DAFTAR LAMPIRAN
KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI
2.1.3. Teori Belajar yang Mendasari Model Quantum Teaching dengan Media Flashcard Media Flashcard
Faktor-faktor belajar dapat mempengaruhi proses psikologis dalam diri siswa. Proses belajar begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar. Teori belajar adalah teori yang mendasari pelaksanaan proses belajar agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Menurut Thomas B. Roberts (1975:1) jenis teori belajar yang banyak mempengaruhi pemikiran tentang proses pembelajaran dan pendidikan adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan humanisme. (Lapono, 2008:1.1)
Adapun uraian jenis teori belajar sebagai berikut: 2.1.3.1. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap variasi stimulus (Winataputra,
2007:2.14). Stimulus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah direspon oleh siswa (Rifa‟i, 2010:106). Teori behaviorisme didasarkan pada pemikiran belajar merupakan salah satu jenis perilaku siswa yang dilakukan secara sadar. Siswa di SD/MI akan belajar apabila menerima rangsangan dari guru, semakin tepat dan intensif rangsangan yang diberikan oleh guru semakin intensif kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Konsekuensi yang dihadapi siswa, bersifat positif dan negative berfungsi sebagai penguat dalam kegiatan belajar siswa (Lapono, 2008:1.15).
Teori behaviorisme yang perlu dipelajari secara mendalam untuk kepentingan pengelolaan proses pembelajaran di SD/MI untuk mengatasi kenadala belajar siswa saat mengikuti pembelajaran di kelas, yaitu teori a. Respondent Conditioning; b. Operant Conditioning, dan c. Observational Learning atau Social-Cognitive Learning (Lapono, 2008:1.3).
Berdasarkan teori yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan teori belajar behaviorisme merupakan landasan dari pembelajaran dengan model quantum teaching dengan media flashcard dari penerapan TANDUR yaitu guru terlebih dulu harus menumbuhkan minat anak dengan memberi stimulus berupa media dan pengaitan materi dengan pengetahuan yang diterimanya, kemudian selama pembelajaran guru harus selalu mengulangi dengan memberi stimulus bisa berupa permainan, penjelasan, pertanyaan atau siswa mengalami pengalaman sendiri.
2.1.3.2. Teori Belajar Kognitif
Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai siswa dengan lingkungan (Winataputra, 2007:3.8). Kegiatan belajar bukan sekedar stimulus dan respon bersifat mekanistik tetapi melibatkan kegiatan mental siswa (Baharudin, 2012:87). Piaget (dalam Rifa‟i, 2010:26) menyatakan perkembangan kognitif manusia terdiri dari empat tahap, yaitu:
a. Tahap sensorimotorik (sensorimotor intelligence), lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman indera dan gerakan motorik mereka.
b. Tahap praoperasional (preoperational thought), usia 2 sampai 7 tahun. Pemikiran tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap, yaitu simbolik dan intuitif. Bayi belum mampu berpikir konseptual tetapi perkembangan kognitif dapat diamati.
c. Tahap operasional kongkrit (concrete operation), usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika dalam bentuk benda kongkrit.
d. Tahap operasional formal (formal operation), usia 11 sampai 15 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang hakekat berpikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog.
Struktur mental individu tersebut berkembang sesuai dengan tingkatan perkembangan kognitif. Semakin tinggi tingkat perkembangan kognitif seseorang
semakin tinggi pula kemampuan dan keterampilannya dalam memproses berbagai informasi atau pengetahuan yang diterimanya dari lingkungan, baik fisik maupun sosial. Teori belajar kognitivisme dapat disebut sebagai: a. teori perkembangan kognitif; b. teori kognisi sosial; dan c. teori pemprosesan informasi. (Lapono, 2008:1.23)
Berdasarkan teori yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan teori belajar kognitif merupakan landasan dari pembelajaran dengan model quantum teaching dengan media flashcard karena dalam teori kognitif, Piaget berpendapat bahwa siswa SD (usia 7-11 tahun) masuk usia tahap berfikir operasional konkrit, siswa mulai berfikir secara logis mengenai peristiwa konkret sehingga berupaya mengorganisir, menyimpan, dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan sebelumnya, terjadi pemrosesan informasi.
2.1.3.3. Teori Belajar Humanistik
Filosofi humanistik dalam proses pembelajaran melahirkan beberapa konsep berkaitan dengan pengembangan model pembelajaran yang memberi kesempatan bagi siswa untuk membangun sendiri realitas bagi dirinya sendiri dan menekankan pada kemampuan siswa dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor (Baharudin, 2012:141). Pendekatan teori humanistik dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengakgungan, dan cinta dari orang lain. Proses pembelajaran, kebutuhan tersebut perlu diperhatikan agar siswa tidak kecewa, jika
siswa merasa upaya pemenuhan kebutuhan terabaikan maka besar kemungkinan di dalam dirinya tidak akan tumbuh motivasi berprestasi dalam belajarnya. (Lapono, 2008:1.43)
Berdasarkan teori yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan teori belajar humanistik merupakan landasan dari pembelajaran model quantum teaching dengan media flashcard karena ada pembentukan kelompok menunjukkan teori humanistik, siswa telah mendapatkan nilai kerjasama, saling membantu dan menguntungkan, kejujuran, dan kreatifitas dalam proses pembelajaran. Quantum teaching mengorkestrasikan suasana yang mengairahkan siswa dengan jalinan rasa simpati dan saling mengerti, rasa saling memiliki adanya perayaan kesuksesan sehingga menimbulkan emosi positif.
2.1.3.4. Teori Belajar Kontruktifisme
Piaget dan Vygotsky menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan integrasi kemampuan dalam belajar kelompok mendapatkan pengubahan secara konseptual (Baharudin, 2012:115). Teori belajar kontruktifisme menekankan pada peran guru untuk mengajar siswa bagaimana membangun makna, memonitori, mengarahkan dan mendesain pengalaman bagi siswa sebagai autentik, konteks yang relevan. Guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan siswa secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi, mengadaptasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki (Lapono, 2008:1.26).
Berdasarkan teori yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan teori belajar konstruktifis merupakan landasan dari pembelajaran dengan model quantum teaching dengan media flashcard karena siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru apabila dihubungkan dengan situasi nyata kehidupan sehari-hari siswa. Siswa membangun pemahaman berdasarkan pengalaman individual dan interaksi dalam lingkungan belajar. Pembelajaran model quantum teaching memiliki prinsip semua aspek memberi informasi berarti ada interaksi antar siswa, selain dengan guru melalui kegiatan diskusi kelompok dan permainan kelompok.