikan agama

Islam, terutama dalam subjek soal Al-Quran, dan pengelolaan jenazah

(Mukhlis, IAIN Salatiga, Jurnal Kebudayaan dan Pendidikan IslamVol.2 No.

(20)

5

Demikianlah pembelajaran agama menjadi sangat penting untuk menjadi pijakan dalam pembinaan karakter siswa, mengingat tujuan akhir dari pendidikan agama tidak lain adalah terwujudnya akhlak atau karakter mulia. Tentu saja misi pembentukan karakter ini tidak hanya diemban oleh pendidikan agama, tetapi juga oleh pelajaran-pelajaran lain secara bersama-sama. Meskipun demikian, pendidikan agama dapat dijadikan basis yang langsung berhubungan dengan pengembangan karakter siswa karena hampir semua materi pendidikan agama syarat dengan nilai-nilai karakter. Di samping itu, aktifitas keagamaan di sekolah yang merupakan bagian dari pendidikan agama dapat dijadikan sarana untuk membiasakan siswa memiliki karakter yang baik.

Mengingat pentingnya pendidikan karakter kepada siswa yang mana pendidikan karakter tersebut dapat diimplementasikan kedalam pendidikan agama Islam yang ada disekolah, dengan demikian pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai upaya membuat peserta didik dapat terus belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari Agama Islam secara menyeluruh yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku seseorang, baik dalam kognitif, afektif dan psikomotorik. Implementasi pendidikan karakter dalam Agama

Islam tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah saw, di dalam Al Qur‟an,

(21)

6

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan banyak yang mengingat Allah. (QS Al

Ahzab ayat 21)

Sesungguhnya Rasulullah adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai karakter yang mulia kepada umatnya. Sebaik-baik manusia adalah yang baik karakter atau akhlaknya dan manusia yang sempurna adalah yang memiliki akhlakul karimah, karena ia merupakan cerminan iman yang sempurna. Agama Islam sangat memperhatikan masalah pendidikan karakter terhadap anak.

(22)

7

khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, seperti halnya di SMK Negeri 2 Magelang yang menjadi obyek penelitian penulis, yang telah menerapkan nilai-nilai karakter ke dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

SMK Negeri 2 Magelang merupakan salah satu sekolah yang telah mengimplementasikan pendidikan karakter pada pembelajaran Agama.Perlu penulis ketahui bahwa SMK Negeri 2 Magelang merupakan sekolah umum yaitu tidak semua siswanya beragama Islam melainkan ada pula yang beragama lain. Meskipun demikian, SMK Negeri 2 Magelang mampu menerapkan pendidikan karakter ke dalam pemebelajaran pendidikan agama Islam. Oleh karena itu, untuk mewujudkan rasa keingintahuan tentang permasalahan tersebut, maka penulis membuat penelitian dengan judul skripsi : IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018.

B.Fokus Penelitian

(23)

8

1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang tahun pelajaran 2017/2018?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang tahun pelajaran 2017/2018?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujun penelitian mengacu pada isi dan fokus penelitian. (Elvinaro Ardianto,2014:18). Dari pernyataan di atas, penulis menyampaikan tujuan dari penelitian , diantaranya :

1. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang tahun pelajaran 2017/2018

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang tahun pelajaran 2017/2018

D.Manfaat Penelitian

(24)

9

disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan (Elvinaro Ardianto,2014:18).

Dalam penelitian yang penulis paparkan, dapat kirannya mempunyai kegunaan, baik untuk penulis maupun dari pihak sekolah yang bersangkutan, berikut diantaranya penulis paparkan kegunaan dari penelitian tersebut.

1. ManfaatTeoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan memperluas wawasan pendidikan karakter di SMK Negeri 2 Magelang b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran

dan informasi kepada pihak sekolah dalam menanamkan pendidikan karakter

2.Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghantarkan dunia pendidikan sekolah umum menghadapi persoalan perubahan pada era globalisasi saat ini

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghantarkan seorang siswa agar menjadi siswa yang lebih baik dan berakhlak mulia serta mampu menghasilkan generasi yang bermanfaat di masyarakat

E.Penegasan Istilah

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang apa yang terkandung dalam skripsi ini, maka perlu kiranya penulis menjabarkan masing-masing pengertian dari setiap pokok pembahasan, diantaranya yaitu :

(25)

10 a. Implementasi

Merupakan aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Nurdin Usman,2002:70). Menurut Mulyasa (2010:93), implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam Oxford

Advance Learner’sDictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah

‘’putsomethingintoeffect’’, (penerapan sesuatu yang memberikan efek

atau dampak).

Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa implementasi merupakan sebuah penerapan melalui sikap dan tindakan untuk mencapai suatu bentuk perubahan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

b. Pendidikan Karakter

Dalam kajian P3, mendefinisikan pendidikan karakter dalam setting

sekolah sebagai „‟Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan

pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu

(26)

11

Definisi tersebut mengandung makna : (1)pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran; (2) diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan; (3) penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah (lembaga) (Dharma Kesuma,dkk,2012:5).

Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa implementasi pendidikan karakter ialah merupakan suatu tindakan secara sadar untuk memberikan penguatan dan pengembangan kepada siswa terhadap pola tingkah laku yang berlandaskan nilai-nilai karakter yang dirujuk oleh sekolah.

2. Pendidikan Agama Islam

Merupakan suatu usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama serta menjadikannya sebagai pedoman sebagai pandangan hidup (Zakiyah Drajat,1992:86). Di harapkan siswa setelah lulus dari pendidikan yang ditempuh dapat mengamalkan ajaran agama yang telah didapatnya dan dipelajari sehingga dapat menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya guna membentuk pribadi yang lebih baik.

(27)

12

dengan pendidikan karakter tersebut siswa dapat menerapkannya di dalam sekolah dan di kehidupannya dengan nilai-nilai tertentu.

F.Sistematika Penulisan

Pada penulisan penelitian ini, penulis menulis skripsi ini dengan sistematika yang terdiri dari lima bab, adapun sistematikanya sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisi teori-teori yang menerangkan tentang masalah yang dikaji yang terdiri dari Landasan Teori yang meliputiKonsep Pendidikan Karakter, Tujuan Pendidikan Karakter di Sekolah, Nilai-nilai Karakter, Peran Pendidikan Agama Islam dalam Pendidikan Karakter dan juga Kajian Pustaka (Kajian terdahulu).

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Dalam bab ini di paparkan tentang Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data.

BAB IVPAPARAN DAN ANALISIS DATA

(28)

13

SMK Negeri 2 Magelang, dan berisi analisis data tentang implementasi pendidikan karakter dan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya serta laporan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan variabel penelitian. BAB V PENUTUP

(29)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Konsep Pendidikan Karakter

Kita sering mendapatkan kenyataan bahwa seorang anak yang di usia kecilnya dikenal sebagai anak yang rajin beribadah, hidupnya teratur, disiplin menjaga waktu dan penampilan, serta taat terhadap kedua orang tuanya namun, setelah sekian lama berpisah dan kita bertemu di usia dewasa, kita tidak mendapatkan sifat-sifat yang pernah melekat di usia kecilnya itu. Sebaliknya kita melihat bahwa sifatnya sudah berubah 180 derajat. Jangankan suara azannya terdengar di menara masjid, datang ke masjid untuk beribadah saja sudah tidak pernah kelihatan lagi. Apa yang sebenarnya terjadi? Rupanya perjalanan hidup telah mengubah semua sifat baiknya. Mungkin faktor ekonomi, keluarga, lingkungan dimana tempat tinggal, dan mungkin pendidikan yang ia dapat dari orang dewasa telah menjadi penyebab utama perubahan drastisnya.

(30)

15

Karakter orang itu berbeda-beda. Tentunya kita sendiri dapat mengamati karakter orang bisa dari orang terdekat kita. Karakter dapat dibentuk, karena kita juga menginginkan orang terdekat kita baik keluarga, saudara bahkan anak didik kita memiliki karakter tertentu maka kita dapat menggunakan teknik pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan dapat membentuk karakter tertentu pada seseorang, misalnya pembiasaan di sekolah dengan tepat waktu, pembiasaan di rumah dengan melakukan pekerjaan rumah sendiri. Dua contoh tersebut dapat menjadikan pola pemikiran dan sikap yang terbentuk menjadi karakter pada seorang anak. Sehingga dapat dikatakan bahwa karakter memang dapat dibentuk.

Pada pernyataan lain, Munir (2010:3) memilih definisi karakter sebagai sebuah pola, baik itu pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan. Menurut Hornbydan Parnwell (1972:49) mengatakan bahwa karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Hermawan Kertajayajuga mendefinisikan karakter adalah „‟ciri khas‟‟ yang dimiliki

oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah „‟asli‟‟ dan

mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan

„‟mesin‟‟ pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, dan

merespon sesuatu (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2013: 13).

(31)

16

memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga siswa dididik menjadi paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Menurut Ratna Megawangi, pembedaan ini karena moral dan karakter adalah dua hal yang berbeda. Moral adalah pengetahuan seseorang terhadap hal baik atau buruk. Sedangkan karakter adalah tabiat seseorang yang langsung di kemudikan oleh otak. Dari sudut pandang lain bisa dikatakan bahwa tawaran istilah pendidikan karakter datang sebagai bentuk kritik dan kekecewaan terhadap praktik pendidikan moral selama ini. Itulah karenanya, terminologi yang ramai dibicarakan sekarang ini pendidikan karakter (charactereducation) bukan pendidikan moral (moral education). Walaupun secara substansial, keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2013: 14).

(32)

17 2. Tujuan Pendidikan Karakter di Sekolah

Dalam lingkungan sekolah tentu akan ada suatu tujuan dalam meningkatkan atau mengembangkan sekolah tersebut. Menurut Dharma Kesuma (2012:9), tujuan pendidikan karakter terdiri dari tiga hal diantaranya:

a. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah. Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan dalam setting sekolah bukanlah sekedar dogmatisasi nilai kepada peserta didik, tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak. Penguatan juga mengarahkan pada proses pembiasaan yang disertai oleh logika dan refleksi terhadap proses dan dampak dari proses pembiasaan yang dilakukan oleh sekolah baik dalam setting kelas maupun sekolah. Penguatan pun memiliki makna adanya hubungan antara penguatan perilaku melalui pembiasaan di sekolah dengan di rumah.

(33)

18

pedagogis dalam pengkoreksian perilaku negatif diarahkan pada pola pikir anak, kemudian dibarengi dengan keteladanan lingkungan sekolah dan rumah, dan proses pembiasaan berdasarkan tingkat dan jenjang sekolahnya.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Tujuan ini memiliki makna bahwa proses pendidikan karakter disekolah harus dihubungkan dengan proses pendidikan di keluarga. Jika saja pendidikan karakter di sekolah hanya bertumpu pada interaksi antar peserta didik dengan guru di kelas dan sekolah, maka pencapaian berbagai karakter yang diharapkan akan sangat sulit diwujudkan.

(34)

19 3. Nilai-nilai Karakter

Menurut Ngainun Anim (2012:123) dalam bukunya yang berjudul CharacterBuilding, terdapat 18 nilai-nilai pembangun karakter, diantaranya

adalah sebagai berikut: a. Religius

Penanaman nilai religius ini menjadi tanggung jawab orang tua dan sekolah. Menurut ajaran Islam, sejak anak belum lahir sudah harus ditanamkan nilai-nilai agama agar si anak kelak menjadi manusia yang religius. Sementara di sekolah, ada banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai religius ini, pembiasaan moral dan etika dapat di pupuk dengan kegiatan religius secara rutin di sekolah, seperti halnya pembiasaan shalat dhuha, berinfak, shalatdzuhur berjamaah, dll. Dalam hal ini, pendidikan agama merupakan tugas dan tanggung jawab bersama, bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab guru saja.

b. Jujur

(35)

20

ruangtempat menjual makanan dan minuman di sekolah dengan tujuan untuk melatih kejujuran para peserta didik dalam membayar makanan yang mereka ambil. Hal in kemudian menjadi salah satu indikator dalam menilai kejujuran dari siswa sekolah.

c. Toleransi

Toleransi berarti sikap membiarkan tidak kesepakatan dan tidak menolak pendapat, sikap, ataupun gaya hidup yang berbeda dengan pendapat, sikap, dan gaya hidup sendiri. Sikap toleran dalam implementasinya tidak hanya dilakukan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspek spiritual dan moral yang berbeda, tetapi juga harus dilakukan terhadap aspek yang luas, seperti halnya di dalam kelas siswa saling berdiskusi antar kelompok, maka siswa lain harus dapat bertoleransi dengan pendapat yang berbeda, begitu juga guru didalam kelas ketika mengajar saling bertoleransi dengan pendapat masing-masing siswanya.

d. Disiplin

(36)

21

Seorang siswa dapat taat akan tata tertib sekolah, terbiasa shalat tepat waktu, datang ke sekolah sebelum jam 07.00, dll.

e. Kerja Keras

Tidak ada keberhasilan yang bisa dicapai tanpa kerja keras. Kerja keras melambangkan kegigihan dan keseriusan mewujudkan cita-cita. Sebab, hidup yang dijalani dengan kerja keras akan memberikan nikmat yang semakin besar manakala mencapai kesuksesan. Dalam dunia pendidikan, pelajar yang sukses adalah yang menjalani proses pembelajaran secara serius dan penuh kerja keras. Sangat jarang ada siswa yang bisa sukses tanpa belajar. Hampir dapat dipastikan bahwa pelajar yang sukses adalah pelajar yang memiliki tradisi kerja keras. Selalu bersungguh-sungguh dalam menggapai cita-citanya. Cita-cita akan menjadi tujuan dan pencapaian bila seseorang melakukan upaya dan usaha yang mengarah pada cita-cita tersebut. Di sinilah letak pentingnya kerja keras.

f. Kreatif

(37)

22

kreativitas menjadi penting agar proses pendidikan di sekolah benar-benar dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kreativitas tinggi. Kreativitas dapat tumbuh di kalangan peserta didik ketika situasi belajar di sekolah memang mendukung tumbuhnya daya pikir dan bertindak kreatif.

g. Mandiri

Kemandirian tidak otomatis tumbuh dalam diri seorang anak. Mandiri pada dasarnya merupakan hasil dari proses pembelajaran yang berlangsung lama. Mandiri tidak selalu berkaitan dengan usia. Bisa saja seorang anak sudah memiliki sifat mandiri karena proses latihan atau karena faktor kehidupan yang memaksanya untuk menjadi mandiri. Di dalam lingkup sekolah, seorang peserta didik, untuk menjadi mandiri hendaknya sesekali dibiasakan belajar secara mandiri. Kemandirian dalam belajar ini perlu diberikan kepada peserta didik supaya mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri.

h. Demokratis

(38)

23

memiliki pendapat yang dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya sendiri. Di dalam lingkup sekolah di dalam kelas, peserta didik dapat di latih untuk mengambil keputusan dan melaksanakan keputusan secara bertanggung jawab.

i. Rasa Ingin Tahu

Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal. Akal pula yang memungkinkan manusia mengembangkan kehidupannya secara dinamis. Akal dapat mendorong rasa ingin tahu terhadap segala hal. Dorongan ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan merasa puas terhadap fenomena yang tampak di permukaan. Selalu ada keinginan untuk memahami secara lebih mendalam dan mendetail. Di dalam lingkungan sekolah ada beberapa alasan pentingnya membangun dan mengembangkan rasa ingin tahu, diantaranya ; rasa ingin tahu membuat peserta didik menjadi aktif, menjadikan peserta didik menjadi pengamat yang aktif, rasa ingin tahu membuka dunia-dunia baru yang menantang dan menarik peserta didik untuk mempelajarinya lebih dalam.

j. Semangat Kebangsaan

(39)

24

kebangsaan pada peserta didik di sekolah, di antaranya yaitu: melakukan upacara bendera secara rutin, upacara hari besar, menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional, dll.

k. Cinta Tanah Air

Jika mengingat sejarah berdirinya bangsa ini, kita akan menemukan besarnya semangat para pahlawan dalam berjuang. Mereka rela mengorbankan harta benda bahkan nyawa demi tegaknya negeri ini. Semangat mencintai tanah air sangat kuat bergelora dan merata di hati sanubari masyarakat kala itu. Cinta tanah air ini dapat menjadikan karakter anak lebih maju dan juga semangat dalam mengangkat harkat dan martabat bangsa ini di dalam kompetensi global. Mengingat pentingnya rasa cinta tanah air, sudah semestinyaditumbuhkembangkan dalam jiwa setiap peserta didik di lingkungan sekolah. Beberapa kegiatan di lingkungan sekolah diantaranya menyanyikan lagu kebangsaan setiap upacara bendera dan peringatan hari besar nasional, memajang foto pahlawan nasional di kelas, mengenakan pakaian adat, dll.

l. Menghargai Prestasi

(40)

25

merupakan bagian dari menghargai proses, misalnya di sekolah seorang peserta didik menjadi juara 1 dalam perlombaan, maka pihak sekolah berhak memberikan hadiah sebagai tanda menghargai prestasi yang telah diraih.

m.Bersahabat

Setiap manusia memerlukan seseorang yang hadir dalam kehidupannya untuk berbagi. Seseorang yang tadinya berteman menjadi sebuah persahabatan. Tujuan dari persahabatan adalah perjumpaan secara pribadi antar keduanya. Begitu bertemu, berbagi rasa, saling diskusi, dan sebagainya. Itulah karena manusia memerlukan kehadiran orang lain Untuk pengembangan karakter anak, kita perlu menjaga hubungan persahabatan anak dengan komunikasi yang baik. Karena perbedaan pendapat dalam persahabatan adalah hal yang tidak bisa dihindari. Hal sederhana yang dapat dilakukan di sekolah untuk menumbuhkan karakter bersahabat diantaranya guru ataupun murid membiasakan untuk saling menyapa, mengucapkan salam, saling tegur, dll.

n. Cinta Damai

(41)

26

contoh dalam membentuk karakter cinta damai pada peserta didik yaitu menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tenteram, dan harmonis, membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan, dll. o. Gemar Membaca

Manusia berkarakter adalah manusia yang selalu gigih mencari pengetahuan. Ada banyak cara mendapatkan pengetahuan, salah satunya dengan kegiatan membaca. Lewat membaca, karakter seseorang akan semakin arif karena merasa bahwa pengetahuannya selalu kurang. Selalu ada banyak hal yang belum dikuasai sehingga tidak menjadikan dirinya orang sombong. Untuk menumbuhkan karakter gemar membaca pada peserta didik, sekolah perlu menerapkan pengelolaan perpustakaan yang memadai, seperti pengelolaan yang ramah, fasilitas perpustakaan yang menarik minat untuk mengunjungi perpustakaan, berbagai macam buku, dll.

p. Pantang Menyerah

(42)

27 q. Peduli Lingkungan

Manusia berkarakter adalah manusia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Manusia semacam ini memiliki kesadaran bahwa dirinya menjadi bagian yang tidak terpisah dari lingkungan sekaligus berusaha untuk berbuat sebaik mungkin bagi lingkungannya. Kepedulian peserta didik pada lingkungan dapat dibentuk melalui budaya sekolah yang kondusif, misalnya pembiasaan memelihara kebersihan lingkungan sekolah, menyediakan tempat pembuangan sampah, membiasakan memisahkan jenis sampah, menyediakan alat kebersihan, dll.

r. Peduli Sesama

Peduli sesama harus dilakukan tanpa pamrih. Tanpa pamrih berarti tidak mengharapkan balasan atas pemberian atau bentuk apa pun yang kita lakukan kepada orang lain. Jadi, saat melakukan aktivitas sebagai bentuk kepedulian, tidak ada keengganan atau ucapan menggerutu. Semuanya dilakukan dengan cuma-cuma, tanpa pamrih, hati terbuka, dan tanpa menghitung-hitung. Dalam kegiatan sekolah misalnya, melakukan kegiatan aksi sosial, menyediakan fasilitas untuk menyumbang, dll.

(43)

28

karakter dengan adanya generasi muda yang berkarakter pula. Maka dari itu sebagai orang tua maupun guru wajib menerapkan pendidikan karakter dimulai sejak dini.

4. Peran Pendidikan Agama Islam dalam Pendidikan Karakter

Sebelum mengetahui peran pendidikan agama Islam, perlu kita ketahui mengenai pengertian dari Pendidikan agama Islam itu sendiri. Menurut Masdub (2015:2) mengatakan bahwa pengertian menurut para ahli itu beragam, diantaranya:

a. Menurut H. M. Arifin: „‟Pendidikan agama Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal

pertumbuhan dan perkembangannya‟‟.

b. Menurut Abdurrahman Shaleh: „‟Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadi dasar Way Of Life‟‟.

c. Menurut Ahmad D. Marimba: „‟Pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam‟‟.

d. Menurut Prof. dr. Kamrani Buseri, MA. „‟Pendidikan Islam adalah

(44)

29

Berdasarkan pendapat diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha secara sadar dimanapendidikan yang didapat bukan hanya bimbingan atau pengetahuan saja, namun pendidikan agama Islam juga mengajarkan tentang kepribadian

atau akhlak yang sesuai dengan Al Qur‟an dan Sunnah. Sehingga nantinya

pendidikan yang didapat dapat bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia.

Akhlak menempati kedudukan penting dalam agama Islam dan dianggap memiliki fungsi yang penting dalam memandu kehidupan masyarakat. Pendidikan akhlak dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan semu. Akhlak Islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat sesuai dengan fitrahnya (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2013:60). Mantan Presiden RI pertama Soekarno berulang-ulang menegaskan:

„‟Agama adalah unsur mutlak dalam National andCharacterbuilding‟‟ hal

ini sependapat dengan Sumahamijaya yang mengatakan bahwa karakter harus mempunyai landasan yang kokoh dan jelas. Tanpa landasan yang jelas, karakter kemandirian tidak punya arah, mengambang, keropos sehingga tidak berarti apa-apa. Oleh karena itu, landasan dari pendidikan karakter itu tidak lain haruslah agama (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2013:61).

(45)

30

telah dijelaskan di dalam Al Qur‟an dan Sunnah, bahwasanya suri tauladan

yang harus kita contoh adalah Rasulullah Saw. dengan perangai dan akhlak

mulia yang di milikinya, seperti dalam Al Qur‟an Allah berfirman

Artinya:’’Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah saw itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu), bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

kedatangan hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah’’ (QS. Al Ahzab

ayat 21)

Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir Juz 21 Jilid 7, menjelaskan tentang ayat tersebut bahwasanya ayat yang mulia ini adalah pokok yang agung tentang mencontoh Rasulullah saw. dalam berbagai perkataan, perbuatan dan perilakunya. Untuk itu Allah Tabarak awa Ta’ala memerintahkan manusia untuk mensuritauladani Nabi saw. pada hari ahzab dalam kesabaran, keteguhan, kepahlawanan, perjuangan dan kesabaran dalam menanti pertolongan dari Rabb-Nya SWT.

(46)

31 5. Strategi Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa ada tiga tahapan strategi yang harus dilalui menurut Abdul Majid dan Dian Andayani (2013:112), diantaranya:

a. Moral Knowing / LearningtoKnow

Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter. Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa harus mampu: a) membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal; b) memahami secara logis dan rasional (bukan secara dogmatis dan doktriner) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan; c) mengenal sosok Nabi Muhammad Saw. sebagai figur teladan akhlak mulia melalui hadist-hadist dan sunahnya.

b. Moral Loving / Moral Feeling

Belajar mencintai dengan melayani orang lain. Belajar mencintai dengan cinta tanpa syarat. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan

kebutuhan sehingga siswa mampu berkata pada dirinya, „‟Iya, saya harus

seperti itu...‟‟ atau „‟Saya perlu mempraktikkan akhlak ini...‟‟. Untuk

(47)

32

menyentuh hati. Melalui tahap ini pun diharapkan siswa mampu menilai dirinya sendiri (muhasabah), semakin tahu kekurangan-kekurangannya. c. Moral Doing / Learningtodo

Inilah puncak keberhasilan pembelajaran akhlak, siswa mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari. Siswa menjadi semakin sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta kasih dan sayang, adil serta murah hati dan seterusnya. Selama perubahan akhlak belum terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula kita memiliki setumpuk pertanyaan yang harus selalu dicari jawabannya. Contoh atau teladan adalah guru yang paling baik dalam menanamkan nilai. Siapa kita dan apa yang kita berikan. Tindakan selanjutnya adalah pembiasaan dan pemotivasian.

Selanjutnya menurut DarmiyatiZuchdi seperti dikutip oleh Maksudin, pengembangan pemikiran moral perlu disertai dengan pengembangan komponen afektif dan kognitif. Aspek kognitif memungkinkan seseorang dapat menentukan pilihan moral secara tepat, sedangkan aspek afektif menajamkan kepekaan hati nurani yang memberikan dorongan untuk melakukan tindakan bermoral. Dua aspek tersebut dapat dilatih melalui pendidikan di sekolah.

Berikut ini strategi pendidikan karakter di lingkungan sekolah, diantaranya:

(48)

33

b. Ciptakan masyarakat berakhlak / bermoral di sekolah c. Praktikkan disiplin moral di kelas dan di sekolah

d. Ciptakan lingkungan kelas dan sekolah yang demokratis e. Ajarkan nilai kehidupan di semua mata pelajaran

f. Terapkan pembelajaran kooperatif

g. Dorongan refleksi moral melalui membaca, menulis, dan diskusi

h. Libatkan masyarakat, terutama orang tua siswa, sebagai mitra dalam pendidikan karakter.

Sekolah tidak hanya menerapkan strategi pendidikan karakter saja, tetapi juga di dukung dengan budaya yang ada di sekolah tersebut. Pendidikan karakter di sekolah sangat erat hubungannya dengan pendidikan agama Islam. Untuk menciptakan pendidikan karakter tersebut dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, maka di sekolah perlu diadakannya budaya islami. Pendidikan tersebut bertujuan untuk membudayakan ajaran Islam, dengan harapan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Menurut Masdub (2015:155), Budaya yang mencerminkan nilai-nilai Islam antara lain sebagai berikut:

1. Pembiasaan mengucapkan salam

(49)

34

guru agama Islam dan guru-guru yang bergama Islam, setiap kali bertemu mengucapkan salam. Salam dalam ajaran Islam adalah doa. Oleh sebab itu, merupakan keharusan kita membudayakan salam.

2. Pembiasaan membaca al qur‟an dan berdo‟a sebelum dan sesudah belajar

Di sekolah Islam pembiasaan membaca alqur‟an dan berdo‟a sebelum

belajar dapat dilakukan oleh guru-guru di dalam kelas selama 5-10 menit

sebelum belajar. Di sekolah umum pembiasaan membaca alqur‟an dan

berdo‟a sebelum belajar dapat dilakukan oleh guru-guru yang beragama

di dalam kelas selama 5-10 menit sebelum belajar minimal membaca surah-surah pendek dan dilanjutkan berdo‟a bersama. Hal ini dilakukan

untuk membiasakan anak membaca alqur‟an dan membiasakan anak

untuk memulai segala sesuatu dengan berdo‟a, membiasakan anak untuk

selalu mengingat Tuhan.

3. Pembiasaan shalat dhuha dan shalat dhuhur berjamaah di sekolah

Pembiasaan shalat dhuha dan shalatdzuhur berjamaah di sekolah Islam yang sudah ada sarana ibadahnya bisa dijadwalkan. Artinya jadwalnya bisa di sesuaikan dengan jadwal pembelajaran dan kegiatan diatur sesuai dengan kemampuan sarananya. Misalnya shalat duha dan shalatdzuhur dilaksanakan setiap jam pembelajaran agama Islam, Shalat duha berjamaah dilaksanakan pada jam pertama pembelajaran agama Islam

dan Shalat dzuhurberjama‟ah dilaksanakan pada waktu jam istirahat

(50)

35

Budaya pembiasaan salat duha dan salatzuhur berjamaah di sekolah adalah untuk menanamkan disiplin pada siswa, agar salat tepat waktu di samping itu untuk mencegah perbuatan munkar yang dilakukan oleh siswa-siswi di sekolah dan di luar sekolah.

4. Penyelenggaraan Bina Rohani Islam (ROHIS)

Kegiatan Bina Rohani Islam adalah salah satu kegiatan keagamaan yang dapat dilaksanakan di sekolah di luar jam pembelajaran agama Islam. ROHIS dapat dijadikan sebagai kegiatan ekstra kurikuler yang wajib diikuti oleh seluruh siswa-siswi yang beragama Islam. ROHIS sebagai kegiatan ekstrakurikuler tentunya sama dengan kegiatan ekstra kurikuler yang lainya. Oleh sebab itu harus di susun program kerjanya, agar pelaksanaannya tidak berbenturan dengan kegiatan yang lain.

5. Perayaan Hari-hari Besar Islam (PHBI)

Perayaan Hari-hari Besar Islam sebagian besar sekolah-sekolah sudah menjadikannya sebagai budaya sekolah. Perayaan Hari-hari Besar Islam

diantaranya; Maulid Nabi Muhammad saw, Isra‟ Mi‟raj, Hari Raya

(51)

36 6. Pesantren kilat / ramadhan

Pesantren kilat adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan keagamaan yang bersifat ekstra kurikuler untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengetahuan peserta didik. Kegiatan ini dapat dilakukan di sekolah-sekolah baik sekolah-sekolah Islam maupun di sekolah-sekolah umum. Kegiatan pesantren kilat harus dikoordinasikan dengan pihak sekolah, seperti waktu, materi serta guru yang mendampingi saat kegiatan.

7. Budaya jilbab di sekolah

Pembiasan ini dilakukan dengan mengenalkan arti dari jilbab itu sendiri, kewajiban dalam berbusana jilbab, kemudian kenalkan pada

siswa untuk perintah menutup aurat di dalam Al Qur‟an,. Sebagai dasar

bahwa guru-guru melakukan pembiasaan kepada siswa-siswi untuk memakai jilbab di sekolah. Pembiasaan tersebut diharapkan menjadi budaya sekolah bahkan menjadi kebiasaan sehari-hari bagi siswi di rumah maupun di mana saja, sehingga terhindar dari berbagai gangguan dan dosa kepada Allah SWT.

(52)

37

Berdasarkan pemaparan di atas tentang strategi dalam pendidikan karakter, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pembentukan karakter tersebut dapat dibentuk atau dikembangkan dengan melalui strategi atau tahapan yang sesuai dengan tumbuh kembangnya. Di sini sebagai guru diminta agar dapat membentuk siswa memiliki karakter atau akhlak yang baik. Seperti halnya yang telah dijelaskan diatasdiantaranya dengan strategi Moral Knowing (Pengetahuan akhlak); siswa diajarkan untuk mengetahui

dan mengenal berbagai macam akhlak yang baik maupun tercela, Moral Loving (Belajar dengan mencintai); siswa dapat mengenal pendidikan

karakter atau akhlak dengan mengetahui contoh atau teladan dari kisah-kisah inspiratif untuk menginspirasi siswa agar tertarik melakukan hal yang baik, Moral Doing (Mempraktikkan akhlak); siswa telah dapat mempraktikkan apa yang didapat dari pembelajaran karakter atau akhlak tersebut, sehingga timbullah rasa ketertarikan untuk bersikap yang demikian. Dari ketiga strategi tersebut, penting untuk diterapkan kepada siswa, karena ketiganya saling berkaitan satu sama lain yang tujuannya sama yaitu pembentukan karakter.

(53)

38

Budaya tersebut agar siswa juga dapat terbentuk dengan karakter yang baik dan akhlak serta kepribadian yang baik pula.

B.Kajian Pustaka (Kajian Pustaka Terdahulu) 1. Kajian terdahulu dari para ahli

Pendidikan karakter memiliki banyak pengertian dari berbagai para ahli. Untuk itu penulis paparkan kajian terdahulu agar sebagai perbedaan, diantaranya: a. Menurut F.W. Foerster (1869-1966) seorang pedagog Jerman yang

(54)

39

Berdasarkan pendapat Foerster tersebut penulis mengartikan bahwa pendidikan karakter itu mempunyai empat ciri dasar diantaranya keteraturan, keberanian, keputusan pribadi dan kesetiaan. Keteraturan dalam bertindak berdasarkan nilai yang tertanam pada pribadi, keberanian untuk teguh pada pribadi diri sendiri. Mampu membuat keputusan pribadi sesuai dengan nilai yang tertanam pada pribadi diri sendiri serta kesetiaan untuk tetap mempertahankan nilai karakter yang telah ada dalam diri pribadi manusia sendiri.

b. Menurut Sastrapratedja, pendidikan moral (karakter) adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang. Mardiatmadja juga menyatakan bahwa pendidikan nilai merupakan bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkan secara integral dalam keseluruhan hidupnya.

c. Menurut NRCVE, menyatakan bahwa pendidikan nilai merupakan suatu usaha untuk membimbing peserta didik dalam memahami, mengalami, dan mengamalkan nilai-nilai ilmiah, kewarganegaraan, dan sosial yang tidak secara khusus dipusatkan pada pandangan agama tertentu.

d. Menurut David Aspin, pendidikan nilai merupakan bantuan mengembangkan dan mengartikulasikan kemampuan dalam mempertimbangkan nilai atau keputusan moral yang dapat melembagakan kerangka tindakan manusia.

(55)

40

pengembangan nilai-nilai dalam diri peserta didik yang tidak harus merupakan satu program atau pelajaran secara khusus. Penanaman dan pengembangan nilai itu merupakan suatu dimensi dari seluruh usaha pendidikan yang tidak hanya terfokus pada pengembangan ilmu, ketrampilan, teknologi, tetapi juga pengembangan aspek lain seperti kepribadian, etik-moral, dan yang lain.

Berdasarkan kajian di atas yang terdiri dari beberapa pendapat, penulis juga menyimpulkan bahwa pendidikan moral (karakter) itu merupakan penanaman nilai yang harus terus dikembangkan melalui pendidikan, di dalam pendidikan juga tidak hanya terpaku pada satu mata pelajaran saja dalam pendidikan karakter tersebut, tetapi semua mata pelajaran, nilai sosial, ketrampilan, kepribadian dsb. Tidak pula hanya pada mata pelajaran Agama saja. Nilai-nilai yang ada dalam lingkungan sekolah dapat memunculkan nilai-nilai karakter pada peserta didik yang nantinya membentuk individualitas seseorang.

2. Perbedaan dan persamaan kajian dari para ahli

(56)

41

karakter adalah penanaman nilai kepada seseorang sehingga kedepannya orang tersebut dapat mengembangkannya ke dalam kehidupannya.

Sedangkan pernyataan Mardiatmadja yang mengungkapkan bahwa pendidikan nilai merupakan bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta menempatkan secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pernyataan ini menjelaskan bahwa pendidikan karakter atau nilai itu merupakan bantuan dari peserta didik dalam menempatkan dirinya ke dalam nilai-nilai di kehidupannya. Penulis juga

setuju dengan pernyataan ini. Kata „‟bantuan‟‟ di sini penulis

mengartikannya sebagai motivasi dan dorongan dari diri sendiri. Dari kedua pendapat tersebut, penulis lebih setuju dan sependapat dengan Mardiatmadja, perlu kita ketahui bahwa karakter juga dapat berubah sesuai keinginan dan motivasi dari dirinya sendiri maupun dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jadi, pendidikan karakter ialah penanaman nilai yang didasari atas kesadaran dan kemauan diri sendiri sehingga dapat mengamalkan nilai-nilai yang tertanam tersebut ke dalam kehidupannya masing-masing dan juga dapat sebagai pegangan hidup seseorang.

(57)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong, menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Kasiram,2010:175). Penelitian ini mencari data tentang implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Negeri 2 Magelang serta faktor pendukung dan hambatan yang mempengaruhinya. Data yang diperoleh dari hasil wawancara berupa kata-kata tertulis dan lisan yang kemudian dijadikan deskriptif. Sehingga hasil yang diperoleh dapat dijadikan karya ilmiah sebagaimana jenis penelitian yang digunakan.

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian adalah di SMK Negeri 2 Magelang yang beralamat di Jl. A.Yani No. 135 A Magelang. Penelitian berlangsung pada tanggal 18 Desember 2017 sampai 27 Maret 2018.

C.Sumber Data

(58)

43

Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Iqbal Hasan, 2004:19). Adapun sebagai sumber data primer yaitu : Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, Waka Sapras / SDM, Guru PAI, Guru BK, Siswa.

2. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu (Iqbal Hasan, 2004:19). Adapun yang menjadi sumber data sekunder yaitu : buku- buku, arsip-arsip, catatan, dan laporan penelitian yang lainnya.

D.Prosedur Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Elvinaro Ardianto,2014:163)

(59)

44

secara langsung dengan mengajukan pertanyaan dan dengan tujuan agar narasumber memberikan pendapat atau jawaban tentang pendidikan karakter yang ada disekolah tersebut.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi peneliti sosial untuk menelusuri data historis. Sebagian besar data yang tersedia berbentuk surat, catatan harian, kenang-kenangan, dan laporan. Sifat utama dari bentuk data-data tersebut tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang lalu. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen seperti artefak, foto, tape, mikrofilm,CD, dan hardisk (ElvinaroArdianto2014:167)

Metode ini digunakan untuk dijadikan bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian di sekolah tersebut dan tanpa rekayasa. Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh dilapangan. Data tersebut berupa dokumen foto dan catatan tertulis dari pihak sekolah tersebut.

E.Analisis Data

(60)

45

Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dilapangan adalah: a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh data tersebut, dalam penelitian dapat digunakan berbagai macam metode diantaranya dengan observasi, wawancara, dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan sesuai masalah yang dihadapi (Sudaryono, dkk,2013:29). Data yang diperoleh peneliti tersebut merupakan data-data yang masih mentah yang harus diolah kembali. Data-data yang telah di dapatkan nantinya dapat dianalisis atau dapat disimpulkan oleh peneliti. Hingga nantinya dapat diambil keputusan tentang data tersebut.

b. Reduksi Data

Data yang sudah banyak dikumpulkan, dan setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka langkah pertama ialah mengadakan reduksi data yaitu memilah data mana yang menjadi obyek formil dari teori yang digunakan untuk membedah fenomena itu (Kasiram,2010:368). Reduksi data merupakan penyederhanaan data yaitu mengorganisir data agar dapat menarik kesimpulan.

c. Penyajian Data

(61)

46

tindakan (Matthew dan Miles,1992:16). Penyajian data dimaksudkan agar data dapat diorganisir secara mudah.

d. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan teman baru yang sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono,2009:253). Dari hasil pengumpulan data kemudian direduksi dan diverifikasi. Kesimpulan yang diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk mencari kesimpulan akhir. Dari kesimpulan yang ada peneliti menggunakan kata-katanya sendiri atau analisisnya dalam hasil kesimpulan akhirnya.

F.Pengecekan Keabsahan Data

Dalam memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan dua atau lebih metode pengumpulan data dalam suatu penelitian (Kasiram,2010:294). Ada dua macam triangulasi yang digunakan, yaitu:

a. Triangulasi Data

Triangulasi data yaitu dimana peneliti menguji keabsahan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa sumber tentang data yang sama (Kasiram,2010:294). Teknik ini digunakan untuk memperoleh keabsahan data yang berbeda-beda tetapi dari metode yang sama.

b. Triangulasi Metodologi

(62)

47

(63)

48 BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A.Paparan Data

1. Gambaran Umum SMK Negeri 2 Magelang a. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 2 Magelang

1) Pada Tanggal 1 April 1967 diadakan rapat rencana pendirian SMEA Negeri Magelang yang dihadiri oleh 2 unsur yaitu :Unsur Tentara Pelajar (eks Pejuang) dan Unsur Guru Negeri: dipekerjakan pada SMEA YP 17 Magelang dan guru SMEA Negeri Magelang

2) SMEA Negeri Magelang secara resmi berdiri pada tanggal 1 Januari 1968 bertempat di Pasar GuthekanMenowo (Sekarang SD Negeri Kedungsari 3 ) Jumlah kelas 2 kelas ( kelas 1 Tata Buku dan 1 Tata Niaga / Perusahaan ) jumlah siswa 80. Kepala sekolah Drs. Soekimin A.W dengan SK Pendirian dari Menteri P dan K Nomor : 134/UKK3/ 1968 berlaku mulai tanggal 1 Januari 1968.

3) Mulai berdiri tahun 1968 sampai dengan tahun 2013 SMKNegeri 2 Magelang sudah berganti kepala Sekolah sebanyak 10 kali dengan periode pergantian sebagai berikut;

a) Tahun 1968 – 1976 : Drs. Soekimin Adhi Wiratmoko b) Tahun 1976 – 1989 : Drs. Djenal Soetrisno

(64)

49

e) Tahun 1992 – 1993 : Drs. R Soetabaridirdjo Kusumo f) Tahun 1997 – 2007 : Drs. Suwardi

g) Tahun 2007 – 2008 : Dra. Sri Yuniati h) Tahun 2008 – 2011 : Drs. Jarwadi, M.Pd i) Tahun 2011 – 2013 : Drs. Ngajid, M.Pd j) Tahun 2013 – 2014 : Mila Yustiana, S.Pd k) Tahun 2015 – sekarang : Drs. Supriyatno, M.Pd

4) Pada tanggal 1 Juli 1970 Gedung SMEA Negeri Magelang pindah lokasi di Jl. A Yani 135A. Magelang. Lokasi tersebut ditempati sampai sekarang.

5) Berdasarkan SK Mendikbud RI No. 036/0/ 1997 tanggal 7 Maret 1997 SMEA Negeri Magelang namanya berubah menjadi SMKN2 Magelang dan memiliki 4 Kompetensi keahlian yaitu : Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Pemasaran dan Rekayasa Perangkat Lunak b. Profil SMK Negeri 2 Magelang

(65)

50

Letak SMK Negeri 2 Magelang yang strategis di pinggir jalan protokol dan mudah dijangkau dari segala jurusan, yang dilalui jalur angkutan baik luar maupun dalam kota. Dari 6 Sekolah Kelompok Bisnis dan Manajemen di Wilayah Kota Magelang yang berstatus negeri hanya SMK Negeri 2 Magelang, sehingga menjadi panutan untuk sekolah swasta, dengan demikian dituntut pelaku Sumber Daya Manusianya senantiasa menjaga citra agar tidak kalah dengan Sumber Daya Manusia sekolah-sekolah swasta.

Dengan demikian dalam pemasarannya sangatlah bersaing, karena kondisi dan letak yang strategis menjadikan semua warga SMK Negeri 2 Magelang dituntut lebih memiliki daya saing yang tinggi agar dikemudian hari jangan sampai ditinggal para pelanggannya.

SMK Negeri 2 Magelang telah terakreditasi dengan nilai Amat Baik dan telah memiliki sertifikat SMM ISO 9001 – 2008 sejak tanggal 5 Desember 2007 dan mempunyai 4 (empat) program studi yaitu : 1) Program Studi Akuntansi

2) Program Studi Administrasi Perkantoran 3) Program Studi Pemasaran/Marketing

4) Program Studi Rekayasa Perangkat Lunak ( RPL)

(66)

51

Kemudian pada akhir tahun dalam mengikuti Ujian Nasional selalu lulus 100 %, sedangkan Program Keahlian RPL memiliki 3 kelas masing-masing tingkat 1 kelas jumlah siswa 116 siswa pada Tahun Pelajaran 2012/2013

Dalam Kegiatan UPK ( Ujian Profesi Keahlian ) Tahun Pelajaran 2012/2013 tim penguji semua Program Keahlian mendatangkan pihak eksternal yaitu dari Lembaga Sertifikasi Profesi Propinsi Jawa Tengah yang berkedudukan di Semarang dan dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan diharapkan semua siswa kelas XII Tahun 2012/2013 mendapat sertifikat uji profesi keahlian dari LSP ( Lembaga Sertifikasi Profesi ) . Jumlah guru dan karyawan 108 orang.

c. Identitas Sekolah

1) Nama Sekolah : SMK Negeri 2 Magelang 2) Jenjang Pendidikan : SMK

3) Status Sekolah : Negeri

4) Alamat Sekolah : Jl. A. Yani No. 135 A. Magelang 5) RT / RW : 2 / 4

6) Kode Pos : 56115

7) Kelurahan : Kramat Selatan

8) Kecamatan : Kecamatan Magelang Utara 9) Kabupaten / Kota : Kota Magelang

(67)

52

12) Nomor Telepon : (0293)362577 13) Nomor Fax : (0293)313172

14) Email : smkn2magelang@yahoo.com 15) Website : http://www.smkn2magelang.sch.id 16) SK Pendirian Sekolah : 1334/UKKS/1968

17) Tanggal SK Pendirian : 2037-02-06 d. Visi dan Misi

1) Visi

Terwujudnyalembagapendidikanberbasisteknologiinformasidankomun ikasigunamenghasilkansumberdayamanusia yang beriman, unggul, kompeten, kompetitifdanberwawasan global danlingkungan.

2) Misi

a) Melaksanakansistempendidikanberbasiskompetensidenganmemanf aatkan teknologiinformasidankomunikasi.

b) Meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki jati diri bangsa dan keunggulan kompetitif di pasar nasional dan global.

c) Meningkatkan peran serta dunia usaha/dunia industri dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

(68)

53

e. Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Magelang

Kepala Sekolah : Drs. Supriyatno, M.Pd Wakil Kepala Sekolah Kurikulum : Dra. Tri Widiastuti Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan : Ali Sabana, S.Pd Wakil Kepala Sekolah Sapras : Afif Suryono, S.Pd. M.Pd Wakil Kepala Sekolah Humas : Dra. Bagus Susilo

Kepala Tata Usaha : Sunarti Ketua Renbang : Drs. Widodo

WMM : Dra. Evi Santi Sasandaru, M.Si Ketua K.K Akuntansi : Dra. Gigih Murniati Ketua K.K Adm.Perkt : Dra. Erna Listyawati Ketua K.K Pemasaran : Dra. Sri Umi Kisworini

Ketua K.K RPL : Yekti Utari Winarni, S.Kom. Wali Kelas dan Siswa :

Tabel 4.1 Daftar Rombongan Belajar dan Wali Kelas SMK Negeri 2 Magelang

No. NAMA ROMBEL WALI KELAS

1 X AK 1 Dra. Pardjianah

2 X AK 2 Antuk Madiyanto, S.Pd, S.Kom 3 X AK 3 Laely Inayah, S.Pd

4 X AP 1 Praptiwi Sri Mulyani, S.Pd 5 X AP 2 Dra. Dyah Ekowati

(69)

54

7 X PM 1 Sugiyono, S.Pd 8 X PM 2 Ining Pujihastuti, S.Pd 9 X PM 3 Drs. Agus Supriyanto

10 X RPL 1 Dra. Natalia Mimik Hari Mulyani 11 X RPL 2 Apido Yuliana, S.T, M.T

12 XI AK 1 Cicilia Nugrahanti, S.Pd 13 XI AK 2 Aris Kurniawan, S.Pd 14 XI AK 3 Siti Rokhana, S.Pd 15 XI AP 1 Murni Sri Wahyuni, S.Pd 16 XI AP 2 Maryanti, S.Pd

17 XI AP 3 Dra. Wiwik Mutasiningsih 18 XI AP 4 Sri Badarwati, S.Pd

19 XI PM 1 Drs. Kunto Wicaksono, M.Pd 20 XI PM 2 Evi Mukti Rachmawati, S.S 21 XI RPL Arifin Andi Gunawan, S.Kom 22 XII AK 1 Retnowinarni, S.Pd

23 XII AK 2 Genduk Sri Lestari Rahayuningsih, S.Pd 24 XII AK 3 Drs. Gunawan

25 XII AP 1 Dra. Ninik Budiningsih

26 XII AP 2 Dra. Maria Magdalena Rihwati 27 XII AP 3 Dra. Priyani

(70)

55

30 XII PM 3 May Wilasih, S.Pd

31 XII RPL Vicky Listyaningsih, S.Kom

(Sumber Data: Data sekunder di olah oleh peneliti) f. Data Ketenagaan dan Peserta Didik

Tabel 4.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMK Negeri 2 Magelang

No Nama Status

Kepegawaian

Jenis PTK

1 Abdurrosyid Tenaga Honor

Sekolah

Pesuruh/Office Boy

2 Afif Suryono, S.Pd., M.Pd. PNS Guru Mapel

3 Drs. Agus Supriyanto PNS Guru Mapel

4 Ahmad Syaefudin, S.Kom Tenaga Honor Sekolah

7 Angel Septania Delta siwi Tenaga Honor Sekolah

Tenaga Administrasi Sekolah 8 Antuk MadiyantoS.Pd, S.Kom PNS Guru TIK

9 Anwar Pramono Tenaga Honor

Sekolah

17 Budiyanto Tenaga Honor

Sekolah

Tenaga Perpustakaan 18 C. Oetari Darmastuti, S.Pd PNS Guru Mapel 19 Cicilia Nugrahanti, S.Pd. PNS Guru Mapel 20 Drs. Dindin Kamaludin PNS Guru Mapel

21 Dra. Dyah Ekowati PNS Guru Mapel

22 Dra. Eko Wahyu Dwikoraningsih

(71)

56

23 Endah Widiyanti PNS Tenaga

Administrasi Sekolah

24 Endang Purwaningsih PNS Tenaga

Administrasi 29 Dra. Evi Santi Sasandaru, S.Pd,

M.Si

PNS Guru Mapel

30 FiekaPraditaliana, S.Pd Guru Honor Sekolah 37 Ika Wahyuningtyas, S.S Guru Honor

Sekolah

Guru Mapel 38 Ining Pujihastuti, S.Pd PNS Guru Mapel

39 Kukuh Widodo Tenaga Honor

Sekolah

Petugas Keamanan 40 Drs. Kunto Wicaksono, M.Pd PNS Guru Mapel

41 Laely Inayah, S.Pd PNS Guru Mapel

42 Lailatul Khikmah, S.Kom Tenaga Honor Sekolah 45 Dra. Maria Magdalena Rihwati PNS Guru Mapel

Gambar

Tabel 4.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tabel 4.3 Data Peserta Didik di SMK Negeri 2 Magelang
Tabel 4.4 Sarana Prasarana
Tabel 4.5 Prestasi Siswa SMK Negeri 2 Magelang

Referensi

Dokumen terkait

field research yang berlokasi di SMAN 2 Sragen sebagai tempat studi kasus. Metode penelitian yang di gunakan adalah metode kualitatif yang bersifat naratif. Data yang digunakan

Jenis penelitian adalah kualitatif. Pendekatan penelitian fenomenologi. Subjek penelitian adalah kepala sekolah dan guru. Metode pengumpulan data menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian penulis melalui observasi, wawancara dan dokumentasi tentang pelaksanaan pendekatan scientific dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di

Jenis penelitian adalah kualitatif. Pendekatan penelitian fenomenologi. Subjek penelitian adalah kepala sekolah dan guru. Metode pengumpulan data menggunakan

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus data yang dianalisis adalah hasil observasi dan wawancara dengan guru PAI, Kepala Sekolah serta

Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan ( field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek

Jenis dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kemudian yang menjadi sampel

Penelitian ini berjenis penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara