• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.6 Animasi

2.6.7 Teori Dasar Pembuatan Film Animasi

Film animasi memiliki teori yang yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembuatannya, berikut adalah teori-teori dasar yang ada dalam pembuatan film animasi:

a. Ide Cerita

Menurut James Webb Young dalam buku “The Wizard of Ideas” karangan Jonathan Grumphy (2003: 27):

“Ide tak lain dan tak bukan adalah kombinasi baru dari elemen-elemen lama.”

Sehingga Jonathan Grumphy menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan ide diperlukan:

1) Pendefinisian masalah;

2) Pengumpulan data, yaitu mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan untuk menganalisa masalah yang ada;

3) Analisa masalah, yaitu memahami permasalahan untuk memperoleh sebuah jawaban yang tepat;

4) Carilah ide, mencari inspirasi seluas-luasnya; 5) Merealisasikan ide yang telah didapatkan.

b. Cerita

1) Pengertian Cerita

Djalle (2007: 83) mengemukan bahwa cerita adalah urutan yang dimulai dengan awal atau permulaan, pertengahan, hingga akhir yang tersusun menjadi sebuah jalinan cerita. Sedangkan menurut pengertian pertama kamus umum bahasa Indonesia, cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu peristiwa atau kejadian. Dan menurut pengertian kedua, cerita adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang dan sebagainya baik yang sungguh-sungguh terjadi ataupun yang hanya rekaan belaka (Poerwadarminta, 2006: 233).

2) Kategori Cerita

Fakta, yaitu cerita yang berhubungan dengan kejadian sebenarnya, atau biasanya diangkat dari kejadian sebenarnya.

Fiksi, yaitu cerita yang berhubungan dengan kejadian yang dibangun atau dibuat berdasarkan imajinasi.

3) Alur Cerita

Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita rekaan (Suyoto, 2008). Berikut adalah dua jenis alur yang telah dikenal secara umum:

Alur Maju

Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian.

Gambar 2.12 Gambar Alur Searah Cerita

Alur Mundur

alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian.

4) Struktur Cerita

Struktur cerita yang dikemukan oleh Djalle, Porwantoro dan Dasmana (2007: 90) terdiri atas:

Struktur linier, di mana sebuah cerita berkembang secara berangkaian

Struktur paralel, digunakan apabila satu aksi dari satu atau dua atau lebih karakter diperlukan untuk ditampilkan dalam satu waktu yang bersamaan.

Struktur halte bus, merupakan variasi lain dari struktur linier. Di mana sang karakter masuk lalu keluar cerita pada bagian mana saja sesuai kebutuhan dari karakter lain yang membutuhkan.

Struktur zig-zag, yaitu karakter yang baru muncul dan masuk ke dalam cerita, sementara karakter lama meninggalkan cerita.

Struktur lingkaran, adalah ketika sebuah cerita berakhir sama seperti awal cerita.

Struktur bintang, adalah struktur yang sangat rumit dan kompleks karena karakter utama keluar masuk ke dalam berbagai situasi yang mengelilinginya.

Struktur outline, merupakan cerita yang diatur dalam beberapa kalimat yang disebut rangkuman, kemudian divariasikan sehingga dapat menjadi cerita yang baru.

struktur yang sudah ada sebagai titik awal cerita dan sedikit demi sedikit berubah membentuk cerita yang baru.

c. Karakter

Karakter adalah kepribadian. Setiap karakter memiliki kekuatan, kelemahan, kelakuan, kebiasaan, tujuan yang mendefinisikan apa yang mereka lakukan, mengapa mereka melakukan, dan bagaimana mereka melakukannya (Djalle, 2007:97).

d. Sinopsis

Sinopsis atau synopsis berasal dari kata synopical yang artinya ringkas. Berdasarkan asal kata tersebut, sinopsis diartikan sebagai ringkasan suatu materi tulisan yang panjang (baik fiksi maupun non-fiksi) dan sinopsis itu sendiri ditulis dalam bentuk narasi (Pranoto, 2008).

e. Storyline

Menurut Djalle, Porwantoro dan Dasmana (2007), storyline merupakan garis cerita yang sudah dikembangkan dari sinopsis yang keadaannya sudah menjadi lebih jelas seperti membaca sebuah cerpen, novel atau sejenisnya.

f. Skenario

Skenario sebagai alat untuk memproduksi sebuah cerita dalam bentuk visual, di mana didalamnya terdapat unsur-unsur, verbal (dialog), setting, pergerakan tokoh (action), sampai ke emosi. (dsccfikomunpad.blogspot.com/2007/12/ide-cerita.html). Dalam penulisan skenario terdapat banyak istilah-istilah teknis selain yang telah disebutkan

sebelumnya, berikut ini adalah istilah-istilah teknis yang umum digunakan, antara lain adalah :

CAMERA FOLLOW, petunjuk pengambilan gambar dengan cara mengikuti pergerakan objek.

CAMERA PAN TO, petunjuk pengambilan gambar dengan cara mengalihkan kamera kepada objek yang dituju dari objek sebelumnya.  CLOSE UP, petunjuk pengambilan gambar secara close-up.

CUT TO, mengakhiri adegan secara langsung tanpa proses transisi.  CUT TO FLASH BACK, petunjuk mengalihkan gambar ke

adegan flash back.

FADE IN, petunjuk transisi memasuki adegan secara perlahan.

FADE OUT, petunjuk transisi mengakhiri adegan secara perlahan dari layer.

FLASH BACK CUT TO, petunjuk untuk mengakhiri adegan flash back.INSERT, sama dengan CAMERA PAN TO.

INTERCUT, petunjuk potongan adegan dalam satu adegan (scene).ZOOM IN, petunjuk gerakan kamera dengan menyorot objek dari jauh

sampai dekat atau close-up.

ZOOM OUT, petunjuk gerakan kamera dengan menyorot objek dari dekat sampai jauh

g. Storyboard

1) Pengertian Storyboard

secara keseluruhan dapat dilihat dari apa yang akan disajikan (Sutopo, 2003:34). Sedangkan Djalle (2007:51) mengemukakan bahwa storyboard merupakan area berseri dari sebuah gambar sketsa yang digunakan sebagai alat perencanaan untuk menunjukkan secara visual bagaimana aksi dari sebuah cerita berlangsung. Sehingga tujuan storyboard yang menjelaskan tentang alur narasi dari sebuah storyline dapat tersampaikan dengan baik.

2) Aspect Ratio

Aspect ratio adalah sebuah ukuran yang berhubungan dengan lebar dan panjang sebuah layar (Djalle, 2007: 63). Sehingga informasi yang dibuat pada medan storyboard dapat sesuai dan tersampaikan pada medan frame yang akan digunakan. Dan standar aspect ratio yang digunakan pada layar televisi dan komputer adalah 1.33:1 atau 1.33 ukuran lebar dari frame berbanding 1 ukuran tinggi frame.

2.7 Video

Menurut Suyanto (2003: 279), video merupakan elemen multimedia paling kompleks karena penyampaian informasi yang lebih komunikatif dibandingkan gambar biasa. Di bawah ini adalah beberapa format file video, sebagai berikut:

Motion Picture Experts Group (.MPEG)

Merupakan format yang paling populer di internet. Ia memiliki sifat cross-platform (dapat dijalankan pada berbagai platform) dan didukung oleh kebanyakan web browser.

Audio Video Interleave (.AVI)

Format AVI dibangun oleh Windows dan didukung oleh semua komputer yang berjalan dengan sistem Windows, dan oleh kebanyakan web browser. Ia banyak dipakai dalam Internet, tetapi tidak berjalan dengan baik pada komputer non-Windows.

QuickTime (.MOV)

Format QuickTime dibangun oleh Apple. QuickTime adalah format video yang banyak dipakai di Internet, tetapi QuickTime movie tidak dapat dimainkan di Windows tanpa diinstal komponen tambahan untuk mendukungnya. Video yang tersimpan di dalam format QuickTime memiliki extensi “.mov”.

RealVideo

Format RealVideo dibangun oleh Real Media. Format ini memungkinkan melakukan streaming video (on-line video, internet TV) dengan menggunakan bandwidth yang rendah. Oleh karena diprioritaskan pada kemampuannya berjalan pada bandwidth rendah, maka kualitasnya dikurangi. Video yang disimpan dalam format RealVideo memiliki ekstensi “.rm” atau “.ram”.

Shockwave (Flash)

Format Shockwave dibangun oleh Macromedia. Shockwave membutuhkan komponen tambahan untuk memainkannya. Netscape dan Internet Explorer versi yang terbaru telah mendukungnya. Format flash ini memiliki fleksibilitas yang tinggi dengan aplikasi komputer termasuk

internet. Ia memiliki ukuran file yang kecil. Video yang tersimpan dalam format Shockwave memiliki extensi “.swf”.

Sedangkan, dalam mengambil gambar video terdapat beberapa macam sudut yang dapat diambil menurut Djalle (2007: 67-72), yaitu:

Extreme Close Up, yaitu shot yang menampilkan gambar yang sangat detail.

Very Close Up, yaitu shot yang menampilkan seluruh permukaan wajah dan yang terpotong adalah bagian atas dan dagu.

Big Close Up, yaitu shot yang menampilkan seluruh permukaan wajah hingga ke leher.

Close Up, yaitu shot yang menampilkan seluruh permukaan wajah hingga bahu.

Medium Close Up, yaitu shot yang menampilkan seluruh permukaan wajah hingga lengan atas.

Medium Shot, yaitu shot yang menampilkan seluruh permukaan wajah hingga lengan bawah.

Three Quarter Shot, yaitu shot yang menampilkan badan sampai bagian lutut.

Medium Long Shot, yaitu shot yang menampilkan seluruh badan.

Long Shot, yaitu shot yang menampilkan seluruh badan dalam sepertiga kapasitas seluruh permukaan layar.

High Angle, yaitu shot yang menampilkan gambar objek terlihat dari sudut atas.

Low Angle, yaitu shot yang menampilkan gambar objek terlihat dari sudut bawah.

Eye Level Shot, yaitu shot yang menampilkan gambar dalam sudut pandang kamera.

Bird’s Eye View, yaitu shot yang menampilkan gambar dalam jangkauan yang sangat luas.

Over The Shoulder Shot, yaitu shot yang menampilkan gambar dalam sudut kamera yang berasal dari belakang objek lain.

2.8 Aspek Perancangan Multimedia

Menurut Linda dalam Sutopo (2003:43), terdapat beberapa aspek penting pada perancangan tampilan, terutama informasi yang ditampilkan pada tampilan teratur, tampilan yang tidak teratur menyebabkan informasi tidak komunikatif, dan sulit untuk mencapai sasaran pengguna.

Dokumen terkait