PTUN SAMARINDA
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Para Penggugat adalah sebagaimana terurai dalam duduk sengketa diatas ;---
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Para Penggugat pihak Tergugat dan Tergugat II Intervensi telah mengajukan Eksepsi, oleh karena nya sebelum mempertimbangkan pokok perkaranya, Majelis Hakim akan terlebih dulu mempertimbangkan mengenai Eksepsi tersebut sebagai berikut: Dalam Eksepsi
Halaman 129, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD Menimbang, bahwa Keputusan Tata Usaha Negara yang dimohonkan batal atau tidak sah oleh Para Penggugat melalui surat gugatannya dan oleh karenanya menjadi objek sengketa dalam perkara aquo adalah Keputusan Bupati Kutai Timur Nomor. 141.1/K.166/2017 tentang pemberhentian penjabat kepala desa dan pengangkatan Kepala Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur tanggal 17 Februari 2017, selanjutnya disebut objek sengketa (vide bukti P-1, T-25, dan T.II Inv-1);--- Menimbang, bahwa terhadap gugatan Para Penggugat, pihak Tergugat dan Tergugat II Intervensi telah mengajukan eksepsi sebagaimana termuat dalam Jawaban dan Dupliknya masing-masing,dimana setelah Majelis Hakim menelaah eksepsi-eksepsi tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa terdapat 2 (dua) eksepsi yang isi nya sebagai berikut:--- 1. Bahwa Para Penggugat tidak mempunyai kedudukan hukum/legal standing;--- 2. Bahwa Para Penggugat salah menarik pihak dalam gugatannya (Error in Persona);---
Menimbang, bahwa mencermati eksepsi yang diajukan oleh Tergugat dan Tergugat II Intervensi tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa materi eksepsi-eksepsi tersebutternyata masuk dalam katagori eksepsi eksepsi lain - lain sebagaimana diatur dalam Pasal 77 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, oleh karena itu eksepsi-eksepsi tersebut dipertimbangkan dan diputus bersama-sama dengan pokok perkara dalam putusan akhir;---
Halaman 130, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD Menimbang, bahwa eksepsi-eksepsi tersebut telah ditanggapi oleh Para Penggugat sebagaimana termuat dalam Repliknya yang pada pokoknya menolak dalil-dalil eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi;---
Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan mengenai eksepsi yang pertama sebagai berikut;---1. Bahwa Para Penggugat tidak mempunyai kedudukan hukum/legal
standing--- Menimbang, bahwa eksepsi ini didalilkan oleh Tergugat karena sesuai Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara objek sengketa hanya menimbulkan akibat hukum kepada Zeky Hamzah dan tidak mempunyai hubungan hukum dengan Para Penggugat karena tidak bersifat konkrit, individual dan final kepada Para Penggugat. Sedangkan Tergugat II Intervensi mendalilkan hal tersebut dikarenakan objek sengketa a quo menyebabkan akibat hukum bagi Rustam Effendi yang diberhentikan sebagai penjabat Kepala Desa Tepian Langsat serta Tergugat II Intervensi yang diangkat sebagai penjabat Kepala Desa Tepian Langsat, maka seharusnya yang memiliki kedudukan hukum/legal standing untuk melakukan gugatan sengketa tata usaha negara adalah Rustam Effendi dan Tergugat II Intervensi sebagai pihak yang dituju oleh objek sengketa. Indroharto berpendapat “bahwa undang-undang peratun tidak menganut prinsip actio popularis yaitu prinsip yang memberikan hak menggugat kepada setiap orang atau setiap penduduk. Para Penggugat tidak mempunyai kepentingan dan tidak memiliki kedudukan hukum karena tidak ada hak-hak hukum maupun hak keperdataan Para Penggugat yang dirugikan oleh objek
Halaman 131, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD sengketa karena masalah kecurangan telah diselesaikan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa serentak tingkat kabupaten Kutai Timur;---
Menimbang, bahwa Para Penggugat di dalam Repliknya membantah dalil eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi tersebut dengan dalil bahwa objek sengketa bukan hanya menimbulkan akibat hukum kepada Zeky Hamzah tetapi juga kepada pihak ketiga yaitu Para Penggugat karena Para Penggugat adalah peserta calon kepala desa yang ditetapkan bersama-sama Zeky Hamzah berdasarkan penetapan panitia tingkat kabupaten tanggal 7 Desember 2016 dan telah bersifat final;--- Menimbang, bahwa Legal standing adalah adaptasi dari istilah persona standi in judicio yang maknanya adalah keadaan dimana seseorang atau suatu pihak ditentukan memenuhi syarat dan oleh karena itu mempunyai hak untuk mengajukan permohonan penyelesaian sengketa atau perkara di hadapan pengadilan;---
Menimbang, bahwa di dalam peradilan tata usaha negara untuk menentukan suatu kedudukan hukum/legal standing, didasarkan pada ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-undang Nomor 9 tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dengan kriteria :---
a. Subjek hukumnya berbentuk orang atau badan hukum perdata
b. Adanya kepentingan yang dirugikan oleh suatu keputusan tata usaha negara
Menimbang, berdasarkan bukti P-1, T-25, dan T.II Inv-1 didapatkan fakta bahwa substansi objek sengketa a quo adalah mengenai pengangkatan
Halaman 132, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD saudara Zeky Hamzah sebagai kepala desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur masa bakti 2017 - 2023;---
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti T-10, T-11 didapatkan fakta hukum bahwa calon Kepala Desa pada pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur tahun 2016 yaitu 1. Zeky Hamzah, 2. Masdari Kidang, 3. Riduan, 4. Hartono Kadri Salam, 5. Solihin;--- Menimbang, bahwa Para Penggugat yang merupakan calon Kepala Desa pada pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur tahun 2016 adalah subjek hukum berbentuk orang (natuurlijk person), dimana dengan terbitnya objek sengketa Para Penggugat terhalangi untuk terpilih sebagai Kepala Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur oleh karenanya memiliki kepentingan yang dirugikan, maka dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Majelis Hakim berpendapat bahwa Para Penggugat memiliki kedudukan hukum/legal standing untuk mengajukan gugatan a quo;---
Menimbang, bahwa oleh karena Para Penggugat memiliki kedudukan hukum/legal standing untuk mengajukan gugatan di peradilan tata usaha negara cq Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda, maka eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi mengenai Para Penggugat tidak memiliki kedudukan hukum/legal standing tidak beralasan hukum sehingga dinyatakan ditolak;--- Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan eksepsi kedua sebagai berikut:---
Halaman 133, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD 2. Bahwa Para Penggugat salah menarik pihak dalam gugatannya (Error in Persona)--- Menimbang, bahwa eksepsi ini didalilkan oleh Tergugat karena Para Penggugat telah keliru menarik Bupati Kutai Timur sebagai pihak dan tidak melibatkan Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Desa dan Tingkat Kabupaten;--- Menimbang, bahwa Para Penggugat didalam Repliknya telah membantah dalil eksepsi Tergugat tersebut;---
Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan bahwa Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata;---
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 41 ayat (5) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa jo ketentuan Pasal 36 ayat (1) huruf c Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak maka dapatlah disimpulkan bahwa finalisasi atau akhir dari proses pelaksanaan pemilihan kepala desa di Kabupaten Kutai Timur adalah penerbitan surat keputusan pengesahan dan pengangkatan Kepala Desa yang merupakan kewenangan Bupati Kutai Timur. Dengan demikian seorang Kepala Desa terpilih barulah mempunyai kewajiban dalam pelaksanakan
Halaman 134, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD tugasnya dan mendapatkan hak-haknya sejak saat ditetapkan dan diangkat sebagai kepala desa, bukan sejak saat ditetapkan terpilih sebagai kepala desa oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa tingkat desa atau kabupaten;--- Menimbang, bahwa oleh karena yang menjadi objek sengketa a quo adalah sebagaimana tersebut diatas finalisasi atau akhir dari proses pelaksanaan pemilihan Kepala Desa di Desa Tepian Langsat Kabupaten Kutai Timur, dikaitkan dengan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Pasal 41 ayat (5) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa jo ketentuan Pasal 36 ayat (1) huruf c Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak, maka majelis hakim berpendapat bahwa sudah tepat apabila yang didudukkan sebagai Tergugat adalah Bupati Kutai Timur dan tidak melibatkan Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Desa atau Kabupaten;---
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut diatas maka Eksepsi Tergugat mengenai Para Penggugat salah menarik pihak didalam gugatannya tidak beralasan hukum sehingga dinyatakan ditolak;--- Menimbang, bahwa oleh karena dalil-dalil eksepsi Tergugat dan Tergugat II Intervensi seluruhnya dinyatakan ditolak, maka selanjutnya akan dipertimbangkan mengenai pokok perkaranya sebagai berikut;--- Dalam Pokok Perkara
Halaman 135, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD Menimbang, bahwa dasar pengujian Peradilan Tata Usaha Negara terhadap permasalahan hukum dalam sengketa a quoadalah meliputi Aspek Kewenangan, Aspek Prosedur dan aspek substansinya;---
Menimbang, bahwa dari dalil-dalil yang diajukan Para pihak, maka menurut hemat Majelis Hakim para pihak tidak mempermasalahkan mengenai aspek kewenangan penerbitan objek sengketa a quo, dan setelah majelis hakim mencermati objek sengketa (vide bukti P-1, T-25, dan T.II Inv-1) dihubungkan dengan ketentuan Pasal 36 ayat (Inv-1) huruf c Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa kewenangan penerbitan objek sengketa a quo memang telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;---
Menimbang, bahwa dari dalil-dalil yang diajukan para pihak, yang menjadi permasalahan hukum administrasi yang harus dipertimbangkan dalam sengketa a quo adalah apakah prosedur dan substansi penerbitan objek sengketa telah sesuai denganketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku dan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik atau tidak? yang akan dipertimbangkan sebagai berikut;--- Menimbang, bahwa Para Penggugat di dalam gugatannya sebagaimana juga termuat dalam Repliknya mendalilkan bahwa Tergugat didalam menerbitkan objek sengketa tidak melalui tahapan-tahapan pemilihan sehingga tindakan Tergugat tesebut telah melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik dengan alasan;---
Halaman 136, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD 1. Bahwa Panitia Pemilihan Kepala Desa tidak melaksanakan pendaftaran (sensus) pemilih, tidak pernah melaksanakan pendaftaran hak pilih tambahan dan tidak melalukan pleno dalam menetapkan daftar pemilih tetap;--- 2. Bahwa Panitia pemilihan kepala desa tidak pernah menetapkan calon terpilih, tidak pernah menandatangani berita acara hasil pemilihan dan tidak pernah melaporkan dan menyerahkan berita acara hasil pemilihan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD);--- 3. Bahwa Badan Permusyawaratan Desa tidak pernah membuat surat keputusan tentang calon kepala desa terpilih dan tidak pernah merekomendasikan dan melaporkan calon kepala desa terpilih kepada Bupati melalui camat untuk disahkan menjadi Kepala Desa terpilih;--- 4. Bahwa Panitia pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat tidak dilantik oleh
Badan Permusyawaratan Desa;--- 5. Bahwa Petugas tempat pemungutan suara (TPS) tidak memiliki atau berdasarkan surat tugas;--- Menimbang, bahwa Tergugat dan Tergugat II Intervensi didalam surat jawabannya sebagaimana juga termuat dalam Dupliknya mendalilkan bahwa tindakan Tergugat menerbitkan objek sengketa telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan asas-asas umum pemerintahan yang baik;--- Menimbang bahwa dalam menguji proses penerbitan obyek sengketa a quo, Majelis Hakim akan mengujinya dengan model pengujian derivatif yakni mempertimbangkan keseluruhan tahapan-tahapan pemilihan beserta
Halaman 137, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD prosedur pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat yang merupakan derivasi dari obyek sengketa yang dikeluarkan oleh Tergugat;--- Menimbang bahwa didalam Pasal 41 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Pengaturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Desa diatur bahwa:--- “Pemilihan kepala Desa dilaksanakan melalui tahapan: a. persiapan; b. pencalonan; c. pemungutan suara; dan d. penetapan.”
Menimbang bahwa didalam Pasal 20 Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 7 Tahun 2016 Tentang pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak diatur bahwa:--- “Pemilihan kepala Desa dilaksanakan melalui tahapan: a. persiapan; b. pencalonan; c. pemungutan suara; dan d. penetapan.”
Menimbang bahwa sebagaimana pertimbangan di bagian atas bahwa karena obyek sengketa merupakan Keputusan akhir dan final dari keseluruhan prosedur tahapan Pemilihan Kepala Desa yang meliputi Persiapan, Pencalonan, Pemungutan Suara dan Penetapan maka pengujian prosedur dalam pengujian in casu tidak sekedar terbatas pada prosedur penerbitan obyek sengketa dalam konteks penetapan pemenang namun juga menyeluruh yang terkait dengan prosedur Persiapan, Pemungutan Suara dan Penetapan;---
Menimbang bahwa karena keseluruhan tahapan Pemilihan Kepala Desa yakni mulai dari tahapan persiapan berupa Pendataan Pemilih sampai dengan tahapan Pencoblosan dan penetapan pemenang merupakan bagian derivatif yang tidak dapat dipisahkan dari obyek sengketa dan keseluruhan organ penyelenggara tahapan Pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat,
Halaman 138, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD Kecamatan Bengalon menjadi tanggung jawab Bupati Kutai Timur in Casu Tergugat sehingga tindakan seluruh unit-unit penyelenggara dalam semua tahapan Pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat dari segi hukum administrasi merupakan representasi dari tindakan Tergugat;---
Menimbang, bahwa terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan permasalahan hukum (/legal issue) yang pertama yaitu mengenai Panitia Pemilihan Kepala Desa tidak melaksanakan pendaftaran (sensus) pemilih, tidak pernah melaksanakan pendaftaran hak pilih tambahan dan tidak melalukan pleno dalam menetapkan daftar pemilih tetap, sebagai berikut;---
Menimbang, bahwa Para Penggugat mendalilkan bahwa Panitia Pemilihan Kepala Desa tidak melaksanakan pendaftaran (sensus) pemilih sehingga beberapa Ketua RT membuat pernyataan memang tidak ada pendaftaran pemilih, bahkan Ketua RT 05 dan seluruh warganya tidak terdaftar dalam daftar pemilih. Panitia Pemilihan juga tidak melaksanakan hak pilih tambahan, sehingga bertentangan dengan Peraturan Bupati Kutai Timur Nomor: 16 Tahun 2016 Tentang mekanisme pelaksanaan pemilihan kepala desa Pasal 17 ayat 1 huruf c dan Pasal 24 ayat (1) huruf b;---
Menimbang, bahwa atas permasalahan hukum/legal issue yang didalilkan Para Penggugat tersebut, Tergugat dan Tergugat II Intervensi telah menyampaikan bantahannya yaitu bahwa T menerbitkan objek sengketa sudah dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;---
Menimbang, bahwa di dalam Pasal 8 ayat (4) huruf c Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan
Halaman 139, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak diatur : “Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas melakukan pendaftaran dan penetapan pemilih”---
Menimbang, bahwa di dalam Pasal 10 Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak dapatlah disimpulkan bahwa: “Panitia pemilihan melakukan pemutakhiran dan validasi daftar pemilih sesuai data penduduk di desa”;--- Menimbang, bahwa didalam Pasal 15 Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak diatur “panitia pemilihan menetapkan dan mengumumkan DPS yang sudah diperbaiki dan daftar pemilih tambahan sebagai DPT”;---
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-7, P-13, P-24, P-25, T-9 dan keterangan saksi Asnan Anigara didapatkan fakta-fakta hukum sebagai berikut:--- - Bahwa Ketua RT 05 dan warga RT 05 kehilangan hak pilihnya karena tidak terdaftar didalam DPT;--- - Bahwa pada Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah Ketua RT 05 yaitu Asnan Anigara masuk dalam DPT dan yang bersangkutan menggunakan hak pilihnya;--- - Bahwa biasanya warga RT 05 menggunakan hak pilihnya di TPS 04; - Bahwa berdasarkan Data Ketua RT. 05 Desa Tepian Langsat dan
Data dinas kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten Kutai Timur yang dihubungkan dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2) Peraturan
Halaman 140, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan pemilihan kepala desa secara serentak terdapat kurang lebih 190 (seratus sembilan puluh) orang yang mempunyai hak pilih; - Bahwa dalam DPT pemilihan kepala desa tepian langsat, warga RT
05 yang masuk namanya dalam DPT ada 24 (duapuluh empat) orang yaitu 12 orang di TPS 04, 8 orang di TPS 05 dan 4 orang di TPS 06;-- Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum terdapat kurang lebih 190 orang warga RT 05 yang mempunyai hak pilih akan tetapi ternyata hanya 24 orang warga RT 05 yang terdaftar dalam DPT pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat, Majelis Hakim berkeyakinan bahwa Panitia Pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat dalam pelaksanaan tugasnya tidak didasarkan pada peraturan sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (4) huruf c jis Pasal 10 ayat (1), Pasal 15 Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak, dan penyimpangan terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Serentak tersebut menyebabkan warga RT. 05 yang mempunyai hak pilih sebanyak lebih kurang 166 orang tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap sehingga tidak dapat menyuarakan hak pilihnya, padahal sesuai dengan asas pemilihan kepala desa yang bersifat Umum dan perkembangan hukum terkait pemilihan umum maka sudah sepatutnya Kepala Desa dipilih langsung oleh seluruh penduduk desa yang mempunyai hak pilih sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;---
Halaman 141, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD Menimbang, Majelis Hakim berpendapat bahwa sistem Pemilihan Kepala Desa tidak bisa dilepaskan oleh prinsip dan asas pemilihan umum secara universal. Dalam pemilihan umum (pemilu) diakui adanya hak pilih secara universal (universal suffrage). Hak pilih ini merupakan salah satu prasyarat fundamental bagi negara yang menganut demokrasi konstitusional modern. Pemilu merupakan institusionalisasi partisipasi dalam menggunakan hak pilih. Hak pilih ini memiliki karakter demokratis bila memenuhi empat prinsip, yaitu umum (universal), setara (equal), rahasia (secret) dan langsung (direct). Kesetaraan( equal) dalam hak pilih mensyaratkan adanya kesamaan nilai suara dalam pemilu bagi semua pemilih sehingga dalam perkara in casu warga RT. 05 Desa Tepian Langsat yang memiliki hak pilih tidak mendapat posisi yang equal sebagai pemilih;--- Menimbang bahwa terkait dengan hak memilih dalam sebuah pemilihan, Mahkamah Konstitusi dalam putusan Perkara Nomor 011- 017/PUU-I/2003 tanggal 24 Februari 2004 menyatakan bahwa hak memilih adalah hak konstitusional warga negara. Putusan tersebut antara lain menyebutkan, “Menimbang, bahwa hak konstitusional warga negara untuk memilih dan dipilih (right to vote and right to be candidate) adalah hak yang dijamin oleh konstitusi, Undang-Undang maupun konvensi internasional, oleh karena nya pembatasan, penyimpangan, peniadaan dan penghapusan akan hak dimaksud merupakan pelanggaran terhadap hak asasi dari warga negara”;---
Menimbang bahwa menurut Majelis Hakim, fakta yang terungkap menunjukkan adanya penyimpangan secara substansi peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh pihak Penyelenggara in casu Tergugat cq
Halaman 142, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD Panitia Pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat yang mengakibatkan hak-hak seorang warga negara untuk memilih menjadi terabaikan dan tindakan tersebut merupakan pelanggaran asas demokrasi yang mestinya menjadi prinsip utama dalam sebuah proses pemilihan. Di samping itu Majelis Hakim mempertimbangkan satu prinsip hukum dan keadilan yang dianut secara universal yang menyatakan bahwa “tidak seorang pun boleh diuntungkan oleh penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukannya sendiri dan tidak seorang pun boleh dirugikan oleh penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain” (nullus nemo commodum capere potest de injuria sua propria). Dengan demikian, tidak satu pun Calon dalam sebuah pemilihan yakni dalam pemilihan level mana pun yang boleh diuntungkan dan dirugikan dalam perolehan suara akibat terjadinya pelanggaran hukum administrasi dan prinsip keadilan dalam penyelenggaraan sebuah pemilihan umum;---
Menimbang,bahwa ketentuan Pasal 44 Peraturan Bupati Kutai Timur Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa diatur : (2) paling lambat 7 tujuh hari setelah menerima laporan, maka BPD segera menyerahkan laporan hasil pelaksanaan pemilihan Kepala Desa terpilih kepada Bupati melalui camat dengan tembusan kepada penjabat Kepala Desa untuk pengesahan dan pengangkatan Kepala Desa dengan Keputusan Bupati;--- Menimbang bahwa berdasarkan saksi Kusmin dan Sapriadi Didapatkan fakta hukum bahwa surat Badan Permusyawaratan Desa Nomor :141/003/SK/BPD-TPL/XII/2006 Tentang Penetapan Calon Kepala Desa terpilih pemilihan Kepala Desa, Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon
Halaman 143, Putusan Nomor : 12/G/2017/PTUN.SMD kabupaten Kutai Timur (vide bukti T-18;T-19;T-20) tidak dtanda tangani pada tanggal 23 Desember 2016 akan tetapi ditanda tanganinya pada tanggal 25 Januari 2017 sehingga Majelis Hakim berkesimpulan bahwa tindakan BPD Tepian Langsat dalam rangka penyampaian Laporan Hasil Pemilihan Kepala Desa Desa Tepian Langsat tidak sesuai prosedur sebagaimana dimaksud Pasal 44 Peraturan Bupati Kutai Timur Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa;--- Menimbang, bahwa pada pokoknya objek sengketa a quo diterbitkan terkait dengan penetapan pengesahan Kepala Desa terpilih atas pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur sedangkan pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat itu sendiri telah melanggar aturan hukum yang berlaku, oleh karenanya tindakan Tergugat didalam menerbitkan objek sengketa a quo telah melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik khususnya asas kedaulatan rakyat (asas demokrasi), asas kepastian hukum dan asas kecermatan;--- Menimbang, bahwa kesalahan prosedur pelaksanaan tahapan pemilihan Kepala Desa Tepian Langsat khususnya dalam tahap pendaftaran, pemutakhiran, validasi dan penetapan pemilih pada pemilihan kepala desa Tepian Langsat secara mutatis mutandis menyebabkan ketidak-akuratan substansi hasil pemilihan kepala desa Tepian Langsat tersebut;---
Menimbang bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan hukum tersebut, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Tergugat dalam menerbitkan