• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJ฀AN TEOR฀T฀S PEND฀D฀KAN ฀SLAM

A.฀Pengertian Pendidikan ฀slam

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie. Paedagogie berasal dari kata pais yang artinya “anak” dan again yang berarti “membimbing”. ฀engan demikian, maka paedagogie berarti “bimbingan yang diberikan kepada anak”. Orang yang memberikan bimbingan kepada anak tersebut disebut paedagog. ฀alam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie tersebut berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi orang dewasa. ฀alam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang lain agar dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.1

1Adapun arti pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni

“Proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.2

Zakiah ฀aradjat mengemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam menyampaikan pelajaran,

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

1Sudirman, Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), Cet. V, h. 4. 2Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ฀epartemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. IV, h. 263.฀

memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pembentukan kepribadian anak didik atau proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetiknya di akhirat.3

Menurut HM. Alisuf Sabri, Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa atau pendidik untuk membantu membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah kedewasaan.4 Pada perjalanannya pendidikan merupakan sebuah proses yang berkesinambungan dan latihan yang panjang guna mencapai kedewasaan yang diharapkan.

Amir ฀aien Indrakusuma mengemukakan bahwa pendidikan adalah “suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis yang dilakukakan oleh orang-orang yang diserahi tanggungjawab untuk mempengaruhi anak didik agar mempunyai sikap dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan”.5

Adapun istilah pendidikan Islam, setidaknya ada tiga kata yang berhubungan dengan istilah tersebut, yaitu tarbiyah, ta’lim dan al-ta’dib.6

1.฀ Al-Tarbiyah

Kata at-tarbiyah berasal dari kata rabba yarubbu (฀Ώήϳ฀–฀Ώέ ) yang berarti memimpin, memperbaiki, menambah, memlihara mengasuh dan mendidik.7

Secara etimologi kata al-Tarbiyah menurut Abdurrahman an-Nahlawi berasal dari tiga dasar kata. Pertama, kata rabba-yarbu yang artinya bertambah dan berkembang. Kedua, kata rabiya-yarbu yang berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga, katarabba- yang berarti

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

3Zakiah ฀aradjat, et al, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet.IV, h. 98.฀

4Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 5. 5Amir ฀alen Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1997), h. 26.฀

6Abduin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2009), Cet.I, h. 6. 7A. W. Munawwir, Kamus Lengkap Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresive, 1984), h. 462.฀

memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.8

Kata tarbiyah umumnya diartikan sebagai pendidikan, suatu tindakan sengaja untuk mendewasakan anak, memberi pengetahuan dan keterampilan agar manusia mampu hidup di zamannya. Pada konsep tarbiyah, pendidikan termasuk dalam bentuk fisik, spiritual, material dan intelektual.

Salah satu ayat al-Qur’an yang menggunakan term rabba (Ώέ฀) terdapat dalam surat al-Isra ayat 24, yang berbunyi:

฀ ฀฀฀     ฀฀    ฀฀ ฀   ฀     ฀

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al-Isra: 24).9

Sedangkan menurut Syed M. Naquib al-Attas, pengertian tarbiyah secara etimlogi sebanding dengan kata ghadza atau ghadzwu (–ϯά˰Ϗ ϭά˰ϐϳ) yang berarti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, membuat menjadikan bertambah dalam pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang, dan menjinakkan.10

฀engan demikian, dapat dikatakan bahwa tarbiyah merupakan proses mendidik manusia dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia kearah yang lebih baik dan lebih sempurna.11 Namun kata tarbiyah juga memiliki arti yang luas dari sekedar proses mendidik

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

8Sanusi Uwes, Visi dan Pondasi Pendidikan Perspekti฀ Islam,(Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 2003), h. 37.฀

9฀epartemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa, 1986), h. 428.฀

10Syed M. Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. VII, h. 66.฀

11Muhammad Syafii Antonio dan Tim Tazkia, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Rasulullah s.a.w “The Super Leader & Super Manager”, (Jakarta: Tazkia Publishing, 2010), h. 9.฀

saja, tetapi meliputi proses yang lebih yaitu mengurusi dan mengatur manusia agar kehidupan bermasyarakatnya berjalan dengan baik. 2.฀ Al-Ta’lim

Kata al-Ta’lim berasal dari kata allama yuallimu ta’liman (฀-฀ϢϠϋ ϢϠόϳ

-฀

฀ΎϤϴϠόΗ ) yang berarti mengajar, memberitahu, mempelajari12. Kata ta’lim dalam pendidikan berarti kegiatan untuk mentransfer ilmu pengetahuan atau informasi melalui pembelajaran.

Menurut Abdul Fattah Jalal merupakan istilah yang paling tepat sebagai alih bahasa pedagogik. Ta’lim lebih luas jangkauannya dan lebih universal sifatnya dibandingkan dengan kata al-Tarbiyah.13

Adapun kecendrungannya kata ta’lim lebih kepada transfer ilmu pengetahuan dengan perubahan sikap yang dihasilkannya. Atau dengan kata lain penggambaran mengenai proses pembelajaran, baik di lingkungan pendidikan maupun masyarakat.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abudin Nata, bahwa Kata al-Ta’lim dalam arti pengajaran yang merupakan bagian dari pendidikan banyak digunakan untuk kegiatan pendidikan yang bersifat non-formal, seperti majelis ta’lim yang saat ini berkembang dan variasi.14 3.฀ Al-Ta’dib

Kata al-Ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban (฀–฀ΏΩ΃ ฀ΏΩΆϳ

฀ΎΒϳΩ΄Η ) yang berarti mendidik atau memperbaiki.15yang berarti beradab dan sopan santun.16

Adapun kata Ta’dib dalam arti pendidikan, Syed M. Naquib al-Attas mengartikan al-Ta’dib sebagai pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur yang ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan,

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

12A. W. Munawwir, Kamus Lengkap Al-Munawwir Arab-Indonesia…, h. 966. 13Sanusi Uwes, Visi dan Pondasi Pendidikan Perspekti฀ Islam…, h. 40.

14Abduin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2009), Cet. I, h.11 15A. W. Munawwir, Kamus Lengkap Al-Munawwir Arab-Indonesia…, h. 12. 16Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung), h. 36.

sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan. 17

Melalui kata al-Ta’dib al-Attas ingin menjadikan pendidikan sebagai sebuah sarana bagi transformasi nilai-nilai akhlak mulia yang bersumber kepada ajaran Agama ke dalam diri manusia, serta menjadi proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan.

Sementara Abdurrahman an-Nahlawi, berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah suatu upaya atau usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan, membina dan mengenalkan syariat Islam untuk berakhlak.18

HM. Arifin menjelaskan bahwa hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan ฀itrah (Kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam menuju arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan.19

Menurut Ahmad ฀. Marimba, Pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.20

฀ari pengertian-pengertian di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah suatu usaha atau kegiatan pendidikan yang diberikan oleh pendidik kepada orang yang dididik melalui bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam, melalu kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan untuk menyempurnakan dan mengarahkan kompetensi yang ada di dalam diri orang tersebut pada perkembangan dan pertumbuhannya ke arah titik maksimal demi terwujudnya pribadi yang baik,

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

17Abduin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. I, h.13.

18Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, (Jakarta: PT. Gema Insani Press, 1995), Cet. II, h. 25.฀

19 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1991), Cet. I, h.32. 20Ahmad ฀. Marimba, Pengantar Filsa฀at Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ma’arif,1989), Cet. VIII, h. 23.฀

dan berkarakter Islami serta menjadikan ajaran Islam sebagai pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

฀alam konteks Indonesia, pendidikan Islam memiliki arti dan pemaknaan tersendiri terutama dalam kerangka Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Perkembangan pendidikan Islam dan peranannya dalam pembangunan karakter bangsa yang mayoritas muslim mendapatkan apresiasi yang tinggi.

฀alam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, Bab I Pasal I ayat 16 disebutkan: “Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat”.21

Pendidikan Islam dalam kerangka Nasional adalah pendidikan yang menyelamatkan dan mengembagkan potensi fitrah manusia. Karena Islam meyakini bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan menurut fitrahnya, dan dalam fitrah tersebut, terdapat potensi-potensi baik dan buruk.

Pendidikan Islam di Indonesia memiliki tujuan mencerdaskan kehidupan umat, bangsa dan Negara, baik kehidupan yang sifatnya individu maupun masyarakat dan kehidupan berbangsa. ฀an pendidikan Islam sebagai sub system pendidikan nasional memiliki kerangka definisi dan tujuan yang sejalan dengan pelaksanaan pendidikan nasional, yakni pendidikan Islam harus mampu mengembangkan jati dirinya agar dapat membantu membangun keberhasilan pendidikan nasional secara luas.

B.฀ Dasar-Dasar Pendidikan ฀slam

฀asar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu, fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

21Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal I, (Jakarta: Fokus Media, 2010), h. 4.

landasan untuk berdirinya sesuatu.22 Pendidikan merupakan bagian dari yang terpenting dari kehidupan manusia yang secara kodrati adalah insan pedagogik. Maka acuan yang menjadi dasar bagi pendidikan adalah nilai tertinggi dari pandangan hidup suatu masyarakat di mana pendidikan tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu akan dibahas penulis adalah mengenai pendidikan Islam, maka yang menjadi pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan ini adalah pandangan hidup Islam.

Menurut H. Ramayulis, dasar pendidikan Islam dibagi menjadi dua kategori, yaitu (1) dasar pokok, dan (2) dasar operasional.23

1.฀ ฀asar Pokok Pendidikan Islam

฀asar ideal pendidikan agama Islam adalah identik dengan ajaran Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu al-Qurán dan al-Hadíth.

a.฀ Al-Qurán

Al-Qurán merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan-Nya kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril yang diperuntukan bagi seluruh umat manusia yang juga merupakan petunjuk hidup yang lengkap, pedoman bagi manusia meliputi seluruh aspek mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi sekaligus mulia, karena esensinya tidak dapat dimengerti, kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas.

Ayat al-Qur’an yang pertama kali diwahyukan Allah kepada Muhamad adalah surat al-Alaq, yang berisikan perintah membaca dan berpikir tentang ciptaan Allah di muka bumi, adapun bunyi surat itu adalah:

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

22Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h. 95.฀

 ฀ ฀  ฀ ฀   ฀ ฀฀ ฀   ฀  ฀฀฀   ฀  ฀ ฀ ฀  ฀   ฀  ฀฀฀  ฀ ฀  ฀ ฀  ฀ ฀  ฀฀฀ ฀฀ ฀   ฀  ฀ ฀  ฀฀฀   ฀  ฀ ฀  ฀   ฀   ฀  ฀฀฀

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(QS. Al-‘Alaq: 1-5).24

Beberapa rujukan di atas memberikan kesimpulan yang jelas akan orientasi yang dimuat dan dikembangkan al-Qurán bagi kepentingan manusia dalam melaksanakan amanat yang diberikan oleh Allah s.w.t. oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan Islam sejatinya adalah implementasi dan pengamalan yang terkandug di dalam al-Qurán. Yang mencakup pengaturan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan dirinya dan antar sesama manusia yang lain.

Nabi Muhammad s.a.w menjadi pendidik pertama pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan al-Qurán sebagai dasar pendidikan Islam di samping sunnah beliau sendiri. Mengenai kedudukan al-Qurán sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat al-Qurán itu sendiri.

Firman Allah s.w.t. ฀  ฀   ฀  ฀ ฀  ฀  ฀ ฀   ฀   ฀   ฀   ฀ ฀  ฀ ฀  ฀   ฀   ฀  ฀  ฀ ฀  ฀ ฀  ฀ ฀  ฀฀ ฀ ฀ ฀   ฀  ฀   ฀  ฀   ฀   ฀  ฀฀฀

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.(QS. Ali Imran: 164)25

Sehubungan dengan masalah ini, Muhammad Fadhil al-Jamali menyatakan sebagai berikut:

“Pada hakikatnya Al-Quran itu merupakan perbendaharaan besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya merupakan kitab pendidikan masyarakat, moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian)”.26

Al-Qur’an menaruh perhatian yang sangat besar terhadap masalah pendidikan, pembangunan karakter dan pengembangan sumber daya manusia agar kehidupan di muka bumi ini senantiasa damai, sejahtera, bermartabat dan membawa kemaslahatan bagi seluruh makhluk, termasuk kebahagiaan di dunia dan akhirat.27

b.฀ Al-Hadith

฀asar kedua setelah al-Qurán adalah Sunnah Rasulullah. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah s.a.w dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah s.w.t menjadikan Muhammad menjadi teladan bagi umatnya. “Rasulullah s.a.w mengajarkan dan mempraktekkan amal baik kepada istri dan sahabatnya. ฀an seterusnya mereka praktekkan pula seperti yan dipraktekkan oleh Rasulullah s.a.w, kemudian mereka mengajarkan pula

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

25฀epartemen Agama RI, Al-Qurán dan terjemahannya…, h. 104. 26Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 123.

27Kementerian Agama RI, Ta฀sir Al-Quran Tematik: Pendidikan, Penegmbangan Karakterdan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Jakarta: Lajnah Pentashih al-Quran Badan Litbang dan ฀iklat, 2010), h. 2.฀

kepada orang lain. Perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah inilah yang disebut hadith atau sunnah”.28

Nabi Muhammad s.a.w selalu memberikan contoh dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Contoh yang diberikan beliau dapat dibagi menjadi tiga bagian. “Pertama, hadith Qauliyah yaitu yang berisikan ucapan, pernyataan, dan persetujuan. Kedua, hadith ฀i’liyah yaitu berisikan tindakan dan perbuatan yang dilakukan Nabi. Ketiga, hadith taqririyah yaitu yang merupakan ketetapan Nabi atas tindakan peristiwa yang terjadi”.

Secara umum bagian terbesar dari syariat Islam telah terkandung dalam al-Qurán namun muatan hukumnya yang terkandung belum mengatur berbagai dimensi aktivitas kehidupan umat secara terperinci dan analitis. Penjelasan syariah yang terkandung dalam al-Qurán masih bersifat umum dan global. Untuk itu diperlukan keberadaan hadith Nabi sebagai penjelas dan penguat hukum-hukum qurániyyah yang ada.

Nabi Muhammad s.a.w. pada 14 abad yang lalu telah memperhitungkan bahwa pendidikan akan menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, sebagai bagian usahanya menjalankan misi kerasulan, beliau menekankan pentingnya pendidikan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Adalah Muhammad yang mendidik para sahabat dan pengikutnya menjadi pribadi-pribadi yang baik, tangguh dan perkasa. Meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Meski nabi Muhammad adalah seseorang yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal yang mengajarkan baca tulis, tetapi beliau mendapatkan pendidikan langsung dari Allah s.w.t.

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

kemampuan intelektualnya mengalahkan pemikiran para filosof Yunani, pemikiran Muhammad mampu menjawab pelbagai tantangan dan permasalahan manusia.

Proses pendidikan Islam yang ditunjukkan Nabi Muhammad s.a.w merupakan bentuk pelaksanaan yang bersifat fleksibel dan universal, sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik, kebiasaan masyarakat, serta kondisi alam di mana proses pendidikan tersebut berlagnsung, dengan dibalut oleh pilar-pilar akidah Islamiyah.29

฀ari kesimpulan di atas dapat dilihat bagaimana posisi dan fungsi hadith Nabi sebagai sumber pendidikan Islam yang utama setelah al-Qurán. Hal ini diperkuat dalam salah satu firman Allah s.w.t:  ฀…. ฀   ฀  ฀ ฀  ฀ ฀ ฀ ฀   ฀   ฀  ฀ ฀  ฀  ฀฀ ฀  ฀ ฀  ฀   ฀  ฀ ฀   ฀  ฀ ฀  ฀฀฀

“… apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”.(QS. Al-Hasyr: 7).30

2.฀ ฀asar Operasional Pendidikan Islam

฀asar operasional merupakan dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal. Menurut Hasan Langgulung, dasar operasional dapat dibagi menjadi enam macam:

a.฀ ฀asar historis, yaitu dasar yang memberikan persiapan pada pendidik dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu, beberapa undang-undang dan peraturan-peraturannya maupun berupa tradisi dan ketetapannya.

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

29Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam…, h. 97-99. 30฀epartemen Agama RI, Al-Qurán dan Terjemahnya…, h. 916.

b.฀ ฀asar sosiologis, yaitu dasar berupa kerangka budaya di mana pendidikannya bertolak dan bergerak seperti memindahkan budaya, memilih dan mengembangkannya.

c.฀ ฀asar ekonomis, yaitu dasar yang memberi perspekif tentang potensi-potensi manusia, keuangan, materi, persiapan yang mengatur sumber keuangan dan bertanggungjawab terhadap anggaran perbelanjaan.

d.฀ ฀asar politik dan administrasi, yaitu dasar yang memberi bingkai ideaologi (akidah) dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.

e.฀ ฀asar psikologis, yaitu dasar yang member informasi tentang watak peserta didik, pendidik, metode yang terbaik dalam praktek, pengeukuran dan penilaian bimbingan dan penyuluhan.

f.฀ ฀asar filosofis, yaitu dasar yang memberi kemampuan memilih yang terbaik member arah atau system yang mengontrol dan member arah ke semua dasar-dasar operasionalnya.

3.฀ ฀asar Pendidikan Islam di Indonesia

฀asar pendidikan Islam dalam perundang-undangan yang berlaku di Indonesia antara lain:

a.฀ Undang-undang ฀asar 1945 Pasal 3131

Ayat 1 (satu) berbunyi: “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.

Ayat 3 (tiga) berbunyi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”.

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

31Undang-Undang ฀asar 1945 Hasil Amandemen & Proses Amandemen Undang-Undang ฀asar 1945, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2009), Cet. VI, h. 25.฀

Ayat 5 (lima) berbunyi: “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia“.

b.฀ Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab I Pasal 1 ayat 2 berbunyi: “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang ฀asar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”.32

Bab I ayat 1 pasal 16 berbunyi: “Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat”.33

Bab VI Pasal 30 ayat 1 berbunyi: “Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.34

Peraturan perundang-undangan yang menjadi payung hukum penyelenggaraan pendidikan Islam di Indonesia (Madrasah dan Pesantren) yaitu Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyediakan peluang yang cukup besar bagi perkembangan system pendidikan Islam di Indonesia, dan memiliki kesempatan untuk ambil bagian dalam suksesi pendidikan nasional.

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

32Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional…, h. 2.

33Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional…, h. 4.

34Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional…, h. 16.

Secara legal dan formal, perangkat perundang-undangan tersebut sudah cukup untuk membangun dan membesarkan pendidikan Islam di Indonesia. Ajaran Islam, Pancasila dan nilai-nilai luhur sosial dan budaya bangsa memiliki kekuatan dalam pembangunan pendidikan dan pembentukan karakter bangsa lewat penanaman nilai-nilai tersebut dalam kegiatan pendidikan.

฀asar penyelenggaraan pendidikan Islam di Indonesia memiliki keleluasaan tempat dalam upaya mendorong tujuan utama penyelenggaraan pendidikan bagi masyarakat Indonesia, antara lain yaitu, pembentukan manusia yang memiliki ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, pembentukan akhlak mulia, cakap berilmu, kreatif, mandiri, dan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan masyarakat yang demokatis dan bertanggungjawab.

Penerapan dan integrasi kurikulum pendidikan nasional dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti Pesantren, Madrasah, dan Perguruan tinggi menjadi jawaban bahwa pendidikan Islam yang melembaga formal ikut berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang cakap ilmu dan kepribadiannya.

C.฀ Tujuan Pendidikan ฀slam

Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Bagaikan seseorang yang berjalan dan melangkah tanpa arah maka hasilnya pun tidak lebih dari pengalaman selama perjalanan.

Pendidikan merupakan “usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas memilki tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tak kehilangan arah. ฀alam perkembangannya teori-teori tentang tujuan pendidikan Islam menjadi perhatian yang cukup besar dari pakar pendidikan”.35

Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu akan dijelaskan makna dari “tujuan” tersebut. Menurut Zakiah ฀arajat

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

35Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. I, h.15.฀

“Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai”. Sedangkan menurut H.M Arifin “Tujuan itu dapat menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu”. Meskipun banyak pendapat tentang penegrtian tujuan, akan tetapi pada umumnya pengertian itu berpusat pada usaha atau perbuatan yang dilaksanakan untuk maksud tertentu. Jadi pada intinya tujuan adalah suatu usaha yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan tersebut selesai.

Tujuan dalam proses pendidikan Islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islami yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.36 Untuk menjabarkan tujuan pendidikan agama Islam tidak dapat dilakukan tanpa melihat komponen-komponen sifat dasar (tabi’at) yang ada pada manusia.37 ฀engan mengetahui sifat dasar itu dan dapat dilihat kaitannya antara tujuan pendidikan Islam dengan usaha untuk membentuk pribadi muslim yang utama. Sifat dasar yang ada pada manusia adalah tubuh, ruh dan akal. Maka

Dokumen terkait