• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, KAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, KAB"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.)

DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, KAB. KEPULAUAN

MERANTI, RIAU, DENGAN STUDI KASUS PENGARUH

TEKNIK PERSEMAIAN DAN JENIS TANAMAN INDUK

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU

Oleh :

MUHAMMAD ANGGORO WIBISONO A24062297

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

PENGELOLAAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.)

DI PT. NATIONAL SAGO PRIMA, KAB. KEPULAUAN

MERANTI, RIAU, DENGAN STUDI KASUS PENGARUH

TEKNIK PERSEMAIAN DAN JENIS TANAMAN INDUK

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

MUHAMMAD ANGGORO WIBISONO

A24062297

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(3)

iii

RINGKASAN

MUHAMMAD ANGGORO WIBISONO. Pengelolaan Sagu

(Metroxylon sagu rottb.) di P.T. National Sago Prima, Selat Panjang, Riau, dengan Studi Kasus Pengaruh Teknik Persemaian dan Jenis Tanaman Induk Terhadap Pertumbuhan Bibit Sagu. (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. M. H. BINTORO DJOEFRIE, M. Agr.)

Kegiatan magang bertujuan untuk mempelajari teknik budidaya sagu dan meningkatkan pengetahuan serta wawasan mengenai pengelolaan perkebunan se-cara teknis maupun manajerial. Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Feb-ruari hingga bulan Agustus 2010 di Perkebunan sagu PT. National Sago Prima, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Aspek khusus yang diamati dalam magang ini adalah pengaruh teknik persemaian dan jenis tanaman induk terhadap pertumbuhan bibit sagu.

Metode yang digunakan dalam kegiatan magang yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan melaksanakan kegiatan teknis di lapang yaitu pelorongan, pengendalian gulma secara teknis maupun kimia, sensus tanaman, penjarangan anakan (thinning out), kegiatan pembibitan yang meliputi kegiatan pembuatan rakit, pencarian bibit, persemaian, dan pe-nyulaman. Selain itu, dilakukan percobaan pengaruh teknik persemaian kanal, kolam, polibag, dan jenis tanaman induk berduri, tanaman induk tidak berduri ter-hadap pertumbuhan vegetatif bibit tersebut. Metode tidak langsung dilakukan me-lalui wawancara dan diskusi dengan staf serta studi pustaka untuk mendapatkan informasi yang mendukung. Data primer yang diperoleh dari percobaan persemai-an dipersemai-analisis dengpersemai-an uji DMRT pada taraf 5%.

PT. National Sago Prima menerapkan teknik persemaian bibit secara ter-apung pada kanal (saluran air berukuran lebar 3 m dengan kedalaman 2 m). Bibit disemai di kanal dengan menggunakan rakit berukuran panjang 3 m dan lebar 1 m, terbuat dari pelepah sagu yang sudah kering. Kriteria bibit sehat dan layak untuk disemai adalah bibit masih segar dengan pelepah masih hijau, bibit sudah tua yang dicirikan dengan bonggol sudah keras, pelepah dan pucuk masih hidup, tidak terserang hama dan penyakit, serta rata-rata bobot bibit 2-4 kg.

(4)

Pertumbuhan bibit sagu di persemaian dipengaruhi oleh perlakuan sebe-lum persemaian, lama penyimpanan bibit, teknik persemaian yang digunakan dan jenis tanaman induk. Terdapat berbagai teknik persemaian yaitu persemaian rakit, kolam dan polibag. Bobot bibit yang digunakan umumnya 2-4 kg. Berdasarkan hasil percobaan dengan parameter pertumbuhan panjang petiol, jumlah daun, jumlah anak daun, dan persentasi kematian, bibit dengan perlakuan teknik per-semaian rakit dari tanaman induk yang tidak berduri menghasilkan pertumbuhan yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

(5)

v

Judul :

PENGELOLAAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.)

DI PT.NATIONAL SAGO PRIMA, KAB.

KEPULAUAN MERANTI, RIAU, DENGAN STUDI

KASUS PENGARUH TEKNIK PERSEMAIAN DAN

JENIS TANAMAN INDUK TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT SAGU

Nama : MUHAMMAD ANGGORO WIBISONO

NRP : A24062297

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M. Agr. NIP. 19480108 197403 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batang, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 29 Desember 1987. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Teguh Budiarto dan Ibu Sukeningsih.

Penulis lulus dari SD Negeri Kauman 3 pada tahun 2000, kemudian me-lanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu SLTP Negeri 3 Batang dan lulus pada tahun 2003. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pe-kalongan pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Selanjutnya pada tahun 2007 penulis diterima sebagai salah satu maha-siswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kampus dan diberbagai organisasi mahasiswa. Tahun 2007-2008 penulis menjadi peng-urus organisasi mahasiswa daerah IMAPEKA (Ikatan Mahasiswa Pekalongan dan sekitarnya). Dari tahun 2007-2009 penulis menjadi pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna (UKF).

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga magang yang berjudul Pengelolaan Sagu (Metroxylon sagu rottb.) Di P.T.National Sago Prima, Selat Panjang, Riau, dengan Studi Kasus Pengaruh Teknik Persemaian dan Jenis Tanaman Induk Terhadap Pertumbuhan Bibit Sagu dapat diselesaikan. Kegiatan magang tersebut merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro Djoefrie, M.Agr. selaku pembimbing skrip-si yang telah bersedia memberikan bimbingan dan saran untuk pelaksana-an magpelaksana-ang dpelaksana-an pembuatpelaksana-an laporpelaksana-an akhir ini.

2. Bapak, Ibu, Sari, Asti, dan keluarga besar atas dukungan, doa, dan se-mangat yang diberikan.

3. Dr. Ir. Sugiyanta, MS. selaku pembimbing akademik yang telah mem-bimbing penulis selama menjalani studi.

4. Agung, dan Iksani atas kerja sama dan bantuannya selama kegiatan ma-gang berlangsung hingga penulisan laporan.

5. Pak Erwin, Pak Habib, Pak Nasrudin, Pak Pandu, Pak Budi, Pak Kornelis, Pak Igun, Bang Asrori, Bang Wiyadi dan seluruh keluarga besar PT. National Sago Prima atas bantuan dan kerjasamanya selama kegiatan ma-gang berjalan.

6. Pak Susilo, Pak Gia, Ibu Ruri, selaku tim Riset and Develpment PT. Sampoerna atas bantuan dan kerjasamanya selama kegiatan penelitian dan magang sehingga dapat berjalan dengan baik.

7. Ibu Sulis, Pak Harsono, Pak Eko, Pak Budi, Pak Husen, Pak Adit dan seluruh keluarga besar PT. Prima Kelola atas bantuan sarana dan prasarana sehingga kegiatan magang dan penelitian berjalan dengan baik.

8. Teman-teman “Sukijo Group” Mas Malik, Mas Shohib, Mas Bowo, Iyud, Kukuh, Mono, dan Ahmad atas dukungan moral dan kebersamaannya.

(8)

9. Semua teman AGH 43 atas semangatnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya.

Bogor, Februari 2011

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Botani Tanaman Sagu ... 4

Metroxylon rumphii Martius ... 4

Metroxylon sagu Rottbol... 4

Syarat Tumbuh Sagu ... 5

Budidaya Sagu ... 6

Pembibitan ... 6

Penanaman di Lapang ... 7

Pemeliharaan ... 7

Pemupukan... 7

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 8

Pemangkasan (Pruning) dan Penjarangan Anakan Sagu (Thinning out) ... 8

METODOLOGI ... 10

Waktu dan Tempat ... 10

Metode Magang ... 10

Analisis Data dan Informasi ... 14

KONDISI UMUM KEBUN... 15

Sejarah Kebun... 15

Letak Geografis dan Administratif ... 15

Keadaan Tanah... 16

Topografi dan Iklim ... 17

Latar Belakang Pengusahaan Sagu ... 17

Areal Konsesi Dan Pertanaman ... 18

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 19

Pengorganisasian Kebun... 19

Deskripsi Kerja Karyawan ... 20

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 25

Aspek Teknis ... 25

Pembibitan ... 25

Penyeleksian Bibit ... 25

Persemaian ... 27

Persiapan Lahan ... 28

Pemancangan Ajir Lubang Tanam ... 28

(10)

Pembuatan Lubang Tanam... 30

Pengelolaan Air... 31

Penyulaman... 35

Pemeliharaan... 37

Pemangkasan (Pruning) dan Penjarangan Anakan ... 37

Pengendalian Gulma ... 39

PEMBAHASAN... 41

Pengelolaan Budidaya Tanaman Sagu ... 41

Pengaruh Sistem Persemaian Dan Jenis Tanaman Induk Terhadap Pertumbuhan Bibit Sagu... 44

Pertumbuhan Vegetatif Bibit Sagu (Metroxylon spp.)... 44

Panjang Petiol Daun ... 44

Jumlah Daun dan Anak Daun Bibit Sagu ... 47

Tingkat Persentase Kematian ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

Kesimpulan ... 51

Saran... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Sensus Produksi Divisi I Blok I29, H28, K28, ... 34 2. Rekapitulasi Hasil PenyulamanSucker pada Blok I28 Divisi I Selama Tiga

Hari ... 37 3. Pengaruh Teknik Persemaian Terhadap Pertumbuhan Petiol Daun 1 dan 2

Bibit Sagu Selama Masa Persemaian... 45 4. Pengaruh Teknik Persemaian Terhadap Jumlah Daun Pada Bibit Sagu

Selama Masa Persemaian ... 47 5. Pengaruh Teknik Persemaian Terhadap Persentase Kematian Bibit Selama

Masa Persemaian ... 49 6. Pengaruh Jenis Tanaman Terhadap Persentase Kematian Bibit Selama Masa

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Rakit Tempat Pesemaian... 12

2. Teknik Persemaian Rakit ... 13

3. Teknik Persemaian Kolam ... 13

4. Teknik Persemaian Polibag Biasa... 13

5. Sucker Berbentuk “L” (Diterima Perusahaan) dan Sucker tidak berbentuk “L” ... 26

6. PenyusunanSucker Terseleksi di Rakit ... 27

7. Pemancangan Ajir Lubang Tanam pada Blok K28 Divisi I... 28

8. Pelorongan Secara Manual oleh Tenaga Kerja Borongan ... 29

9. Lubang Tanam Yang Disesuaikan Ukuran Bibit... 30

10. Pendalaman Kanal dengan Alat Berat Ekskavator TipeShort Arm EX 200... 32

11.Water Level yang Diletakkan Pada Kanal Utama Divisi I... 33

12. Penanaman Bibit Sagu ... 36

13. Pengendalian Gulma Secara Kimia Pada Perkebunan Sagu ... 40

14. Pertumbuhan Panjang Petiol Ke-2 ... 46

15. Pertumbuhan Jumlah Anak Daun Pertama... 48

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lokasi Magang ... 56

2. Peta Lokasi Kebun PT. National Sago Prima... 57

3. Struktur Organisasi Kebun ... 58

4. Form Sensus Produksi... 59

5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Teknik Persemaian Terhadap Pertumbuhan Petiol Bibit Sagu Selama Masa Persemaian ... 61

6. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Jenis Tanaman Induk Terhadap Pertumbuhan Petiol Bibit Sagu Selama Masa Persemaian ... 62

7. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Teknik Persemaian Terhadap Jumlah Daun Pada Bibit Sagu Selama Masa Persemaian... 63

8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Jenis Tanaman Induk Terhadap Jumlah Daun Pada Bibit Sagu Selama Masa Persemaian... 63

9. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Teknik Persemaian Terhadap Jumlah Anak Daun Bibit Sagu Selama Masa Persemaian... 64

10. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Jenis Tanaman Induk Terhadap Jumlah Anak Daun Bibit Sagu Selama Masa Persemaian... 65

11. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Teknik Persemaian Terhadap Persentase Kematian Bibit Selama Masa Persemaian ... 66

12. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Jenis Tanaman Induk Terhadap Persentase Kematian Bibit Selama Masa Persemaian ... 66

13. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2008 (BMKG) ... 67

14. Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Udara di Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun 2008 (BMKG) ... 67

(14)

Latar Belakang

Saat ini, masyarakat Indonesia masih menggunakan beras sebagai bahan pangan utama. Produksi beras di Indonesia dengan rata-rata produksi 6 ton/ha tidak akan dapat memenuhi permintaan pangan penduduk Indonesia pada be-berapa tahun ke depan. Hal tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan tanaman lain sebagai bahan pangan alternatif bagi masyarakat Indonesia.

Tanaman sagu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pa-ngan alternatif dan bahan baku industri baik industri papa-ngan maupun nonpapa-ngan. Sagu merupakan tanaman penghasil karbohidrat tertinggi per satuan luasnya. Dalam satu batang sagu terdapat 200-400 kg pati kering. Selain itu, sagu mampu menghasilkan pati kering hingga 25 ton/ha. Kadar pati kering dalam sagu diatas kadar pati beras yang hanya 6 ton per ha. Djoefrie (1999) menyatakan bahwa pati sagu dapat digunakan sebagaimana tepung beras, jagung, gandum, tapioka, dan kentang sebagai bahan baku industri pangan. Sagu digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan seperti kue kukus, kue bolu, kue lapis, papeda, dan cendol. Sagu juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti, biskuit, mie, sohun, bihun, dan kerupuk. Sebagai bahan baku industri nonpangan, pati sagu dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik organik yang dapat terurai dan bahan perekat dalam industri kayu lapis. Selain itu, sagu dapat dimanfaatkan sebagai bahan energi dengan mengolah pati sagu menjadi etanol (Baker, 1980

dalam Haryanto dan Pangloli, 1992).

Sebenarnya sampai saat ini luas areal sagu di Indonesia belum diketahui secara pasti. Berdasarkan perkiraan Haryanto dan Pangloli (1992) luas areal sagu di Indonesia sekitar 716 000 ha. Sementara itu, menurut Flach (1997) areal sagu di Indonesia merupakan areal sagu terbesar di dunia, yaitu sekitar 1.2 juta ha atau 51.3 % dari 2.201 juta ha areal sagu dunia.

Tanaman sagu sangat menguntungkan secara ekologis karena tanaman sagu dapat tumbuh dengan baik pada lahan-lahan marjinal seperti lahan tergenang dan lahan gambut. Sagu dapat tumbuh pada tanah yang bersifat asam dan sangat

(15)

2

toleran terhadap pH 3.5-6.5. Menurut Flachet al (1986) tanaman sagu tahan ter-hadap salinitas sampai 10 ms/cm. Sagu juga dapat tumbuh di tanah bergambut. Tampubolon dan Hamzah (1987) menambahkan bahwa top soil tempat tumbuh sagu merupakan lapisan gambut yang berwarna coklat sampai coklat ke hitam-hitaman dengan kedalaman 80 – 110 cm dengan pH 3.5 serta selama musim peng-hujan tidak tergenang tetapi air tanah dangkal.

Teknik budidaya yang baik sangat diperlukan dalam perkebunan sagu. Teknik budidaya pada perkebunan sagu meliputi persiapan tanam dan pemelihara-an tpemelihara-anampemelihara-an. Persiappemelihara-an tpemelihara-anam meliputi pembukapemelihara-an lahpemelihara-an dpemelihara-an persiappemelihara-an bahpemelihara-an tanaman. Pemeliharaan pada perkebunan sagu meliputi pembuatan kanal, pem-berantasan gulma, pemupukan, pemangkasan, pempem-berantasan hama dan penyakit, serta penjarangan anakan. Salah satu kegiatan yang harus diperhatikan untuk men-dapatkan tanaman sagu yang baik adalah persemaian.

Kegiatan persiapan bahan tanaman meliputi kegiatan persiapan bibit dan persemaian. Bahan tanaman dapat diperoleh melalui perbanyakan generatif mau-pun vegetatif. Pada umumnya bahan tanaman sagu diperoleh secara vegetatif me-lalui anakan, hal ini dikarenakan bahan tanaman vegetatif mudah diperbanyak dan bibit yang diperoleh dari anakan lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan bibit dari proses generatif. Penyeleksian bibit bertujuan untuk memperoleh bibit yang sehat dan mempunyai daya tumbuh yang tinggi. Dari bibit hasil seleksi tersebut dilakukan kegiatan persemaian yang bertujuan untuk menyeleksi ulang bibit yang akan ditanam. Bibit hasil persemaian harus mempunyai daya tahan hidup yang baik sehingga tidak mudah mati saat dipindahkan ke lapang. Menurut Watanabe (1986) tanaman sagu dapat berkembang biak alami secara vegetatif dengan mem-bentuk tunas-tunas yang nantinya akan menjadi tanaman sagu yang lainnya. Hal ini mengakibatkan panen sagu dapat berkelanjutan tanpa melakukan penanaman ulang.

Di Indonesia teknik persemaian yang masih banyak digunakan adalah teknik persemaian dengan menggunakan rakit. Teknik persemaian rakit mem-punyai kemampuan hidup yang tinggi yaitu sekitar 90% saat di persemaian tetapi lebih dari 40% bibit mati pada saat dipindahtanamkan. Oleh karena itu, perlu di-gunakan teknik persemaian lain yang lebih efisien. Menurut Rostiwati (1991) sifat

(16)

tanaman sagu yang sulit berkembang biak dengan cepat serta daur hidupnya yang panjang, diperlukan tindakan pengadaan bahan tanam yang efisien untuk men-dapatkan kualitas dan kuantitas batang sagu yang diharapkan. Salah satu teknik persemaian yang mungkin dilakukan yaitu teknik persemaian dengan polibag. Selain itu juga mungkin dilakukan teknik persemaian kolam dengan meng-gunakan polibag sebagai modifikasi dari teknik kolam lumpur yang ada pada Departemen Pertanian Malaysia khususnya di Serawak. Persemaian anakan sagu yang dilakukan Lembaga Pembangunan dan Lindungan Tanah (Pelita) Serawak, Malaysia menggunakan teknik kolam yang berlumpur. Persemaian dilakukan kurang lebih 3-5 bulan. Sucker yang dapat dipindahkan ke lahan merupakan

sucker yang telah memiliki 3-5 daun yang terbuka sempurna (Flach et al., 1992).

Tujuan Tujuan umum pelaksanaan magang ini adalah :

1. memperoleh keterampilan kerja, pengalaman, wawasan, dan penge-tahuan dalam pengelolaan perkebunan khususnya perkebunan sagu. 2. menambah kemampuan manajerial khususnya dalam pengelolaan

se-buah perkebunan.

3. sebagai studi perbandingan antara pengetahuan yang diperoleh pada saat kuliah dengan keadaan sebenarnya di lapang.

Tujuan khusus pelaksanan magang ini adalah :

1. untuk memperoleh informasi teknik budidaya tanaman sagu (

Metro-xylon spp.) khususnya aspek pembibitan.

2. untuk mempelajari pengaruh teknik persemaian bibit sagu dan jenis tanaman induk sagu, serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan vegetatif bibit sagu di persemaian.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Sagu

Lima marga palma yang kandungan patinya banyak dimanfaatkan, yaitu

Metroxylon spp, Arenga sp, Coripha sp, Euqeissona sp, dan Cariota sp (Ruddle et al., 1976). Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) termasuk tanaman monokotil dari

famili Palmae, genusMetroxylon dan ordo Spadiciflorae merupakan jenis tanam-an ytanam-ang menyimptanam-an pati pada bagitanam-an battanam-angnya (Harytanam-anto dtanam-an Ptanam-angloli, 1992). Tanaman sagu secara botani digolongkan menjadi dua, yaitu tanaman sagu yang berbunga dan berbuah satu kali (Hapaxanthic) dan tanaman sagu yang berbunga dan berbuah dua kali atau lebih (Pleonanthic). Golongan yang pertama sangat penting nilai ekonominya karena kandungan patinya tinggi (Haryanto dan Pangloli, 1992). Jenis sagu yang termasuk dalam golongan tersebut adalah M.

rumphii Mart., M. sagu Rottb., M. silvester Mart., M. longispinum Mart., dan M. micracantum Mart. Pada perkebunan sagu PT Nasional Sago Prima, tanaman

yang ada diduga berasal dari jenis M. rumphii Mart. dan M. sagu Rottb. Metroxylon rumphii Martius

Jenis sagu Metroxylon rumphii Martius biasa disebut dengan sagu tuni. Menurut Haryanto dan Pangloli (1992) di Pulau Seram dan Ambon, sagu tersebut dikenal dengan nama Lapia Tuni yang berarti sagu murni. Menurut penduduk se-tempat jenis sagu tuni adalah yang asli. Menurut Bintoro (2008) sagu tuni me-miliki ciri-ciri sebagai berikut: tinggi batangnya 10-18 m, daunnya berwarna hijau tua, panjang pelepah daunnya 5-9 m, memiliki duri dengan panjang 1-4 cm, warna patinya putih, dan setiap pohon dapat menghasilkan sekitar 500 kg pati basah. Sagu tuni merupakan jenis sagu yang paling besar ukuran batangnya dibanding-kan dengan jenis yang lainnya.

Metroxylon sagu Rottbol

Jenis sagu Metroxylon sagu Rottbol terdapat di seluruh Indonesia. Masyarakat Maluku Tengah menyebut jenis sagu tersebut dengan sebutan Lapia

(18)

Di Ternate, sagu ini dikenal dengan nama hanai putih, sedangkan di Sulawesi Tenggara dikenal dengan namasago roe.

Sagu molat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: tinggi batangnya sekitar 10-14 m, tidak memiliki duri pada kulit batangnya, bunganya bunga majemuk yang berwarna sawo matang kemerah-merahan, dan setiap pohon menghasilkan pati basah sekitar 800 kg atau 200 kg pati kering (Haryanto dan Pangloli, 1992).

Syarat Tumbuh Sagu

Sagu merupakan palma penting penghasil tepung dan pati yang secara alami tanaman sagu tersebar dari Melanesia di Pasifik Selatan di sebelah Timur sampai ke India di sebelah Barat (90º-180º BT) dan dari Mindanau di sebelah Utara sampai di Pulau Jawa di sebelah Selatan (10º LU- 10ºLS) (Johnson dalam Djoefrie, 1999).

Sagu umumnya tumbuh baik di daerah 10o LS- 15o LU dan 90º-180º BT pada ketinggian 0-700 m dpl. Pertumbuhan optimum sagu terjadi pada ketinggian 400 m dpl ke bawah (Manan dan Supangkat, 1984). Hutan sagu ditemukan di lahan-lahan di sepanjang dataran rendah tepi pantai hingga ketinggian 1000 m di atas permukaan laut (m dpl), di sepanjang tepi sungai, dan di sekitar danau atau rawa (Djoefrie, 1999). Jika ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl maka pertumbuhannya akan terhambat dan produksinya rendah (Bintoro et al., 2010). Derajat kemasaman (pH) yang dikehendaki oleh tanaman sagu berkisar antara 3.7-6.5.

Kisaran keadaan hidrologi tempat tumbuh tanaman sagu sangat luas, jika hanya dilihat dari kemungkinan hidup, tanaman sagu dapat hidup pada daerah yang tergenang sampai yang tidak tergenang asalkan kelembaban tanah cukup tinggi. Pertumbuhan sagu pada daerah tergenang tetap pada tahap semai masih baik, akan tetapi pada tahap pembentukan batang laju pertumbuhannya sangat lambat (Djoefrie, 1999).

Tanaman sagu menghendaki tanah berlumpur dan kaya dengan mineral dan bahan organik. Sagu juga dapat hidup pada tanah berpasir asalkan mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi. Sagu dapat tumbuh dengan baik pada tanah vulkanik, latosol, andosol, podzolik merah kuning, grumosol, alluvial, dan

(19)

hidro-6

morfik. Secara alami tanaman sagu merupakan vegetasi yang mendominasi lahan berawa (Djoefrie, 1999).

Suhu udara terendah bagi pertumbuhan tanaman sagu yaitu 15o C dan pertumbuhan terbaik terjadi pada suhu 25o C dengan kelembaban udara sekitar 90% dan intensitas penyinaran matahari sekurang-kurangnya 900 joule/cm2/hari (Bintoroet al., 2010)

Budidaya Sagu Pembibitan

Bibit yang diambil sebagai bahan tanaman adalah bibit yang telah matang atau tua. Bibit sagu umumnya dapat ditemukan pada kebun yang sudah dipanen 3-4 kali terhadap pohon induknya. Bibit yang baik dengan berat 2-5 kg, sedangkan bentuk yang baik dengan bonggol bentuk ”L”.

Bibit yang digunakan dapat berasal dari biji (generatif) dan bibit yang ber-asal dari tunas atau anakan sagu (vegetatif). Perbanyakan tanaman secara generatif belum optimal keberhasilannya, terutama dalam perkecambahan biji (Flachdalam Haryanto dan Pangloli, 1992). Bahan tanam (sucker) yang digunakan untuk pem-biakan secara vegetatif harus berasal dari tunas atau anakan sagu dari induk yang mempunyai produksi pati yang tinggi.

Teknik pembibitan yang dilaksanakan pada bibit sagu adalah pesemaian rakit. Pesemaian rakit dilaksanakan pada parit dengan air mengalir. Rakit bisa terbuat dari bambu atau pelepah tua tanaman dewasa. Keuntungan menggunakan teknik persemaian rakit adalah kemampuan tumbuh bibit tinggi serta pemelihara-an tpemelihara-anampemelihara-an spemelihara-angat sedikit. Dalam satu rakit berukurpemelihara-an 3 x 1 meter dapat disemai-kan 60 – 100 anadisemai-kan sagu tergantung pada ukuran bonggolnya dan anadisemai-kan sagu diatur searah dengan rakit. Selain menggunakan rakit, persemaian juga bisa dilakukan dengan menggunakan teknik kolam dan polibag. Pada persemaian dengan menggunakan polibag digunakan tanah gambut ke dalam polibag tersebut (Bintoro, 2008).

Waktu dan lamanya bibit di persemaian selama tiga bulan. Persemaian yang terlalu lama akan menyebabkan bibit menjadi besar dan akan menyulitkan dalam proses pengangkutan. Persemaian yang terlalu lama juga menyebabkan

(20)

bibit dalam rakit akan tenggelam dalam air karena terlalu berat sehingga me-nyebabkan kematian pada bibit.

Penanaman di Lapang

Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu pelepah daun dipangkas untuk me-ngurangi penguapan daun. Dalam pengangkutan, bibit yang akan ditanam dibawa dengan tidak menggenggam ujung pelepah muda (daun tombak) untuk meng-hindari luka/patah pada bibit sehingga menyebabkan bibit tersebut mati. Teknik penanaman bibit adalah segi empat dengan jarak tanam 8 m x 8 m atau 10 m x 10 m, dengan ukuran lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm. Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman sagu di perkebunan adalah pemupukan, pe-ngendalian hama dan penyakit tanaman, penyulaman, penjarangan anakan, dan penanggulangan kebakaran (Irawan, 2004). Selain itu, penting untuk dilakukan pengendalian gulma karena keberadaan gulma diperkebunan sagu sangat merugi-kan karena amerugi-kan berkompetisi dengan tanaman sagu dalam hal mendapatmerugi-kan sinar matahari terutama pada saat awal pertumbuhan (Jong, 2007).

Pemupukan

Flach et al (1986) menyatakan jika tanaman sagu setiap tahun dipanen sekitar 136 batang per ha unsur hara yang akan terkuras pada areal kebun sebanyak 100 kg N, 30 kg P, 200 kg K, 200 kg Ca, dan 50 kg Mg. Untuk mengembalikan kondisi kesuburan tanah yang baik agar tetap memberikan hasil optimum, perlu dilakukan pemupukan setiap tahun. Bintoro (2008) menambahkan bahwa tanaman sagu rakyat tidak pernah dipupuk. Kebanyakan tanaman sagu yang mempunyai pertumbuhan dan produksi yang rendah disebabkan adanya defisiensi berbagai macam hara yang dikarenakan keadaan tanah yang tidak subur (Jong, 2007). Unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman sagu, yaitu Kalsium, Kalium dan Magnesium.

(21)

8

Pengendalian Hama dan Penyakit

Menurut pengamatan yang dilaksanakan oleh Gumbek dan Jong dalam Djoefrie (1999) pada tanaman sagu yang diusahakan secara intensif di Serawak dijumpai Botryionopa grandis Baly yang menyerang daun muda, Coptotermes spp. (rayap) di kawasan gambut dan seranggaRhyncoporus spp. yang menyerang daun dan batang sagu. Hama lain yang menyerang adalah tikus, kera, dan babi yang seringkali menyerang tanaman sagu muda. Meskipun demikian, keberadaan hama dan penyakit tidak terlalu mengganggu pertumbuhan tanaman sagu.

Pemangkasan (Pruning) dan Penjarangan Anakan Sagu (Thinning out) Pemangkasan adalah pemotongan bagian tanaman seperti cabang dan tunas atau bagian tanaman yang sudah mati. Pemangkasan berfungsi untuk men-jaga kesehatan dan vigor pertumbuhan bagi tanaman baru, membentuk tanaman, memelihara ukuran tanaman, dan mengoptimalkan hasil metabolisme bagi per-tumbuhan dan perkembangan tanaman (Bintoro, 2008). Kegiatan pemangkasan yang biasa dilakukan di kebun sagu yaitu kegiatan pemotongan pelepah yang sudah tua. Kegiatan tersebut dilakukan karena pelepah tersebut menyebabkan kondisi kebun menjadi kurang rapi sehingga susah untuk dilakukan pemeliharaan lanjutan. Pelepah yang dipotong diletakkan di lorongan kotor.

Suryana (2007) menyatakan bahwa salah satu bentuk pemeliharaan tanam-an ytanam-ang dilakuktanam-an pettanam-ani adalah penjartanam-angtanam-an tanam-anaktanam-an. Pertumbuhtanam-an tanam-anaktanam-an sagu yang terlalu banyak menyebabkan rumpun menjadi semak sehingga dapat meng-ganggu pertumbuhan dan perkembangan pohon induk. Hal ini terjadi karena ada-nya kompetisi baik kompetisi antar anakan maupun kompetisi pohon induk dengan anakan dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh. Persaingan tersebut dapat menyebabkan kandungan pati dalam batang sagu berkurang dan menghambat pertumbuhan pohon induk. Penjarangan anakan sagu berfungsi untuk mengurangi persaingan pertumbuhan antar anakan untuk meningkatkan produktivitasnya. Jong (2007) menambahkan penjarangan anakan juga berfungsi untuk mendukung pertumbuhan induk tanaman.

(22)

Suryana (2007) menyatakan bahwa penjarangan anakan dilakukan dengan mengeluarkan anakan yang tidak produktif dan mengurangi anakan yang kurang produktif, sehingga dalam satu rumpun hanya tumbuh satu pohon induk dan empat anakan sagu. Penjarangan anakan yang dilakukan pada tanaman sagu yang berumur kurang dari 2 tahun yaitu semua anakannya dibuang atau dipotong de-ngan menggunakan parang/ dodos. Penjarade-ngan anakan yang dilakukan pada tanaman sagu yang berumur 2 tahun yaitu anakan yang ada disisakan 1 anakan selebihnya dipotong, sedangkan yang berumur lebih dari 2 tahun setiap 2 tahun berikutnya disisakan 1 anakan sehingga diperkirakan jumlah anakan yang ada sampai pohon induk sebanyak 5 sampai 6 anakan. Dengan demikian, dalam setiap rumpun sagu dapat dipanen sekali dalam 2 tahun. Kriteria anakan yang ditinggal-kan adalah anaditinggal-kan yang baik dan letaknya berjauhan dengan pohon induk.

(23)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan di perkebunan sagu milik PT. National Sago Prima, Selat Panjang, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau (Lampiran 1). Kegiatan magang dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Februari hingga Agustus 2010.

Metode Magang

Kegiatan magang dilaksanakan selama enam bulan dengan menggunakan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung yaitu melaksanakan kegiatan teknis budidaya sagu di lapangan. Kegiatan teknis budidaya yang dilakukan yaitu pelorongan, pengendalian gulma secara teknis maupun kimia, sensus tanaman, penjarangan anakan (thinning out), kegiatan pem-bibitan yang meliputi kegiatan pembuatan rakit, pencarian bibit, persemaian, dan penyulaman. Data yang didapatkan adalah prestasi kerja standar perusahaan, karyawan, mahasiswa, serta hambatan dalam pelaksanaan kegiatan teknis tersebut. Metode tidak langsung dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara terhadap karyawan perusahaan untuk memperoleh informasi yang mendukung. Adapun informasi yang didapatkan adalah lokasi, letak geografis kebun, keadaan tanah, iklim, luas areal, norma kerja di lapang dan organisasi perusahaan serta manajerialnya.

Pada saat magang dilakukan, fokus kegiatan perusahaan adalah penyulam-an. Hal ini dikarenakan dari 12.000 ha kebun yang sudah ditanami, kurang lebih hanya 4000 ha kebun yang tanamannya tumbuh dengan baik. Dengan adanya pe-nyulaman, diharapkan kebun bisa berproduksi secara berkelanjutan. Salah satu ke-giatan yang harus dilaksanakan untuk memenuhi jumlah bibit yang akan diguna-kan untuk penyulaman adalah pembibitan. Teknik pembibitan rakit yang ada sekarang ini dinilai kurang efektif karena lebih dari 40% bibit mati saat dipindah-tanam ke lapang sehingga dalam kegiatan magang ini dilakukan penelitian khusus

(24)

tentang pengaruh jenis tanaman induk dan teknik persemaian terhadap partum-buhan bibit sagu.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah teknik persemaian dengan tiga taraf yaitu Rakit, Kolam, dan Polibag biasa (Gambar 2, 3, dan 4). Faktor kedua jenis tanaman induk dengan dua taraf yaitu tanaman sagu berduri dan tanaman sagu tidak berduri.

Pada percobaan ini terdapat enam kombinasi perlakuan dengan tiga ulang-an sehingga terdapat 18 satuulang-an percobaulang-an. Setiap satuulang-an percobaulang-an terdiri atas 20 bibit sagu. Jadi percobaan ini dilakukan dengan menggunakan 360 bibit sagu. Susunan perlakuan sebagai berikut:

R1 = bibit tidak berduri di kanal R2 = bibit berduri di kanal K1 = bibit tidak berduri di kolam K2 = bibit berduri di kolam P1 = bibit tidak berduri di polibag P2 = bibit berduri di polibag

Model linear yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk= µ + Ui+ Kj+ Pk+ (KP)jk+ åijk

Keterangan :

Yijk = Respon perlakuan

µ = Nilai tengah umum

Ui = Pengaruh ulangan ke-i (i=1,2,3)

Kj = Pengaruh teknik persemaian ke-j (j=1,2,3)

Pk = Pengaruh jenis tanaman induk ke-k (k=1,2)

(KP)jk = Pengaruh interaksi teknik persemaian ke-j, jenis tanaman induk ke-k

åijk = Pengaruh galat ulangan ke-i, teknik persemaian ke-j, jenis tanaman

induk ke-k

Dalam melakukan analisis hasil percobaan/ penelitian, asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam haruslah terpenuhi. Asumsi-asumsi yang perlu di-perhatikan agar pengujian menjadi sahih yaitu : galat percobaan memiliki ragam yang homogen, galat percobaan saling bebas, dan galat percobaan menyebar

(25)

12

normal. Galat percobaan memiliki ragam yang homogen yaitu komponen galat yang berasal dari perlakuan harus menduga ragam populasi yang sama. Galat per-cobaan saling bebas yaitu galat dari salah satu pengamatan yang mempunyai nilai tertentu haruslah tidak tergantung dari nilai-nilai galat untuk pengamatan yang lain. Asumsi galat percobaan menyebar normal berlaku terutama untuk uji-uji nyata (pengujian hipotesis) dan tidak diperlukan pada pendugaan komponen ragam.

Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali dengan peubah yang di-amati yaitu panjang petiol, jumlah anak daun, dan persentase kematian bibit. Panjang petiol diukur mulai dari titik tumbuh hingga ujung pelepah, baik ketika masih berupa pelepah maupun setelah berubah menjadi daun. Jumlah anak daun dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan anak daun yang ada pada tiap daun. Pengamatan persentase kematian yaitu perhitungan jumlah bibit yang mati dari jumlah semua bibit yang digunakan untuk setiap satuan percobaan.

(26)

Gambar 2. Teknik Persemaian Rakit

Gambar 3. Teknik Persemaian Kolam

(27)

14

Analisis Data dan Informasi

Data-data yang telah didapatkan pada kegiatan magang dianalisis dengan metode analisis deskriptif, yaitu pemaparan data yang menggambarkan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan standar dan aturan kerja perusahaan.

Hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F). Apabila hasil analisis ragam menunjukan pengaruh nyata, dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%.

(28)

KONDISI UMUM KEBUN

Sejarah Kebun

PT. National Sago Prima merupakan salah satu anak perusahaan dari ke-lompok usaha Sampoerna Biofuel yang termasuk dalamholding Sampoerna Agro. PT. National Sago Prima dulunya bernama PT. National Timber. PT. National Timber berdiri pada tanggal 4 September 1970 dengan akta notaris nomor 2 yang dibuat dihadapan Moehammad Ali Asjoedjir, wakil notaris yang bertempat di Pekan Baru dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dengan keputusan nomor J.A.S/4/1971 pada tanggal 7 Januari 1971. Pada tanggal 24 Desember 1970, nama PT. National Timber diubah menjadi PT. National Timber and Forest Product dengan akta notaris nomor 153 yang dibuat dihadapan Muhamad Said Tadjoedin, notaris di Jakarta. Selanjutnya, akte notaris diubah dengan akte notaris Singgih Susilo SH. No 59 tanggal 12 Juni 1987.

Pada tahun 2009 nama P.T National Timber and Forest Product berubah menjadi PT. National Sago Prima sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. SK 380/MENHUT-II/2009 Tanggal 25 Juni 2009. SK tersebut berisi tentang Perubah-an Atas KeputusPerubah-an Menteri KehutPerubah-anPerubah-an Nomor SK 353/MENHUT-II/2008 Tanggal 24 September 2008 tentang pemberian izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu) kepada PT. National Timber And Forest Product atas areal hutan produksi seluas ± 21.620 Ha di provinsi Riau.

Letak Geografis dan Administratif

Lokasi Hutan Tanaman Insdustri (HTI) Sagu PT. National Sago Prima secara administratif terletak di Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau. Arealnya mencakup beberapa desa seperti Desa Sungai Tohor, Desa Teluk Buntal, Desa Tanjung Gadai, Desa Tanjung Sari, Desa Kayu Ara, Desa Lukun, Desa Sungai Pulau, dan Desa Kepau Baru. Lokasi PT. National Sago Prima dilewati beberapa aliran sungai yaitu Sungai Mukun, Sungai Pulau,

(29)

16

dan Sungai Buntal. Secara geografis, PT. National Sago Prima terletak pada koordinat 0031’ LU-1008’ LU dan 101043’ BT – 103008’ BT.

Kebun PT. National Sago Prima sebelah Barat berbatasan dengan PT. Unisraya, di Selatan berbatasan dengan Desa Kampung Baru dan Desa Teluk Buntal, di Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Sari dan Desa Tanjung Gadai, dan di sebelah Utara berbatasan dengan PT. Lestari Unggul Makmur. PT. National Sago Prima telah membudidayakan sagu pada 12 divisi (satu divisi ter-diri atas 20 blok, satu blok luasnya 50 hektar). Lokasi dari divisi tersebut adalah sebagai berikut: Divisi 1, 2 dan 3 terletak di sekitar Kepau Baru dan Kampung Baru. Divisi 4, 6,dan 8 terletak di DesaTeluk Kepau. Areal Divisi 5 dan 7 terletak di Desa Teluk Buntal dan Tanjung Gadai dan areal divisi 9, 10, dan 11 terletak di Desa Sungai Pulau (Lampiran 2).

Keadaan Tanah

Susunan batuan di areal HTI sagu PT. National Sago Prima (NSP) terdiri atas jenis batuan endapan alluvium muda berumur holosem dengan litologi lempung, lanau, kerikil kecil, dan sisa pertumbuhan di rawa gambut. Hal tersebut didasarkan pada hasil pengukuran planimetris pada peta geologi 1:100 000. Tanah yang terdapat di seluruh areal HTI sagu PT. National Sago Prima adalah jenis tanah organosol dan alluvial. Tanah organosol terdapat di seluruh kelompok hutan Teluk Kepau dengan luas 19 820 hektar (99.60%) dan jenis tanah alluvial dengan luas 80 hektar (0.40%).

Tanah organosol memiliki solum dalam (> 100 cm) dengan kandungan bahan organik lebih dari 20%. Tekstur lapisan bawah halus (liat) sedangkan lapisan atas merupakan hemik dengan tingkat pelapukan sampai tingkat me-nengah. Konsistensi tanah lekat, porositas tanah sedang, reaksi tanah tergolong sangat masam dengan pH 3.1-4.0. Kepekaan terhadap erosi relatif tinggi, namun mengingat topografi wilayah tersebut datar maka kemungkinan terjadi erosi rendah.

Tanah organosol (tanah gambut) adalah tanah yang terbentuk oleh ling-kungan yang khas yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi hampir sepan-jang tahun. Di Indonesia, luas lahan gambut lebih dari 20 juta ha, sebesar 6.29 juta

(30)

ha terdapat di Sumatera, sementara 4.044 juta ha diantaranya terdapat di Provinsi Riau. Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) diperkirakan gambut di Riau menyimpan karbon sebesar 14 605 juta ton, yang jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan efek rumah kaca.

Topografi dan Iklim

Secara umum, areal kerja Hutan Tanaman Industri (HTI) Sagu PT. National Sago Prima sebagian besar mempunyai topografi datar dengan ketinggi-an tempat ketinggi-antara 0-5 m di atas permukaketinggi-an laut (dpl) yketinggi-ang termasuk kelas ke-lerengan 0-5%. Hal ini berdasarkan hasil penafsiran peta topografi Daerah Tingkat I Riau skala 1:250 000 dan pemeriksaan lapang.

Menurut teknik klasifikasi Schmidt dan fergusson (1951) areal Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. National Sago Prima termasuk tipe iklim B dengan Q=33,3%. Curah hujan rata-rata tahunan sebanyak 1 409 mm dengan jumlah hari hujan 65 hari/tahun, curah hujan tertinggi pada bulan November dan curah hujan terendah pada bulan Agustus. Hal ini berdasarkan pengukuran curah hujan yang tercatat oleh BMKG pada tahun 2008. Suhu udara areal Hutan Tanaman Industri (HTI) Sagu PT. National Sago Prima berdasarkan data yang diambil dari laporan Poyry yaitu antara 22.3 0C sampai 31.4 0C dengan kelembaban udara 85% dan kecepatan angin 2-4 m/s.

Latar Belakang Pengusahaan Sagu

Sumberdaya alam berupa tanaman sagu (Metroxylon spp.) yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Meranti sangat besar dan masih belum dimanfaatkan secara optimal. Sagu adalah tanaman penghasil karbohidrat yang tinggi sehingga sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Tanaman sagu juga merupakan tanaman yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri.

Sebagai bahan baku indstri sagu dapat digunakan sebagai bioetanol. PT. National Sago Prima merupakan salah satu anak perusahaan Sampoerna Agro yang di dalamnya juga terdapat Sampoerna Biofuel yang bergerak dalam bidang produksi Bioenergi atau bahan bakar nabati. Dalam teknik produksi pembuatan

(31)

18

bioetanol dibutuhkan bahan baku yang mengandung pati, sehingga diharapkan PT. National Sago Prima dapat menyediakan kebutuhan bahan baku tersebut.

Tanaman sagu adalah tanaman yang dapat tumbuh di lahan marjinal de-ngan ketersedian hara minimal. Propinsi Riau memiliki areal lahan gambut yang besar. Lahan gambut yang terdapat disana mencapai 45% dari total luas Proponsi Riau sehingga pengusahaan sagu pada daerah tersebut sangat mungkin untuk di-kembangkan.

Latar belakang pemikiran tersebut memberikan landasan PT. National Sago Prima untuk mengembangkan industri pengolahan sagu agar dapat di-manfaatkan semaksimal mungkin demi kesejahteraan dan peningkatan pendapatan penduduk setempat pada khususnya dan demi kemajuan ekonomi dan pem-bangunan nasional pada umumnya dengan landasan manajemen hutan ber-kelanjutan.

Areal Konsesi Dan Pertanaman

Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah izin pengusahaan hutan produksi yang kegiatannya mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen dan pemasaran. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 135/ KPTS/ UM/3/ 1974 tanggal 14 Maret 1974, PT. National National Timber and Forest Product merupakan salah satu pemegang HPH di Propinsi Riau dengan luas areal konsesi 100 000 ha yang telah beroperasi selama lebih dari 21 tahun.

Pada tahun 1995, PT. National Timber and Forest Product memperoleh Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri dengan Surat Menteri Kehutanan no-mor 1083/Menhut-IV/1995 tanggal 24 juli 1995. Surat tersebut menyatakan bahwa areal yang disetujui untuk dijadikan HTI Sagu oleh P.T. National Timber and Forest Product adalah areal di kelompok hutan Teluk Kepau seluas 19 900 hektar. Pada tahun 1996 PT. National Timber and Forest Product selanjutnya mengajukan izin penebangan kayu (IPK) dengan surat keputusan nomor 17/Kpts/HUT/1996.

Izin Penebangan Kayu (IPK) diberikan dengan ketentuan bahwa setelah dilakukan penebangan maka areal tersebut harus ditanam kembali dengan

(32)

tanam-an industri (sagu). PT. National Timber tanam-and Forest Product juga harus memper-tahankan hutan konservasi seluas 10% dan melakukan penanaman tanaman ung-gulan setempat yaitu geronggang (Cratoxylon spp.), dan tanaman kehidupan yang antara lain berupa tanaman kelapa (Cocos nucifera Linn.).

PT. National Sago Prima memiliki luas areal pertanaman 21 620 ha sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 380/MENHUT-II/2009 jo SK.353/MENHUT-II /2008. Areal yang baru ditanami seluas 13.044 ha yang ter-bagi menjadi 12 divisi. Luas areal pertanaman untuk setiap divisi seluas 1 000 ha yang terbagi menjadi 19-24 blok dengan luas areal tiap blok 50 ha. Kondisi per-tanaman untuk tiap divisi dibedakan berdasarkan tahun tanam Pada saat ini areal yang menjadi fokus kerja perusahaan yaitu Divisi 1-4, hal ini karena pada areal tersebut kondisi tanaman sudah memasuki fase panen sehingga diperlukan pe-meliharaan yang baik. Divisi 5-8 merupakan divisi-divisi yang baru akan dilaku-kan penyulaman dan pemeliharaan.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Pengorganisasian Kebun

Sumberdaya manusia memegang peranan yang sangat vital dalam men-jalankan suatu perkebunan. Dengan berbekal manajemen sumberdaya manusia yang baik, maka perusahaan akan berjalan dengan baik. Perencanaan, pelaksana-an, dan kontrol yang bagus harus dilaksanakan jika perusahaan tersebut ingin maju.

Pimpinan puncak di PT. National Sago Prima dipegang oleh seorang

general manager (GM). General manager memiliki wewenang tertinggi untuk

memimpin, mengelola, dan melakukan pengawasan secara tidak langsung ter-hadap kinerja kebun. General manager membawahi kepala TU, koordinator divisi, hubungan luar dan tim teknis (Lampiran 3).

Kepala tata usaha bertanggung jawab langsung kepada GM dan bertugas untuk mengontrol semua kegiatan administrasi. Kepala tata usaha membawahi empat bagian yaitu bagian administrasi, bagian pembukuan, bagian umum, dan bagian gudang. Bagian administrasi bertugas mengecek buku absensi, membuat

(33)

20

laporan tenaga kerja, membuat laporan perpajakan, membuat laporan cuti kar-yawan, membuat laporan gaji dan insentif, serta membuat surat-surat. Bagian pembukuan bertugas membuat dan membukukan transaksi, membuat voucher pembayaran dan penerimaan, menerima pelaporan hasil kerja tiap divisi. Pem-bukuan dilakukan setiap hari. Bagian umum dibagi menjadi dua tempat yaitu di camp utama Tanjung Bandul dan kantor Selat Panjang. Bagian umum bertugas mengatur sarana dan prasarana penunjang kegiatan kantor, mengatur pembelian barang dan membuat ekspedisi pengiriman barang ke Tanjung Bandul. Bagian gudang bertugas untuk merekap keluar masuknya barang. Gudang terletak di kantor utama Tanjung Bandul. Gudang berfungsi sebagai tempat transit barang dan sebagai tempat penampungan sementara sebelum sampai ke lapangan.

Koordinator divisi bertanggung jawab secara langsung kepada GM. Koordinator divisi bertugas mengawasi semua kegiatan di lapangan. Koordinator divisi membawahi empat divisi dan pengadaan bahan baku. Setiap divisi dipimpin oleh asisten divisi. Setiap divisi memiliki tanggung jawab atas areal pertanaman seluas 1 000 ha. Dalam pelaksanaannya, asisten divisi membawahi dan menerima pertanggungjawaban dari mandor I dan krani, serta mandor lapangan secara lang-sung. Bagian pengadaan bahan baku bertugas mengadakan bahan baku untuk pabrik.

Tim teknis bertanggung jawab secara langsung kepada GM. Tim teknis adalah tim yang bertugas dalam kegiatan perencanaan dan pengontrolan pada se-luruh kegiatan kebun. Selain itu, tim teknis juga bertugas untuk membantu pe-kerjaan dari GM. Tim teknis terdiri atas ketua tim teknis, mandor 1, mandor, dan krani.

Deskripsi Kerja Karyawan

Pengelolaan tenaga kerja yang baik dapat meningkatkan produktivitas per-usahaan. Oleh karena itu, tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Teknik tenaga kerja yang diterapkan oleh per-usahaan adalah buruh harian lepas, karyawan harian tetap, tenaga kerja bulanan, dan tenaga kerja borongan.

(34)

1. Buruh Harian Lepas (BHL)

Buruh harian lepas adalah tenaga kerja yang tidak terikat oleh perusahaan. Buruh harian lepas mulai bekerja pada pukul 06.30, tetapi pekerja harus ber-kumpul pada pukul 06.15 untuk mengisi daftar hadir dan mendengarkan instruksi dari mandor tentang pekerjaan mereka. Pada pukul 12.00-13.00 pekerja men-dapatkan waktu untuk istirahat dan pada pukul 14.30 waktu bekerja buruh harian lepas selesai. Setelah itu pekerja berkumpul lagi di kantor tiap divisi untuk meng-isi daftar pulang. Pada teknik kerja tersebut pekerja bekerja selama tujuh jam kerja selama enam hari kerja dalam satu minggu dengan hari libur yaitu hari jum’at.

Buruh harian lepas digunakan dalam melaksanakan kegiatan teknis kebun. Pada saat magang berlangsung, teknik BHL digunakan dalam pelaksanaan kegiat-an pemotongkegiat-an pelepah ykegiat-ang sudah kering, pengendalikegiat-an gulma secara kimia (chemical weeding), penebasan gulma pinggir blok, dan sensus produksi.

Upah yang diperoleh buruh harian lepas sebesar Rp. 40 640,00/hari yang dibayarkan sesuai jumlah hari orang tersebut bekerja dengan waktu pembayaran dua minggu sekali. Pada teknik tenaga kerja BHL pengawasan terhadap pe-laksanaan kerja BHL menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan sulitnya me-nentukan target bagi pekerja. Pekerja hanya bekerja berdasarkan pemenuhan jam kerja yang telah ditentukan.

Masa kerja maksimal buruh harian lepas adalah tiga bulan kerja, apabila pekerja tersebut telah bekerja selam 3 bulan secara terus menerus tanpa ada hari libur, maka pada bulan keempat pekerja diangkat menjadi karyawan harian tetap.

2. Karyawan Harian Tetap

Karyawan harian tetap adalah tenaga kerja tetap perusahaan yang merupa-kan bagian dalam perusahaan dan terikat oleh perusahaan. Karyawan harian tetap di PT. National Sago Prima yaitu bagian keamanan, bagian mesin, dan pelaksana-an kegiatpelaksana-an teknis kebun. Pelakspelaksana-anapelaksana-an kegiatpelaksana-an teknis kebun hampir sama dengpelaksana-an kegiatan pada buruh harian lepas. Jam kerja karyawan harian tetap sama dengan jam kerja buruh harian lepas.

(35)

22

Gaji yang diperoleh karyawan harian tetap dibayarkan setiap bulan sekali. Gaji yang diperoleh sama dengan pendapatan buruh harian lepas yang bekerja satu bulan penuh. Bedanya, karyawan harian tetap mendapatkan cuti kerja selama 4 hari dalam satu bulan. karyawan harian tetap juga mendapatkan tunjangan beras serta tunjangan kesehatan.

Apabila karyawan harian tetap telah bekerja selama 3 bulan secara terus menerus tanpa ada hari libur dan hasil pekerjaan dinilai baik menurut perusahaan serta pengetahuannya telah meningkat baik dari segi manajemen ataupun teknis di kebun, maka pekerja tersebut akan dipromosikan untuk menjadi tenaga kerja bulanan dan mendapatkan kenaikan gaji sesuai dengan keputusan perusahaan.

3. Tenaga Kerja Bulanan

Tenaga kerja bulanan juga merupakan tenaga kerja tetap perusahaan yang merupakan bagian dalam perusahaan dan terikat oleh perusahaan. Tenaga kerja bulanan meliputi kepala tata usaha, tim teknis, mandor atau pengawas, krani atau sekretaris divisi, asisten divisi, bagian personalia, bagian gudang, dan bagian umum.

Tim teknis adalah tim yang bertugas dalam kegiatan perencanaan dan pe-ngontrolan pada seluruh kegiatan kebun. Dalam perencanaan, tim teknis harus melakukan pengecekan terhadap apa yang akan dikerjakan oleh divisi. Hasil dari pengecekan tersebut kemudian dibuat laporan berupa berita acara pemeriksaan (BAP) yang selanjutnya akan diserahkan kepada kepala tata usaha sebagai acuan untuk menentukan besarnya pembayaran. Setelah itu tim teknis membuat surat perjanjian kerja (SPK) agar hasil pekerjaan sesuai dengan SOP (Standard

Operating Procedure) perusahaan. Pengecekan hasil kerja dilakukan setelah

pe-kerjaan tersebut selesai dilakukan. Hasil dari pengecekan harus sesuai surat per-janjian kerja (SPK) kemudian hasil tersebut dibuat berita acara pemeriksaan (BAP) yang selanjutnya diserahkan kepada kepala tata usaha guna dilakukan pem-bayaran.

Mandor mempunyai tugas untuk mengawasi seluruh kegiatan teknis di kebun, selain itu mandor juga mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pengarahan dan melaporkan hasil yang didapat dari pekerjaan tersebut. Dalam

(36)

pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan oleh BHL, mandor mempunyai peranan yang sangat penting, mandor harus menegur pekerja apabila pekerjaan yang dihasilkan tidak sesuai atau tidak baik.

Mandor I dan krani mempunyai tugas untuk membuat pelaporan hasil kerja divisi baik harian, mingguan maupun bulanan. Mandor I merekap seluruh hasil kerja dari mandor pengawas yang kemudian diserahkan kepada kerani untuk dibuat laporan. Selain itu, krani juga harus merekap daftar hadir pekerja. Laporan dan daftar hadir tersebut diserahkan kepada bagian pembukuan di kantor Tanjung Bandul.

Asisten divisi mempunyai tugas mengelola seluruh kegiatan teknis di lapang. Asisten divisi juga bertanggung jawab atas areal pertanaman dengan luas 1 000 ha yang terbagi menjadi ± 20 blok tanaman. Tugas asisten divisi meliputi perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan di lapang yang nantinya dibantu oleh mandor I dan kerani dalam pelaksanaannya.

Pada teknik tersebut karyawan bekerja setiap harinya 7 jam kerja yang dimulai pukul 07.00-15.00 tetapi pada pukul 12.00-13.00 istirahat,dengan jumlah hari kerja setiap bulannya 26 hari karena teknik libur menggunakan cuti bulanan. Waktu cuti dibagi menjadi tiga kali dalam satu bulan. Pembagian waktu cuti bagi karyawan dilakukan secara bertahap dengan waktu 4 hari/ 1 orang untuk setiap divisi pada tiap minggunya. kondisi tersebut digunakan agar tidak terjadi ke-kosongan SDM. Pada perusahaan tidak terdapat teknik lembur kecuali jika ada surat perintah lembur dari GM.

4. Tenaga Kerja Kontrak Borongan

Sistem tenaga kerja kontrak diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan kebun tertentu seperti penebasan lorong dan gawangan hidup, serta membersihkan piringan pada tanaman sagu. Sistem tersebut dilaksanakan dengan kesepakatan antara perusahaan dengan kontraktor yang membawahi tenaga kerja kontrak. Kesepakatan dilegalkan dengan surat perjanjian kerjasama (SPK) yang telah di-sepakati oleh kedua belah pihak.

Kontraktor dapat mengepalai satu atau lebih rombongan pekerja, dengan jumlah tiap tim minimal 4 orang pekerja. Satu rombongan pekerja melakukan

(37)

pe-24

nebasan pada satu blok tanaman. Perusahaan tidak memperbolehkan lebih dari satu rombongan dengan kontraktor yang sama pada satu divisi. Pada sistem ter-sebut tidak ada target baik waktu atau hasil dalam satu hari. Perusahaan akan membayar pekerjaan setelah pekerjaan selesai dilakukan.

Untuk pekerjaan pembuatan gawangan hidup dan pembersihan piringan sagu, upah yang diterima oleh kontraktor tergantung pada kondisi kebun. Jika kondisinya ringan maka upah yang diterima berkisar Rp. 200 000,00/ ha. Hal ter-sebut tergantung pada kesepakatan antara perusahaan dengan kontraktor. Untuk areal dengan kondisi sedang maka upah yang diterima berkisar sebesar Rp. 300 000,00/ ha sedangkan jika kondisinya berat maka upah yang akan diterima kontraktor berkisar Rp. 400 000,00. Upah yang diterima pekerja tidak sebesar yang diberikan perusahaan karena ada pemotongan dari kontraktor sesuai dengan kesepakatan antara pekerja dan kontraktor.

(38)

Aspek Teknis

Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan tanaman. Pada saat magang berlangsung, fokus kegiatan perusahaan adalah penyulaman. Hal ini dikarenakan dari 12.000 ha kebun yang sudah di-tanami, kurang lebih hanya 4000 ha kebun yang tanamannya tumbuh dengan baik. Berikut penjelasan mengenai masing-masing teknis budidaya yang dilakukan di kebun.

Pembibitan

Pembibitan merupakan kegiatan pengadaan bahan tanaman yang diper-gunakan oleh kebun untuk menanami kebun terebut. Kegiatan dalam pembibitan meliputi kegiatan penyeleksian bibit dan persemaian. Pembibitan bertujuan untuk mendapatkan bibit yang berkualitas baik sehingga mempunyai persentase hidup yang tinggi saat ditanam nantinya. Pada kegiatan pembibitan, PT National Sago Prima bekerja sama dengan PT Prima Kelola. PT Prima kelola adalah perusahaan swasta milik Institut Pertanian Bogor yang bekerja sama dengan PT Sampoerna untuk menanami seluruh areal PT. National Sago Prima.

Penyeleksian Bibit

Bahan tanam (sucker) diperoleh dari kebun yang dimiliki perusahaan dan dari kebun sagu petani dari daerah di sekitar lokasi perusahaan PT. National Sago Prima atau dari daerah lain. Bibit yang akan disemai, diseleksi terlebih dahulu oleh asisten PT. Prima Kelola, mandor PT. Prima Kelola dan pengawas pembibit-an dari PT. National Sago Prima.

Bibit diseleksi berdasarkan bentuk, ukuran, bobot dan kesegaran bibit. Kriteria bibit yang sehat dan berkualitas adalah: bibit masih segar dengan pelepah masih hijau, bibit sudah tua yang dicirikan bonggol sudah keras, pelepah dan

(39)

26

pucuk masih hidup, tidak terserang hama dan penyakit, bobot bibit berkisar antara 2- 4 kg, serta diutamakan bibit dengan bonggol berbentuk “L” karena anakan yang dihasilkan berjauhan dari induknya (Gambar 5).

Gambar 5. Sucker Berbentuk “L” (Diterima Perusahaan) dan Sucker tidak berbentuk “L”

Sistem kerja yang diterapkan oleh PT. Perima Kelola dalam kegiatan pen-carian anakan yaitu sistem borongan. Perusahaan membayar upah kepada pekerja sesuaisucker yang didapatkan. Harga satu sucker yang diambil dari kebun sendiri sebesar Rp. 1 000,00/sucker dan dengan ketentuan bahwa sucker yang diambil tidak boleh menempel pada induk sagu, sisa potongan harus ditutup dengan tanah, dan dalam satu rumpun harus disisakan minimal empat anakan yang paling besar. Jika pekerja ketahuan melanggar ketentuan tersebut maka upah mereka dipotong Rp. 50 000,00. Sucker yang berasal dari kebun petani dihargai Rp. 2 000,00/

sucker. Tambahan upah sebesar Rp 200,00 diperoleh pekerja jika sekaligus

dilakukan persemaian.

Prestasi kerja pengambilan bibit yang dilakukan oleh pekerja borongan yaitu 80 bibit/ hari. Prestasi kerja pengambilan bibit yang dilakukan oleh buruh harian lepas yaitu 40 bibit/ hari, sedangkan prestasi kerja mahasiswa dalam peng-ambilan bibit yaitu 20 bibit/ bibit. Kecepatan pengpeng-ambilan sucker dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu besar sucker, letak sucker, banyaknya

(40)

Persemaian

PT. National Sago Prima menggunakan teknik persemaian rakit di kanal. Persemaian tersebut menjadi tanggung jawab PT. Perima Kelola. Rakit dibeli dari dari masyarakat setempat dengan harga Rp 6 500/ rakit. Rakit berukuran panjang 3 m dengan lebar 1 m yang terbuat dari pelepah sagu yang telah kering. Sebuah rakit dapat memuat 80-100 bibit tergantung ukuran bibit. Rakit yang telah selesai dibuat selanjutnya diletakkan di lokasi Pembibitan. Adapun syarat untuk lokasi pembibitan yaitu pembibitan dilakukan di kanal dengan air yang mengalir, lokasi mudah didatangi sehingga pengawasan dapat berjalan dengan baik, dan jauh dari sumber hama dan penyakit.

Sucker yang telah siap selanjutnya direndam dalam larutan fungisida dithane m-45 dengan dosis 2 g/l sebelum disusun di rakit agar terhindar dari

serangan cendawan.Sucker yang telah dipotong daunnya hingga tinggi pelepah ± 40 cm dari banir disusun di rakit secara rapat dengan posisi rhizome tegak di bawah (Gambar 6). Ketinggian air dijaga hingga batas pelepah dan rhizome harus terendam dalam air. Pembibitan dilakukan selama 3-4 bulan. Bibit dapat ditanam di lapang setelah bibit tersebut memiliki 3-4 helai daun, tumbuh akar nafas, dan memiliki perakaran yang baik.

(41)

28

Persiapan Lahan

Pada saat magang berlangsung, fokus kegiatan perusahaan adalah pe-nyulaman untuk divisi I-IV. Persiapan lahan dilakukan terkait dengan dilakukan-nya penyulaman dan penanaman di areal perusahaan tersebut. Penyiapan lahan tersebut meliputi pemancangan ajir lubang tanam, pembuatan jalur tanam, pe-lorongan, dan pembuatan lubang tanam.

Pemancangan Ajir Lubang Tanam

Pemancangan ajir lubang tanam untuk penyulaman dilaksanakan bersama-an dengbersama-an sensus hidup-mati. Menurut Bintoro (2008) pbersama-ancbersama-ang ajir lubbersama-ang tbersama-anam berguna sebagai tanda titik yang ditanami bibit sesuai dengan jarak tanam yang digunakan. Pemberian ajir dilakukan dengan arah Utara-Selatan, sesuai dengan jalur tanaman/ lorong tanaman.

Dalam pemancangan dan sensus hidup-mati biasanya dilakukan oleh dua orang BHL dan seorang mandor. Buruh harian lepas bertugas untuk mencari ajir dan menancapkan ke daerah yang dijadikan lubang tanam (Gambar 7). Mandor bertugas sebagai pengawas kegiatan pengajiran sekaligus melakukan sensus hidup-mati. Ajir yang digunakan biasanya dari pelepah sagu dengan tinggi 2.5-3.0 m. Hal ini dilakukan agar saat dilakukan penanaman, sebagian dari pelepah sagu tersebut bisa digunakan untuk sampiang. Target yang harus dicapai dalam kegiatan pancang ajir yaitu 8 jalur tanam/regu/HK untuk areal kategori berat, sedangkan untuk areal kategori ringan target yang harus dicapai 16 jalur tanam/ regu/HK.

(42)

Pelorongan

Pelorongan dalam kegiatan penyulaman berupa pembuatan jalur tanaman dan pembuatan lorongan bersih. Pelorongan dilakukan untuk membuat jalur atau lorong tanaman dengan arah utara-selatan. Pelorongan dilakukan secara manual dengan menggunakan chainsaw dan parang. Biasanya kendala yang dijumpai dalam kegiatan pelorongan yaitu sering dijumpai akar-akar, tunggul, dan kayu bekas logging yang merintangi lorong sehingga banyak lorong yang tidak lurus.

Pembuatan jalur tanam dilakukan jika banyak tanaman yang harus ditanam dalam satu blok tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengefisienkan waktu, tenaga, dan biaya. Jalur tanam biasanya mempunyai lebar 1.5-2.0 m dan panjangnya se-suai dengan panjang blok tersebut. Pembuatan jalur tanam dilakukan oleh tenaga borongan. Harga yang diberikan berkisar Rp. 200 000,00 - Rp. 300 000,00/Ha.

Pembuatan lorongan bersih bisanya dilakukan jika tanaman yang hidup lebih banyak daripada tanaman yang mati. Pelaksanaan pembuatan lorongan bersih hampir sama dengan pembuatan jalur tanam. Pembuatan lorongan bersih dilakukan secara manual oleh tenaga borongan (Gambar 8).

Gambar 8. Pelorongan Secara Manual oleh Tenaga Kerja Borongan

Pada borongan pembuatan lorongan bersih biasanya dilakukan juga pembuatan piringan pada pertanaman sagu. lebar penebasan piringan 1.0 m melingkar di sekeliling rumpun tanaman. Penebasan dilakukan hingga tinggi

(43)

30

gulma 5.0 cm di atas permukaan tanah. Sampah-sampah penebasan dan pelepah kering di sekeliling tanaman selanjutnya diletakkan di gawangan mati. Pengendalian gulma di piringan bermaksud untuk memudahkan proses pemupukan, sehingga pupuk yang diberikan ke tanaman dapat terserap sepenuhnya. Ongkos pembuatan lorongan bersih dan piringan berkisar Rp. 200 000,00 untuk areal dengan kategori ringan. Untuk areal dengan kondisi sedang, upah yang diberikan berkisar sebesar Rp. 300 000,00/ ha sedangkan jika kondisi-nya berat, upah yang diberikan berkisar Rp. 400 000,00/ha.

Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam digunakan untuk penanaman bibit sagu yang telah disemai. Pembuatan lubang tanam di perusahaan disesuaikan dengan ukuran bibit (Gambar 9). Lubang tanam dibuat pada pancang ajir lubang tanam dengan kedalaman tertentu hingga menyentuh permukaan air tanah. Pembuatan lubang tanam sebaiknya dilakukan pada waktu yang tidak jauh berbeda dengan penyulaman bibit. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari penutupan lubang tanam kembali oleh tanah akibat hujan lebat.

Sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam harus dibersihkan dari kotoran atau daun-daun untuk mengurangi resiko terjangkitnya penyakit. Apabila permukaan air tanah sangat dalam, lubang tanam digali sampai kedalaman 60 cm. Setelah lubang tanam selesai dibuat maka bibit bisa segera ditanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan oleh tenaga borongan. Prestasi kerja tenaga borongan tersebut 150 lubang/HK.

(44)

Pengelolaan Air

Air merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman. Tanaman sagu merupakan tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah banyak. Tingkat ke-dalaman air tanah sangat menentukan pertumbuhan tanaman sagu. Oleh karena itu, dalam budidaya sagu kedalaman air tanah harus dipertahankan dan muka air tanah harus dikendalikan.

Kanal merupakan salah satu prasarana yang sangat penting dalam menun-jang kegiatan kebun. Sistem kanal yang digunakan perusahaan terdiri atas kanal utama atau primer (main canal), kanal sekunder (collector canal) dan kanal tersier. Kanal utama (main canal) adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 6 m dan dalam 4 m yang berfungsi sebagai jalur transportasi utama (penghubung antar divisi). Kanal sekunder (collector canal) adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 5 m dan dalam 3 m yang berfungsi sebagai kanal penghubung antara kanal cabang dan kanal utama. Kanal tersebut juga berfungsi sebagai jalur transportasi serta se-bagai isolasi jika terjadi kebakaran. Kanal tersier/ kanal cabang adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 3-4 m dan dalam 2-3 m yang berfungsi untuk aktivitas pengangkutan bibit dan pupuk serta untuk antisipasi kebakaran.

Salah satu kegiatan dalam pengelolaan air adalah pendalaman kanal. Pen-dalaman kanal dilakukan untuk menunjang fungsi kanal tersebut supaya tetap optimal. Pendalaman kanal dilakukan untuk memperbaiki kanal yang sudah mengalami pendangkalan. Kegiatan tersebut dilakuksan dengan menggunakan alat berat jenis Ekskavator tipe Short Arm EX 200 (Gambar 10). Pendalaman kanal di-lakukan dengan mengangkat gumpalan tanah pada dasar kanal dengan meng-gunakan alat pengeruk ekskavator. Pengangkatan harus dilakukan secara perlahan agar gumpalan tanah di dasar kanal tidak pecah dan dapat terangkat, karena jika gumpalan tanah tersebut pecah maka kanal tersebut akan cepat mengalami pen-dangkalan kembali karena yang terangkat hanyalah lumpur.

Alat berat yang digunakan merupakan alat berat yang disewa dari kontrak-tor. Setiap ekskavator dioperasikan oleh dua orang pekerja. Satu orang bekerja sebagai operator dan seorang lainnya sebagai pembantu operator (helper). Setiap ekskavator bekerja 10 jam/hari. Sistem sewa yang diterapkan dihitung dengan satuan Buldozer Unit (BU) yang setara dengan waktu satu jam kerja alat dengan

(45)

32

biaya sewa Rp. 400 000,00 /BU. Prestasi kerja pencucian kanal setiap harinya sekitar 180 m/HK. Pengawasan dalam mengawasi jalannya alat tersebut sangat penting agar alat tersebut dapat mencapai target pada satu hari kerja. Pengawasan tersebut dilakukan oleh mandor tiap-tiap divisi.

Gambar 10. Pendalaman Kanal dengan Alat Berat Ekskavator TipeShort Arm EX 200

Selain pendalaman kanal, perusahaan harus melakukan pengamatan ter-hadap tinggi muka air kanal. Ketinggian muka air kanal diukur dengan melihat jarak antara muka tanah dan muka air di saluran. Keadaan muka air dari permukaan tanah untuk tanaman sagu perlu diamati dan diukur secara rutin untuk mengetahui status keberadaan air pada areal pertanaman sagu. Salah satu cara untuk melakukan monitoring ketinggian air yaitu dengan menggunakan alatwater

level (Gambar 11).

Untuk mengetahui ketinggian air kanal, perusahaan menggunakan alat

water level. Ketinggian air tersebut diukur dari permukaan tanah. Skala 0 cm

sejajar dengan permukaan tanah dengan bagian ukuran negatif di bagian bawah dan ukuran positif di bagian atas. Dari alat tersebut diperoleh data mengenai ketinggian muka air kanal yang kemudian dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penanaman atau penyulaman.

(46)

Gambar 11.Water Level yang Diletakkan Pada Kanal Utama Divisi I Sensus Tanaman

Sensus tanaman merupakan kegiatan inventarisasi kebun sebagai acuan untuk melaksanakan beberapa kegiatan lainnya. Sensus tanaman terdiri atas sensus hidup-mati, sensus produksi, dan sensus anakan. Sensus hidup-mati tanam-an yaitu sensus ytanam-ang dilakuktanam-an untuk melihat persentase ttanam-anamtanam-an ytanam-ang hidup dtanam-an mati dalam blok tersebut, dengan tujuan untuk pelaksanaan penyulaman. Sensus hidup mati yang dilakukan perusahaan adalah sensus 100% karena perusahaan akan melakukan penyulaman terhadap semua blok yang ada di perusahaan ter-sebut.

Kegiatan sensus produksi dilaksanakan oleh masing-masing divisi. Peubah yang diamati dalam kegiatan sensus produksi adalah tinggi batang tanaman yaitu jumlah tanaman dengan kriteria tinggi sebagai berikut: 0.00-2.61 m, 2.61-3.48 m, 3.48-4.35 m, 4.35-5.22 m, 5.22-6.09 m, dan > 6.09 m, nyorong, dan berbunga. Selain itu, dalam sensus produksi juga dihitung jumlah dari anakan dengan berat 3-5 kg, 5-10 kg, dan > 10 kg (Lampiran 4). Berdasarkan peubah tersebut didapat-kan data tanaman yang dapat dipanen.

Sensus produksi yang dilakukan perusahaan adalah sensus 50%. Peng-ambilan contoh sensus produksi dilakukan secara acak dan teratur pada setiap

(47)

34

blok. Untuk Blok genap, sensus dimulai dari jalur tanaman ke-1 dan ke-2, sementara itu untuk Blok ganjil sensus dimulai dari jalur tanaman ke-3 dan ke-4. Pengambilan contoh diharapkan dapat mewakili tanaman secara keseluruhan.

Sensus produksi dilakukan perusahaan untuk memperkirakan jumlah tanaman yang dapat dipanen pada tahun sekarang ini dan tahun-tahun berikutnya. Sensus produksi dilakukan perusahaan terkait dengan akan didirikannya pabrik pengolahan sagu. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengetahui jumlah bahan baku yang berasal dari kebun sendiri sebagai acuan dalam menentukan kapasitas pabrik.

Sensus produksi yang dilakukan pada Divisi I di Blok I29, H28, K28, dan L28, didapatkan hasil bahwa pohon sagu yang dapat dipanen pada tahun 2010 se-banyak 1216 pohon. Sementara itu, sese-banyak 1432 batang pohon sagu dapat di-panen pada tahun 2011 dan sebanyak 1866 batang sagu dapat didi-panen pada tahun 2012 pada ke empat blok tersebut (Tabel 1).

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sensus Produksi Divisi I Blok I29, H28, K28, dan L28 Blok DIVISI I Ank 0 -2.61 2.61 - 3.48 3.48 - 4.35 4.35 - 5.22 5.22 - 6.09 > 6.09 NY BB S/A <5 kg 5.-10 >10kg I29 2945 1318 1593 462 269 266 167 130 127 39 44 20 H28 2027 1854 3971 450 355 383 363 264 323 272 164 123 K28 3410 1873 2484 851 562 577 467 249 207 175 99 15 L28 2324 1455 1659 530 398 513 434 290 59 122 98 9 Jumlah 10706 6500 9707 2293 1584 1739 1431 933 716 608 405 167

Pelaksanaan sensus produksi dilakukan di setiap lorong untuk satu blok tanaman. Pada lorong yang sudah dilakukan pengendalian gulma, sensus cukup dilakukan oleh satu orang untuk mengamati dua jalur tanaman pada lorong ter-sebut, sedangkan pada lorong yang belum dilakukan pengendalian gulma sensus dilakukan oleh dua orang yang bertugas sebagai penebas dan pengamat. Kecepat-an penyensus untuk menyensus satu lorong dipengaruhi oleh jumlah tKecepat-anamKecepat-an dKecepat-an kondisi lorong. Lorong yang jumlah tanamannya lebih banyak membutuhkan waktu sensus lebih lama daripada lorong yang jumlah tanamannya sedikit. Pada lorong yang sudah dilakukan pengendalian gulma dan bebas dari tunggul serta

(48)

pelepah kering, waktu yang dibutuhkan lebih cepat dari lorong yang belum di-lakukan pengendalian gulma dan banyak tunggul serta pelepah kering. Prestasi kerja karyawan untuk jalur yang sudah di lakukan pengendalian gulma adalah 16 jalur tanaman/ HK, sedangkan prestasi mahasiswa 12 jalur tanaman/ HK. Apabila jalur tersebut belum dilakukan pengendalian gulma prestasi karyawan 10 jalur tanaman/ HK, sedangkan prestasi mahasiswa 8 jalur tanaman / HK.

Selain sensus hidup-mati tanaman dan sensus produksi, dalam kegiatan perusahaan juga terdapat sensus anakan. Sensus anakan dilakukan sebelum ke-giatan penjarangan tanaman dengan memberi tanda X pada anakan yang akan di-jadikan bibit dengan warna putih dan anakan yang akan ditinggalkan sebagai calon tanaman induk dengan warna kuning sesuai dengan kriteria yang telah di-tentukan, sedangkan untuk anakan yang akan dibuang tidak diberi tanda. Pada saat magang kegiatan sensus anakan tidak dilakukan oleh PT. National Sagu Prima. Perusahaan hanya mencatat jumlah anakan yang terdapat di kebun mereka. Pe-laksanaannya bersamaan dengan dilakukannya sensus produksi.

Penyulaman

Kegiatan penyulaman di PT National Sago Prima dilakukan oleh PT Prima Kelola. Penyulaman adalah kegiatan menanam kembali tanaman sagu yang mati karena terserang hama dan penyakit atau tidak bisa beradaptasi dengan lingkung-an baru. Kegiatlingkung-an tersebut dilakuklingkung-an setelah dilakslingkung-anaklingkung-an sensus hidup mati tanaman, dari hasil sensus tersebut dapat terlihat jumlah bibit yang dibutuhkan untuk untuk kegiatan penyulaman.

Sebelum pelaksanaan kegiatan tersebut, asisten dan mandor PT Prima Kelola mempersiapkan bibit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan blok yang akan disulam. Asisten dan mandor PT Prima Kelola dibantu oleh mandor dari PT National Sago Prima menyeleksi bibit yang digunakan untuk penyulaman. Sebelumnya asisten PT Prima Kelola telah membuat peta pohon untuk areal yang akan ditanami sehingga dapat diketahui dengan pasti posisi tanaman yang akan di-sulam. Kemudian bibit didistribusikan dengan menggunakan pompong melalui kanal. Proses pengangkutan bibit dari rakit persemaian ke lapangan harus di-lakukan dengan hati-hati agar tidak merusak bibit.

Gambar

Gambar 1. Rakit Tempat Pesemaian
Gambar 2. Teknik Persemaian Rakit
Gambar 5. Sucker Berbentuk “L” (Diterima Perusahaan) dan Sucker tidak berbentuk “L”
Gambar 6. Penyusunan Sucker Terseleksi di Rakit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data hasil pengamatan observasi aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung pada Siklus I dan Siklus II dengan penerapan model pembelajaran langsung di

Uji Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik, Kadar NH3 dan VFA pada Jerami Jagung, Pelepah Daun Sawit dan Pucuk Tebu Terolah Pada Sapi Secara In vitro.. Program Studi

transaksi catatan di jurnal, posting ke akun buku besar, dan menyiapkan neraca saldo.. Menjelaskan alasan-alasan mempersiapkan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

Hukuman untuk jenis hira&gt;bah yang pertama ini menakut-nakuti adalah pengasingan (an-nafyu). Pendapat ini dikemukaan oleh Abu Hanifah dan Imam Ahmad. atau diasingkan dari

Activity Diagram Menu Data Kelahiran Petugas Sistem Pilih Menu Data Kelahiran Tampilkan Data Kelahiran Tambahkan Data kelahir Tampilkan Form Data Kelahiran Isi Form Data

Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Jumlah Kunjungan Penderita Bronkitis Berdasarkan Sumber Pembiayaan Yang Dirawat Jalan di.

- Melakukan entry data rencana studi yang sudah diisikan pada FPRS ke dalam komputer sesuai dengan jadwal dan ruang yang tercantum padaa. KETENTUAN UMUM