UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU
RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN
SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
TAUFIQURROHMAH HIDAYATI NIM: 111-12-004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : -
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka
naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Taufiqurrohmah Hidayati
NIM : 111-12-004
Judul : UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU
RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk
ditujukan dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 22 Maret 2017
Pembimbing,
iv
SKRIPSI
UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
DISUSUN OLEH
TAUFIQURROHMAH HIDAYATI NIM: 111-12-004
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 3 April 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dra. Nur Hasanah. M. Pd
Sekretaris Penguji : Dr. Fatchurrahman, M.Pd.
Penguji I : Dr. Lilik Sriyanti, M. Si.
Penguji II : Dr. M. Gufron, M. Ag.
Salatiga, 3 April 2017
Dekan
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002 KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Taufiqurrohmah Hidayati
NIM : 111-12-004
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat
dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 22 Maret 2017 Penulis
vi
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ibuku Mutamimah dan Bapakku Kosim yang senantiasa memberikan nasehat
dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga
ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang
bermanfaat untuk sesama.
2. Adikku tersayang Hasan Ma’ruf Jauhari yang selalu memberikan semangat
untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.
3. Seluruh teman-teman yang membantu dalam skripsi ini, dan semua sahabatku
yang selalu membersamai dalam setiap langkah.
4. Keluarga PAI A, Keluarga PPL MAN Salatiga dan Kelompok KKN
Pengarengan Kab. Magelang, yang telah memberikanku pengalaman hidup
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “UPAYA PEMBINAAN
PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN 2016/2017”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
ix
4. Bapak Dr. Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. A. Baharudin, M. Ag selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala sekolah, Waka Kurikulum, guru Rumpun PAI, dan siswa-siswi MAN
Salatiga yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 22 Maret 2017
Penulis
x ABSTRAK
Hidayati, Taufiqurrohmah. 2017. “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Rumpun Mata Pelajaran PAI Di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi Tahun Pelajaran 2016/2017”Pembimbing: Dr.Fatchurrohman, M.Pd.
Kata Kunci: Profesionalisme Guru, Sertifikasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pembinaan
profesionalisme guru setelah sertifikasi dan kendala yang dihadapi dalam proses pembinaannya di MAN Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana profesionalisme guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi? 2) Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga Setelah sertifikasi?. 3) Apa kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesioanalisme guru dan cara mengatasinya?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah ,Guru Rumpun PAI , Waka Kurikulum, guru Rumpun PAI, dan siswa MAN Salatiga.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Penegasan Istilah ... 6
F. Metode Penelitian ... 7
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II LANDASAN TEORI ... 17
A. Profesionalisme Guru ... 17
xii
C. Program Sertifikasi... 38
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... A. Paparan Data MAN Salatiga ... 49
B. Temuan Penelitian ... 61
1. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi ... 61
2. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru ... 65
3. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme Guru dan Cara Mengatasinya ... 67
BAB IV PEMBAHASAN ... 69
A. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi ... 69
B. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru ... 79
C. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme Guru dan Cara Mengatasinya ... 82
BAB V PENUTUP ... 85
A. Kesimpulan... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 90
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I Sarana Prasarana ... 54
Tabel II Daftar Guru... 56
Tabel III Daftar Pegawai Tata Usaha ... 57
Tabel IV Daftar Siswa ... 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Instrumen Pengumpulan Data
7. Kode Penelitian
8. Hasil Wawancara
9. Dokumentasi
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat
menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi
begitu pesat (Mulyasa,2011:3).
Masalah krisis yang sangat kompleks dan membawa tantangan berat
bagi bangsa Indonesia menyadarkan kita betapa sistem pendidikan yang
dilakukan selama ini belum mampu membentuk pribadi yang teguh serta
mengembangkan pemikiran kreatif untuk memecahkan persoalan krisis
ekonomi. Bahkan yang lebih parah adalah akibat krisis ini muncul krisis
moral di masyarakat, pembantaian pemerkosaan, tawuran antar pelajar, dan
perampokan hak milik orang lain terjadi dimana-mana (Mudjio, 2010:95).
Dari sudut pendidikan, tampaknya ada indikasi bahwa krisis moral
yang dikemukakan di atas, menandakan belum berhasilnya lembaga
pendidikan (sekolah) membentuk pribadi anak bangsa ini menjadi pribadi
yang bermartabat.
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang
dihadapi bangsa Indonesia disebabkan oleh kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) bangsa Indonesia yang masih rendah. Kualitas SDM yang rendah,
baik secara akademis maupun nonakademis, menyebabkan belum seluruh
2
maupun nonfisik dalam pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keahlian
dan bidangnya masing-masing. Menilai kualitas SDM suatu bangsa secara
umum dapat dilihat dari mutu pendidikan bangsa tersebut. Hanya dengan
kualitas SDM yang tinggi persoalan-persoalan bangsa Indonesia setahap
demi setahap dapat terselesaikan dengan baik (Kunandar, 2011:8).
Sejalan dengan kenyataan itu, keberhasilan nasional akan ditentukan
oleh keberhasilan kita dalam mengelola pendidikan nasional. Dimana di
dalamnya guru menempati posisi utama dan penting (Safrudin dan
Basyiruddin, 2002:1). Sehingga salah satu upaya pemerintah dalam
meningkatkan mutu pendidikan nasional dan memperbaiki kesejahteraan
hidup guru ditempuh melalui sertifikasi bagi profesionalisme guru melalui
portofolio sesuai dengan (Peraturan Pemerintahan Nomor 18 Tahun 2007).
Program ini akan berdampak sangat baik dalam meningkatkan
profesionalisme pendidik serta meningkatkan kesejahteraannya.
Sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat
kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar
kompetensi. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru
dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan
dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia
secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa
tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai guru yang memiliki
3
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi (Kunandar, 2011: 79).
Sementara Permenag Nomor 16/2010 Pasal 13 tentang kualifikasi
guru agama mengatur sebagai berikut:” Guru Pendidikan Agama minimal
memiliki kualifikasi akademik Strata 1 /Diploma IV, dari program studi
pendidikan agama dan atau program studi agama dari Perguruan Tinggi
yang terakreditasi dan memiliki sertifikat profesi guru pendidik
agama”(Mudlofir, 2013: 109). Kehadiran sertifikasi dalam perubahan model
pendidikan di era modern. Faktor yang menentukan dalam meningkatkan
mutu pendidikan dalam skala besar ini, tidak lain dengan keberhasilan
pelaksanaan sertifikasi atau malah sebaliknya.
Profil kelayakan guru akan ditekankan pada aspek-aspek kemampuan
membelajarkan siswa, dimulai dari menganalisis, merencanakan
mengembangkan, mengimplementasikan dan menilai pembelajaran yang
berbasis pada penerapan teknologi pendidikan. Untuk kepentingan tersebut
diperlukan suatu kebijakan pendidikan dalam rangka mengembangkan
kompetensi guru menuju pada keprofesionalan, serta pedoman kebijakan
teknis yang dapat membantu bidang pendidikan yang berisi panduan untuk
kompetensi dan profesionalisme guru.
Penulis memilih MAN Salatiga dikarenakan guru-guru rumpun mata
pelajaran PAI yang mengajar di madrasah tersebut telah mengikuti program
4
guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga setelah adanya sertifikasi.
Guru-guru yang telah di sertifikasi memiliki cara yang bervariasi dalam
meningkatkan profesionalisme yang telah mereka miliki. Indikator yang
mereka miliki juga berbeda-beda, hal ini dipengaruhi latar belakang
pendidikan dan wawasan serta pengetahuan yang dimiliki.
Berdasarkan analisis tersebut, penulis berkeinginan untuk
mengangkatnya menjadi sebuah bahasan dengan judul “Upaya Pembinaan
Profesionalisme Guru Rumpun Mapel PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”.
B. Fokus Penelitian
Penelitian memfokuskan pada upaya yang dilakukan pihak-pihak
yang bertanggungjawab dalam pembinaan profesionaisme guru khususnya
guru rumpun mata pelajaran PAI setelah adanya sertifikasi di MAN
Salatiga. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
beberapa pertanyaan-pertanyaan penelitian, yaitu;
1. Bagaimana profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di
MAN Salatiga setelah sertifikasi?
2. Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran
PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi?
3. Apa kendala atau problem yang dihadapi dalam pembinaan
profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga
5 C. Tujuan Penelitian
Agar peneliti dapat memperoleh hasil yang baik, maka perlu
direncanakan tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaanya:
1. Untuk mengetahui profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI
di MAN Salatiga setelah sertifikasi.
2. Untuk mengetahui upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun
mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi.
3. Untuk mengetahui kendala atau problem yang dihadapi dalam
pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN
Salatiga setelah sertifikasi dan bagaimana mengatasinya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan
praktis.
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbagan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan
dengan pembinaan profesionalisme guru PAI.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru : Dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam
meningkatkan profesionalisme guru dan pengembangan
keprofesian secara berkelanjutan.
b. Bagi pemerintah: Agar dapat mencetak calon guru yang
6
c. Bagi peneliti: Menambah reverensi serta sebagai bekal untuk
menjadi seorang pendidik yang professional.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul
penelitian, perlu ditegaskan beberapa istilah dalam judul di atas, yaitu:
1. Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru mengandung pengertian kegiatan atau
usaha meningkatkan kompetensi guru ke arah yang lebih baik dalam
berbagai aspeknya demi terselenggaranya optimalisasi pelayanan
kegiatan atau pekerjaan profesi guru (Asmani, 2011:46).
Dalam penelitian ini menurut peneliti guru profesional dapat
dilihat dari empat kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi
kepribadian.
2. Mata Pelajaran PAI
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an
dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman (Majid,2014:11). Rumpun mata pelajaran
PAI meliputi: Al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih, dan Sejarah
7 3. Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik
untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi
guru(Damay,2012:10). Menurut peneliti sertifikasi guru merupakan
proses pemberian sertifikat pendidik bahwa seseorang telah memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan, dan sebagai
bentuk upaya peningkatan professional guru.
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus digunakan
metode yang tepat dan sesuai untuk pengelolaan data sesuai objek yang
dibahas. Dalam ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang
berkaitan dengan penelitian yaitu :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research)
karena peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan
tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong,
2009:26). Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu MAN Salatiga
untuk mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru
mata pelajaran PAI, waka kurikulum, dan kepala sekolah dalam
profesionalime guru dan upaya pembinaannya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut
Moleong (2009:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
8
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai,
profesionalisme guru mata pelajaran PAI, upaya pembinaan
profesionalisme guru mata pelajaran PAI, kendala yang dihadapi
dalam pembinaan profesionalisme guru, dan cara mengatasinya. Pada
pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif di
lingkungan MAN Salatiga yang dijadikan subjek penelitian.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat pengumpul
data utama. Peneliti berperanserta pada situs penelitian dan mengikuti
secara aktif kegiatan dan mengumpulkan data dari pengamatannya
selama mengikuti kegiatan (Moleong, 2009:3).
Kehadiran peneliti bertujuan untuk melakukan pengamatan dan
wawancara secara langsung guna mendapatkan data akurat dari
informan yang diperlukan peneliti untuk melengkapi data penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan
dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Penelitian ini akan dilaksanakan
di Madrasah Aliyah Negeri Salatiga dengan alamat jalan K.H. Wahid
9
tempat penelitian karena di MAN Salatiga semua guru mata pelajaran
PAI sudah mengikuti sertifikasi, dan untuk mengetahui apakah guru
mata pelajaran PAI di MAN Salatiga sudah melakukan tugasnya secara
profesional setelah sertifikasi.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari tempat
penelitian. Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan (Moleong, 2009:
157) Kata-kata dan tindakan diperoleh dari wawancara atau
pengamatan berperan serta untuk mengetahui upaya pembinaan
profesionalisme guru setelah sertifikasi. Data primer penelitian ini,
penulis dapatkan dari kepala sekolah, waka kurikulum, guru mata
pelajaran rumpun PAI, dan siswa di MAN Salatiga.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan
lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang
dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara
10
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun dalam pengkajian skripsi ini peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang
atau lebih dengan tujuan tertentu, wawancara adalah salah satu alat
yang paling banyak digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian kualitatif (Sarosa, 2012:45). Kegiatan penelitian ini akan
dilaksanakan dengan wawancara langsung dan terstruktur karena
informan atau narasumber bertatap muka secara langsung dan tahu
pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat wawancara,
peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan
yang tersusun secara sistematis.
Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya
adalah siswa, guru mata pelajaran PAI, waka kurikulum, dan
kepala sekolah MAN Salatiga . Peneliti menggunakan teknik ini
untuk mencari data terkait profesionalisme guru mata pelajaran
PAI, upaya pembinaan profesionalisme guru, kendala dalam upaya
pembinaan profesionalisme guru, dan cara mengatasinya.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek
dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat
11
melibatkan dua komponen yaitu si pelaku observasi dan objek yang
diobservasi (Sukandarrumidi, 2004:69). Teknik ini digunakan
untuk mendapatkan data mengenai kondisi MAN Salatiga dan
profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan objek penelitian berupa foto, RPP, karya tulis, data
prestasi/ pembinan kinerja guru yang terkait dengan pembinaan
profesionalisme guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga.
6. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2009:248)
mendefinisikan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.
Menurut Miles dan Hubeman (dalam Emzir, 2011:129) ada tiga
12
1. Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilih, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data mentah yang
terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data adalah
suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokusan,
membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana
kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.
2. Display Data
Display data adalah suatu kumpulan informasi tersusun
yang membolehkan pendeskripsian dan pengambilan tindakan.
Bentuk paling sering dari model data kualitatif adalah teks naratif.
Teks naratif adalah tulisan yang berisi rangkaian peristiwa dari
waktu ke waktu yang dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan
akhir. Selain dalam bentuk teks naratif, bentuk lain dari model data
kualitatif adalah matrik, grafik, jaringan, kerja dan bagan.
3. Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan penelitian secara
terus menerus selama berada di lapangan. Sejak permulaan
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda,
mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori),
penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab
13
Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung
dengan cara: memikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang
catatan lapangan, tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman
sejawat, dan upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan
suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Setelah
kesimpulan diperoleh, penulis juga menyajikan data menggunakan
metode analisis deskripstif yaitu memaparkan gambaran mengenai
situasi yang diteliti dalam bentuk uraian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2009:324) ada empat kriteria yang
digunakan yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan
(credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan
penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan
dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan
observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup.
Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
(Moleong, 2009:330). Pada teknik ini peneliti melakukan:
a. Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil
14
bandingkan berupa hasil wawancara dengan siswa dan guru mata
pelajaran lain yang berkaitan dengan profesionalisme guru mata
pelajaran PAI
b. Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil
wawancara antar narasumber terkait dan membandingkan data hasi
observasi, peneliti membandingkan hasil wawancara tentang
profesionalisme guru mata pelajaran PAI dengan melakukan
observasi langsung di kelas pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
8. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap
sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data,
dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada
subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang
berkaitan dengan profesionalisme guru, pembinaan profesionalisme
15
c. Tahap Analisis Data
Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiyono
(2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
d. Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian
makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian
dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan,
saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti
hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika diperlukan untuk menata dan mengatur sistematika
penulisan sehingga mudah dibaca dan dipahami. Adapun sistematika
penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Meliputi: latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II: Kajian Pustaka
Pada Kajian Pustaka ini penulis mengemukakan kepada pembaca
agar mengetahui dasar-dasar teori yang meliputi profesionalisme guru,
16
BAB III: Paparan Data dan Temuan Penelitian
Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data berisi
gambaran umum MAN Salatiga yang meliputi sejarah perkembangan
sekolah, identitas sekolah, visi dan misi, tenaga pendidik, daftar siswa,
ekstrakurikuler, dan temuan hasil penelitian berupa profesionalisme guru
rumpun mapel PAI setelah sertifikasi, upaya pembinaan profesionalisme
guru, dan kendala dalam pembinaan profesionalisme guru serta cara
mengatasinya.
BAB IV: Pembahasan
Bab ini memuat gagasan penelitian, keterkaitan antar pola-pola,
kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan/teori terhadap
teori-teori dan temuan-temuan sebelumnya, serta penafsiran dan penjelasan dari
temuan/teori yang diungkap dari lapangan (grounded theory). Bab ini
berisi profesionalisme guru rumpun mapel PAI setelah sertifikasi, upaya
pembinaan, dan kendala serta cara mengatasinya.
BAB V : Penutup
Meliputi : kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan pihak terkait
17 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian profesionalisme guru
Istilah profesionalisme berasal dari kata profesion. Dalam
kamus Inggris Indonesia,” profession berarti pekerjan”
(John,1996:449).
Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru
Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
disebutkan pula bahwa Profesionalisme berasal dari kata profesi yang
artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh
seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan pekerjaan
tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus
yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi
adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.
Profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi
(Mudlofir, 2013:35).
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
18
kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang
diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis.
Dengan demikian Kartadinatap mengemukakan dalam
Mahanani(2011:14) profesi guru adalah orang yang memiliki latar
belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh
pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki
oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti
pendidikan keguruan.
Adapun mengenai kata professional, Uzer Usman (2002:14)
memberikan suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat
professional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara
sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi
kepentingan umum. Kata profesional itu sendiri berasal dari kata
sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti
orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan
sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang
dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh
pekerjaan lain.
Seorang professional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan
19
sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional
menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan
secara amatiran. Seorang professional akan terus-menerus
meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan
pelatihan(Tilaar, 2002:86). Profesionalisme berarti mutu, kualitas, dan
tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang
professional (Depdiknas, 2007:897).
Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas
suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata
pencaharian seseorang. Sedangkan profesionalisme guru merupakan
kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian
(Kunandar, 2011:46).
Menurut Asmani (2011:45) profesionalisme guru mengandung
pengertian kegiatan atau usaha meningkatkan kompetensi guru kearah
yang lebih baik dalam berbagai aspeknya demi terselenggaranya
optimalisasi pelayanan kegiatan atau pekerjan profesi guru. Makna
penting dari profesionalisme guru adalah sebagai berikut:
a. Profesionalisme akan memberikan jaminan perlindungan kepada
20
b. Profesionalisme guru merupakan cara untuk memperbaiki profesi
pendidikan yang selama ini dianggap rendah oleh sebagian
masyarakat.
c. Profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan
pengembangan diri sehingga guru dapat memberikan pelayanan
dengan sebaik mungkin, serta dapat memaksimalkan kompetensi
yang dimiliki.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi adalah
suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan yang memerlukan kemahiran, kecakapan,
dan memerlukan pendidikan profesi. Profesionalisme adalah ajaran
atau paham yang menekankan bahwa segala sesuatu pekerjaan harus
dilakukan dengan professional. Dengan demikian, profesionalisme
guru dalam penelitian ini adalah profesioanalisme guru dalam bidang
Rumpun mapel PAI, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan
dan keahlian khusus dalam bidang studi rumpun mapel PAI yang
mencakup Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlaq, Fiqh, dan SKI, serta telah
berpengalaman dalam mengajar rumpun mapel PAI sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fugsinya sebagai guru rumpun mata
pelajaran PAI dengan kemampuan yang maksimal serta memliki
kompetensi sesuai dengan kriteria guru professional, dan profesi itu
21
2. Aspek Profesional Guru
Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas
mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dulu penulis akan
menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru pofesional. Karena seorang guru yang professional tentunya harus
memiiki kompetensi professional. Menurut Mulyasa(2011:75)
kompetensi yang harus dimiliki seorang guru mencakup empat aspek,
sebagai berikut:
a. Kompetensi pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3)
butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran pesera didik yang meliputi
pemahaman peserta terhadap didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembagan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
b. Kompetensi kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28
ayat (3) butir b, dikemuakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia (Mulysa, 2011:117).
Menurut Mahanani (2011:51) kompetensi kepribadian
22
mengemban amanah sebagai guru. Kompetensi ini tercermin dalam
kehidupan sehari-hari, baik saat kegiatan pembelajaran di sekolah
maupun di luar sekolah. Sejauh mana kompetensi tersebut dimiliki
oleh seorang guru tampak dalam kompetensi inti, sebagai berikut:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayan nasional.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi jujur, berakhlak mulia,
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, bijaksana, dan berwibawa
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab tinggi, rasa bangga
menjadi guru dan percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi professional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28
ayat (3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi setandar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Secara umum
dapat diidentifikasi tentang ruang lingkup kompetensi profesional
23
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik
filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf
perkembangan peserta didik.
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang
menjadi tanggung jawabnya.
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi.
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat,
media dan sumber belajar yang relevan.
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pembelajaran.
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
d. Kompetensi sosial
Menurut Asmani (2009:141) kompetensi sosial guru
merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu
mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga
Negara.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28
ayat (3) butir d, dikemuakan bahwa yang dimaksud dengan
24
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih
lanjut dalam RPP tentang Guru, bahwa kompetensi sosial
merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang
sekurang-kurangnya memiiki kompetensi untuk:
1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional.
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik,
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sektiar.
Guru adalah mahluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak
bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang
memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan yang tidak
terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan
yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.
Menurut Sudijarto (dalam Kunandar,2011:57) kemampuan
profesionalime seseorang guru, meliputi:
a.Merancang dan merencanakan program pembelajaran.
b.Mengembangkan program pembelajaran
25
d.Menilai proses dan hasil pembelajaran
e. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhsilan dalam proses
pembelajaran
3. Kriteria Guru Professional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang,
seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal
penguasaan materi dan menyampaikannya kepada peserta didik sudah
cukup hal ini belum dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki
pekerjaan profesional, karena guru yang profesional mereka harus
memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai
pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Menurut Hamalik (2003:28), guru profesional harus memiliki
persyaratan yang meliputi;
a. Memiliki bakat sebagai guru.
b. Memiliki keahlian sebagai guru.
c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
d. Memiliki mental yang sehat.
e. Berbadan sehat.
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
h. Guru adalah seorang warga negara yang baik
Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan
26
adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu keahlian
dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3)
menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya
kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan
dinamika kehidupan.
Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru
yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian
tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam
metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya
dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional
hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab
sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa,
negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung
jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.
4. Pembinaan profesionalisme guru
Profesionalisme, yakni sikap guru untuk mau dan mampu
menjadi guru yang profesional melalui upaya pengembangan dan
pembinaan guru dengan satu sistem yang mengutamakan
27
Menurut Mulyasa(2007:37) pendidikan dan pembinan tenaga
guru dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu pendidikan prajabatan,
pendidikan dalam jabatan, dan pendidikan akta mengajar.
a. Pembinaan calon guru melalui pendidikan prajabatan memerlukan
pertimbangan, sebagai berikut:
1) Peningkatan mutu pelayanan akademik pada LPK yang
meliputi sarana prasarana dan SDM-nya.
2) Seleksi calon yang ketat dalam hal intelegensi, latar belakang,
sifat dan sikap pribadi.
3) Pendidikan guru yang dapat menjamin mutu penguasaan
ilmu-ilmu pendiikan,keguruan, psikologi, dan ilmu-ilmu bidang khusus
yang menjadi spesialisasinya, serta penguasaan praktek
mengajar.
4) Calon guru harus pula menguasai ilmu dan keterampilan
meneliti, menulis, membaca, sosial, budaya, dan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
5) Calon guru harus mampu mengikuti perkembangan, dan
terampil menggunakan komputer, mengelola perpustakaan,
olah raga, dan kesenian.
b. Pembinaan melalui program dalam jabatan biasanya diberikan oleh
lembaga-lembaga pelatihan yang dilaksanakan oleh diknas,
28
masyarakat, juga oleh pihak luar negeri. Untuk membina karir guru
melalui pelatihan dalam jabatan ini perlu dikembangkan:
1. Pelatihan-pelatihan jangka pendek yang baik dan praktis
mengenai metode, manajemen sekolah dan kepemimpinan,
pengembangan bidang ilmu, keterampilan baru yang perlu
dikuasai guru, penelitian dan penulisan.
2. Evaluasi kinerja guru secara berkala, dan hasil evaluasi
ditindak lanjuti dengan mengembangkan pelatihan dalam
jabatan.
c. Pembinaan tenaga guru melalui akta mengajar bagi lulusan
diploma dan sarjana non keguruan. Dalam hal ini perlu dilakukan
seleksi sebelum mereka mengikuti akta mengajar, sehingga profesi
guru bukan pelarian untuk mencari kerja.
Menurut Suparlan(2005:164) bahwasannya pada tahun 1970-an
kegiatan up-grading tenaga pendidik mulai gencar dillaksanakan di
BPG dan PPPG yang dirancang oleh direktorat-direktorat dibawah
pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Region-region penataran telah dibentuk diberbagai kawasan di
Indonesia dengan melibatkan direktorat terkait dengan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai lembaga preservice
training, lembaga pencetak guru (inservice training) dan lembaga
sekolah pengguna guru (on the job training). Ketiga lembaga itu dapat
29
a. Lembaga Pencetak Guru(Preservice Education and Training)
Istitusi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang secara
formal mempunyai tugas untuk menyiapkan guru pada jenjang
pendidikan menengah keatas dan tenaga kependidikan di
Indonesia. Itulah sebabnya lembaga ini juga dikenal dengan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Sementara
itu, penyiapan kebutuhan guru satuan pendidikan Sekolah Dasar,
Taman Kanak-kanak, dan yang sederajat, dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
yang dikenal dengan Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Sekolah
Guru Olahraga (SGO), Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa
(SGPLB). Selain itu, ada pula Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan
Atas (PGSLA) yang melahirkan calon guru SLTP dan SLTA.
Lembaga penghasil calon guru SD, SMP, SMA, dan SMK tersebut
kini telah lama dihapus, dan kini calon guru hanya dapat dicetak
oleh lembaga yang memiliki kewenangan untuk itu, yaitu Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berada di jajaran
Direktorat Pendidikan Tinggi.
LPTK yang ada di universitas negeri diharapkan dapat
menyelenggarakan sistem pendidikan guru seperti yang
30
1) Penyaringan mahasiswa yang mahasiswa yang memiliki
prestasi akademis yang tinggi dari berbagai daerah di
Indonesia.
2) Memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi
akademis.
3) Mengangkat dan menugaskan para lulusan terbaik di
sekolah-sekolah yang kualitasnya masih rendah.
4) Memberikan beasiswa bagi guru yang berhasil meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah tersebut untuk menempuh
pendidikan yang lebih tinggi.
b. Pelatihan Guru (Inservice Training)
Salah satu pola pembinaan guru melalui diklat ini adalah
pola Pembinaan Kegiatan Guru (PKG), yang sistem
penyelenggaraan diklatnya dinilai melibatkan elemen pendidikan
yang lebih luas. Selain itu, para guru memiliki wadah pembinaan
pofesional melalui organisasi yang dikenal dengan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP). Sementara itu, para kepala sekolah
aktif dalam kegiatan Latihan Kerja Pengawas Sekolah (LKPS).
Kegiatan tersebut sebagian besar dilakanakan di satu sanggar yang
isebut PKG.
c. Lembaga Sekolah Pengguna Guru (on the job training)
Pola pembinaan guru on the job training adalah proses
31
langsung oleh kepala sekolah. Berbagai bentuk pembinaan tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Pengarahan dari kepala sekolah atau dari pemimpin lembaga
pendidikan tentang kebijakan pendidikan nasional, kebijakan
lembaga atau program dan kegiatan sekolah.
2. Kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan.
3. Pemberian pengalaman dalam pelaksanaan tugas selama proses
belajar dan mengajar, baik didalam maupun diluar kelas, dalam
rangka peningkatan kompetensi guru yang dilaksanakan baik
secara individual maupun kelompok.
4. Pemberian tugas, baik yang terkait dengan bidang teknis
edukatif maupun dalam bidang administratif dan keuangan
yang diberikan kepada guru, misalnya: menjadi wali kelas,
panitia kegiatan sekolah, koordinator mata pelajaran,
pembimbing kegiatan siswa, dan sebagainya.
Pembinaan guru melalui on the job training antara lain
dengan mengadakan supervisi kelas. Kepala sekolah
mempunyai peran untuk memberikan bimbingan dan pelatihan
terhadap kinerja guru, terutama melalui pengamatan
(observasi) proses pembelajaran didalam kelas. Hal ini sangat
penting karena proses pendidikan pada hakikatnya terletak pada
32 B. Mata Pelajaran PAI
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Abdul Majid (2014:9) mengatakan pengertian
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan
kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina
dan pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya
pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan,
bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Peran dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk
pembinaan dan penyempurnan pertumbuhan kepribadian anak didik,
33
orang tuanya. Dengan pendidikan agama akan membentuk karakter
akhlakul karimah bagi siswa sehingga mereka mampu memfilter mana
pergaulan yang baik dan mana yang tidak baik. Pendidikan agama
sangat penting sebagai benteng sejak dini dari hal-hal yang tidak baik
(Darajat, 2008:131).
Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam di sekolah atau di
madrasah yang dituliskan (Majid,2014:134), yakni sebagai berikut:
a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan
keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam
keluarga. Sekolah berfungsi unuk menumbuh kebangkan lebih
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan
agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk mensesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama
34
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan peserta
didik dalam keyakinan pemahaman dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegah, yaitu untuk menangkal, hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju Indonesia
seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
sistem dan fungsional.
g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang berbakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.
3. Rumpun Mata Pelajaran PAI
Ruang lingkup pendidikan agama Isalam menekankan pada
keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia
dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam
sekitar. Rumpun mata pelajaran PAI meliputi aspek, yaitu: Al-Qur’an
Hadis, Aqidak Akhlak, Fiqh, SKI (Sejarah Kebudayaan Islam).
4. Karakter Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah
Menurut SK DIRJEN Madrasah No 2676 2014 stuktur
35
madrasah meliputi: 1) Al-Qur’an Hadis, 2) Akidah Akhlak, 3) Fikih,
dan 4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
a. Al-Qur’an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang
baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual,
serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami
keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang
kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan/ keimanan serta
menghayati dan mengamalkan niai-nilai al-Asma’ al-Husna.
Akhlak menekankan pada pembiasaan diri untuk menerapkan
akhlak terpuji (Mahmudah) dan menjauhkan diri dari akhlak
tercela (Mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari.
c. Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai
ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan melaksanakan
ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan
mengambil hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani
tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkan dengan fenomena sosial,
budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradapan Islam pada masa kini
dan masa yang akan datang.
36 a. Al-Qur’an Hadist
1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan
Hadis.
2) Membekal peserta didik dengan dall-dalil yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan
menghadapi kehidupan.
3) Menigkatkan pemahaman dan pengalaman isi kandungan
Al-Qur’an dan hadis yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan
tentang Al-Qur’an dan Hadis.
b. Akidah akhlak
1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah
Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi
dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.
c. Fikih
1) Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan
37
ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup
dalam kehidupan pribadi dan sosial.
2) Melaksanakan dan mengamallkan ketentuan hukum Islam
dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam
menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia
dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama
manusia, dan makhuk lainnya maupun hubungan dengan
lingkungannya.
d. Sejarah Kebudayaan Islam
1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma
Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw, dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradapan Islam.
2) Membangun peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebab proses dari masa lampau, masa
kini, dan masa depan.
3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik
terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban
umat Islam masa lampau.
Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil
38
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek, dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan
dan Peradapan Islam.
C. Program sertifikasi 1. Pengertian sertifikasi
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik
untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru sebagai tenaga professional. Sertifikat pendidik diberikan
kepada guru yang telah memenuhi 4 kompetensi guru (pedagogik,
profesional, kepribadian, dan sosial) (Damay, 2012:10).
Menurut Mulyasa Sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai
tenaga professional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, dikemuakan bahwa sertifikasi adalah
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan
sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang
diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional
(Mulyasa, 2011:33).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi
39
profesioalisme kerja guru yang telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
Menurut Damay (2012:15) sertifikasi guru adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi standar
kompetensi guru. Sertifikasi guru bertujuan untuk:
a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksnakan tugas sebagai
agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Menigkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
c. Meningkatkan martabat guru.
d. Meningkatkan pofesionalitas guru.
e. Meningatkan kesejahteraan guru
Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007:35), bahwa sertifikasi
bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten,
sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Membantu dan melindungi lembaga penyeleggara pendidikan,
dengan menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk
melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.
d. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga
40
e. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan
tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Pengawasan Mutu
1) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan
menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik
2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi
untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara
berkelanjutan.
3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik
pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun
pengembangan karir selanjutnya.
4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih
bermutu maupun usaha belajar secara mandiri unuk mencapai
peningkatan profesionalisme.
b. Penjamin Mutu
1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi
terhadap kinerja paktisi akan menimbulkan persepsi
masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap
oganisasi profesi beserta anggotanya. Degan demikian pihak
berkepentingan khususnya para pelanggan/pengguna akan
41
profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para
pelanggan/pengguna.
2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para
pelanggan/pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam
bidang keahlian dan keterampilan tertentu.
Sertifikasi guru bermaanfaat untuk melindungi profesi guru dari
praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi
guru, melindungi masyarakat dari praktik–praktik pendidikan yang
tidak berkualias, dan tidak professional serta meningkatkan
kesejahteraan guru (Mahanani, 2011:66).
3. Dasar Hukum Sertifikasi Guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen sebagai berikut:
a. Pasal 1 butir 11 : sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru dan dosen.
b. Pasal 8 : guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.
c. Pasal 11 butir 1 : sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
d. Pasal 16 : guru yang memiliki setifikat pendidik memperoleh
tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta
42
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan
dan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru berikut ini:
Pasal 1 ayat
1) Sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan.
2) Sertifikasi yang dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh guru
dalam jabatan yang telah memilki kualifikasi akademik sarjana
(S1) atau diploma IV (D-IV).
3) Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
menyelenggarakan progam pengadaan tenaga pendidikan yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh menteri pendidikan nasional.
Pasal 2 ayat
1) Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji
/kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik.
2) Uji kompetensi sebagaimana yang telah dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.
3) Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam
bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang
mendeskripsikan :
43 b. Pendidikan dan pelatihan
c. Pengalaman mengajar
d. Merencanakan dan pelaksanaan pembelajaran
e. Penilaian dari atasan dan pengawas
f. Prestasi akademik
g. Karya pengembangan profesi
h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
i. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
4) Guru dalam jabatan yang lulus penilaian portofolio
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mendapat sertifikat
pendidik.
5) Guru dalam jabatan yang tidak lulus penilaian portofolio dapat:
a. Melakukan kegiatan-kegiatan untuk melengkapi dokumen
portofolio agar mencapai nilai lulus; atau
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang
diakhiri dengan ujian, Sesuai persyaratan yang ditentukan
oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.
c. Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b
mencakup kompetensi pendagogik, kepribadian, sosial, dan
44
d. Guru dalam jabatan yang lulus pendidikan dan pelatihan
profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b
mendapat sertifikat pendidik.
e. Guru dalam jabatan yang belum lulus pendidikan dan
pelatihan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf b diberi kesempatan untuk mengulang ujian materi
dan pelatihan yang belum lulus.
Pasal 3 ayat
1) Perguruan tinggi penyelenggara setifikasi bagi guru dalam
jabatan memberi nomor pokok mahasiswa peserta setifikasi.
2) Perguruan tinggi penyelenggara setifikasi bagi guru dalam
jabatan wajib melaporkan setiap perubahan berkenaan dengan
mahasiswa peserta sertifikasi kepada direktur jendral
pendidikan tinggi.
3) Perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam
jabatan wajib melaporkan guru dalam jabatan yang sudah
mendapat setifikat pendidik kepada direktur jenderal
peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (PMPTK)
untuk memperoleh nomor registrasi guru.
Pasal 4 ayat
1) Menteri pendidikan nasional menetapkan jumlah kuota peserta