• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Dan Fungsi Bank

2.2.1.5 Teori Investasi

Masalah investai adalah suatu masalah yang langsung berkaitan dengan besarnya pengharapan akan pendapatan dari barang modal dimasa depan. Pengharapan dimasa depan inilah yang menjadi faktor terpenting untuk penentu besarnya investasi menurut Suparmoko (2000: 84) terdapat 2 teori, yaitu:

a. Teori Klasik

Teori klasik tentang investasi didasarkan atas teori produktivitas batas

(marginal produktivity) dari faktor produksi modal. Menurut teori ini besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas batasnya dibandingkan dengan tingkat bunga-bunganya. Sehingga investasi ini akan terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi itu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan.

Dengan teori produktivitas batas, maka masalah investasi oleh para-para ahli ekonomi klasik dipecahkan atas dasar prinsip maksimalisasi laba dari perusahaan-perusahaan industri. Sebab suatu perusahaan akan memaksimalisasi labanya dalam suatu persaingan sempurna. Bila perusahaan itu menggunakan modalnya sampai pada jumlah produksi marginal kapitalnya sama dengan harga capital yaitu suku bunga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Suatu investasi akan dijalankan apabila pendapatan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga. Pendapatan dari investasi merupakan jumlah pendapatan yang akan diterima setiap akhir tahun selama barang modal digunakan dalam produksi.

2. Investasi dalam modal adalah menguntungkan bila biaya ditambah bunga lebih kecil dari pendapatan yang diharapkan dari investasi itu.

b. Teori Keynes

Masalah investasi baik penentu jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep

Marginal Efficiency of Investment (MEI), yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan apabila MEI lebih tinggi daripada tingkat suku bunga. Menurut garis MEI ini antara lain disebabkan oleh 2 hal, yaitu (Suparmoko, 2000: 84):

1. Bahwa semakin banyak investasi yang terlaksana dalam masyarakat, maka semakin rendah efisiensi marginal investasi itu, semakin banyak investasi yang terlaksana dalam lapangan ekonomi maka semakin sengitlah persaingan para investor sehingga MEI menurun.

2. Semakin banyak investasi dilakukan, maka biaya dari barang modal menjadi lebih tinggi.

2.2.1.5.1 Macam-Macam Investasi

Macam-macam investasi dibagi menjadi 4 kelompok, yang pembagiannya sebagai berikut:

1. Autonomous Invesment dan Induced Investment

Autonomous Investment ( investasi otonomi ) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor-faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor lain diluar selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu, misalnya tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Sedangkan Induced Investment atau ( investasi terpengaruh ) adalah investasi yang besar kecilnya sangat di pengaruhi oleh tingkat pendapatan , makin tinggi tingkat pendapatan maka makin tinggi pula investment .

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah Investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah (baik pusat maupun daerah). Public investment tidak dilakukan oleh pihak-pihak yang bersifat personal, investasi ini bersifat impersonal atau resmi. Sedangkan Private Investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta. Di dalam private investment, unsur-unsur seperti keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan penjualan dan sebagainya merupakan

peranan yang sangat penting dalam menentukan volume investasi. Sementara dalam penentuan volume investasi, pertimbangan itu lebih diarahkan kepada melayani atau menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

3.Domestik Investment dan Foreign Investment

Domestik investment adalah penanaman modal di dalam negeri, sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam atau faktor produksi tenaga manusia namun tidak memiliki faktor produksi modal (capital) yang cukup untuk mengelolah sumber- sumber yang dimiliki, maka mengundang modal asing agar sumber-sumber yang ada termanfaatkan.

4 .Gross Investment dan Net Investment

Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian investasi bruto dapat benilai positif ataupun nol (yaitu ada atau tidak ada investasi sama sekali) tetapi tidak akan bernilai negatif. Sedangkan Net Investment (Investasi Netto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya investasi bruto tahun ini adalah Rp. 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun yang lalu adalah sebesar Rp. 10 juta, maka itu berarti

bahwa investasi netto tahun ini adalah sebesar Rp. 15 juta. (Rosyidi, 1994: 161).

2.2.2 Pengerttian likuiditas bank

Secara umum likuiditas bank dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kewajiban membayar uang kas apabila diperlukan. Devisi ini bersifat umum dan mungkin dapat diperlukan pada perorangan dan lembaga perusahan apa saja termasuk perusahaan perbankan. Dalam pengertian seperti ini, likuiditas bank mempunyai peranan yang penting bagi suatu perusahaan. Likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek, sedangkan pengertian likuiditas bank terdiri dari tiga unsur yaitu jumlah dana, biaya dana, dan waktu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank.

Semakin besar jumlah dana yang didapat oleh suatu bank dalam waktu tertentu untuk memenuhi likuiditasnya, dan dengan biaya yang ditetapkan, semakin likuid bank tersebut semakin cepat suatu bank memperoleh sejumlah dana dengan waktu tertentu, semakin tinggi pula tingkat likuiditas bank yang bersangkutan. Selanjutnya semakin rendah biaya dana yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, maka semakin likuid pula bank yang bersangkutan. ( Burn, 1984 :128 )

Likuiditas yang diartikan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya jangka pendek yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat –alat pembayaran (alat-alat likuit) yang dimiliki oleh

suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum mampunyai kemampuan membayar (Rianto, 1990:18).

Jika kekuatan membayar bank dapat ditunjukkan dengan kepemilikan alat-alat membayar seperti asset dan alat-alat likuit, sedangkan kemampuan membayar adalah pemanfaatan alat-alat sebagai kekuatan membayar.

Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila kekuatan membayarnya adalah demikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi dikatan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid dan sebaliknnya yang tidak mempunyai kamampuan membayar adalah illikuid. Apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban kepada pihak luar (kreditur) dinamakan likuiditas badan usaha. Apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban financial untuk menyelenggarakan proses produksi maka disebut likuiditas perusahaan.

Berdasarkan asumsi diatas maka pengertian likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dengan aktiva lain yang

dapat disamakan dengan uang tunai disuatu pihak dengan jumlah hutang lancer dipihak lain.

Didalam likuiditas bank maka terdapat beberapa aspek yaitu :

a. Implikasi dari ketidak seimbangan antara pinjaman – pinjaman bank umum dan deposito untuk tujuan moneter. b. Sejauh mana kelebihan likuiditas dalam kenyataan benar –

benar ada dalam bank – bank.

Asumsi tentang deposito dengan uang kartal yang menunjukkan tentang likuiditas bank, terlihat sangant jelas banyak deposito. Hal ini didukung dengan pemberian tingkat suku bunga deposito yang tinggi sehingga orang cenderung untuk mendepositokan uangnya dari pada harus menginvestasikan yang lain. Kondisi seperti ini karena bank – bank komersial memiliki kelebihan likuiditas, maka mereka cenderung untuk memberikan pinjaman baik dengan uang kartal maupun dengan memciptakan deposito tambahan. Dalam salah satu kasus terssebut, tambahan pinjaman yang diberikan oleh bank – bank komersial akan menaikkan penawaran uang (termasuk deposito berjangka) dalam jumlah yang sama, sehingga jumlah klaim moneter yang lebih besar masih akan dipinjamkan keluar seluruhnya. Ini merupakan aspek teknis dari masalah tersebut bahwa uang kartal dan deposito

berapapun besarnya selalu dipinjamkan keluar oleh salah satu bagian dari system moneter.

2.2.2.1 Hubungan Antara Likuiditas Bank Dengan Timgkat Bunga Deposito

Teori likuiditas atas bunga menjelaskan bahwa, bunga adalah harga uang, dan harga uang (bunga) ditentukan oleh jumlah uang (money supply). Dengan demikian, jika uang yang tersedia (money supply) rendah maka tingkat bunga akan naik dan tinggi. Sebaliknya, jika jumlah uang yang tersedia (money supply) amat rendah, maka akan terjadi kesulitan likuiditas yang pada akhirnya membuat perekonomian macet alias kriris. Krisis global yang terjadi saat ini diantaranya disebabkan karena rendah jumlah uang yang tersedia terutama di Amerika Serikat akibat kredit macet (subprime mortgage) yang berdampak kebanyak negara dan akhirnya menimbulkan krisis keuangan global. Kredit macet yang terjadi di Amerika Serikat tersebut disebabkan karena naiknya suku bunga kredit dari 1 persen menjadi sekitar 5% untuk subprime mortgage tersebut. Karena adanya kenaikan suku bunga kredit tersebut, maka banyak nasabah yang tidak mampu membayar kreditnya. Kredit macet ini mencapai 1,2 triliun US $ yang mengakibatkan macetnya sistem keuangan AS dan akhirnya kebanyak negara di dunia. Dari fakta ini jelas bahwa penyebab krisis keuangan dan krisis ekonomi global di picu oleh harga uang alias bunga (interest) yang tinggi atau naik. Dan krisis tahun 2007 – 2008 ini barulah awal (Smick. 2008), akan menyusul krisis-krisis lain bila sistem keuangan yang berlaku tetap seperti ini.

Dokumen terkait