• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

2.2. Teori Yang Digunakan

2.2.2. Teori Didaktis

Setelah membahas unsur intrinsik maka akan dibahas unsur ekstrinsiknya berdasarkan pendekatan didaktis yaitu :

Kata didaktis berasal dari bahasa Yunani yakni “didaktie” yang asal katanya adalah “didaskein” artinya mengajar. Didaktie dalam bahasa latinnya disebut didaktik atau didaktis, Djaka (Yusmalina, 1997:26).

Semi (1990 : 71) berpendapat bahwa didaktis adalah pendidikan dengan pengajaran yang dapat mengantarkan pembaca kepada sesuatu arah tertentu. Temyang, dkk (Yusmalina, 1997:26) menyatakan bahwa pengertian didaktis adalah ilmu mengajar yang menunjukan kepada kita bagaimana kita harus mengajar anak lebih mudah dikatakan didaktis menetapkan cara mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa didaktis adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai-nilai pengajaran dan gagasan-gagasan pengajaran yang disampaikan melalui pendidikan.

Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Di katakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya (Hasbullah, 2005 : 10).

Meskipun barangkali sebagian di antara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi ketika pendidikan tersebut dalam satu batasan tertentu, maka terdapatlah bermacam-macam pengertian yang diberikan.

Tentang pengertian pendidikan ini dijelaskan oleh (Kartono, 1997 : 10) bahwa :

Pendidikan merupakan proses mempengaruhi dan proses membentuk yang diorganisi, direncanakan, diawasi, dinilai, dan dikembangkan secara terus-menerus. Karena itu pedagogi(lebih baik disebut sebagai andragogi = pendidikan/ilmu mendidik manusia; andros = manusia, agoo = menuntun, membimbing) ialah ilmu membentuk manusia, agar dia bisa mandiri, dan selalu bertanggung jawab secara susila sepanjang hidupnya.

Dari penyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebgaai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa, dalam arti dewasa di sini dimaksudkan adalah dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri secara biologis, psikologis, paedagogis dan sosiologis. Selanjutnya, diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

Kohnstamm dan Gunning (Kartono, 1997 : 11) menyatakan bahwa :

Pendidikan adalah pembentukan hati nurani dan proses pembentukan diri dan penentuan diri secara etis, sesuai dengan suara hati nurani.

Pengertian pendidikan menurut KBBI (2000 : 263) :

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Tentang pengertian pendidikan ini juga dijelaskan pula oleh Syam (Oktober, 1993 : 65) yang mengemukakan,

“a. Pendidikan adalah aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indra serta ketrampilan-ketrampilan).

b. Pendidikan berarti juga lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).

c. Pendidikan merupakan pola hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti ini merupakan tingakat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan”.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah alat atau sarana untuk meningkatkan kesejahteran manusia, baik jasmani maupun maupun rohani yang diterima secara formal serta berlangusung seumur hidup. Jadi, pendidikan bukan hanya diperolah di sekolah saja, tetapi juga dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, sehingga pendidikan tanggung jawab bersama antara keluaraga, masyarakat dan pemerintah. Hal inilah yang dikenal dengan tripusat pendidikan.

Dalam hal ini juga Hasbullah (1996 : 38-55) mengatakan bahwa pendidikan erat hubungannya dengan pendidikan dalam lingkungan keluarga, pendidikan dalam lingkungan sekolah dan pendidikan dalam lingkungan masyarakat :

1. Pendidikan Dalam Lingkungan Keluarga

Lingkunga keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.

Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuannya dari anggota keluarga yang lain.

Dengan demikian terlihat betapa besar tanggung jawab orang tua terhadap anak. Bagi seorang anak, keluarga merupakan persekutuan hidup pada lingkungan keluarga tempat di mana ia menjadi diri pribadi atau diri sendiri. Keluarga juga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya. Disamping itu keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang tertinggi.

Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anak adalah orang tua.

2. Pendidikan Dalam Lingkungan Sekolah

Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu, kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarkat.

Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah di sini adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi).

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efesien untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah dikelolah secara formal, hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional.

3. Pendidikan Dalam Lingkungan Masyarakat

Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.

Masyarakat juga dapat diartikan sebagai satu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarkat adalah wadah dan wahana pendidikan, medan kehidupan manusia yang majemuk (plural : suku, agama, kegiatan kerja, tingkat pendidikan, tingakat sosial ekonomi dan sebagainya). Manusia berada dalam multikompleks antarhubungan dan antaraksi di dalam masyarakat.

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.

Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan,

pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

Dokumen terkait