• Tidak ada hasil yang ditemukan

Temuan Studi

Dalam dokumen Tesis Septiana Juwita S021308077 (Halaman 94-143)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Temuan Studi

Analisis gender dalam penelitian ini menggunakan kerangka Harvard. Kerangka Harvard I terdiri atas sebuah matriks yang mengumpulkan data pada tingkat mikro (rumah tangga) yang terdiri dari tiga komponen yang berhubungan satu dengan lainnya. Berikut ini disajikan tabel model Harvard I yang sekaligus juga digunakan analisis model interaktif. Adapun tiga komponen tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

1. Profil Akses dan Kontrol terhadap Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah Sakit pada ibu Hamil Berisiko Tinggi dalam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga

Profil akses dan kontrol dalam model Harvard I bertujuan untuk merinci sumber-sumber apa yang dikuasai laki-laki dan perempuan untuk melaksanakan kegiatannya dan manfaat apa yang diperoleh setiap orang dari hasil kegiatan tersebut. Profil ini memperlihatkan siapa yang memiliki akses kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya, selanjutnya diidentifikasi, disusun dalam daftar apakah perempuan dan laki-laki mempunyai akses atau tidak kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya.

Hasil wawancara mengenai profil akses dan kontrol dalam mengidentifikasikan dan menyusun daftar sumberdaya yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang diidentifikasi dalam profil kegiatan dalam mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil dengan risiko tinggi di dalam rumah tangga. Profil ini memperlihatkan siapa yang memiliki akses kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya. Keuntungan yang diwujudkan dari produksi rumah tangga serta penggunaan sumberdaya juga diidentifikasi dan disusun daftarnya. Kolom-kolom menunjukkan apakah perempuan dan laki-laki mempunyai akses kepada sumberdaya dan kontrol atas penggunaannya.

Hasil analisis gender dari profil kegiatan akses dan kontrol terhadap pengambilan keputusan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil berisiko tinggi dalam perspektif gender di dalam rumah tangga dapat dilihat dari hasil wawancara yang telah dirangkum dalam sebuah tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1. Profil kegiatan Akses dan Kontrol terhadap Pengambilan Keputusan Rujukan ke Rumah sakit pada Ibu Hamil Berisiko Tinggi dam Perspektif Gender di dalam Rumah Tangga

No Kegiatan Pasangan Informan 1 2 3 4 5 Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Akses 1 Uang √ √ √ √ √ 2 Tabungan √ √ 3 Persiapan persalinan √ √ 4 Periksa kehamilan √ √ √ √ √ 5 Informasi √ √ √ √ √ √ √ Kontrol 1 Uang √ √ √ √ √ √ 2 Tabungan √ √ 3 Persiapan persalinan √ √ 4 Periksa kehamilan √ √ √ √ √ 5 Informasi √ √ √ √ √ √

Sumber : hasil wawancara dengan Informan Keterangan :

Lk : laki-laki Pr : perempuan √ : dominan

Hasil analisis gender dari wawancara yang didapat menunjukkan bahwa keseluruhan istri dari lima pasang informan lebih dominan memilikiakses dalam keuangan rumah tangga. Namun, suami lebih memiliki kontrol dalam keuangan rumah tangga yang digunakan untuk kepentingan kesehatan istri hamil dengan risiko tinggi yang akan melahirkan yang

dibuktikan dengan pasangan informan 1, pasangan informan 2, dan pasangan informan 3.

Hal tersebut dibuktikan dengan hasil jawaban dari wawancara dari pertanyaan kepemilikan akses keuangan di dalam rumah tangga dan kontrol keuangan untuk kesehatan ibu hamil dengan risiko tinggi dan rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi sebagai berikut:

Pasangan Informan 1

Akses keuangan rumah tangga pada pasangan informan ini, istri lebih dominan karena suami memberi uang pada istri untuk mengelola dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :

“Saya mbak. …di dalam rumah tangga, saya yang mengurus keuangan rumah tangga mbak karena bapak menyerahkan keuangannya kepada saya.”

Akses keuangan rumah tangga pada pasangan informan ini didukung dengan pernyataan suami sebagai beriku:

“untuk masalah itu, semua saya serahkan pada ibu, setelah saya terima gaji, sebagian besar uang saya serahkan pada ibu untuk keperluan rumah tangga, terserah mau dipakai apa yang peting untuk keperluan rumah tangga.”

Namun, istri tidak memiliki kontrol keuangan rumah tangga untuk kesehatan kehamilan istri dengan risiko tinggi dalam pemilihan rujukan ke rumah sakit, suami lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:

“...untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia yang bertanggung jawab keuangan. …untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak…”

Pernyataan tentang kontrol keuangan tersebut diperkuatdengan pernyataan suami sebagai berikut :

“…itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak, karena disana ada saudara.”

Pasangan Informan 2

Akses keuangan dalam rumah tangga pasangan informan ini,istri lebih dominan karena setelah suami terima gaji, maka istri langsung diberi sebagian besar gaji yang diterima suami untuk mengelola keuangan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :

“saya mbak …saya yang mengatur keuangan rumah tangga, begitu bapak terima gaji, sebagian banyak uang diberikan kepada saya untuk kebutuhan rumah tangga mbak.”

Akses keuangan rumah tangga pasangan informan ini didukungan dengan pernyataan suami sebagai berikut :

“…biasanya ibu mbak, jadi kalau saya terima gaji mingguan itu, saya ambil sedikit uang dari gaji saya untuk keperluan saya dan selebihnya itu saya serahkan pada ibu untuk keperluan dan kebutuhan rumah tangga. Ya cukup tidak cukup ya segitu mbak.”

Namun, dalam kontrol keuangan rumah tangga untuk kesehatan kehamilan istri dengan risiko tinggi dalam pemilihan rujukan ke rumah sakit, suami lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:

“…paling saya ngikut suami aja mbak. Kalau seperti itu saya lebih nurut dengan keputusan suami mbak. Saya sistemnya begini mbak, kalau saya sebagai ibu rumah tangga, kalau ada apa-apa itu yang bertanggung jawab itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala rumah tangga seperti apa nanti ya dituruti mbak”

Kontrol keuangan rumah tangga tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut:

“…saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu” Pasangan Informan 3

Akses keuangan di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini,istri lebih dominan karena suami menyerahkan uang untukmengelola keuangan rumah tangga pada istri yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :

“…Bapak menyerahkan uang kepada saya, dia menyerahkan urusan keuangan rumah tangga pada saya mbak.”

Akses keuangan di dalam rumah tangga pasangan ini didukung pernyataan suami bahwa keseluruhan gaji diberikan pada suami, jika untuk keperluan suami, suami minta pada istri yang dibuktikan pernyataan suami sebagai berikut :

“saya kalau setelah terima upah dari juragan saya, uang itu saya serahkan ibu semua. Kalau saya butuh untuk beli rokok atau untuk keperluan

apa-apa saya minta ke ibu. Soalnya biar ibu itu percaya dengan saya mbak kalau saya tidak neko-neko, hehehe…. (sambil tertawa).”

Namun istri tidak memiliki kontrol dalam keuangan dalam kesehatan kehamilan untuk memilih rujukan ke rumah sakit dengan alasan suami sebagai kepala rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:

“...tidak mbak, saya nurut suami, karena suami yang bertanggung di dalam rumah tangga. Suami kan kepala keluarga”

Kontrol keuangan rumah tangga tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut:

“…kepala rumah tangga, otomatis saya mbak. ...tidak ada, ya saya yang memilih dimana ibu nanti akan dirujuk mbak dan ditegaskan lagi dengan pernyataan”

Pada pasangan informan empat, ditemukan bahwa istri lebih dominan dalam akses dan kontrol di dalam keuangan rumah tangga untuk kesehatan ibu hamil berisiko tinggi dan memilih rumah sakit rujukan.Karena saat hamil, istrilah yang mengalami dan merasakan kehamilan dengan risiko tinggi, maka seharusnya istri yang mengambil keputusan rujukan ke rumah sakit. Dalam rumah tangga pasangan informan empat ini, peran istri (perempuan) sudah memiliki kedudukan gender yang baik di dalam rumah tangga karena suami sadar bahwa kesehatan ibu hamil dalam menentukan tempat rujukan ada pada istri bukan pada suami, sehingga istri lebih dihargai kedudukannya di dalam rumah tangga terutama dalam kesehatan kehamilan ibu. Hal ini dibuktikan pada hasil wawancara sebagai berikut:

Pasangan Informan 4

Akses keuangan dalam rumah tangga pasangan ini lebih dominan istri karena setelah suami terima gaji, istri langsung meminta uang pada suami untuk segera guna membayar hutang dan memenuhi kebutuhan rumah tangga yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai beriku :

“Untuk urusan keuangan rumah, juga saya mbak yang mengaturnya mbak. Hari sabtu, sepulang bapak kerja, saya minta uang bapak dari hasil gajian, uang itu aka segera saya gunakan untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan keluarga.”

Diperkuat dengan penyataan suami bahwa pada hari penerimaan gaji sepulang kerja, istri langsung meminta uang guna membayar utang dan beli sayur untuk memasak yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut :

“ibu, karena kalau Sabtu pas pulang kerja, ibu langsung meminta uang semua gajian saya. Ya buat bayar utang dan untuk beli sayur …”

Dalam kontrol keuangan rumah tangga pasangan ini, istri lebih dominan dalam kesehatan kehamilannya dan menentukan pilihan rumah sakit rujukan yang dibuktikan pernyataan istri sebagai berikut:

“…tidak ada yang memutuskan, saya sendiri yang memutuskan, masalahnya saya kan yang hamil dan suami tidak merasakan apa yang saya rasakan bu”

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut:

“tinggal istrinya saya mau nya kemana, saya nurut” dan didukung dengan peryataan, “iya saya mendukung pokoknya saya nurut saja””

Pada pasangan kelima, ditemukan bahwa istri lebih memiliki akses keuangan dalam rumah tangga. Namun, istri memiliki kesempatan yang sama dalam kontrol keuangan rumah tangga guna merawat kesehatan kehamilan istri hamil dengan risiko tinggi dan memilih rumah sakit rujukan.Hal ini membuat istri dihargai peran dalam kontrol keuangan rumah tangga yang sejajar dengan saumi. Suami boleh jadi pintar dalam hal memperoleh uang tetapi harus diimbangi dengan istri yang juga pandai mengatur uang sehingga kondisi keuangan keluarga tetap sehat.Dibuktikan dari hasil wawancara dengan pasangan informan kelima sebagai berikut :

Pasangan Informan 5

Akses keuangan rumah tangga pasangan ini lebih dominan istri karena setelah suami terima gaji, suami memberi sebagian gajinyauntuk memenuhi kebutuhan sehari-haridan kegiatan sosial yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai beriku :

“bapak kalau sudah gajian itu sebagian uangnya diserahkan kepada saya, uang itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk kebutuhan seperti jagong itu mbak.”

Akses keuangan lebih dominan istri diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut :

“ya pokoknya saya dapat gaji segitu dan sebagian saya berikan pada ibu ya terserah ibu mau dipakai seperti apa, ya terserah yang penting kebutuhan rumah tangga seperti makan terpenuhi.”

Dalam rumah tangga pasangan informan ini, istri dan suami memiliki kontrol keuanangan yang sama untuk kesehatan kehamilan istri hamil dengan risiko tinggi dalam menentukan pilihan rumah sakit sebagai rujukan yang dibuktikan pernyataan istri sebagai berikut:

“sama-sama mbak. …soalnya sayakan darah tinggi. Terus pak Didik (dokter kandungan) itu mengatakan bahwa usia ibu sudah tua, anak ibu sudah banyak terus ya terus harus operasi dengan steril saja. Makanya bapak dan saya memutuskan untuk dirujuk ke RB Rahma Bunda Kebakkramat.”

Pernyatan istri dan suami memiliki kontrol yang sama dalam keuangan rumah tangga tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut :

“sama-sama mbak”

“ya bapak dengan ibu. Kami membicarakan dulu “

Hasil analisis gender akses dan kontrol tabungan dan persiapan persalin menunjukkan bahwa hanya dua pasangan informan yang memiliki tabungan untuk persiapan persalinan istrinya (pasangan informan 1 dan pasangan informan 2).Hal ini dibuktikan dengan jawaban dari pertanyaan mengenai akses dan kontrol tabungan yang dimiliki untuk persiapan persalinan ibu kalau ada kegawatdaruratan saat bersalin sebagai berikut: Pasangan informan 1

Akses tabungan rumah tangga untuk persiapan persalinan jika terjadi kegawat daruratan pada istri saat hamil dengan risiko tinggi pada pasangan informan ini istri tidak memiliki peran yang dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :

“…untuk biaya persalinan tidak ada, tapi untuk persalinan nanti memakai kartu BPJS. …kalau ini kan mengeluarkan biaya tiap bulannya. …mengeluarkan iuran tiap bulan, itu yang menyalurkan dari kantor bapak.”

Pernyataan akses tabungan dan persiapan persalinan tersebutdiperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut :

“…untuk mempersiapkan biaya persalinan karena kehamilan ibu, Insya Allah sudah, ada tapi ya cuma untuk persalinan saja.”

Oleh karena itu istri tidak memiliki kontrol dalam tabungan di dalam rumah tangga untuk persiapan persalinan jika terjadi kegawat daruratan pada istri hamil berisiko tinggi yang dibuktikan pernyataan istri sebagai berikut :

…untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak, karena dia yang bertanggung jawab keuangan. …untuk rujukan ke rumah sakit, kalau saya sih nurut bapak…”

Kontrol tabungan dalam rumah tangga untuk persiapan persalinan istri hamil dengan risiko tinggi diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut:

“…itu saya mbak yang menentukan di rumah sakit mana ibu harus dirujuk mbak, itu kan periksa dan saya mendampingi periksa di PKD, kalau tensinya tinggi nanti di rujuk, kalau dirujuk ya di rumah sakit Kustati saja mbak, karena disana ada saudara.”

Pasangan informan 2

Akses dan kontrol tabungan untuk persiapan persalinan pada istri hamil dengan risiko tinggi di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini suami lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:

“bapak memiliki simpanan sekitar Rp 500.000,- mbak, nanti kekurangnnya dipikir nanti mbak setelah melahirkan, mungkin suami nanti cari pinjeman mbak…paling saya ngikut suami aja mbak. Kalau seperti itu saya lebih nurut dengan keputusan suami mbak. Saya sistemnya begini mbak, kalau saya sebagai ibu rumah tangga, kalau ada apa-apa itu yang bertanggung jawab itukan kepala rumah tangga. Kalau kepala rumah tangga seperti apa nanti ya dituruti mbak”

Pernyataan akses dan kontrol tabungan untuk persiapan persalinan pada istri hamil berisiko tinggi diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut :

“Saat ini kami belum punya tabungan, saya cuma punya Rp 500 ribu paling nanti pinjam sama juragan mbak.

“saya mbak yang memilih di rumah sakit sebagai rujukan untuk ibu” Namun,pada ketiga pasang informan tidak memiliki akses dan kontrol dalam tabungan dan persiapan persalinan (pasangan informan 1, pasangan informan 4 dan pasangan informan 5). Oleh karena itu tidak dapat dilihat pada analisis gender karena tidak ada tabungan, maka persiapan persalinan tidak ada. Mereka dalam persiapan persalinan mengandalkan pinjam uang pada saudara, tetangga maupun jaminan kesehatan seperti Jamkesmas atau BPJS. Hal ini dibuktikan dari jawaban dari pertanyaan tentang kepemilikan tabungan untuk persiapan persalinan sebagai berikut:

Pasangan informan 3

Akses dan kontrol dalam tabungan untuk persiapan persalinan pada istri hamil dengan risiko tinggi pada pasangan informan ini tidak dimiliki suami maupun istri yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut :

“tidak punya tabungan mbak, ya semisal kalau ada apa-apa dengan persalinan ya cari hutangan uang ke saudara mbak”

Pasangan informan 4

Akses dan kontrol tabungan untuk persiapan persalinan jika pada istri hamil dengan risiko tinggi pada pasangan informan ini tidak dimiliki istri maupun suami yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :

“tidak punya. …untuk hidup sehari-hari saja kurang, apa yang mau ditabung mbak”

Pernyatan akses dan kontrol tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut:

“tidak ada. …apa yang mau ditabungkan mbak, buat makan aja masih kurang”

Pasangan informan 5

Akses dan kontrol dalam tabungan untuk persiapan persalinan jika istri terjadi kegawatdaruratan pada istri hamil dengan risiko tinggi juga tidak dimiliki pasangan informan ini baik istri maupun suami yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut:

“Untuk persiapan persalinan kami belum ada tabungan, rencana sih pakai simpan pinjam saja”

Hasil analisis gender akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan menunjukkan bahwa empat pasang informan (pasangan informan 1, pasangan informan 3, pasangan informan 4 dan pasangan informan 5), istri lebih dominan daripada suami dalam akses dan kontrol pemeriksaan

kehamilan.Tetapi ada satu pasang informan dalam kepemilikan akses pemeriksaan kehamilan lebih dominan suami (pasangan informan 2). Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara pasangan informan satu, pasangan informan tiga, pasangan informan empat, dan pasangan informan lima dari pertanyaan tentang siapa yang memutuskan untuk pemeriksaan kehamilan ibu sebagai berikut:

Pasangan informan 1

Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dengan risiko tinggi di dalam rumah tangga pasangan ini istri lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :

“..untuk pemeriksaan kehamilan, saya yang mengajak suami untuk periksa mbak. …di bidan. …disini ada PKD. …biasanya kalau USG saya diantar sampai masuk ke dalam ruang periksa…”

Pernyataan akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut:

“kalau saya manut istri itu, kalau minta kontrol hamil ya saya antar. …kalau USG saya mendampingi ibu dan kalau ke PKD kalau saya ada waktu ya saya antar dan dampingi…”

Pasangan informan 3

Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dengan risiko tinggi di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini, istri lebih dominan daripada suami yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :

“Saya yang menginginkan untuk memeriksakan kehamilan”

Pernyataan Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan tersebut diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut :

“iya tapi istri saya sering ngeyel. …Saat periksa hamil, pertama ibu pergi sendiri, tapi setelah udah hamil tua ini, saya yang mengantar. ...saya kalau ngantar periksa di luar, tidak mau ikut masuk. …kalau ngantar periksa di luar, tidak mau ikut masuk”

Pasangan informan 4

Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri dengan hamil risiko tinggi pada pasangan informan ini di dalam rumah tangga istri lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :

“saya sendiri, kalau saya pingin tahu bayinya yang ada di perut ya saya periksa, kalau tidak ya tidak. …saudara saya. …iya, bapak nya pas kerja. …kalau pas USG bapak ikut masuk. …iya suami. Kalau pas periksa di bu H bapaknya tidak ikit masuk soalnya pas ramai”

Pernyataan akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan terebut dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut :

“Untuk periksa hamil, yang minta priksa ya istri saya sendiri...saya ndak mudeng soalnya pokoknya apa apa saya ikut istri aja. …baru satu kali ngantar. …takut dimarahin. …umur kehamilannya udah besar kok gak pernah di periksain”

Pasangan informan 5

Akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dangan risiko tinggi di dalam rumah tangga pada pasangan informan ini,istri juga lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :

“Saya yang minta untuk periksa hamil mbak...”

Pernyataan akses dan kontrol pemeriksaan kehamilan diperkuat dengan pernyataan suami sebagai berikut :

“Kalo yang pengen mintra priksa ya ibu, saya hanya mengantar saja dan saya tunggu di luar. ..kecuali kalo agak gawat maka saya dipanggil.”

Lain halnya dengan pasangan informan dua, akses dan kontrol pemerikasaan kehamilan lebih dominan suami dibuktikan dengan pernyataan pasangan informan sebagai berikut:

Pasangan informan 2

Akses pemeriksaan kehamilan pada istri hamil dengan risiko tinggi di dalam rumah tangga istri lebih dominan yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai beerikut :

“Suami saya yang meminta saya untuk periksa kehamilan, jadi suami yang mengantar periksa ke bidan mbak.”

Namun dalam pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil berisiko tinggi pada pasangan ini, suami lebih dominan daripada istri yang dibuktikan dengan pernyataan suami sebagai berikut :

“setiap bulan saya mengajak kontrol kehamilan istri saya mbak. …saya nunggu di luar saja. …kontrol di bidan”

Hasil analisis gender menunjukkan bahwa dua pasang informan (pasangan informan 1 dan pasangan informan 2) istri dan suami memiliki akses informasi kehamilan risiko tinggi digunakan untuk memilih rujukan ke rumah sakit pada ibu hamil risiko tinggi di dalam rumah

tangga.Pernyataantersebut dibuktikan dari hasil wawancara dengan, pasangan informan dua, dan pasangan informan tiga sebagai berikut:

Pasangan informan 1

Pasangan informan ini, akses informasi kehamilan risiko tinggi guna memilih rumah sakit rujukan di dalam rumah tangga dimiliki istri dan suami yang dibuktikan dengan pernyataan istri sebagai berikut :

Dalam dokumen Tesis Septiana Juwita S021308077 (Halaman 94-143)

Dokumen terkait