• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tenaga Kerja Kontrak Borongan

Dalam dokumen DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, KAB (Halaman 36-52)

KONDISI UMUM KEBUN

4. Tenaga Kerja Kontrak Borongan

Sistem tenaga kerja kontrak diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan kebun tertentu seperti penebasan lorong dan gawangan hidup, serta membersihkan piringan pada tanaman sagu. Sistem tersebut dilaksanakan dengan kesepakatan antara perusahaan dengan kontraktor yang membawahi tenaga kerja kontrak. Kesepakatan dilegalkan dengan surat perjanjian kerjasama (SPK) yang telah di-sepakati oleh kedua belah pihak.

Kontraktor dapat mengepalai satu atau lebih rombongan pekerja, dengan jumlah tiap tim minimal 4 orang pekerja. Satu rombongan pekerja melakukan

pe-24

nebasan pada satu blok tanaman. Perusahaan tidak memperbolehkan lebih dari satu rombongan dengan kontraktor yang sama pada satu divisi. Pada sistem ter-sebut tidak ada target baik waktu atau hasil dalam satu hari. Perusahaan akan membayar pekerjaan setelah pekerjaan selesai dilakukan.

Untuk pekerjaan pembuatan gawangan hidup dan pembersihan piringan sagu, upah yang diterima oleh kontraktor tergantung pada kondisi kebun. Jika kondisinya ringan maka upah yang diterima berkisar Rp. 200 000,00/ ha. Hal ter-sebut tergantung pada kesepakatan antara perusahaan dengan kontraktor. Untuk areal dengan kondisi sedang maka upah yang diterima berkisar sebesar Rp. 300 000,00/ ha sedangkan jika kondisinya berat maka upah yang akan diterima kontraktor berkisar Rp. 400 000,00. Upah yang diterima pekerja tidak sebesar yang diberikan perusahaan karena ada pemotongan dari kontraktor sesuai dengan kesepakatan antara pekerja dan kontraktor.

Aspek Teknis

Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan tanaman. Pada saat magang berlangsung, fokus kegiatan perusahaan adalah penyulaman. Hal ini dikarenakan dari 12.000 ha kebun yang sudah di-tanami, kurang lebih hanya 4000 ha kebun yang tanamannya tumbuh dengan baik. Berikut penjelasan mengenai masing-masing teknis budidaya yang dilakukan di kebun.

Pembibitan

Pembibitan merupakan kegiatan pengadaan bahan tanaman yang diper-gunakan oleh kebun untuk menanami kebun terebut. Kegiatan dalam pembibitan meliputi kegiatan penyeleksian bibit dan persemaian. Pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit yang berkualitas baik sehingga mempunyai persentase hidup yang tinggi saat ditanam nantinya. Pada kegiatan pembibitan, PT National Sago Prima bekerja sama dengan PT Prima Kelola. PT Prima kelola adalah perusahaan swasta milik Institut Pertanian Bogor yang bekerja sama dengan PT Sampoerna untuk menanami seluruh areal PT. National Sago Prima.

Penyeleksian Bibit

Bahan tanam (sucker) diperoleh dari kebun yang dimiliki perusahaan dan

dari kebun sagu petani dari daerah di sekitar lokasi perusahaan PT. National Sago Prima atau dari daerah lain. Bibit yang akan disemai, diseleksi terlebih dahulu oleh asisten PT. Prima Kelola, mandor PT. Prima Kelola dan pengawas pembibit-an dari PT. National Sago Prima.

Bibit diseleksi berdasarkan bentuk, ukuran, bobot dan kesegaran bibit. Kriteria bibit yang sehat dan berkualitas adalah: bibit masih segar dengan pelepah masih hijau, bibit sudah tua yang dicirikan bonggol sudah keras, pelepah dan

26

pucuk masih hidup, tidak terserang hama dan penyakit, bobot bibit berkisar antara 2- 4 kg, serta diutamakan bibit dengan bonggol berbentuk “L” karena anakan yang dihasilkan berjauhan dari induknya (Gambar 5).

Gambar 5. Sucker Berbentuk “L” (Diterima Perusahaan) dan Sucker tidak berbentuk “L”

Sistem kerja yang diterapkan oleh PT. Perima Kelola dalam kegiatan pen-carian anakan yaitu sistem borongan. Perusahaan membayar upah kepada pekerja sesuaisucker yang didapatkan. Harga satu sucker yang diambil dari kebun sendiri

sebesar Rp. 1 000,00/sucker dan dengan ketentuan bahwa sucker yang diambil

tidak boleh menempel pada induk sagu, sisa potongan harus ditutup dengan tanah, dan dalam satu rumpun harus disisakan minimal empat anakan yang paling besar. Jika pekerja ketahuan melanggar ketentuan tersebut maka upah mereka dipotong Rp. 50 000,00. Sucker yang berasal dari kebun petani dihargai Rp. 2 000,00/ sucker. Tambahan upah sebesar Rp 200,00 diperoleh pekerja jika sekaligus

dilakukan persemaian.

Prestasi kerja pengambilan bibit yang dilakukan oleh pekerja borongan yaitu 80 bibit/ hari. Prestasi kerja pengambilan bibit yang dilakukan oleh buruh harian lepas yaitu 40 bibit/ hari, sedangkan prestasi kerja mahasiswa dalam peng-ambilan bibit yaitu 20 bibit/ bibit. Kecepatan pengpeng-ambilan sucker dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya yaitu besar sucker, letak sucker, banyaknya sucker yang bisa diambil dalam satu jalur dan ketrampilan pekerja.

Persemaian

PT. National Sago Prima menggunakan teknik persemaian rakit di kanal. Persemaian tersebut menjadi tanggung jawab PT. Perima Kelola. Rakit dibeli dari dari masyarakat setempat dengan harga Rp 6 500/ rakit. Rakit berukuran panjang 3 m dengan lebar 1 m yang terbuat dari pelepah sagu yang telah kering. Sebuah rakit dapat memuat 80-100 bibit tergantung ukuran bibit. Rakit yang telah selesai dibuat selanjutnya diletakkan di lokasi Pembibitan. Adapun syarat untuk lokasi pembibitan yaitu pembibitan dilakukan di kanal dengan air yang mengalir, lokasi mudah didatangi sehingga pengawasan dapat berjalan dengan baik, dan jauh dari sumber hama dan penyakit.

Sucker yang telah siap selanjutnya direndam dalam larutan fungisida dithane m-45 dengan dosis 2 g/l sebelum disusun di rakit agar terhindar dari

serangan cendawan.Sucker yang telah dipotong daunnya hingga tinggi pelepah ±

40 cm dari banir disusun di rakit secara rapat dengan posisi rhizome tegak di bawah (Gambar 6). Ketinggian air dijaga hingga batas pelepah dan rhizome harus terendam dalam air. Pembibitan dilakukan selama 3-4 bulan. Bibit dapat ditanam di lapang setelah bibit tersebut memiliki 3-4 helai daun, tumbuh akar nafas, dan memiliki perakaran yang baik.

28

Persiapan Lahan

Pada saat magang berlangsung, fokus kegiatan perusahaan adalah pe-nyulaman untuk divisi I-IV. Persiapan lahan dilakukan terkait dengan dilakukan-nya penyulaman dan penanaman di areal perusahaan tersebut. Penyiapan lahan tersebut meliputi pemancangan ajir lubang tanam, pembuatan jalur tanam, pe-lorongan, dan pembuatan lubang tanam.

Pemancangan Ajir Lubang Tanam

Pemancangan ajir lubang tanam untuk penyulaman dilaksanakan bersama-an dengbersama-an sensus hidup-mati. Menurut Bintoro (2008) pbersama-ancbersama-ang ajir lubbersama-ang tbersama-anam berguna sebagai tanda titik yang ditanami bibit sesuai dengan jarak tanam yang digunakan. Pemberian ajir dilakukan dengan arah Utara-Selatan, sesuai dengan jalur tanaman/ lorong tanaman.

Dalam pemancangan dan sensus hidup-mati biasanya dilakukan oleh dua orang BHL dan seorang mandor. Buruh harian lepas bertugas untuk mencari ajir dan menancapkan ke daerah yang dijadikan lubang tanam (Gambar 7). Mandor bertugas sebagai pengawas kegiatan pengajiran sekaligus melakukan sensus hidup-mati. Ajir yang digunakan biasanya dari pelepah sagu dengan tinggi 2.5-3.0 m. Hal ini dilakukan agar saat dilakukan penanaman, sebagian dari pelepah sagu tersebut bisa digunakan untuk sampiang. Target yang harus dicapai dalam kegiatan pancang ajir yaitu 8 jalur tanam/regu/HK untuk areal kategori berat, sedangkan untuk areal kategori ringan target yang harus dicapai 16 jalur tanam/ regu/HK.

Pelorongan

Pelorongan dalam kegiatan penyulaman berupa pembuatan jalur tanaman dan pembuatan lorongan bersih. Pelorongan dilakukan untuk membuat jalur atau lorong tanaman dengan arah utara-selatan. Pelorongan dilakukan secara manual dengan menggunakan chainsaw dan parang. Biasanya kendala yang dijumpai

dalam kegiatan pelorongan yaitu sering dijumpai akar-akar, tunggul, dan kayu bekas logging yang merintangi lorong sehingga banyak lorong yang tidak lurus.

Pembuatan jalur tanam dilakukan jika banyak tanaman yang harus ditanam dalam satu blok tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengefisienkan waktu, tenaga, dan biaya. Jalur tanam biasanya mempunyai lebar 1.5-2.0 m dan panjangnya se-suai dengan panjang blok tersebut. Pembuatan jalur tanam dilakukan oleh tenaga borongan. Harga yang diberikan berkisar Rp. 200 000,00 - Rp. 300 000,00/Ha.

Pembuatan lorongan bersih bisanya dilakukan jika tanaman yang hidup lebih banyak daripada tanaman yang mati. Pelaksanaan pembuatan lorongan bersih hampir sama dengan pembuatan jalur tanam. Pembuatan lorongan bersih dilakukan secara manual oleh tenaga borongan (Gambar 8).

Gambar 8. Pelorongan Secara Manual oleh Tenaga Kerja Borongan

Pada borongan pembuatan lorongan bersih biasanya dilakukan juga pembuatan piringan pada pertanaman sagu. lebar penebasan piringan 1.0 m melingkar di sekeliling rumpun tanaman. Penebasan dilakukan hingga tinggi

30

gulma 5.0 cm di atas permukaan tanah. Sampah-sampah penebasan dan pelepah kering di sekeliling tanaman selanjutnya diletakkan di gawangan mati. Pengendalian gulma di piringan bermaksud untuk memudahkan proses pemupukan, sehingga pupuk yang diberikan ke tanaman dapat terserap sepenuhnya. Ongkos pembuatan lorongan bersih dan piringan berkisar Rp. 200 000,00 untuk areal dengan kategori ringan. Untuk areal dengan kondisi sedang, upah yang diberikan berkisar sebesar Rp. 300 000,00/ ha sedangkan jika kondisi-nya berat, upah yang diberikan berkisar Rp. 400 000,00/ha.

Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam digunakan untuk penanaman bibit sagu yang telah disemai. Pembuatan lubang tanam di perusahaan disesuaikan dengan ukuran bibit (Gambar 9). Lubang tanam dibuat pada pancang ajir lubang tanam dengan kedalaman tertentu hingga menyentuh permukaan air tanah. Pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan pada waktu yang tidak jauh berbeda dengan penyulaman bibit. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari penutupan lubang tanam kembali oleh tanah akibat hujan lebat.

Sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam harus dibersihkan dari kotoran atau daun-daun untuk mengurangi resiko terjangkitnya penyakit. Apabila permukaan air tanah sangat dalam, lubang tanam digali sampai kedalaman 60 cm. Setelah lubang tanam selesai dibuat maka bibit bisa segera ditanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan oleh tenaga borongan. Prestasi kerja tenaga borongan tersebut 150 lubang/HK.

Pengelolaan Air

Air merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman. Tanaman sagu merupakan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah banyak. Tingkat ke-dalaman air tanah sangat menentukan pertumbuhan tanaman sagu. Oleh karena itu, dalam budidaya sagu kedalaman air tanah harus dipertahankan dan muka air tanah harus dikendalikan.

Kanal merupakan salah satu prasarana yang sangat penting dalam menun-jang kegiatan kebun. Sistem kanal yang digunakan perusahaan terdiri atas kanal utama atau primer (main canal), kanal sekunder (collector canal) dan kanal

tersier. Kanal utama (main canal) adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 6 m

dan dalam 4 m yang berfungsi sebagai jalur transportasi utama (penghubung antar divisi). Kanal sekunder (collector canal) adalah kanal yang memiliki ukuran lebar

5 m dan dalam 3 m yang berfungsi sebagai kanal penghubung antara kanal cabang dan kanal utama. Kanal tersebut juga berfungsi sebagai jalur transportasi serta se-bagai isolasi jika terjadi kebakaran. Kanal tersier/ kanal cabang adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 3-4 m dan dalam 2-3 m yang berfungsi untuk aktivitas pengangkutan bibit dan pupuk serta untuk antisipasi kebakaran.

Salah satu kegiatan dalam pengelolaan air adalah pendalaman kanal. Pen-dalaman kanal dilakukan untuk menunjang fungsi kanal tersebut supaya tetap optimal. Pendalaman kanal dilakukan untuk memperbaiki kanal yang sudah mengalami pendangkalan. Kegiatan tersebut dilakuksan dengan menggunakan alat berat jenis Ekskavator tipe Short Arm EX 200 (Gambar 10). Pendalaman kanal di-lakukan dengan mengangkat gumpalan tanah pada dasar kanal dengan meng-gunakan alat pengeruk ekskavator. Pengangkatan harus dilakukan secara perlahan agar gumpalan tanah di dasar kanal tidak pecah dan dapat terangkat, karena jika gumpalan tanah tersebut pecah maka kanal tersebut akan cepat mengalami pen-dangkalan kembali karena yang terangkat hanyalah lumpur.

Alat berat yang digunakan merupakan alat berat yang disewa dari kontrak-tor. Setiap ekskavator dioperasikan oleh dua orang pekerja. Satu orang bekerja sebagai operator dan seorang lainnya sebagai pembantu operator (helper). Setiap

ekskavator bekerja 10 jam/hari. Sistem sewa yang diterapkan dihitung dengan satuan Buldozer Unit (BU) yang setara dengan waktu satu jam kerja alat dengan

32

biaya sewa Rp. 400 000,00 /BU. Prestasi kerja pencucian kanal setiap harinya sekitar 180 m/HK. Pengawasan dalam mengawasi jalannya alat tersebut sangat penting agar alat tersebut dapat mencapai target pada satu hari kerja. Pengawasan tersebut dilakukan oleh mandor tiap-tiap divisi.

Gambar 10. Pendalaman Kanal dengan Alat Berat Ekskavator TipeShort Arm EX 200 Selain pendalaman kanal, perusahaan harus melakukan pengamatan ter-hadap tinggi muka air kanal. Ketinggian muka air kanal diukur dengan melihat jarak antara muka tanah dan muka air di saluran. Keadaan muka air dari permukaan tanah untuk tanaman sagu perlu diamati dan diukur secara rutin untuk mengetahui status keberadaan air pada areal pertanaman sagu. Salah satu cara untuk melakukan monitoring ketinggian air yaitu dengan menggunakan alatwater level (Gambar 11).

Untuk mengetahui ketinggian air kanal, perusahaan menggunakan alat

water level. Ketinggian air tersebut diukur dari permukaan tanah. Skala 0 cm

sejajar dengan permukaan tanah dengan bagian ukuran negatif di bagian bawah dan ukuran positif di bagian atas. Dari alat tersebut diperoleh data mengenai ketinggian muka air kanal yang kemudian dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penanaman atau penyulaman.

Gambar 11.Water Level yang Diletakkan Pada Kanal Utama Divisi I

Sensus Tanaman

Sensus tanaman merupakan kegiatan inventarisasi kebun sebagai acuan untuk melaksanakan beberapa kegiatan lainnya. Sensus tanaman terdiri atas sensus hidup-mati, sensus produksi, dan sensus anakan. Sensus hidup-mati tanam-an yaitu sensus ytanam-ang dilakuktanam-an untuk melihat persentase ttanam-anamtanam-an ytanam-ang hidup dtanam-an mati dalam blok tersebut, dengan tujuan untuk pelaksanaan penyulaman. Sensus hidup mati yang dilakukan perusahaan adalah sensus 100% karena perusahaan akan melakukan penyulaman terhadap semua blok yang ada di perusahaan ter-sebut.

Kegiatan sensus produksi dilaksanakan oleh masing-masing divisi. Peubah yang diamati dalam kegiatan sensus produksi adalah tinggi batang tanaman yaitu jumlah tanaman dengan kriteria tinggi sebagai berikut: 0.00-2.61 m, 2.61-3.48 m, 3.48-4.35 m, 4.35-5.22 m, 5.22-6.09 m, dan > 6.09 m, nyorong, dan berbunga. Selain itu, dalam sensus produksi juga dihitung jumlah dari anakan dengan berat 3-5 kg, 5-10 kg, dan > 10 kg (Lampiran 4). Berdasarkan peubah tersebut didapat-kan data tanaman yang dapat dipanen.

Sensus produksi yang dilakukan perusahaan adalah sensus 50%. Peng-ambilan contoh sensus produksi dilakukan secara acak dan teratur pada setiap

34

blok. Untuk Blok genap, sensus dimulai dari jalur tanaman ke-1 dan ke-2, sementara itu untuk Blok ganjil sensus dimulai dari jalur tanaman ke-3 dan ke-4. Pengambilan contoh diharapkan dapat mewakili tanaman secara keseluruhan.

Sensus produksi dilakukan perusahaan untuk memperkirakan jumlah tanaman yang dapat dipanen pada tahun sekarang ini dan tahun-tahun berikutnya. Sensus produksi dilakukan perusahaan terkait dengan akan didirikannya pabrik pengolahan sagu. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengetahui jumlah bahan baku yang berasal dari kebun sendiri sebagai acuan dalam menentukan kapasitas pabrik.

Sensus produksi yang dilakukan pada Divisi I di Blok I29, H28, K28, dan L28, didapatkan hasil bahwa pohon sagu yang dapat dipanen pada tahun 2010 se-banyak 1216 pohon. Sementara itu, sese-banyak 1432 batang pohon sagu dapat di-panen pada tahun 2011 dan sebanyak 1866 batang sagu dapat didi-panen pada tahun 2012 pada ke empat blok tersebut (Tabel 1).

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sensus Produksi Divisi I Blok I29, H28, K28, dan L28 Blok DIVISI I Ank 0 -2.61 2.61 - 3.48 3.48 - 4.35 4.35 - 5.22 5.22 - 6.09 > 6.09 NY BB S/A <5 kg 5.-10 >10kg I29 2945 1318 1593 462 269 266 167 130 127 39 44 20 H28 2027 1854 3971 450 355 383 363 264 323 272 164 123 K28 3410 1873 2484 851 562 577 467 249 207 175 99 15 L28 2324 1455 1659 530 398 513 434 290 59 122 98 9 Jumlah 10706 6500 9707 2293 1584 1739 1431 933 716 608 405 167

Pelaksanaan sensus produksi dilakukan di setiap lorong untuk satu blok tanaman. Pada lorong yang sudah dilakukan pengendalian gulma, sensus cukup dilakukan oleh satu orang untuk mengamati dua jalur tanaman pada lorong ter-sebut, sedangkan pada lorong yang belum dilakukan pengendalian gulma sensus dilakukan oleh dua orang yang bertugas sebagai penebas dan pengamat. Kecepat-an penyensus untuk menyensus satu lorong dipengaruhi oleh jumlah tKecepat-anamKecepat-an dKecepat-an kondisi lorong. Lorong yang jumlah tanamannya lebih banyak membutuhkan waktu sensus lebih lama daripada lorong yang jumlah tanamannya sedikit. Pada lorong yang sudah dilakukan pengendalian gulma dan bebas dari tunggul serta

pelepah kering, waktu yang dibutuhkan lebih cepat dari lorong yang belum di-lakukan pengendalian gulma dan banyak tunggul serta pelepah kering. Prestasi kerja karyawan untuk jalur yang sudah di lakukan pengendalian gulma adalah 16 jalur tanaman/ HK, sedangkan prestasi mahasiswa 12 jalur tanaman/ HK. Apabila jalur tersebut belum dilakukan pengendalian gulma prestasi karyawan 10 jalur tanaman/ HK, sedangkan prestasi mahasiswa 8 jalur tanaman / HK.

Selain sensus hidup-mati tanaman dan sensus produksi, dalam kegiatan perusahaan juga terdapat sensus anakan. Sensus anakan dilakukan sebelum ke-giatan penjarangan tanaman dengan memberi tanda X pada anakan yang akan di-jadikan bibit dengan warna putih dan anakan yang akan ditinggalkan sebagai calon tanaman induk dengan warna kuning sesuai dengan kriteria yang telah di-tentukan, sedangkan untuk anakan yang akan dibuang tidak diberi tanda. Pada saat magang kegiatan sensus anakan tidak dilakukan oleh PT. National Sagu Prima. Perusahaan hanya mencatat jumlah anakan yang terdapat di kebun mereka. Pe-laksanaannya bersamaan dengan dilakukannya sensus produksi.

Penyulaman

Kegiatan penyulaman di PT National Sago Prima dilakukan oleh PT Prima Kelola. Penyulaman adalah kegiatan menanam kembali tanaman sagu yang mati karena terserang hama dan penyakit atau tidak bisa beradaptasi dengan lingkung-an baru. Kegiatlingkung-an tersebut dilakuklingkung-an setelah dilakslingkung-anaklingkung-an sensus hidup mati tanaman, dari hasil sensus tersebut dapat terlihat jumlah bibit yang dibutuhkan untuk untuk kegiatan penyulaman.

Sebelum pelaksanaan kegiatan tersebut, asisten dan mandor PT Prima Kelola mempersiapkan bibit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan blok yang akan disulam. Asisten dan mandor PT Prima Kelola dibantu oleh mandor dari PT National Sago Prima menyeleksi bibit yang digunakan untuk penyulaman. Sebelumnya asisten PT Prima Kelola telah membuat peta pohon untuk areal yang akan ditanami sehingga dapat diketahui dengan pasti posisi tanaman yang akan di-sulam. Kemudian bibit didistribusikan dengan menggunakan pompong melalui kanal. Proses pengangkutan bibit dari rakit persemaian ke lapangan harus di-lakukan dengan hati-hati agar tidak merusak bibit.

36

Pelaksanaan penyulaman dilakukan setelah lubang tanaman selesai di-kerjakan. Pembuatan lubang tanam dilakukan oleh tenaga borongan. Penyulaman biasanya dilakukan oleh dua orang pekerja pada setiap lorong tanaman (dua jalur tanaman). Orang pertama bertugas untuk membawa bibit dengan ambung bambu yang dibawa di punggungnya sesuai dengan jumlah tanaman yang disulam, lalu bibit tersebut diletakkan di dekat lubang tanam. Orang kedua bertugas untuk membawa pupuk, mencampur pupuk dengan media, dan menanam bibit. Sebelum bibit ditanam, tiap lubang tanam diberikan 0.5 kg pupuk Rock Phosphate sebagai pupuk dasar. Bibit ditanam dengan posisi banir menempel pada lubang tanam dan tegak. Agar posisi bibit tidak berubah maka bibit tersebut diberi dua pancang (sampiang) yang disilangkan sebagai penyangga bibit. Bibit sagu ditimbun media sampai bonggol bibit tertimbun (Gambar 12). Kegiatan penyulaman sebaiknya di-lakukan pada musim hujan untuk mengurangi transpirasi dan permukaan air tanah ideal untuk penanaman.

Gambar 12. Penanaman Bibit Sagu

Tenaga kerja borongan dapat melakukan penyulaman sebanyak 124 ta-naman/HK (Tabel 2). Upah yang diberikan sebesar Rp 1 500,00 untuk pembuatan satu lubang tanam beserta penyulamannya. Prestasi kerja dalam penyulaman sebut dipengaruhi oleh jumlah bibit yang harus ditanam dalam satu lorong ter-sebut serta letak lubang tanam yang harus disisip satu dengan yang lainnya.

Titik tumbuh

Banir Sampiang Ajir lubang tanam

Lubang tanam Pupuk RP + media tanam

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil PenyulamanSucker pada Blok I28 Divisi I

Selama Tiga Hari

Tanggal Tanam No Jalur Tanaman Bibit ditanam 31 Juli 2010 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18, 19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31, 32,33 437 1 Agustus 2010 66,67,68,69,70,71,72,73,74,75,76,77,78, 79,80,81,82,83,84,85 364 2 Agustus 2010 50,51,52,53,54,55,56,57,58,59,60,61,62, 63,64,65,86,87,88,89,90,91,92,93,94,95, 96,97,98,99,102,103,104,105,106,107,108, 109,110,111,112,113,114 692 Jumlah 1493 Rata-rata (4 HOK) 497

Pengawasan pelaksanaan penyulaman dilakukan oleh asisten dan mandor PT Prima Kelola. Jika tenaga kerja yang digunakan melalui kontraktor borongan, maka pengawasan harus dilakukan lebih ketat karena pekerja tersebut melaksana-kan tugas untuk mengejar kuantitas bumelaksana-kan kualitas.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dalam perkebunan sagu harus dilakukan secara ber-kesinambungan agar tanaman sagu mempunyai produktivitas yang tinggi. Pe-meliharaan yang kurang itensif akan menyebabkan produksinya tidak optimum. Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan di PT National Sago Prima terdiri atas pemangkasan dan penjarangan anakan (thinning out), pengendalian gulma, serta

pengendalian hama dan penyakit.

Pemangkasan (Pruning) dan Penjarangan Anakan

Pemangkasan (pruning) adalah pembersihan secara selektif atas tanaman

seperti cabang dan tunas atau bagian tanaman yang sudah mati. Pemangkasan ber-fungsi untuk menjaga kesehatan dan vigor pertumbuhan bagi tanaman baru, mem-bentuk tanaman, memelihara ukuran tanaman, dan mengoptimalkan hasil meta-bolisme bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Bintoro, 2008).

Kegiatan pemangkasan yang biasa dilakukan di kebun yaitu kegiatan pe-motongan pelepah yang sudah tua. Kegiatan tersebut dilakukan karena pelepah

38

tersebut menyebabkan kondisi kebun menjadi berantakan sehingga susah untuk dilakukan pemeliharaan lanjutan. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan oleh Buruh Harian Lepas.

Penjarangan anakan adalah kegiatan pembuangan anakan yang tidak di-perlukan. Penjarangan anakan sagu berfungsi untuk mengurangi persaingan per-tumbuhan antar anakan sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya dan mem-permudah dalam pengaturan panen. Jong (2007) menambahkan penjarangan anak-an berfungsi untuk mendukung pertumbuhanak-an induk tanak-anamanak-an.

Pelaksanaan penjarangan anakan di PT Nasional Sago Prima dilakukan

Dalam dokumen DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, KAB (Halaman 36-52)

Dokumen terkait