• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.4. Teori Kinerja Karyawan

Pada dasarnya kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat

individual karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-

beda dalam mengerjakan tugas pekerjaannya. Kinerja seseorang bergantung pada

kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang

Moeheriono (2009:60), kinerja merupakan deskripsi dalam hal tingkat

pencapaian pelaksanaan dari suatu program kegiatan atau kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dicantumkan melalui

perencanaan strategis organisasi. Dalam menjalankan fungsinya, kinerja tidak

berdiri sendiri akan tetapi selalu berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan

dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh keterampilan,

kemampuan, dan sifat-sifat individu.

diperoleh.

Notoadmodjo (2009) mendefinisikan kinerja adalah apa yang dapat

rumusan yang didapat dari batasan-batasan yang ada, maka kinerja adalah hasil

kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang karyawan. Dengan

dimikian kinerja seorang karyawan dapat diukur dari hasil kerja, hasil tugas, atau

hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu.

Mangkunegara (2009: 67), kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang memberikan makna prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang dan kinerja (prestasi kerja) adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang diperoleh seorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja merupakan penampilan hasil kerja karyawan baik secara kuantitas

maupun kualitas (Cokroaminoto, 2007). Sedangkan menurut Robbins (2006)

kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan

selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan

berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target/sasaran atau kriteria.

Kemudian menurut Hasibuan (2001) menegmukakan kinerja (prestasi kerja)

adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas

yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

kesungguhan serta waktu.

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat

kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan

seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman

yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya

perusahaan untuk mencari tujuannya (Rivai, 2006:309).

Sedangkan menurut Rivai (2004:7) kinerja atau prestasi kerja seseorang

karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja selama periode tertentu dibandingkan

dengan berbagai kemungkinan misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang

telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Disamping itu,

Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa kinerja dapat didefinisikan sebagai

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang

karyawan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Hasibuan (2005) juga mendefinisikan bahwa kinerja adalah suatu hasil

kerja yang dapat dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya atas dasar kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta

waktu. Disamping itu, kinerja juga merupakan gabungan dari tiga faktor penting

yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas

penjelasan delegasi tugas, peran dan disertai dengan tingkat motivasi seorang

pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor tersebut, maka semakin meningkat prestasi

kerja karyawan yang bersangkutan.

Pengertian kinerja karyawan sebagai ukuran terakhir keberhasilan seorang

karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya (Handoko : 2006). Hal ini

menunjukkan bahwa kinerja karyawan merupakan suatu hasil perilaku yang

dinilai oleh beberapa kriteria atau standar mutu suatu hasil kerja. Persoalan mutu

perilaku karyawan memberikan hasil pekerjaan yang sesuai dengan standar atau

kriteria yang ditetapkan oleh organisasi, maka kinerja karyawan tergolong baik.

Sebaliknya juga, bila perilaku karyawan memberikan hasil pekerjaan yang kurang

atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi, maka kinerja

karyawan dapat dikatakan kurang baik.

Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai

dengan tanggung jawabnya dengan hasil kerja seperti yang diharapkan. Dapat

disimpulkan bahwa pengertian kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dapat dicapai

oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi berdasarkan kualitas

dan kuantitas, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing,

dalam rangka mencapai tujuan organisasi, tidak melanggar hukum, dan sesuai

dengan moral dan etika.

Untuk mengukur tingkat kinerja karyawan biasanya menggunakan

performance system yang dikembangkan melalui pengamatan yang dilakukan oleh atasan dari masing-masing unit kerja dengan beberapa alternatif cara penilaian

maupun dengan cara wawancara langsung dengan karyawan yang bersangkutan.

Informasi yang diperoleh dari penilaian kinerja tersebut dapat digunakan bagi

penyelia atau manajer untuk mengelola kinerja karyawan, mengetahui apa

penyebab kelemahan maupun keberhasilan dari kinerja karyawan sehingga dapat

dipergunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan target maupun langkah

perbaikan selanjutnya dalam mencapai tujuan organisasi.

2.2.4.2. Pengukuran Kinerja Karyawan

Sudarmanto (2009 : 11), dimensi atau indikator kinerja merupakan aspek-

ukur dalam menilai kinerja. Dimensi ataupun ukuran kinerja sangat diperlukan

karena akan bermanfaat baik bagi banyak pihak. Mathis dan Jackson (2002 : 78)

kinerja pada dasarnya adalah apa yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh

karyawan. Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka

memberikan kontribusi kepada organisasi. Adapun elemen-elemen kinerja pada

umumnya, terdiri dari lima elemen yaitu kualitas hasil, kuantitas hasil, ketepatan

waktu, kehadiran, kemampuan bekerja sama.

Menurut Dharma (2001 : 154) cara pengukuran kinerja mempertimbangkan

hal-hal sebagai berikut :

1. Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Ini berkaitan

dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.

2. Kualitas yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran

kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan, yaitu

seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.

3. Ketepatan waktu yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.

Pengukuran ketepatan waktu erupakan jenis khusus dari pengukuran

kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.

Menurut Wirawan (2009 : 69), dalam mengukur kinerja, terdapat kriteria

atau ukuran. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kuantitatif (seberapa banyak), yaitu hanya dengan menghitung seberapa

banyak unit keluaran kinerja harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.

2. Kualitatif (seberapa baik). Melukiskan seberapa baik atau seberapa lengkap

hasil harus dicapai. Kriteria ini antara lain mengemukakan akurasi, presisi,

kualitas dapat diekspresikan sebagai tingkat kesalahan seperti jumlah atau

presentase kesalahan yang diperbolehkan per unit kerja.

3. Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian produk. Kriteria yang

menentukan keterbatasan waktu untuk memproduksi suatu produk, membuat

sesuatu atau melayani sesuatu.

4. Efektivitas penggunaan sumber organisasi. Efektivitas penggunaan sumber

dijadikan indikator jika untuk mengerjakan suatu pekerjaan disyaratkan

menggunakan jumlah sumber tertentu.

5. Cara melakukan pekerjaan, digunakan standar kinerja jika kontak personal,

sikap personal, atau perilaku karyawan merupakan faktor penentu

keberhasilan melaksanakan pekerjaan.

6. Efek atas suatu upaya. Pengukuran yang diekspresikan akibat akhir yang

diharapkan akan diperoleh dengan bekerja.

7. Metode melaksanakan tugas. Standar yang digunakan jika ada undang-undang,

kebijakan, prosedur standar, metode, dan peraturan untuk menyelesaikan tugas

atau jika cara pengecualian ditentukan tidak dapat diterima.

8. Standar sejarah. Standar yang menyatakan hubungan antara standar masa lalu

dengan standar sekarang. Dinyatakan lebih rendah atau lebih tinggi dalam

pengertian kualitas dan kuantitas.

9. Standar nol atau absolut. Standar yang menyatakan tidak akan terjadi sesuatu.

Fokus pengukuran kinerja justru terletak pada outcome dan bukan input. Proses outcome yang dimaksudkan adalah outcome yang dihasilkan oleh individu ataupun organisasi secara keseluruhan, outcome harus mampu memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat menjadi tolok ukur keberhasilan organisasi. Menurut

Mangkunegara (2006) terdapat aspek-aspek standar pekerjaan yang terdiri dari

aspek kuantitatif dan aspek kualitatif dalam pengukuran kinerja karyawan. Aspek

kuantitatif, yaitu (1) Proses kerja dan kondisi pekerjaan; (2) Waktu yang

dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan; (3) Jumlah kesalahan dalam

melaksanakan pekerjaan; (4) Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam

bekerja. Aspek kualitatif, yaitu (1) Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan; (2)

Tingkat kemampuan dalam bekerja; (3) Kemampuan menganalisis data atau

informasi, kemampuan atau kegagalan menggunakan mesin/peralatan; (4)

Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen/masyarakat).

Dokumen terkait