• Tidak ada hasil yang ditemukan

Temuan – Transaksi Belanja Negara Yang Menggunakan L/C Belum Diatur

Sehingga Hak dan Kewajiban atas Saldo Dana Terkait Belanja Tersebut Belum Jelas

LKPP Tahun 2014 (audited) menyajikan realisasi Belanja TA 2014 sebesar Rp1.777.182.855.786.411,00 dan menyajikan saldo Rekening Pemerintah Lainnya per 31 Desember 2014 sebesar Rp4.648.771.715.828,00. Realisasi Belanja TA 2014 lebih besar 7,67% atau meningkat sebesar Rp126.619.128.376.330,00 dari TA 2013 (audited) sebesar Rp1.650.563.727.410.085,00. Sementara Saldo Rekening Pemerintah Lainnya per 31 Desember 2014 turun sebesar Rp5.350.712.546.083,00 dari saldo Rekening Pemerintah Lainnya per 31 Desember 2013 (audited) yang disajikan sebesar Rp9.999.484.261.911,00.

Belanja tersebut termasuk belanja yang pengadaannya dibeli dari luar negeri yang mensyaratkan Letter of Credit (L/C), misalnya pengadaan alutsista oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan). L/C adalah janji tertulis dari bank penerbit L/C (issuing bank) yang bertindak atas permintaan pemohon (applicant) atau atas namanya sendiri untuk melakukan pembayaran kepada pihak ketiga atau eksportir atau kuasa eksportir (pihak yang ditunjuk oleh (beneficiary/supplier) sepanjang memenuhi persyaratan L/C.

Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan belanja pada KL menunjukkan adanya pengadaan barang/jasa yang mensyaratkan jaminan L/C dapat dilakukan pada rekening Obligo penampungan sementara di Bank Indonesia (BI) dan rekening Bank Umum. a. Jaminan L/C pada rekening Obligo penampungan sementara di BI

Berdasarkan Laporan Keuangan Tahunan (LKT) BI diketahui terdapat kewajiban BI kepada pemerintah diantaranya sebesar Rp545.128.166.910,00 berasal dari rekening penampungan setoran uang muka pembiayaan L/C Pemerintah dalam valas. Berikut rincian saldo per rekening per 31 Desember 2014:

BPK LHP SPI – LKPP TAHUN 2014 34 Tabel 13 Rincian Saldo Per Rekening Obligo Penampungan Sementara

Per 31 Desember 2014

Jenis Mata

Uang Nama_Rekening No_Rekening

Nominal Valas

Nominal (Dalam Rupiah)

AUD Rekg. Obligo Penamp.Smtr Val AUD 661001311980 3,280,774.50 33.523.708.419,13 EUR Rekg. Obligo penampungan

sementa 661001991980 11.147.811,49 168.702.841.187,27 USD Obligo Penampungan Sementara

DAL 661068411980 27,564,438.69 342.901.617.303,60

Total 545.128.166.910,00

Berdasarkan pemeriksaan uji petik atas rincian transaksi untuk rekening 661068411980 dengan nama rekening Obligo Penampungan Sementara dalam USD selama Tahun 2014 diketahui terdapat transaksi kredit (menambah saldo rekening) yaitu sebagai berikut.

Tabel 14 Transaksi Kredit Rekening Obligo Penampungan Sementara Dalam USD Selama Tahun 2014

NO. KETERANGAN NOMOR SP2D NOM_IDR NOM_VAL TGL_DATA KL

1 Pemby. UM KE 15% Peng. Kendaraan Taktis 4x4 2.5 Ton PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI)

141401103000893 87.180.000.000,00 7,500,000.00 08/05/2014 Kemenhan

2 Pemby. UM KE 15% Peng. Kendaraan Angkut Munisi 5 Ton PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) 141401103000894 52.308.000.000,00 4,500,000.00 08/05/2014 Kemenhan 3 Kontrak Nomor 0720/PL001/RRF1.3/2014 dd.15.04.2014 141401103001233 10.897.233.600,00 922,400.00 16/06/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) 4 Pby Uang muka KE 15%/n Thales

Air Defeace Limited

141401103001251 62.847.750.000,00 5,250,000.00 23/06/2014 Kemenhan 5 pemby uang muka ke 15 % an.

China North Industries Corp pengadaan meriam arhanud dan radar kontr

141401103003039 28.026.381.007,50 2,224,492.50 15/12/2014 Kemenhan

6 pemby. Um ke 15% peng. Pesawat terbang CN235 PT Dirgantara Indonesia kontrak Nomor Trak/19/PLN/I/2

141401103003125 112.855.918.061,25 8,981,768.25 18/12/2014 Kemenhan

7 Pby UM KE 15% Peng. Short Range Air Defence &

Perlengkapan Thales Air Defence Ltd Kontrak Nomor TR

141401103003145 261.807.000.000,00 21,000,000.00 24/12/2014 Kemenhan

8

Pby UM 15 % Peng. HAR SUCAD Pesawat Kontrak Nomor

KJB/10/KE.08/IX/2011 dd.23.09.2011 141401103003151 7.479.529.150,73 599,946.19 24/12/2014 Kepolisian Repubik Indonesia 9 Pby UM KE 15% Peng.Ranjau Laut Poly Technologies kontrak Nomor

TRAK/762/PLN/VII/2012/AL dd.18.07.2

141401103003156 35.034.038.400,00 2,817,600,00 29/12/2014 Kemenhan

Total 658.435.850.219,48

Penambahan saldo rekening tersebut berasal dari SP2D sedangkan pengurangannya terjadi apabila terjadi realisasi L/C.

Hasil pemeriksaan terkait rekening obligo penampungan sementara diketahui sebagai berikut.

BPK LHP SPI – LKPP TAHUN 2014 35

1) Saldo kas yang ada di rekening obligo penampungan sementara tidak dilaporkan dalam LK Kemenhan dan Batan apakah sebagai Kas dan Setara Kas atau sebagai Dana yang Dibatasi Penggunaannya, sedangkan BI telah mengakui saldo kas tersebut sebagai kewajiban kepada Pemerintah;

2) Saldo kas pada rekening obligo penampungan sementara dalam valas AUD, USD dan EUR sebesar Rp545.128.166.910,00 belum dapat diakui sebagai aset karena belum ada kejelasan hak dan kewajiban;

3) Hasil konfirmasi rekening Pemerintah kepada BI diketahui bahwa rekening obligo penampungan sementara dalam valas tidak termasuk rekening Pemerintah Pusat, namun saldo dalam rekening tersebut merupakan SP2D satker yang belum direalisasikan L/C-nya ke pihak ketiga di luar negeri;

4) Kementerian Keuangan belum memiliki data saldo dana rekening-rekening belanja terkait L/C pada rekening obligo penampungan sementara di BI; dan 5) Dasar persetujuan pembukaan L/C untuk rupiah murni dengan satker Batan yaitu

Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka dengan Kontrak Nomor 0720/PL001/RRF1.3/2014 dengan nilai sebesar USD922,400 (ekuivalen Rp11.048.507.200,00), yaitu

a) PMK Nomor 151/PMK.05/2011 tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri; dan

b) Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-6/PB/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencairan Dana Pinjaman State Corporation “Bank For

Development And Foreign Economic Affairs (Vnesheconombank)” untuk

Pengadaan Pesawat Tempur, Suku Cadang, dan Amunisi Pesawat Sukhoi 27 SK/30MK.

Kedua ketentuan tersebut mengatur tata cara penarikan dan pelaksanaan pencairan dana yang bersumber dari pinjaman, sedangkan pembukaan L/C untuk Batan berasal dari anggaran rupiah murni.

b. Jaminan L/C pada Bank Umum 1) Batan

Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN) membuka L/C pada BRI Kantor Cabang (Kanca) BSD yang diwakili oleh Biro Umum Batan. PRFN membeli komponen

X-ray Detector untuk Perekayasaan Mammography dan komponen detector

system untuk Perekayasaan Portal Monitor Radiasi melalui transaksi L/C tersebut. Untuk membiayai L/C, PRFN mengajukan pembayaran dispensasi penggunaan UP dalam bentuk valas kepada Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan dengan surat Nomor 1493/PL0004/IX/2014 tanggal 10 September 2014 yang menjelaskan bahwa:

a) penggunaan dana tersebut untuk pengadaan alat yang tidak bisa dilaksanakan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS) namun menggunakan mekanisme L/C; dan

b) Perusahaan penyedia barang tidak mempunyai agen atau distributor di Indonesia.

Selanjutnya, Dirjen Perbendaharaan memberikan persetujuan dispensasi pembayaran di atas Rp50.000.000,00 kepada satu penyedia barang/jasa melalui mekanisme UP atas pembelian komponen perekayasaan mammography dan Nal

BPK LHP SPI – LKPP TAHUN 2014 36

(TI) detector system dengan surat Nomor S-6116/PB/2014 tanggal 23 September 2014. KPPN Jakarta V telah menyampaikan persetujuan Tambahan Uang Persediaan Nomor S-4160/WPB.12/KP.0522/2014 tanggal 7 Oktober 2014 sebesar Rp923.718.720,00.

PRFN mengajukan TUP dengan akun 521219 sebesar Rp923.718.720,00 berdasarkan SPM Nomor 00232/TUP/2014 tanggal 9 Oktober 2014 dan SP2D Nomor 141391301023705 tanggal 10 Oktober 2014. TUP tersebut telah dipertanggungjawabkan dengan SP2D Nomor 141391701006974 tanggal 11 November 2014. PRFN menempatkan dana tersebut pada Bank BRI untuk pembukaan L/C.

PT BRI telah menempatkan setoran jaminan pembukaan L/C Impor tersebut ke rekening titipan valas USD milik BRI Nomor 0509.02.000001.99.9 pada tanggal 30 Oktober 2014. Dana yang diblokir oleh BRI untuk pembukaan L/C tersebut hanya dicatat sebagai realisasi belanja barang, belum dicatat sebagai Kas dan Setara Kas atau sebagai Dana yang Dibatasi Penggunaannya pada LK Batan. 2) Kementerian Pertahanan

Pada Kementerian Pertahanan, terdapat 20 rekening penampungan jaminan L/C di Bendahara Khusus Bialugri dan Bendahara Khusus dengan saldo per 31 Desember 2014 sebesar Rp3.346.971.645.832,50. Dari 20 rekening tersebut, 5 rekening telah memperoleh ijin pembukaan rekening dari BUN namun perubahan atas nomor rekening yang dilakukan oleh BNI belum dilaporkan, 5 rekening telah memperoleh ijin pembukaan rekening dari BUN, sedangkan sisanya yaitu 10 rekening belum memperoleh ijin pembukaan rekening dari BUN. Rincian dapat dilihat pada Lampiran 3.1.1. Maksud dan tujuan pembukaan rekening tersebut untuk keperluan jaminan L/C untuk pengadaan alutsista menggunakan valas. Saldo pada rekening tersebut telah disajikan dalam LK Kemenhan sebagai Aset Lain-lain – Aset yang Dibatasi Penggunaannya.

Berdasarkan hasil konfirmasi kepada Direktorat Pelaksanaan Anggaran DJPB (Dit. PA DJPB), diketahui mekanisme pembayaran atas perjanjian pengadaan barang/jasa menggunakan valas yang dananya bersumber dari rupiah murni dengan persyaratan L/C belum diatur. PP Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN Pasal 63 ayat (3) menyatakan bahwa ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan pembayaran atas perjanjian pengadaan barang/jasa menggunakan valas yang dananya bersumber dari rupiah murni diatur lebih lanjut dengan PMK. Namun, sampai dengan pemeriksaan berakhir ketentuan tersebut belum diatur.

Permasalahan tersebut terjadi karena belum jelasnya ketentuan terkait mekanisme pembukaan L/C yang berasal dari rupiah murni dan pelaporannya dalam LKKL atau LKBUN apabila sampai dengan akhir tahun L/C tersebut belum jatuh tempo dan SP2D yang sudah dicairkan dan ditempatkan ke rekening jaminan pembukaan L/C belum direalisasikan.

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:

a. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dalam Lampiran II.01 Kerangka Konseptual paragraf 33 yang menyatakan bahwa Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi

BPK LHP SPI – LKPP TAHUN 2014 37

peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya; b. PP Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN Pasal 63.

1) ayat (1) menyatakan bahwa PA/KPA dapat melakukan kebijakan perjanjian menggunakan valuta asing yang dananya bersumber dari rupiah murni;

2) ayat (2) menyatakan bahwa pelaksanaan pembayaran atas perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan dalam DIPA dengan nilai ekuivalen valuta asing; dan

3) ayat (3) menyatakan bahwa ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan pembayaran atas perjanjian pengadaan barang/jasa menggunakan valuta asing yang dananya bersumber dari rupiah murni diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Permasalahan tersebut mengakibatkan saldo kas pada rekening jaminan L/C belum dilaporkan dalam LKKL terkait maupun LKPP.

Permasalahan tersebut disebabkan belum adanya pengaturan yang jelas mengenai mekanisme pembukaan L/C dan pencatatan serta pelaporan dana-dana terkait transaksi tersebut.

Atas permasalahan tersebut, Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah menanggapi bahwa proses penerbitan L/C selama ini hanya diperuntukkan untuk pengadaan barang dan jasa yang sumber pendanaannya berasal pinjaman luar negeri. Pembukaan L/C pada Bank Issuing dilakukan oleh pihak yang mempunyai kontrak impor dengan pihak ketiga dalam hal ini KL dengan BI. KPPN KPH dalam proses L/C hanya menerbitkan Surat Kuasa Pembebanan L/C (SKP L/C) untuk kegiatan yang didanai dari pinjaman luar negeri dengan mekanisme L/C tetapi seharusnya tidak menerbitkan surat persetujuan pembukaan rekening L/C untuk kegiatan yang dibiayai dari rupiah murni. Dana yang terdapat pada rekening tersebut belum dapat dibukukan dalam Laporan Keuangan Pemerintah karena memang diperuntukkan membayar 15% porsi rupiah murni atas pengadaan barang/jasa yang bersumber dari pinjaman dengan mekanisme L/C. Pembayaran 15% yang ditampung dalam rekening obligo tersebut sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam kontrak yang merupakan porsi rupiah murni. Terkait belum dilakukan transfer oleh BI ke pihak ketiga, Pemerintah segera mengkonfirmasi hal tersebut ke BI.

Hasil konfirmasi Pemerintah kepada BI diketahui bahwa rekening obligo penampungan sementara dalam valas tidak termasuk rekening Pemerintah Pusat, sehingga pemerintah belum dapat menyajikan dalam Laporan Keuangan walaupun BI sudah mencatat sebagai Kewajiban kepada Pemerintah. Terkait L/C yang dibuka di Bank Umum, pada prinsipnya hanya memenuhi mekanisme yang tertuang dalam kontrak L/C yang sumber dananya berasal dari rupiah murni. Hal tersebut belum tertuang dalam ketentuan sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN Pasal 63 terkait kontrak dalam valas serta belum ada pedoman untuk pencatatan akuntansinya. Pemerintah saat ini sedang menyusun mekanisme kontrak dalam valas dengan sumber dana rupiah murni. Tindak lanjut permasalahan tersebut Pemerintah akan menyelesaikan aturan mengenai tata cara pembayaran kontrak dalam

BPK LHP SPI – LKPP TAHUN 2014 38

valas yang membebani rupiah murni dan menyusunan pedoman pencatatan akuntansi untuk pembayaran melalui L/C yang membebani rupiah murni.

Atas permasalahan tersebut BPK merekomendasikan kepada Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah agar:

a. Menyusun peraturan tentang tata cara pembayaran atas belanja dengan menggunakan L/C yang dananya berasal dari rupiah murni beserta mekanisme pelaporan dan pertanggungjawabannya; dan

b. Menginventarisasi rekening-rekening penampungan di BI dan Bank Umum yang terkait transaksi-transaksi belanja yang menggunakan L/C.