• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU

RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN

SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

TAUFIQURROHMAH HIDAYATI NIM: 111-12-004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : -

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan FTIK IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka

naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Taufiqurrohmah Hidayati

NIM : 111-12-004

Judul : UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU

RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk

ditujukan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 22 Maret 2017

Pembimbing,

(4)

iv

SKRIPSI

UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

DISUSUN OLEH

TAUFIQURROHMAH HIDAYATI NIM: 111-12-004

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 3 April 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana

Pendidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dra. Nur Hasanah. M. Pd

Sekretaris Penguji : Dr. Fatchurrahman, M.Pd.

Penguji I : Dr. Lilik Sriyanti, M. Si.

Penguji II : Dr. M. Gufron, M. Ag.

Salatiga, 3 April 2017

Dekan

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002 KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Taufiqurrohmah Hidayati

NIM : 111-12-004

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat

dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 22 Maret 2017 Penulis

(6)

vi

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibuku Mutamimah dan Bapakku Kosim yang senantiasa memberikan nasehat

dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga

ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang

bermanfaat untuk sesama.

2. Adikku tersayang Hasan Ma’ruf Jauhari yang selalu memberikan semangat

untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.

3. Seluruh teman-teman yang membantu dalam skripsi ini, dan semua sahabatku

yang selalu membersamai dalam setiap langkah.

4. Keluarga PAI A, Keluarga PPL MAN Salatiga dan Kelompok KKN

Pengarengan Kab. Magelang, yang telah memberikanku pengalaman hidup

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan

hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di

hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “UPAYA PEMBINAAN

PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN 2016/2017”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari

bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi

ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(9)

ix

4. Bapak Dr. Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. A. Baharudin, M. Ag selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala sekolah, Waka Kurikulum, guru Rumpun PAI, dan siswa-siswi MAN

Salatiga yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam

melakukan penelitian di sekolah tersebut.

8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang

membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 22 Maret 2017

Penulis

(10)

x ABSTRAK

Hidayati, Taufiqurrohmah. 2017. “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Rumpun Mata Pelajaran PAI Di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi Tahun Pelajaran 2016/2017”Pembimbing: Dr.Fatchurrohman, M.Pd.

Kata Kunci: Profesionalisme Guru, Sertifikasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pembinaan

profesionalisme guru setelah sertifikasi dan kendala yang dihadapi dalam proses pembinaannya di MAN Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana profesionalisme guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi? 2) Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga Setelah sertifikasi?. 3) Apa kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesioanalisme guru dan cara mengatasinya?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah ,Guru Rumpun PAI , Waka Kurikulum, guru Rumpun PAI, dan siswa MAN Salatiga.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

A. Profesionalisme Guru ... 17

(12)

xii

C. Program Sertifikasi... 38

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... A. Paparan Data MAN Salatiga ... 49

B. Temuan Penelitian ... 61

1. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi ... 61

2. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru ... 65

3. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme Guru dan Cara Mengatasinya ... 67

BAB IV PEMBAHASAN ... 69

A. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi ... 69

B. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru ... 79

C. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme Guru dan Cara Mengatasinya ... 82

BAB V PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 90

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I Sarana Prasarana ... 54

Tabel II Daftar Guru... 56

Tabel III Daftar Pegawai Tata Usaha ... 57

Tabel IV Daftar Siswa ... 57

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

5. Lembar Konsultasi

6. Instrumen Pengumpulan Data

7. Kode Penelitian

8. Hasil Wawancara

9. Dokumentasi

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai

dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat

menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi

begitu pesat (Mulyasa,2011:3).

Masalah krisis yang sangat kompleks dan membawa tantangan berat

bagi bangsa Indonesia menyadarkan kita betapa sistem pendidikan yang

dilakukan selama ini belum mampu membentuk pribadi yang teguh serta

mengembangkan pemikiran kreatif untuk memecahkan persoalan krisis

ekonomi. Bahkan yang lebih parah adalah akibat krisis ini muncul krisis

moral di masyarakat, pembantaian pemerkosaan, tawuran antar pelajar, dan

perampokan hak milik orang lain terjadi dimana-mana (Mudjio, 2010:95).

Dari sudut pendidikan, tampaknya ada indikasi bahwa krisis moral

yang dikemukakan di atas, menandakan belum berhasilnya lembaga

pendidikan (sekolah) membentuk pribadi anak bangsa ini menjadi pribadi

yang bermartabat.

Banyak kalangan yang berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang

dihadapi bangsa Indonesia disebabkan oleh kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) bangsa Indonesia yang masih rendah. Kualitas SDM yang rendah,

baik secara akademis maupun nonakademis, menyebabkan belum seluruh

(16)

2

maupun nonfisik dalam pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keahlian

dan bidangnya masing-masing. Menilai kualitas SDM suatu bangsa secara

umum dapat dilihat dari mutu pendidikan bangsa tersebut. Hanya dengan

kualitas SDM yang tinggi persoalan-persoalan bangsa Indonesia setahap

demi setahap dapat terselesaikan dengan baik (Kunandar, 2011:8).

Sejalan dengan kenyataan itu, keberhasilan nasional akan ditentukan

oleh keberhasilan kita dalam mengelola pendidikan nasional. Dimana di

dalamnya guru menempati posisi utama dan penting (Safrudin dan

Basyiruddin, 2002:1). Sehingga salah satu upaya pemerintah dalam

meningkatkan mutu pendidikan nasional dan memperbaiki kesejahteraan

hidup guru ditempuh melalui sertifikasi bagi profesionalisme guru melalui

portofolio sesuai dengan (Peraturan Pemerintahan Nomor 18 Tahun 2007).

Program ini akan berdampak sangat baik dalam meningkatkan

profesionalisme pendidik serta meningkatkan kesejahteraannya.

Sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat

kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar

kompetensi. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru

dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan

dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia

secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa

tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai guru yang memiliki

(17)

3

Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi (Kunandar, 2011: 79).

Sementara Permenag Nomor 16/2010 Pasal 13 tentang kualifikasi

guru agama mengatur sebagai berikut:” Guru Pendidikan Agama minimal

memiliki kualifikasi akademik Strata 1 /Diploma IV, dari program studi

pendidikan agama dan atau program studi agama dari Perguruan Tinggi

yang terakreditasi dan memiliki sertifikat profesi guru pendidik

agama”(Mudlofir, 2013: 109). Kehadiran sertifikasi dalam perubahan model

pendidikan di era modern. Faktor yang menentukan dalam meningkatkan

mutu pendidikan dalam skala besar ini, tidak lain dengan keberhasilan

pelaksanaan sertifikasi atau malah sebaliknya.

Profil kelayakan guru akan ditekankan pada aspek-aspek kemampuan

membelajarkan siswa, dimulai dari menganalisis, merencanakan

mengembangkan, mengimplementasikan dan menilai pembelajaran yang

berbasis pada penerapan teknologi pendidikan. Untuk kepentingan tersebut

diperlukan suatu kebijakan pendidikan dalam rangka mengembangkan

kompetensi guru menuju pada keprofesionalan, serta pedoman kebijakan

teknis yang dapat membantu bidang pendidikan yang berisi panduan untuk

kompetensi dan profesionalisme guru.

Penulis memilih MAN Salatiga dikarenakan guru-guru rumpun mata

pelajaran PAI yang mengajar di madrasah tersebut telah mengikuti program

(18)

4

guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga setelah adanya sertifikasi.

Guru-guru yang telah di sertifikasi memiliki cara yang bervariasi dalam

meningkatkan profesionalisme yang telah mereka miliki. Indikator yang

mereka miliki juga berbeda-beda, hal ini dipengaruhi latar belakang

pendidikan dan wawasan serta pengetahuan yang dimiliki.

Berdasarkan analisis tersebut, penulis berkeinginan untuk

mengangkatnya menjadi sebuah bahasan dengan judul “Upaya Pembinaan

Profesionalisme Guru Rumpun Mapel PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”.

B. Fokus Penelitian

Penelitian memfokuskan pada upaya yang dilakukan pihak-pihak

yang bertanggungjawab dalam pembinaan profesionaisme guru khususnya

guru rumpun mata pelajaran PAI setelah adanya sertifikasi di MAN

Salatiga. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

beberapa pertanyaan-pertanyaan penelitian, yaitu;

1. Bagaimana profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di

MAN Salatiga setelah sertifikasi?

2. Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran

PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi?

3. Apa kendala atau problem yang dihadapi dalam pembinaan

profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga

(19)

5 C. Tujuan Penelitian

Agar peneliti dapat memperoleh hasil yang baik, maka perlu

direncanakan tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaanya:

1. Untuk mengetahui profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI

di MAN Salatiga setelah sertifikasi.

2. Untuk mengetahui upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun

mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi.

3. Untuk mengetahui kendala atau problem yang dihadapi dalam

pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN

Salatiga setelah sertifikasi dan bagaimana mengatasinya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan

praktis.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbagan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan

dengan pembinaan profesionalisme guru PAI.

2. Secara Praktis

a. Bagi guru : Dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam

meningkatkan profesionalisme guru dan pengembangan

keprofesian secara berkelanjutan.

b. Bagi pemerintah: Agar dapat mencetak calon guru yang

(20)

6

c. Bagi peneliti: Menambah reverensi serta sebagai bekal untuk

menjadi seorang pendidik yang professional.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul

penelitian, perlu ditegaskan beberapa istilah dalam judul di atas, yaitu:

1. Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru mengandung pengertian kegiatan atau

usaha meningkatkan kompetensi guru ke arah yang lebih baik dalam

berbagai aspeknya demi terselenggaranya optimalisasi pelayanan

kegiatan atau pekerjaan profesi guru (Asmani, 2011:46).

Dalam penelitian ini menurut peneliti guru profesional dapat

dilihat dari empat kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,

kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi

kepribadian.

2. Mata Pelajaran PAI

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an

dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman (Majid,2014:11). Rumpun mata pelajaran

PAI meliputi: Al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih, dan Sejarah

(21)

7 3. Sertifikasi Guru

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik

untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi

guru(Damay,2012:10). Menurut peneliti sertifikasi guru merupakan

proses pemberian sertifikat pendidik bahwa seseorang telah memiliki

kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan, dan sebagai

bentuk upaya peningkatan professional guru.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus digunakan

metode yang tepat dan sesuai untuk pengelolaan data sesuai objek yang

dibahas. Dalam ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang

berkaitan dengan penelitian yaitu :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research)

karena peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan

tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong,

2009:26). Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu MAN Salatiga

untuk mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru

mata pelajaran PAI, waka kurikulum, dan kepala sekolah dalam

profesionalime guru dan upaya pembinaannya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut

Moleong (2009:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

(22)

8

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai,

profesionalisme guru mata pelajaran PAI, upaya pembinaan

profesionalisme guru mata pelajaran PAI, kendala yang dihadapi

dalam pembinaan profesionalisme guru, dan cara mengatasinya. Pada

pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif di

lingkungan MAN Salatiga yang dijadikan subjek penelitian.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat pengumpul

data utama. Peneliti berperanserta pada situs penelitian dan mengikuti

secara aktif kegiatan dan mengumpulkan data dari pengamatannya

selama mengikuti kegiatan (Moleong, 2009:3).

Kehadiran peneliti bertujuan untuk melakukan pengamatan dan

wawancara secara langsung guna mendapatkan data akurat dari

informan yang diperlukan peneliti untuk melengkapi data penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan

dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Penelitian ini akan dilaksanakan

di Madrasah Aliyah Negeri Salatiga dengan alamat jalan K.H. Wahid

(23)

9

tempat penelitian karena di MAN Salatiga semua guru mata pelajaran

PAI sudah mengikuti sertifikasi, dan untuk mengetahui apakah guru

mata pelajaran PAI di MAN Salatiga sudah melakukan tugasnya secara

profesional setelah sertifikasi.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari tempat

penelitian. Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan (Moleong, 2009:

157) Kata-kata dan tindakan diperoleh dari wawancara atau

pengamatan berperan serta untuk mengetahui upaya pembinaan

profesionalisme guru setelah sertifikasi. Data primer penelitian ini,

penulis dapatkan dari kepala sekolah, waka kurikulum, guru mata

pelajaran rumpun PAI, dan siswa di MAN Salatiga.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan

lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang

dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti

menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan

melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara

(24)

10

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam pengkajian skripsi ini peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang

atau lebih dengan tujuan tertentu, wawancara adalah salah satu alat

yang paling banyak digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian kualitatif (Sarosa, 2012:45). Kegiatan penelitian ini akan

dilaksanakan dengan wawancara langsung dan terstruktur karena

informan atau narasumber bertatap muka secara langsung dan tahu

pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat wawancara,

peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan

yang tersusun secara sistematis.

Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya

adalah siswa, guru mata pelajaran PAI, waka kurikulum, dan

kepala sekolah MAN Salatiga . Peneliti menggunakan teknik ini

untuk mencari data terkait profesionalisme guru mata pelajaran

PAI, upaya pembinaan profesionalisme guru, kendala dalam upaya

pembinaan profesionalisme guru, dan cara mengatasinya.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek

dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat

(25)

11

melibatkan dua komponen yaitu si pelaku observasi dan objek yang

diobservasi (Sukandarrumidi, 2004:69). Teknik ini digunakan

untuk mendapatkan data mengenai kondisi MAN Salatiga dan

profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,

2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan objek penelitian berupa foto, RPP, karya tulis, data

prestasi/ pembinan kinerja guru yang terkait dengan pembinaan

profesionalisme guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga.

6. Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2009:248)

mendefinisikan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.

Menurut Miles dan Hubeman (dalam Emzir, 2011:129) ada tiga

(26)

12

1. Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada proses pemilih, pemfokusan,

penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data mentah yang

terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data adalah

suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokusan,

membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana

kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

2. Display Data

Display data adalah suatu kumpulan informasi tersusun

yang membolehkan pendeskripsian dan pengambilan tindakan.

Bentuk paling sering dari model data kualitatif adalah teks naratif.

Teks naratif adalah tulisan yang berisi rangkaian peristiwa dari

waktu ke waktu yang dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan

akhir. Selain dalam bentuk teks naratif, bentuk lain dari model data

kualitatif adalah matrik, grafik, jaringan, kerja dan bagan.

3. Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan penelitian secara

terus menerus selama berada di lapangan. Sejak permulaan

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda,

mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori),

penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab

(27)

13

Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung

dengan cara: memikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang

catatan lapangan, tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman

sejawat, dan upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan

suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Setelah

kesimpulan diperoleh, penulis juga menyajikan data menggunakan

metode analisis deskripstif yaitu memaparkan gambaran mengenai

situasi yang diteliti dalam bentuk uraian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong (2009:324) ada empat kriteria yang

digunakan yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).

Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan

(credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan

penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan

dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan

observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup.

Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

(Moleong, 2009:330). Pada teknik ini peneliti melakukan:

a. Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil

(28)

14

bandingkan berupa hasil wawancara dengan siswa dan guru mata

pelajaran lain yang berkaitan dengan profesionalisme guru mata

pelajaran PAI

b. Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil

wawancara antar narasumber terkait dan membandingkan data hasi

observasi, peneliti membandingkan hasil wawancara tentang

profesionalisme guru mata pelajaran PAI dengan melakukan

observasi langsung di kelas pada saat proses belajar mengajar

berlangsung.

8. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap

sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data,

dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:

a. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian

paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada

subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang

berkaitan dengan profesionalisme guru, pembinaan profesionalisme

(29)

15

c. Tahap Analisis Data

Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiyono

(2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari

semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian

makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian

dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan,

saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti

hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika diperlukan untuk menata dan mengatur sistematika

penulisan sehingga mudah dibaca dan dipahami. Adapun sistematika

penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Meliputi: latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II: Kajian Pustaka

Pada Kajian Pustaka ini penulis mengemukakan kepada pembaca

agar mengetahui dasar-dasar teori yang meliputi profesionalisme guru,

(30)

16

BAB III: Paparan Data dan Temuan Penelitian

Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data berisi

gambaran umum MAN Salatiga yang meliputi sejarah perkembangan

sekolah, identitas sekolah, visi dan misi, tenaga pendidik, daftar siswa,

ekstrakurikuler, dan temuan hasil penelitian berupa profesionalisme guru

rumpun mapel PAI setelah sertifikasi, upaya pembinaan profesionalisme

guru, dan kendala dalam pembinaan profesionalisme guru serta cara

mengatasinya.

BAB IV: Pembahasan

Bab ini memuat gagasan penelitian, keterkaitan antar pola-pola,

kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan/teori terhadap

teori-teori dan temuan-temuan sebelumnya, serta penafsiran dan penjelasan dari

temuan/teori yang diungkap dari lapangan (grounded theory). Bab ini

berisi profesionalisme guru rumpun mapel PAI setelah sertifikasi, upaya

pembinaan, dan kendala serta cara mengatasinya.

BAB V : Penutup

Meliputi : kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan pihak terkait

(31)

17 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Profesionalisme Guru

1. Pengertian profesionalisme guru

Istilah profesionalisme berasal dari kata profesion. Dalam

kamus Inggris Indonesia,” profession berarti pekerjan”

(John,1996:449).

Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru

Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

disebutkan pula bahwa Profesionalisme berasal dari kata profesi yang

artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh

seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan pekerjaan

tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus

yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi

adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.

Profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi

standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi

(Mudlofir, 2013:35).

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

(32)

18

kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang

diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis.

Dengan demikian Kartadinatap mengemukakan dalam

Mahanani(2011:14) profesi guru adalah orang yang memiliki latar

belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam

melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh

pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki

oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti

pendidikan keguruan.

Adapun mengenai kata professional, Uzer Usman (2002:14)

memberikan suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat

professional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara

sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi

kepentingan umum. Kata profesional itu sendiri berasal dari kata

sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti

orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan

sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional

adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang

khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang

dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh

pekerjaan lain.

Seorang professional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan

(33)

19

sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional

menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan

secara amatiran. Seorang professional akan terus-menerus

meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan

pelatihan(Tilaar, 2002:86). Profesionalisme berarti mutu, kualitas, dan

tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang

professional (Depdiknas, 2007:897).

Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas

suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata

pencaharian seseorang. Sedangkan profesionalisme guru merupakan

kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan

kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan

dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian

(Kunandar, 2011:46).

Menurut Asmani (2011:45) profesionalisme guru mengandung

pengertian kegiatan atau usaha meningkatkan kompetensi guru kearah

yang lebih baik dalam berbagai aspeknya demi terselenggaranya

optimalisasi pelayanan kegiatan atau pekerjan profesi guru. Makna

penting dari profesionalisme guru adalah sebagai berikut:

a. Profesionalisme akan memberikan jaminan perlindungan kepada

(34)

20

b. Profesionalisme guru merupakan cara untuk memperbaiki profesi

pendidikan yang selama ini dianggap rendah oleh sebagian

masyarakat.

c. Profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan

pengembangan diri sehingga guru dapat memberikan pelayanan

dengan sebaik mungkin, serta dapat memaksimalkan kompetensi

yang dimiliki.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi adalah

suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan

menjadi sumber penghasilan yang memerlukan kemahiran, kecakapan,

dan memerlukan pendidikan profesi. Profesionalisme adalah ajaran

atau paham yang menekankan bahwa segala sesuatu pekerjaan harus

dilakukan dengan professional. Dengan demikian, profesionalisme

guru dalam penelitian ini adalah profesioanalisme guru dalam bidang

Rumpun mapel PAI, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan

dan keahlian khusus dalam bidang studi rumpun mapel PAI yang

mencakup Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlaq, Fiqh, dan SKI, serta telah

berpengalaman dalam mengajar rumpun mapel PAI sehingga ia

mampu melakukan tugas dan fugsinya sebagai guru rumpun mata

pelajaran PAI dengan kemampuan yang maksimal serta memliki

kompetensi sesuai dengan kriteria guru professional, dan profesi itu

(35)

21

2. Aspek Profesional Guru

Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas

mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dulu penulis akan

menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang

guru pofesional. Karena seorang guru yang professional tentunya harus

memiiki kompetensi professional. Menurut Mulyasa(2011:75)

kompetensi yang harus dimiliki seorang guru mencakup empat aspek,

sebagai berikut:

a. Kompetensi pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3)

butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah

kemampuan mengelola pembelajaran pesera didik yang meliputi

pemahaman peserta terhadap didik, perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembagan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

b. Kompetensi kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28

ayat (3) butir b, dikemuakan bahwa yang dimaksud dengan

kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang

mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia (Mulysa, 2011:117).

Menurut Mahanani (2011:51) kompetensi kepribadian

(36)

22

mengemban amanah sebagai guru. Kompetensi ini tercermin dalam

kehidupan sehari-hari, baik saat kegiatan pembelajaran di sekolah

maupun di luar sekolah. Sejauh mana kompetensi tersebut dimiliki

oleh seorang guru tampak dalam kompetensi inti, sebagai berikut:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayan nasional.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi jujur, berakhlak mulia,

teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,

arif, bijaksana, dan berwibawa

d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab tinggi, rasa bangga

menjadi guru dan percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

c. Kompetensi professional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28

ayat (3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan

kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing peserta didik memenuhi setandar kompetensi yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Secara umum

dapat diidentifikasi tentang ruang lingkup kompetensi profesional

(37)

23

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik

filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf

perkembangan peserta didik.

3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang

menjadi tanggung jawabnya.

4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang

bervariasi.

5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat,

media dan sumber belajar yang relevan.

6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program

pembelajaran.

7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

d. Kompetensi sosial

Menurut Asmani (2009:141) kompetensi sosial guru

merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu

mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga

Negara.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28

ayat (3) butir d, dikemuakan bahwa yang dimaksud dengan

(38)

24

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik tenaga kependidikan, orang tua/wali

peserta didik dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih

lanjut dalam RPP tentang Guru, bahwa kompetensi sosial

merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang

sekurang-kurangnya memiiki kompetensi untuk:

1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional.

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik,

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sektiar.

Guru adalah mahluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak

bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya.

Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang

memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan yang tidak

terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan

yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.

Menurut Sudijarto (dalam Kunandar,2011:57) kemampuan

profesionalime seseorang guru, meliputi:

a.Merancang dan merencanakan program pembelajaran.

b.Mengembangkan program pembelajaran

(39)

25

d.Menilai proses dan hasil pembelajaran

e. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhsilan dalam proses

pembelajaran

3. Kriteria Guru Professional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang,

seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal

penguasaan materi dan menyampaikannya kepada peserta didik sudah

cukup hal ini belum dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki

pekerjaan profesional, karena guru yang profesional mereka harus

memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai

pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.

Menurut Hamalik (2003:28), guru profesional harus memiliki

persyaratan yang meliputi;

a. Memiliki bakat sebagai guru.

b. Memiliki keahlian sebagai guru.

c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.

d. Memiliki mental yang sehat.

e. Berbadan sehat.

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.

g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.

h. Guru adalah seorang warga negara yang baik

Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan

(40)

26

adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu keahlian

dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3)

menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya

kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang

dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan

dinamika kehidupan.

Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru

yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian

tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam

metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya

dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional

hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab

sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa,

negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung

jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.

4. Pembinaan profesionalisme guru

Profesionalisme, yakni sikap guru untuk mau dan mampu

menjadi guru yang profesional melalui upaya pengembangan dan

pembinaan guru dengan satu sistem yang mengutamakan

(41)

27

Menurut Mulyasa(2007:37) pendidikan dan pembinan tenaga

guru dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu pendidikan prajabatan,

pendidikan dalam jabatan, dan pendidikan akta mengajar.

a. Pembinaan calon guru melalui pendidikan prajabatan memerlukan

pertimbangan, sebagai berikut:

1) Peningkatan mutu pelayanan akademik pada LPK yang

meliputi sarana prasarana dan SDM-nya.

2) Seleksi calon yang ketat dalam hal intelegensi, latar belakang,

sifat dan sikap pribadi.

3) Pendidikan guru yang dapat menjamin mutu penguasaan

ilmu-ilmu pendiikan,keguruan, psikologi, dan ilmu-ilmu bidang khusus

yang menjadi spesialisasinya, serta penguasaan praktek

mengajar.

4) Calon guru harus pula menguasai ilmu dan keterampilan

meneliti, menulis, membaca, sosial, budaya, dan bahasa

Indonesia yang baik dan benar.

5) Calon guru harus mampu mengikuti perkembangan, dan

terampil menggunakan komputer, mengelola perpustakaan,

olah raga, dan kesenian.

b. Pembinaan melalui program dalam jabatan biasanya diberikan oleh

lembaga-lembaga pelatihan yang dilaksanakan oleh diknas,

(42)

28

masyarakat, juga oleh pihak luar negeri. Untuk membina karir guru

melalui pelatihan dalam jabatan ini perlu dikembangkan:

1. Pelatihan-pelatihan jangka pendek yang baik dan praktis

mengenai metode, manajemen sekolah dan kepemimpinan,

pengembangan bidang ilmu, keterampilan baru yang perlu

dikuasai guru, penelitian dan penulisan.

2. Evaluasi kinerja guru secara berkala, dan hasil evaluasi

ditindak lanjuti dengan mengembangkan pelatihan dalam

jabatan.

c. Pembinaan tenaga guru melalui akta mengajar bagi lulusan

diploma dan sarjana non keguruan. Dalam hal ini perlu dilakukan

seleksi sebelum mereka mengikuti akta mengajar, sehingga profesi

guru bukan pelarian untuk mencari kerja.

Menurut Suparlan(2005:164) bahwasannya pada tahun 1970-an

kegiatan up-grading tenaga pendidik mulai gencar dillaksanakan di

BPG dan PPPG yang dirancang oleh direktorat-direktorat dibawah

pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Region-region penataran telah dibentuk diberbagai kawasan di

Indonesia dengan melibatkan direktorat terkait dengan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai lembaga preservice

training, lembaga pencetak guru (inservice training) dan lembaga

sekolah pengguna guru (on the job training). Ketiga lembaga itu dapat

(43)

29

a. Lembaga Pencetak Guru(Preservice Education and Training)

Istitusi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang secara

formal mempunyai tugas untuk menyiapkan guru pada jenjang

pendidikan menengah keatas dan tenaga kependidikan di

Indonesia. Itulah sebabnya lembaga ini juga dikenal dengan

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Sementara

itu, penyiapan kebutuhan guru satuan pendidikan Sekolah Dasar,

Taman Kanak-kanak, dan yang sederajat, dilaksanakan oleh

lembaga pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

yang dikenal dengan Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Sekolah

Guru Olahraga (SGO), Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa

(SGPLB). Selain itu, ada pula Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan

Atas (PGSLA) yang melahirkan calon guru SLTP dan SLTA.

Lembaga penghasil calon guru SD, SMP, SMA, dan SMK tersebut

kini telah lama dihapus, dan kini calon guru hanya dapat dicetak

oleh lembaga yang memiliki kewenangan untuk itu, yaitu Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berada di jajaran

Direktorat Pendidikan Tinggi.

LPTK yang ada di universitas negeri diharapkan dapat

menyelenggarakan sistem pendidikan guru seperti yang

(44)

30

1) Penyaringan mahasiswa yang mahasiswa yang memiliki

prestasi akademis yang tinggi dari berbagai daerah di

Indonesia.

2) Memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi

akademis.

3) Mengangkat dan menugaskan para lulusan terbaik di

sekolah-sekolah yang kualitasnya masih rendah.

4) Memberikan beasiswa bagi guru yang berhasil meningkatkan

kualitas pendidikan di sekolah tersebut untuk menempuh

pendidikan yang lebih tinggi.

b. Pelatihan Guru (Inservice Training)

Salah satu pola pembinaan guru melalui diklat ini adalah

pola Pembinaan Kegiatan Guru (PKG), yang sistem

penyelenggaraan diklatnya dinilai melibatkan elemen pendidikan

yang lebih luas. Selain itu, para guru memiliki wadah pembinaan

pofesional melalui organisasi yang dikenal dengan Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP). Sementara itu, para kepala sekolah

aktif dalam kegiatan Latihan Kerja Pengawas Sekolah (LKPS).

Kegiatan tersebut sebagian besar dilakanakan di satu sanggar yang

isebut PKG.

c. Lembaga Sekolah Pengguna Guru (on the job training)

Pola pembinaan guru on the job training adalah proses

(45)

31

langsung oleh kepala sekolah. Berbagai bentuk pembinaan tersebut

antara lain sebagai berikut:

1. Pengarahan dari kepala sekolah atau dari pemimpin lembaga

pendidikan tentang kebijakan pendidikan nasional, kebijakan

lembaga atau program dan kegiatan sekolah.

2. Kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajiban yang

harus dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan.

3. Pemberian pengalaman dalam pelaksanaan tugas selama proses

belajar dan mengajar, baik didalam maupun diluar kelas, dalam

rangka peningkatan kompetensi guru yang dilaksanakan baik

secara individual maupun kelompok.

4. Pemberian tugas, baik yang terkait dengan bidang teknis

edukatif maupun dalam bidang administratif dan keuangan

yang diberikan kepada guru, misalnya: menjadi wali kelas,

panitia kegiatan sekolah, koordinator mata pelajaran,

pembimbing kegiatan siswa, dan sebagainya.

Pembinaan guru melalui on the job training antara lain

dengan mengadakan supervisi kelas. Kepala sekolah

mempunyai peran untuk memberikan bimbingan dan pelatihan

terhadap kinerja guru, terutama melalui pengamatan

(observasi) proses pembelajaran didalam kelas. Hal ini sangat

penting karena proses pendidikan pada hakikatnya terletak pada

(46)

32 B. Mata Pelajaran PAI

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Abdul Majid (2014:9) mengatakan pengertian

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan

untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan

kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa.

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina

dan pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran

Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya

dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya

pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,

memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan,

bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Peran dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk

pembinaan dan penyempurnan pertumbuhan kepribadian anak didik,

(47)

33

orang tuanya. Dengan pendidikan agama akan membentuk karakter

akhlakul karimah bagi siswa sehingga mereka mampu memfilter mana

pergaulan yang baik dan mana yang tidak baik. Pendidikan agama

sangat penting sebagai benteng sejak dini dari hal-hal yang tidak baik

(Darajat, 2008:131).

Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam di sekolah atau di

madrasah yang dituliskan (Majid,2014:134), yakni sebagai berikut:

a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwan

peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam

lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan

keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam

keluarga. Sekolah berfungsi unuk menumbuh kebangkan lebih

lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan

agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara

optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari

kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk mensesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama

(48)

34

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan peserta

didik dalam keyakinan pemahaman dan pengalaman ajaran dalam

kehidupan sehari-hari.

e. Pencegah, yaitu untuk menangkal, hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan

dirinya dan menghambat perkembangannya menuju Indonesia

seutuhnya.

f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum

sistem dan fungsional.

g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang berbakat

khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat

berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk

dirinya sendiri dan bagi orang lain.

3. Rumpun Mata Pelajaran PAI

Ruang lingkup pendidikan agama Isalam menekankan pada

keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia

dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan

manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam

sekitar. Rumpun mata pelajaran PAI meliputi aspek, yaitu: Al-Qur’an

Hadis, Aqidak Akhlak, Fiqh, SKI (Sejarah Kebudayaan Islam).

4. Karakter Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah

Menurut SK DIRJEN Madrasah No 2676 2014 stuktur

(49)

35

madrasah meliputi: 1) Al-Qur’an Hadis, 2) Akidah Akhlak, 3) Fikih,

dan 4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

a. Al-Qur’an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang

baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual,

serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami

keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang

kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan/ keimanan serta

menghayati dan mengamalkan niai-nilai al-Asma’ al-Husna.

Akhlak menekankan pada pembiasaan diri untuk menerapkan

akhlak terpuji (Mahmudah) dan menjauhkan diri dari akhlak

tercela (Mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari.

c. Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai

ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan melaksanakan

ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan

mengambil hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani

tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkan dengan fenomena sosial,

budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk

mengembangkan kebudayaan dan peradapan Islam pada masa kini

dan masa yang akan datang.

(50)

36 a. Al-Qur’an Hadist

1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan

Hadis.

2) Membekal peserta didik dengan dall-dalil yang terdapat dalam

Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan

menghadapi kehidupan.

3) Menigkatkan pemahaman dan pengalaman isi kandungan

Al-Qur’an dan hadis yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan

tentang Al-Qur’an dan Hadis.

b. Akidah akhlak

1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,

pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah

Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang

keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan

menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik

dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi

dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

c. Fikih

1) Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan

(51)

37

ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup

dalam kehidupan pribadi dan sosial.

2) Melaksanakan dan mengamallkan ketentuan hukum Islam

dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam

menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia

dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama

manusia, dan makhuk lainnya maupun hubungan dengan

lingkungannya.

d. Sejarah Kebudayaan Islam

1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya

mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma

Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw, dalam rangka

mengembangkan kebudayaan dan peradapan Islam.

2) Membangun peserta didik tentang pentingnya waktu dan

tempat yang merupakan sebab proses dari masa lampau, masa

kini, dan masa depan.

3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah

secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik

terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban

umat Islam masa lampau.

Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil

(52)

38

berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,

ekonomi, iptek, dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan

dan Peradapan Islam.

C. Program sertifikasi 1. Pengertian sertifikasi

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik

untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi

pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan

kepada guru sebagai tenaga professional. Sertifikat pendidik diberikan

kepada guru yang telah memenuhi 4 kompetensi guru (pedagogik,

profesional, kepribadian, dan sosial) (Damay, 2012:10).

Menurut Mulyasa Sertifikat pendidik adalah bukti formal

sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai

tenaga professional.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen, dikemuakan bahwa sertifikasi adalah

proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan

sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang

diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional

(Mulyasa, 2011:33).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi

(53)

39

profesioalisme kerja guru yang telah memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan.

2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi

Menurut Damay (2012:15) sertifikasi guru adalah proses

pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi standar

kompetensi guru. Sertifikasi guru bertujuan untuk:

a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksnakan tugas sebagai

agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Menigkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.

c. Meningkatkan martabat guru.

d. Meningkatkan pofesionalitas guru.

e. Meningatkan kesejahteraan guru

Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007:35), bahwa sertifikasi

bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:

a. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten,

sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.

c. Membantu dan melindungi lembaga penyeleggara pendidikan,

dengan menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk

melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.

d. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga

(54)

40

e. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan

tenaga kependidikan.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan

tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Pengawasan Mutu

1) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan

menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik

2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi

untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara

berkelanjutan.

3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik

pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun

pengembangan karir selanjutnya.

4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih

bermutu maupun usaha belajar secara mandiri unuk mencapai

peningkatan profesionalisme.

b. Penjamin Mutu

1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi

terhadap kinerja paktisi akan menimbulkan persepsi

masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap

oganisasi profesi beserta anggotanya. Degan demikian pihak

berkepentingan khususnya para pelanggan/pengguna akan

(55)

41

profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para

pelanggan/pengguna.

2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para

pelanggan/pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam

bidang keahlian dan keterampilan tertentu.

Sertifikasi guru bermaanfaat untuk melindungi profesi guru dari

praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi

guru, melindungi masyarakat dari praktik–praktik pendidikan yang

tidak berkualias, dan tidak professional serta meningkatkan

kesejahteraan guru (Mahanani, 2011:66).

3. Dasar Hukum Sertifikasi Guru

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2005 tentang guru dan dosen sebagai berikut:

a. Pasal 1 butir 11 : sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat

pendidik kepada guru dan dosen.

b. Pasal 8 : guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.

c. Pasal 11 butir 1 : sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8

diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

d. Pasal 16 : guru yang memiliki setifikat pendidik memperoleh

tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta

(56)

42

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan

dan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru berikut ini:

Pasal 1 ayat

1) Sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian

sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan.

2) Sertifikasi yang dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh guru

dalam jabatan yang telah memilki kualifikasi akademik sarjana

(S1) atau diploma IV (D-IV).

3) Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang

menyelenggarakan progam pengadaan tenaga pendidikan yang

terakreditasi dan ditetapkan oleh menteri pendidikan nasional.

Pasal 2 ayat

1) Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji

/kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik.

2) Uji kompetensi sebagaimana yang telah dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.

3) Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam

bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang

mendeskripsikan :

(57)

43 b. Pendidikan dan pelatihan

c. Pengalaman mengajar

d. Merencanakan dan pelaksanaan pembelajaran

e. Penilaian dari atasan dan pengawas

f. Prestasi akademik

g. Karya pengembangan profesi

h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah

i. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial

j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

4) Guru dalam jabatan yang lulus penilaian portofolio

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mendapat sertifikat

pendidik.

5) Guru dalam jabatan yang tidak lulus penilaian portofolio dapat:

a. Melakukan kegiatan-kegiatan untuk melengkapi dokumen

portofolio agar mencapai nilai lulus; atau

b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang

diakhiri dengan ujian, Sesuai persyaratan yang ditentukan

oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.

c. Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b

mencakup kompetensi pendagogik, kepribadian, sosial, dan

(58)

44

d. Guru dalam jabatan yang lulus pendidikan dan pelatihan

profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b

mendapat sertifikat pendidik.

e. Guru dalam jabatan yang belum lulus pendidikan dan

pelatihan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

huruf b diberi kesempatan untuk mengulang ujian materi

dan pelatihan yang belum lulus.

Pasal 3 ayat

1) Perguruan tinggi penyelenggara setifikasi bagi guru dalam

jabatan memberi nomor pokok mahasiswa peserta setifikasi.

2) Perguruan tinggi penyelenggara setifikasi bagi guru dalam

jabatan wajib melaporkan setiap perubahan berkenaan dengan

mahasiswa peserta sertifikasi kepada direktur jendral

pendidikan tinggi.

3) Perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam

jabatan wajib melaporkan guru dalam jabatan yang sudah

mendapat setifikat pendidik kepada direktur jenderal

peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (PMPTK)

untuk memperoleh nomor registrasi guru.

Pasal 4 ayat

1) Menteri pendidikan nasional menetapkan jumlah kuota peserta

Gambar

Tabel I  Sarana Prasarana
Tabel II Guru
Tabel IV Daftar Siswa Tahun Ajaran 2016/2017
Tabel V

Referensi

Dokumen terkait

Namun berbeda pada penelitian sebelumnya, mereka mengatakan bahwa kontrol diri lebih mengacu pada perilaku yang disadari dan membutuhkan usaha untuk melakukannya, sedangkan

Siswa yang mempunyai kecerdasan Logical-Mathematical mampu dalam membaca soal dengan baik, mampu mengidentifikasi informasi-informasi, menuliskan simbul

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri infusa daun mangga bacang (Mangifera foetida L.) terhadap Streptococcus pneumoniae. Metodologi: Daun

Peserta meminta agar diadakan kembali pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi mereka dalam melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah, beberapa

Program pemulihan layanan yang dilakukan oleh PT Telkom dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan sebagai strategi pemasaran untuk meningkatkan

Untuk menghitung efisiensi termal pada sistem kompor briket digunakan. rumus sebagai

Hasil dari penelitian tersebut terbukti bahwa debt covenant yang diproksikan terhadap leverage memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap konsrvatisme

Strategi yang dapat digunakan petani dan pengrajin gula aren setelah menggabungkan faktor internal dan eksternal untuk menjamin keberlanjutan usahatani di Kecamatan