ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN
KANTOR PUSAT OPERASIONAL (KPO) PT. BANK ACEH BANDA ACEH
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh : EDI SUHAIMI
087019067/IM
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis :
Nama : Edi Suhaimi
NIM : 087019067
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Prof. Dr. H. Herman Mawengkang) (Dr. Elisabeth Siahaan, SE., M.Ec)
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Paham Ginting, SE., MS.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)
Tanggal Lulus : Januari 2013
ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA,
KOMITMEN ORGANISASI DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN KANTOR PUSAT OPERASIONAL (KPO) PT. BANK
Telah diuji pada
Tanggal : Januari 2013
---
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. H. Herman Mawengkang Anggota : Dr. Elisabeth Siahaan, SE., M.Ec
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul : “ANALISIS
PENGARUH KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI DAN
KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN KANTOR
PUSAT OPERASIONAL (KPO) PT. BANK ACEH BANDA ACEH” adalah
benar hasil karya tulis saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya.
Sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar
dan jelas.
Medan, Januari 2013 Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Kinerja karyawan merupakan suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi berdasarkan kualitas dan kuantitas, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kecerdasan emosional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan Kantor Pusat Operasional (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan sifat penelitian adalah explanatory research yang menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel-variabel dengan varabel lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Kantor Pusat Operasional (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh yaitu sebanyak 80 orang, dan seluruh populasi tersebut dijadikan sebagai sampel. Data dikumpulkan melalui wawancara, daftar pertanyaan dan studi dokumentasi serta variabel-variabel yang diteliti menggunakan skala ordinal. Daftar pertanyaan terlebih dahulu diuji dengan menggunakan pengujian validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kecerdasan emosional secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Kantor Pusat Operasional (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh. Namun secara parsial komitmen organisasi dan kecerdasan emosional mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan, sedangkan kepuasan kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan tetapi positif terhadap kinerja karyawan. Implikasinya pada penelitian ini adalah kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kecerdasan emosional mempunyai peranan penting yang sama baik secara individu maupun bersama-sama dalam meningkatkan kinerja karyawan.
ABSTRACT
Employee performance is a result of work accomplished by a person or group of people in an organization based on quality and quantity, according to the authority and responsibilities of each, in order to achieve organizational goals, not breaking the law, and in accordance with the moral and ethical. Employee's performance is affected by many factors such as job satisfaction, organizational commitment and emotional intelligence. The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of job satisfaction, organizational commitment and emotional intelligence employee performance of Head Office Operation (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh.
This research is descriptive quantitative nature of the study is explanatory research that describes the position of the studied variables and the relationship between one variable with another variable. The population in this study was all employees of Head Office Operation (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh as many as 80 people, and the entire population was used as a sample. Data was collected through interviews, questionnaires and documentation as well as the study variables was examined using ordinal scale. List of questions first tested using the test validity and reliability.
The results showed that job satisfaction, organizational commitment and emotional intelligence simultaneously positive and significant influence on employee performance Operational Headquarters (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh. But partial organizational commitment and emotional intelligence has a significant and positive influence on the performance of employees, while job satisfaction does not have a significant but positive influence on employee performance. The implication in this study are job satisfaction, organizational commitment and emotional intelligence have the same role, both individually and together in improving employee performance.
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
tesis ini. Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian
yang dilakukan peneliti adalah : “Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen
Organisasi dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Kantor Pusat
Operasional (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh”.
Penulis banyak memperoleh bantual moril dan materil dari berbagai pihak,
dan pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih, terutama
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc.,(CTM)., Sp.A(K).,
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara, sekaligus
selaku Ketua Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.
4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. H. Herman Mawengkang, selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang teleh membimbing dan memberikan masukan hingga selesainya
6. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, SE., M.Ec., selaku Komisi Pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.
7. Ibu Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE., M.Si., selaku Pembanding 1 yang
sangat telah membantu dalam membimbing dan memberikan masukan untuk
tesis ini.
8. Ibu Dr. Yeni Absah, SE., M.Si., selaku Pembanding 2 yang sangat telah
membantu dalam membimbing dan memberikan masukan untuk tesis ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai pada Program Studi Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
10. Bapak dan Ibu karyawan Kantor Pusat Operasional (KPO) PT. Bank Aceh
Banda Aceh yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian tesis ini.
11. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Aceh Utara yang
telah memberikan doanya dan motivasi serta semangat kepada penulis dalam
penyelesaian tesis ini
12. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, selaku
rekan kerja yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian ini.
13. Terima kasih yang tulus dan tidak terhingga kepada orang tua penulis
tersayang, Almarhum Ayahanda M. Yusuf ZA dan Ibunda Nafsiah Puteh,
Isteri tercinta Propana Puji Hastuti dan ananda tersayang Riayat Aufa
Mushaddaq, Rifana Aufa Zanirah dan Ranaaiya Aufa Saphira yang telah
memberikan kasih sayang, doa, semangat serta motivasi kepada penulis
14. Seluruh mahasiswa/i Angkatan XVII pada Program Studi Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas dukungan dan
kerjasamanya selama peneliti menempuh studi dan penelitian tesis ini.
15. Seluruh pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
yang memberikan masukan yang konstruktif dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Namun harapan penulis, semoga tesis ini bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Medan, Januari 2013
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Edi Suhaimi, lahir di Bireuen, tanggal 07 November 1977. Anak terakhir
dari (Alm) Bapak M. Yusuf Zainal Abidin dan Ibu Nafsiah Puteh, memeluk
agama Islam dan beralamat di Komplek Panggoi Indah, Jalan Cenderawasih No.
54.G, Lhokseumawe dengan status menikah, beristrikan Propana Puji Hastuti,
A.M.Keb, memiliki 3 (tiga) orang anak yaitu: Riayat Aufa Mushaddaq (8 thn),
Rifana Aufa Zanirah (5 thn) dan Ranaiya Aufa Saphira (1 thn).
Menempuh pendidikan SD Tahun 1983 - 1989 di SD Negeri Cot Bada
Peusangan, SMP Tahun 1989 - 1992 di SMP Negeri 2 Bireuen, SMA Tahun
1992 - 1995 di SMA Negeri 1 Bireuen. Pendidikan Sarjana (S-1) di Universitas
Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam Banda Aceh dengan Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dari bulan September Tahun 2006 - bulan Maret
Tahun 2011. Pendidikan Strata Dua (S-2) di Universitas Sumatra Utara (USU)
dengan Program studi Ilmu Manajemen sejak Juli 2008 - saat ini.
Sejak tahun 2001 - 2002 bekerja di PT. Arun NGL. Co di fungsi
Kehumasan dan Program Community Development, kemudian tahun 2003 - 2005
bekerja sebagai tenaga honorer di Universitas Malikussaleh dan mulai 2005
sampai sekarang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Universitas
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR iii RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 10
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Penelitian Terdahulu ... 12
2.2. Landasan Teori ... 14
2.2.1. Teori Kepuasan Kerja ... 14
2.2.2. Teori Komitmen Organisasi ... 18
2.2.3. Teori Kecerdasan Emosional ... 24
2.2.4. Teori Kinerja Karyawan ... 28
2.3. Kerangka Konseptual ... 34
2.4. Hipotesis Penelitian ... 38
3.1. Rancangan Penelitian ... 39
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40
3.3. Populasi dan Sampel ... 40
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.5. Jenis dan Sumber Data ... 42
3.6. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel ... 43
3.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 44
3.8. Metode Analisis Data ... 49
3.9. Uji Asumsi Klasik ... 52
3.9.1. Uji Normalitas ... 52
3.9.2. Uji Multikolonieritas ... 53
3.9.3. Uji Heteroskedastisitas ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
4.1. Hasil Penelitian ... 55
4.1.1. Deskripsi Singkat Profil PT. Bank Aceh ... 55
4.1.2. Struktur Organisasi KPO PT. Bank Aceh Banda Aceh ... 58
4.1.3. Karakteristik Responden ... 58
4.1.3.1. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan Umur Responden 59
4.1.3.2. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan Status Pernikahan 61
4.1.3.3. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan Pendidikan ... 63
4.1.3.4. Tabulasi Silang Umur dan Status Pernikahan ... 65
4.1.3.5. Tabulasi Silang Umur dan Tingkat Pendidikan ... 67
4.1.3.6. Tabulasi Silang Status Pernikahan dan Tingkat Pendidikan ... 68
4.1.4. Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian ... 70
4.1.4.1. Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kinerja
Karyawan 70
4.1.4.2. Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kepuasan
4.1.4.3. Analisis Statistik Deskriptif Variabel Komitmen
Organisasi ... 80
4.1.4.4. Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kecerdasan Emosional ... 86
4.1.5. Pengujian Asumsi Klasik ... 90
4.1.5.1. Pengujian Normalitas ... 90
4.1.5.2. Pengujian Multikolonieritas ... 92
4.1.5.3. Pengujian Heteroskedastisitas ... 93
4.1.6. Hasil Regresi Berganda ... 95
4.1.7. Koefisien Determinasi (R2 4.1.8. Uji F (Uji Simultan) ... 98
) ... 96
4.1.9. Uji t (Uji Parsial) ... 99
4.2. Pembahasan ... 100
4.2.1. Analisis Pengaruh Variabel Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 100
4.2.2. Analisis Pengaruh Variabel Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan ... 103
4.2.3. Analisis Pengaruh Variabel Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110
5.1. Kesimpulan ... 110
5.2. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 113
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
I.1. Kinerja PT. Bank Aceh Periode 2010 dan 2011 ... 3
I.2. Jawaban Karyawan Terhadap Permasalahan Kinerja ... 4
I.3. Jawaban Karyawan Terhadap Permasalahan Kepuasan Kerja ... 6
I.4. Jawaban Karyawan Terhadap Permasalahan Komitmen Organisasi ... 8
I.5. Jawaban Karyawan Terhadap Permasalahan Kecerdasan Emosional ... 9
III.1. Jumlah Karyawan ... 41
III.2. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel ... 44
III.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel ... 47
III.4. Hasil Uji Reliabilitas Validitas Instrumen Variabel ... 48
IV.1. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan Umur Responden ... 59
IV.2. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan Status Pernikahan ... 61
IV.3. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan ... 63
IV.4. Tabulasi Silang Umur dan Status Pernikahan ... 65
IV.5. Tabulasi Silang Umur dan Tingkat Pendidikan ... 67
IV.6. Tabulasi Silang Status Pernikahan dan Tingkat Pendidikan ... 69
IV.7. Penjelasan Responden Atas Kinerja Karyawan ... 71
IV.8. Penjelasan Responden Atas Kepuasan Kerja ... 76
IV.9. Penjelasan Responden Atas Komitmen Organisasi ... 81
IV.10. Penjelasan Responden Atas Kecerdasan Emosional ... 87
IV.11. Hasil Uji Multikolinieritas ... 93
IV.12. Hasil Koefisien Persamaan Regresi ... 95
IV.13. Hasil Koefisien Determinasi ... 96
IV.14. Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 98
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
II.1. Kerangka Konseptual ... 37
IV.1. Struktur Organisasi Kantor Pusat Operasional (KPO) PT. Bank Aceh ... 58
IV.2. Grafik Histogram Hasil Uji Normalitas ... 91
IV.3. Grafik Normal Probability Plot ... 92
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Surat Kesediaan Menjadi Responden ... 117
2. Kuesioner ... 118
3. Tabulasi Data Reliabilitas dan Validitas Karakteristik Responden (n=30) ... 121
4. Tabulasi Data Reliabilitas dan Validitas Variabel Kinerja Karyawan (n=30) ... 122
5. Tabulasi Data Reliabilitas dan Validitas Variabel Kepuasan Kerja (n=30) ... 123
6. Tabulasi Data Reliabilitas dan Validitas Variabel Komitmen Organisasi (n=30) ... 124
7. Tabulasi Data Reliabilitas dan Validitas Variabel Kecerdasan Emosional (n=30) ... 125
8. Tabulasi Data Reliabilitas dan Validitas Variabel Kinerja Karyawan (n=80) ... 126
9. Tabulasi Data Reliabilitas dan Validitas Variabel Kepuasan Kerja (n=80) ... 128
10. Tabulasi Data Reliabilitas dan Validitas Variabel Komitmen Organisasi (n=80) ... 130
11. Tabulasi Data Reliabilitas dan Validitas Variabel Kecerdasan Emosional (n=80) ... 132
12. Hasil Karakteristik Responden (n=30) ... 134
13. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Responden (n=30) ... 135
14. Hasil Karakteristik Responden Variabel (n=80) ... 139
15. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Responden (n=80) ... 150
16. Tabulasi Silang Responden (n=80) ... 154
17. Hasil Koefisien Persamaan Regresi ... 160
18. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 161
- Normalitas ... 161
- Multikolonieritas ... 161
ABSTRAK
Kinerja karyawan merupakan suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi berdasarkan kualitas dan kuantitas, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kecerdasan emosional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan Kantor Pusat Operasional (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan sifat penelitian adalah explanatory research yang menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel-variabel dengan varabel lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Kantor Pusat Operasional (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh yaitu sebanyak 80 orang, dan seluruh populasi tersebut dijadikan sebagai sampel. Data dikumpulkan melalui wawancara, daftar pertanyaan dan studi dokumentasi serta variabel-variabel yang diteliti menggunakan skala ordinal. Daftar pertanyaan terlebih dahulu diuji dengan menggunakan pengujian validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kecerdasan emosional secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Kantor Pusat Operasional (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh. Namun secara parsial komitmen organisasi dan kecerdasan emosional mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan, sedangkan kepuasan kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan tetapi positif terhadap kinerja karyawan. Implikasinya pada penelitian ini adalah kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kecerdasan emosional mempunyai peranan penting yang sama baik secara individu maupun bersama-sama dalam meningkatkan kinerja karyawan.
ABSTRACT
Employee performance is a result of work accomplished by a person or group of people in an organization based on quality and quantity, according to the authority and responsibilities of each, in order to achieve organizational goals, not breaking the law, and in accordance with the moral and ethical. Employee's performance is affected by many factors such as job satisfaction, organizational commitment and emotional intelligence. The purpose of this study is to investigate and analyze the effect of job satisfaction, organizational commitment and emotional intelligence employee performance of Head Office Operation (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh.
This research is descriptive quantitative nature of the study is explanatory research that describes the position of the studied variables and the relationship between one variable with another variable. The population in this study was all employees of Head Office Operation (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh as many as 80 people, and the entire population was used as a sample. Data was collected through interviews, questionnaires and documentation as well as the study variables was examined using ordinal scale. List of questions first tested using the test validity and reliability.
The results showed that job satisfaction, organizational commitment and emotional intelligence simultaneously positive and significant influence on employee performance Operational Headquarters (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh. But partial organizational commitment and emotional intelligence has a significant and positive influence on the performance of employees, while job satisfaction does not have a significant but positive influence on employee performance. The implication in this study are job satisfaction, organizational commitment and emotional intelligence have the same role, both individually and together in improving employee performance.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karyawan merupakan sumber daya manusia yang berharga dan
mempunyai peranan penting baik secara perorangan maupun kelompok sebagai
penggerak utama atas keberhasilan operasional kegiatan usaha, bahkan sukses
tidaknya perusahaan ditentukan oleh keberadaan sumber daya manusianya. Oleh
karena itu, sumber daya manusia harus selalu diperhatikan, dijaga dan
dikembangkan.
Peran manusia dalam suatu organisasi sangat penting terutama dalam
kedudukannya sebagai salah satu sumber daya, seandainya tidak ada manusia
maka tidak aka ada peristiwa apapun yang terjadi serta tidak akan ada perubahan
walaupun telah tersedia sumber daya yang lain. Oleh karena itu, keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuannya bukan saja ditentukan oleh seberapa besar
modal yang dimiliki oleh perusahaan serta peralatan canggih dan memadai, tetapi
juga sangat ditentukan oleh kinerja dari para karyawan dalam perusahaan itu.
Secara tidak langsung usaha pencapaian tujuan suatu perusahaan memerlukan
kerjasama yang baik antara manusia dan lingkungan yang memadai.
Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja
karyawan dengan harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai.
Berbagai cara akan ditempuh oleh perusahaan dalam meningkatkan kinerja
karyawannya, misalnya dengan memperhatikan kepuasan kerja karyawan,
emosional antar karyawan. Agar hal-hal tersebut dapat dicapai secara konsisten
maka setidak-tidaknya perusahaan harus selalu memperhatikan lingkungan kerja
dimana karyawan melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan rekan kerja,
pimpinan, suasana kerja, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya.
PT. Bank Aceh sebagaimana umumnya industri perbankan di Indonesia
memiliki potensi sumber daya manusia dalam kapasitas beragam untuk
menjalankan berbagai fungsi kegiatan perbankan. Perusahaan juga harus
menjalankan fungsi sosial secara internal dan eksternal untuk menjamin
kesejahteraan para karyawannya yang juga berdampak pada kelangsungan hidup
perusahaan. Terlebih penting menjaga tingkat persaingan diantara industri sejenis
baik lokal maupun nasional dan bahkan juga internasional.
PT. Bank Aceh merupakan satu-satunya bank pemerintah daerah Aceh
yang dioperasionalkan untuk kepentingan pembangunan daerah. Dalam
perkembangannya, PT Bank Aceh telah tumbuh dan menjadi besar bahkan juga
telah membuka cabang perwakilannya tidak hanya di Provinsi Aceh saja. Tercatat,
sampai akhir 2011, PT Bank Aceh telah memiliki 105 jaringan kantor terdiri dari 1
Kantor Pusat, 1 Kantor Pusat Operasional (KPO), 21 Kantor Cabang Konvensional,
2 Kantor Cabang Syariah, 69 Kantor Cabang Pembantu Konvensional dan 11
Kantor Cabang Pembantu Syariah tersebar dalam wilayah Provinsi Aceh termasuk
di Kota Medan (satu Kantor Cabang dan satu Kantor Cabang Pembantu).
Seiring bertambahnya jumlah kantor cabang, kinerja KPO PT Bank Aceh
aset, laba dan penyaluran kredit KPO PT. Bank Aceh mengalami kenaikan yang
ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut ini :
Tabel I.1 Kinerja PT. Bank Aceh Periode 2010 dan 2011
No. Uraian Tahun Pertumbuhan
(%)
2010 2011
1. Aset Rp. 12,2 triliun Rp. 13,155 triliun 7,83 2. Laba Rp. 215 miliar Rp. 368 miliar 71,16 3. Penyaluran Kredit Rp. 8,1 triliun Rp. 9,1 triliun 12,35 Sumber : KPO PT. Bank Aceh, 2012
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa KPO PT. Bank Aceh berhasil meraih kinerja
melalui aset senilai Rp. 13,155 triliun pada saat tutup buku tahun 2011 atau
mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 7,83% dibandingkan dengan
tahun 2010 yang hanya sebesar Rp. 12,2 triliun. Prestasi yang sama juga berhasil
dicapai dalam perolehan laba tahun 2011 sebesar Rp. 368 miliar atau meningkat
sebesar 71,16% dari tahun 2010 Rp. 215 miliar. Peningkatan juga terjadi dalam hal
penyaluran kredit dari Rp. 8,1 triliun tahun 2010 menjadi Rp. 9,1 triliun pada tahun
2011. Dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir, PT Bank Aceh juga berhasil menurunkan
angka kredit macet atau non perfoming loan (NPL) dari 7,2% menjadi 3,6%. Kredit
sempat mencapai angka Rp. 700 miliar lebih, namun sekarang berhasil diturunkan.
Disamping itu kinerja KPO PT. Bank Aceh juga ditunjukkan pada akhir
tahun 2011 yang berhasil mencatatkan volume usaha sebesar Rp. 13.055.398,- yaitu
meningkat sebesar Rp. 845.183,- atau naik 6,92% dari posisi akhir tahun 2010
sebesar Rp. 12.210.215,-. Peningkatan total aset tahun 2011 disebabkan oleh
peningkatan dana pihak ketiga (DPK) terutama giro pemda, tabungan dan medium
term notes yang diterbitkan. Berdasarkan peringkat indeks kinerja yang telah
yang perlu menjadi perhatian seperti tingkat kehadiran, kualitas pekerjaan
(profesionalisme dalam bekerja), dan kuantitas pekerjaan karyawan.
Fenomena positif yang ditunjukkan oleh kinerja keuangan KPO PT. Bank
Aceh seperti yang telah dijelaskan belum sejalan dengan beberapa fenomena
negatif yang ditunjukkan oleh kinerja karyawan. Salah satu dari sekian banyak
permasalahan yang mempengaruhi kinerja adalah tenaga kerja atau manusia
individu itu sendiri yang berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan,
komitmen organisasi dan kecerdasan emosional. Masalah-masalah yang sering
dihadapi karyawan PT. Bank Aceh antara lain berhubungan dengan pencapaian
target yang dibebankan kepada karyawan, pengetahuan yang berkaitan dengan
pekerjaan dan proses penyesuaian diri beberapa karyawan yang kurang fleksibel
dalam lingkungan kerja, namun secara umum kinerja karyawan PT. Bank Aceh
Cabang Lhokseumawe sudah cukup baik walau masih adanya persentasi kecil
jumlah karyawan yang memberi tanggapan negatif.
Berdasarkan hasil penelitian awal yang berhubungan dengan kinerja
karyawan terhadap 30 orang karyawan yang memberikan tanggapan negatif dan
positif pada PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe dapat dilihat pada tabel I.2
adalah sebagai berikut :
Tabel I.2. Jawaban Karyawan Terhadap Permasalahan Kinerja
No. Indikator
1 Berusaha datang ke tempat kerja tepat waktu dari yang telah ditentukan
6 Karyawan 24 Karyawan 30
20,0% 80,0 % 100%
2
Berusaha memberikan hasil yang terbaik atas tugas dan tanggung jawab yang diberikan
7 Karyawan 23 Karyawan 30
23,3% 76,7% 100%
Negatif Karyawan Terhadap Kinerja
Positif Karyawan Terhadap Kinerja
3
Mampu menyesuaikan diri untuk menciptakan interaksi yang positif dengan rekan kerja
4 Karyawan 26 Karyawan 30
13,3% 86,7% 100%
4
Terampil dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan harapan organisasi
2 Karyawan 28 Karyawan 30
6,6% 93,4% 100%
5 Selalu menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya bahkan sebelumnya
4 Karyawan 26 Karyawan 30
13,3% 86,7% 100%
6
Memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target yang ditetapkan
1 Karyawan 29 Karyawan 30
3,3% 96,7% 100%
7
Pulang kerja setelah segala pekerjaan diselesaikan dari waktu yang telah ditentukan
1 Karyawan 29 Karyawan 30
3,3% 96,7% 100%
8
Berupaya mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi dalam pekerjaan
11 Karyawan 19 Karyawan 30
36,7% 63,3% 100%
9
Suka melakukan hal-hal diluar kepentingan pekerjaan pada saat jam kerja seperti membantu aktivitas rekan sekerja
4 Karyawan 26 Karyawan 30
13,3% 86,7% 100%
10
Prosedur kerja yang berlaku dalam organisasi memudahkan dalam pencapaian target
10 Karyawan 20 Karyawan 30
33,4% 66,6% 100%
Sumber : Hasil Penelitian Awal (data diolah), 2012
Fenomena masalah karyawan dan karyawan bermasalah merupakan hal
yang rutin terjadi di suatu perusahaan. Namun yang berbeda cuma derajat dan
frekuensinya saja, mulai dari kondisi yang ringan sampai yang berat. Oleh karena
itu, pendekatannya pun ada yang dengan menggunakan jalur keorganisasian
berupa penyusunan strategi dan kebijakan sumber daya manusia yang baru dan
ada yang hanya dilakukan dengan pendekatan personal. Hal inilah yang dirasakan
oleh karyawan PT. Bank Aceh terhadap permasalahan kepuasan kerja. Idealnya
seorang pimpinan suatu unit kerja dapat mengetahui kebutuhan, kepribadian, dan
masalah-masalah yang dihadapi karyawannya. Masalah-masalah yang sering
dihadapi karyawan adalah faktor ketidakpuasan kerja. Faktor ini berhubungan
antara lain dengan gaji atau upah, pujian atasan kepada bawahan, penghargaan
berhubungan dengan kepuasan kerja terhadap 30 karyawan PT. Bank Aceh
Cabang Lhokseumawe menunjukkannya secara umum respon positifnya lebih
dominan namun juga masih adanya tanggapan negatif terhadap kepuasan kerja
karyawan yang dapat dilihat pada Tabel I.3 berikut ini :
Tabel I.3. Jawaban Karyawan Terhadap Permasalahan Kepuasan kerja
No. Indikator
1 Gaji/penghasilan yang diberikan oleh perusahaan sesuai dengan kinerja
6 Karyawan 24 Karyawan 30
20,0% 80,0% 100%
2 Setiap karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk dipromosikan
5 Karyawan 25 Karyawan 30
26,7% 73,3% 100
3 Sapaan atasan memberikan perasaan puas pada diri karyawan
14 Karyawan 16 Karyawan 30
46,7% 53,3% 100%
4 Penghargaan yang didapat atas prestasi kerja
11 Karyawan 19 Karyawan 30
36,7% 63,3% 100%
5
Dengan senang hati akan membantu rekan sekerja yang membutuhkan bantuan
3 Karyawan 27 Karyawan 30
10,0% 90,0% 100%
6
Pekerjaan yang dipercayakan, dilaksanakan dengan rasa penuh tanggung jawab
5 Karyawan 25 Karyawan 30
26,7% 73,3% 100%
7 Pelatihan yang diikuti sangat didukung oleh sarana yang lengkap
3 Karyawan 27 Karyawan 30
10,0% 90,0% 100%
8 Tata ruang perkantoran yang sesuai dengan kebutuhan karyawan
3 Karyawan 27 Karyawan 20
10,0% 90,0% 100%
9
Berhak membuat laporan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diatur perusahaan
3 Karyawan 27 Karyawan 30
10,0% 90,0% 100%
10
Merasa nyaman bekerja disini karena banyaknya peluang untuk maju atau mengembangkan potensi
4 Karyawan 26 Karyawan 30
13,3% 86,7% 100%
Sumber : Hasil Penelitian Awal (data diolah), 2012
Komitmen memiliki peranan penting terutama pada kinerja karyawan
ketika bekerja. Hal ini disebabkan oleh adanya komitmen yang menjadi acuan
serta dorongan yang membuat karyawan lebih bertanggung jawab terhadap
kewajibannya. Namun kenyataanya banyak organisasi atau perusahaan yang
kurang memperhatikan dalam komitmen organisasi sehingga kinerja karyawan
jawab karyawan dalam menjalankan tugasnya. Mempersoalkan komitmen sama
dengan mempersoalkan tanggung jawab. Dengan demikian, ukuran komitmen
seorang pimpinan terkait dengan pendelegasian wewenang (empowerment).
Dalam hal ini pimpinan dihadapkan pada komitmen untuk mempercayakan tugas
dan tanggung jawab ke bawahan. Sebaliknya, bawahan perlu memiliki komitmen
untuk meningkatkan kompetensi diri.
Ada beberapa fenomena komitmen organisasi PT. Bank Aceh tidak sesuai
dengan keinginan karyawan seperti karyawan merasa diperlakukan dengan kurang
baik dan tidak mendapatkan perhatian dari atasan, keadaan tidak berjalan baik
dalam pekerjaan apabila ditempatkan pada posisi yang tidak sesuai dengan
disiplin ilmu dan hasil kerja yang baik dari karyawan tidak menghasilkan promosi
jabatan. Hal ini terlihat jelas pasca pergantian pejabat lama yang telah habis masa
jabatannya pada Juni 2010 yang digantikan dengan pejabat dewan direksi dan
komisaris PT. Bank Aceh yang baru untuk masa jabatan periode 2011-2015.
Seharusnya PT. Bank Aceh ketika melakukan perekrutan dan penempatan
karyawan hendaknya mereka memilih calon-calon yang komitmennya tinggi pada
perusahaan. Ini dimaksudkan untuk mendeteksi sejak dini pekerja yang kurang
maksimal sehingga tidak terjadi hal yang dapat merugikan organisasi atau
perusahaan. Berdasarkan kajian awal terhadap 30 karyawan PT. Bank Aceh
Cabang Lhokseumawe yang berhubungan dengan komitmen organisasi diperoleh
adanya tanggapan positif dan negatif karyawan sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel I.4 berikut ini :
Tabel I.4. Jawaban Karyawan Terhadap Permasalahan Komitmen Organisasi
No. Indikator
Tanggapan Negatif Karyawan
Terhadap Kinerja
Tanggapan Positif Karyawan Terhadap Kinerja
1 Selalu ingin dilibatkan dalam setiap kegiatan perusahaan
5 Karyawan 25 Karyawan 30
26,7% 76,3% 100%
2 Bangga mengatakan bagian dari organisasi
10 Karyawan 20 Karyawan 30
33,3% 66,7% 100%
3
Karyawan menerima perlakuan yang baik dengan penuh perhatian dari atasan
8 Karyawan 22 Karyawan 30
26,7% 73,3% 100%
4 Kebijakan yang dijalankan oleh pimpinan cukup adil
8 Karyawan 22 Karyawan 30
26,7% 73,3% 100%
5 Organisasi di tempat bekerja sangat berarti
12 Karyawan 18 Karyawan 30
40,0% 60,0% 100%
6
Bersedia ditempatkan pada posisi apapun walaupun tidak sesuai dengan disiplin ilmu
22 Karyawan 8 Karyawan 30
73,3% 26,7% 100%
7
Merasa rugi meninggalkan organisasi ini untuk memilih pekerjaan lain yang belum jelas masa depannya
7 Karyawan 23 Karyawan 30
23,3% 76,7% 100%
8 Mempunyai keinginan kuat untuk tetap bertahan sebagai anggota organisasi
8 Karyawan 22 Karyawan 30
26,7% 73,3% 100%
9 Hasil kerja yang baik menghasilkan adanya promosi jabatan
11 Karyawan 19 Karyawan 30
36,7% 63,3% 100%
10
Beban kerja yang diberikan memacu untuk terus bisa menyelesaikannya dan menjadi tantangan tersendiri
8 Karyawan 22 Karyawan 30
26,7% 73,3% 100%
Sumber : Hasil Penelitian Awal (data diolah), 2012
Realitas dunia bisnis dan kerja memperlihatkan tekanan yang sangat besar
terhadap emosi pekerja. Manajemen PT. Bank Aceh menyadari bahwa tidak hanya
keunggulan intelektual saja yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan tetapi
diperlukan kecerdasan emosional karyawan yang bekerja secara profesional
sehingga pada akhirnya menghasilkan kinerja yang lebih baik. Karyawan yang
bekerja dengan emosi negatif, maka dapat dipastikan hasil pekerjaannya akan
menjadi tidak maksimal. Di mana, sebagian besar karyawan akan melepaskan
energi negatif yang dapat merugikan rekan kerja dengan sikap negatif. Demikian
halnya dengan mainstream karyawan perlu diubah bahwa cerdas tak cukup hanya
secara intelektual tetapi juga cerdas secara emosinal. Pendidikan kecerdasan
emosional hendaknya dilakukan pada semua divisi melaui jalur pendidikan baik
implementasi yang sesuai. Berdasarkan kajian awal terhadap 30 karyawan PT. Bank
Aceh Cabang Lhokseumawe ditemukan masih adanya fenomena negatif respon
karyawan dengan jumlah yg relatif rendah terhadap kecerdasan emosional seperti
yang ditunjukkan pada Tabel I.5 berikut ini:
Tabel I.5. Jawaban Karyawan Terhadap Permasalahan Kecerdasan Emosional
No. Indikator
1 Dapat merasakan dengan baik saat sifat emosional timbul
5 Karyawan 25 Karyawan 30
26,7% 73,3% 100%
2 Dapat menetralisir perasaan emosional 13 Karyawan 17 Karyawan 30
43,3% 56,7% 100%
3 Dengan cepat dapat menenangkan diri pada saat kondisi tidak stabil
12 Karyawan 18 Karyawan 30
40,0% 60,0% 100%
4 Segala perkataan yang dikemukakan dapat dipercaya
8 Karyawan 22 Karyawan 30
26,7% 73,3% 100%
5
Mau berusaha diatas batas normal untuk menjadikan perusahaan di tempat bekerja lebih maju
19 Karyawan 11 Karyawan 30
63,3% 36,7% 100%
6
Pemberian penghargaan bagi karyawan yang berprestasi akan memberikan motivasi kerja karyawan
7 Karyawan 23 Karyawan 30
23,3% 76,7% 100%
7
Mudah memahami perasaan orang lain tanpa terlarut hanyut dalam kesedihan yang berkepanjangan
5 Karyawan 25 Karyawan 30
26,7% 73,3% 100%
8
Mengajak rekan sekerja untuk dapat meningkatkan kemampuan
pengembangan karir
9 Karyawan 21 Karyawan 30
30,0% 60,0% 100%
9 Mampu mempengaruhi orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung
6 Karyawan 24 Karyawan 30
20,0% 80,0% 100%
10
Dapat menjalin komunikasi dengan baik apabila terjadi persepsi yang keliru dalam pekerjaan
9 Karyawan 21 Karyawan 30
30,0% 60,0% 100%
Sumber : Hasil Penelitian Awal (data diolah), 2012
Kecerdasan emosional negatif karyawan pasti akan mempengaruhi kinerja
dan pada akhirnya akan mengurangi keberhasilan perusahaan untuk mencapai
target. Ini menunjukkan dari beberapa indikator seperti tidak dapat mengendalikan
diri dengan cepat pada saat kondisi tidak stabil dalam pekerjaan. Selanjutnya,
sikap inisiatif dan optimis untuk berusaha diatas batas normal yang menjadikan
perasaan orang lain tanpa terlarut hanyut dalam kesedihan yang berkepanjangan
dalam menghadapi berbagai realitas kerja dan kehidupan pribadi, yang mungkin
dirasakan tidak adil oleh karyawan. Apabila terjadi pembajakan emosi kecenderungan tragis dapat terjadi. Karyawan yang tidak dapat mengendalikan emosi sendiri sekalipun cerdas secara intelektual dapat berakibat fatal bagi hidup dan kehidupannya bahkan organisasi tempatnya bekerja. Oleh karena itu, emosi negatif sangat tidak menguntungkan perusahaan, maka setiap pimpinan harus dapat
menjadi energi yang mengubah sikap emosi negatif karyawan menjadi sikap
positif. Pencerahan secara terus-menerus dan membangkitkan kecerdasan
emosional yang positif bagi karyawan yang mempengaruhi kinerja sehingga pada
akhirnya berhasil mencapai target sesuai dengan harapan organisasi.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah
yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah kepuasan kerja, komitmen
organisasi dan kecerdasan emosional memiliki berpengaruh signifikan secara
simultan dan parsial terhadap kinerja karyawan Kantor Pusat Operasional (KPO)
PT. Bank Aceh Banda Aceh.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
terhadap kinerja karyawan Kantor Pusat Operasional (KPO) PT. Bank Aceh
Banda Aceh.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak manajemen Kantor
Pusat Operasional (KPO) PT. Bank Aceh Banda Aceh dalam mengambil
kebijakan untuk meningkatkan kinerja karyawan di lingkungannya.
2. Sebagai referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi dunia
akademik tentang pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasi dan
kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan dan sebagai referensi serta
perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti permasalahan yang
sama pada masa yang akan datang.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam memahami
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Haryanto (2012) dalam penelitiannya dengan judul analisis pengaruh
motivasi, komitmen organisasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan
pada PT. Bank DKI. Hasilnya menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara
kepuasan kerja dengan kinerja karyawan, dimana manajemen yang dapat
membuat karyawan menjadi puas akan membuahkan hasil produktivitas yang
maksimal dan kinerja optimal yang bermanfaat bagi perusahaan. Adapun
pengujian hipotesis yang dilakukan secara simultan membuktikan bahwa variabel
motivasi karyawan, komitmen organisasi dan kepuasan kerja mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Bank DKI.
Nugraheny (2009) dalam hasil penelitiannya yang berjudul analisis
pengaruh kepuasan kerja, dukungan organisasi, dan gaya kepemimpinan terhadap
motivasi kerja dalam meningkatkan kinerja karyawan PT. Bank Mandiri di Kota
Semarang. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Structural Equation
Modeling (SEM), maka dapat ditarik enam kesimpulan hipotesis, yaitu terbukti
bahwa kepuasan kerja, dukungan organisasi, dan gaya kepemimpinan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan PT. Bank
Mandiri di Kota Semarang dan terbukti bahwa motivasi kerja, kepuasan kerja, dan
gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan
Hidayati et. al. (2008) dalam artikelnya yang berjudul kecerdasan emosi,
stres kerja dan kinerja karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Kebumen. Adapun
tujuan penelitiannya untuk mengetahui korelasi kecerdasan emosi dan stres kerja
pada kinerja karyawan. Hipotesis penelitian ini adalah adanya korelasi antara
kecerdasan emosi dan stres kerja pada kinerja karyawan. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa korelasi yang signifikan antara kecerdasan emosi dan stres
kerja serta dapat digunakan sebagai prediktor kinerja karyawan. Ketika diuji
secara terpisah, muncul pula korelasi positif yang signifikan antara kecerdasan
emosi dengan kinerja karyawan, dan korelasi negatif yang signifikan antara stres
kerja dengan kinerja karyawan.
Suliman (2002) dalam penelitiannya dengan menyebarkan kuisioner
kepada 1000 karyawan yang dilakukan dengan teknik random sampling pada 20
perusahaan di Timur Tengah menguji pengaruh komitmen organisasi terhadap
kinerja karyawan dimana komitmen organisasi diukur melalui dua dimensi yaitu
komitmen yang timbul secara langsung (affective commitment) maupun komitmen
yang berkelanjutan (continuance commitment), hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa komitmen yang kuat baik melalui komitmen yang timbul secara langsung
(affective commitment) maupun komitmen yang berkelanjutan (continuance
commitment) memberikan kontribusi yang tinggi dalam meningkatkan kinerja
karyawan. Dengan komitmen yang kuat, karyawan akan termotivasi bekerja keras
untuk kemajuan organisasi.
Dalam kegunaan aplikatif diperusahaan, hasil penelitian Harmont (2000)
menunjukkan bahwa pemberian umpan balik terhadap penilaian kinerja karyawan
menurunkan motivasi kerja dan kinerja karyawan. Atasan yang mempunyai
ketrampilan kecerdasan emosional yang baik, akan mampu membangkitkan
motivasi kerja dan pembenahan diri karyawan yang positif.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Teori Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan hal penting yang dimiliki oleh individu
didalam bekerja. Setiap individu pekerja memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, maka tingkat kepuasan kerjanya pun berbeda-beda pula. Tinggi rendahnya
kepuasan kerja dapat memberikan dampak yang tidak sama. Kepuasan kerja yang
tinggi sangat memungkinkan untuk mendorong terwujudnya tujuan organisasi.
Sementara tingkat kepuasan kerja yang rendah merupakan ancaman yang akan
membawa kehancuran organisai segera maupun secara perlahan.
Menurut Vroom (1979) dalam Gibson et.al. (2002) terdapat empat teori
pendekatan yang dapat digunakan dalam kepuasan kerja. Adapun teori kepuasan
kerja yang pertama kali dikembangkan adalah :
a. Teori pemenuhan kebutuhan
Kepuasan kerja akan berbeda-beda secara langsung berkaitan dengan tingkat
kebutuhan individu yang dapat dipuaskan secara aktual (Schaffer : 1979 dalam
kutipan Gibson et. al.: 2002). Kemudian dikembangkannya;
b. Teori ketidaksesuaian
Kepuasan atau ketidakpuasan dengan sejumlah aspek pekerjaan tergantung
pada selisih antara apa yang dianggap telah didapatkan dengan apa yang
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ada (Locke : 1969 dalam
Wexley dan Yukl : 2005).
c. Teori keadilan.
Dikatakan adil jika karyawan beranggapan bahwa rasio antara masukan dan
keluaran sepadan dengan rasio karyawan yang lain (Wexley dan Yukl : 2005).
d. Teori dua faktor.
Faktor pertama yang membuat orang merasa tidak puas dan berkaitan dengan
kondisi kerja ekstrinsik yaitu gaji, jaminan pekerjaan, kondisi kerja, status,
prosedur, mutu penyelia, hubungan antar pribadi dan faktor kedua yang
menyebabkan orang puas dan berkaitan dengan kondisi intrinsik meliputi
pencapaian, pengakuan, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, kemungkinan
berkembang dan tanggung jawab (Herzberg Theory dalam Wexley dan Yukl :
2005).
Teori Dua Faktor Frederc Herzberg diturunkan atas pembagian hierarki
kebutuhan Maslow menjadi kebutuhan atas dan bawah. Maslow membagi
kebutuhan manusia berdasarkan hierarki dari kebutuhan yang paling rendah ke
kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan manusia menurut Maslow berdasarkan
tingkatan adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut Yuwono et. al. (2005) pembagian dua buah atas dan bawah itu
membuat teori Herzberg dikenal orang sebagai two factor theory atau motivator
hygiene theory. Kebutuhan tingkat atas pada teori Herzberg yang diturunkan dari
maslow adalah penghargaan dan aktualisasi diri yang disebut sebagai motivator,
disebut sebagai hygiene factor. Prinsip dari teori Herzberg ini adalah bahwa
kepuasan dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Menurut
teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yang
satu dinamakan Dissatisfier atau hygiene factors dan yang lain dinamakan
satisfier atau motivators.
Schermerhon, Hunt dan Osborn (2002:162) mendefinisikan kepuasan kerja
adalah “the degree to which individuals feel positivelyor negatively about their
jobs. It is an attitude or emotional response to one’s tasks as well as to the
physical and social conditions of the workplace”. Locke (dalam Luthans, 2006 :
243) memberikan definisi komprehensif dari kepuasan kerja yang meliputi reaksi
atau sikap kognitif, afektif dan evaluative dan menyatakan bahwa kepuasan kerja
adalah keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian
pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang.
Satisfier atau motivators adalah faktor-faktor atau situasi
yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari prestasi,
pengakuan, wewenang, tanggungjawab dan promosi. Dikatakan tidak adanya
kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas, tetapi
kalau ada, akan membentuk motivasi kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang
baik. Oleh sebab itu faktor ini disebut sebagai pemuas. Hygiene factors adalah
faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber kepuasan, terdiri dari gaji, insentif,
pengawasan, hubungan pribadi, kondisi kerja dan status.
Luthans (2006 : 243) memberikan definisi kepuasan kerja adalah hasil dari
persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal
yang dinilai penting. Gibson et. al. (2002) menyatakan bahwa kepuasan kerja
faktor lingkungan kerja seperti penyelia, prosedur dan kebijakan, afiliasi kondisi
kerja dan kelompok kerja serta tunjangan. Kepuasan dipengaruhi oleh beberapa
dimensi, diantaranya adalah:
a. Pembayaran, maksudnya suatu jumlah yang diterima dan keadaan yang
dirasakan dari pembayaran.
b. Pekerjaan, maksudnya sampai sejauh mana tugas kerja dianggap menarik dan
memberikan kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab.
c. Kesempatan promosi, maksudnya ada peluang untuk mendapatkan kemajuan.
d. Penyelia, maksudnya kemampuan untuk memperlihatkan ketertarikan dan
perhatian kepada karyawan.
e. Rekan kerja, maksudnya sampai sejauhmana rekan satu kerja berteman,
mampu dan mendukung.
Menurut Smith et. al. dalam Luthans (2006) menyatakan faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu :
a. Pekerjaan itu sendiri, artinya suatu pekerjaan dapat memberikan pekerjanya
tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk
menerima atau memperoleh tanggung jawab.
b. Gaji, artinya berkenaan dengan pemberian kompensasi yang berupa imbalan
uang yang diterima dan sejauhmana keseimbangan bila dibandingkan dengan
rekan kerja yang lain dalam organisasi.
c. Promosi, artinya proses pemindahan karyawan dari satu jenjang ke jenjang
lain yang lebih tinggi dan selalu diikuti oleh tugas, tanggung jawab dan
d. Penyelia, artinya perhatian terhadap karyawan yang diukur berdasarkan
seberapa besar penyelia mementingkan kepentingan individu dalam
kesejahteraan karyawan.
e. Kerjasama, artinya saling mendukung antar rekan kerja yang ramah dan
mudah bekerjasama yang merupakan sumber kesederhanaan.
2.2.2. Teori Komitmen Organisasi
Spector (2000) menyatakan bahwa komitmen organisasi adalah deskrispi
individu yang mengidentifikasikan dirinya dan dilibatkan dengan organisasinya
dan tidak ingin meninggalkan organisasinya.
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu
keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi. Begitu
juga dengan Mathis dan Jackson (dalam Sopiah, 2008 : 155) mendefinisikan
komitmen organisasional sebagai derajat dimana karyawan percaya dan mau
menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan
meninggalkan organisasinya.
Mowday (dalam Sopiah, 2008 : 155) menyebut komitmen kerja sebagai
istilah lain dari komitmen organisasional yaitu dimensi perilaku penting yang
dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan. Komitmen
organisasional adalah identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat
terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota
organisasi untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan
Lincoln (dalam Sopiah, 2008 : 155) komitmen organisasi mencakup
kebanggaan anggota, kesetiaan anggota dan kemauan anggota pada organisasi.
Blau dan Boal (dalam Sopiah, 2008 : 155) mendefinisikan komitmen
organisasional sebagai keberpihakan dan loyalitas karyawan terhadap organisasi
dan tujuan organisasi.
O’Reilly (dalam Sopiah, 2008 : 156) menyatakan komitmen karyawan
pada organisasi sebagai ikatan kejiwaan individu terhadap organisasi yang
mencakup keterlibatan kerja, kesetiaan, dan perasaan percaya terhadap nilai-nilai
organisasi. Selanjutnya Steers dan Porter (dalam Sopiah, 2008 : 156) menyatakan
bahwa suatu bentuk komitmen yang muncul bukan hanya bersifat loyalitas yang
pasif, tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan organisasi kerja yang
memiliki tujuan memberikan segala usaha demi keberhasilan organisasi yang
bersangkutan.
Steers (dalam Sopiah, 2008 : 156) mendefinisikan komitmen organisasi
sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan
(kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi), dan
loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan)
yang dinyatakan oleh seorang karyawan terhadap perusahaannya. Dengan
demikian komitmen organisasi merupakan kondisi dimana karyawan sangat
tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap
organisasi artinya lebih dari keanggotaan formal karena meliputi sikap menyukai
organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi
Luthans (2006 : 249) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai (1)
keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; (2) keinginan
untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; (3) keyakinan tertentu, dan
penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain ini merupakan sikap
yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan
dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatianya terhadap organisasi dan
keberhasilan dan kemajuan yang berkelanjutan.
Sedangkan Sunarto (2009 : 101) mendefinisikan komitmen organisasi
sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi
tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam
organisasi itu.
1. Dimensi pertama, adalah affective commitment berkaitan dengan hubungan
emosional anggota terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan
keterlibatan anggota dengan kegiatan di organisasi. Anggota organisasi
dengan affective commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam
organisasi karena memang memiliki keinginan untuk itu.
Meyer dan Allen (dalam Luthans, 2006: 249) merumuskan tiga
dimensi komitmen dalam berorganisasi.
2. Dimensi kedua, continuance commitment berkaitan dengan kesadaran anggota
organisasi akan mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi. Anggota
organisasi dengan continuance commitment yang tinggi akan terus menjadi
anggota dalam organisasi karena mereka memiliki kebutuhan untuk menjadi
anggota organisasi tersebut.
3. Dimensi ketiga, normative commitment menggambarkan perasaan keterikatan
commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena
merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut.
Allen dan Meyer (dalam Hidayat, 2010) berpendapat bahwa setiap dimensi
memiliki dasar yang berbeda. Karyawan dengan dimensi affective tinggi
bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota
organisasi. Sementara itu pegawai dengan dimensi continuance tinggi tetap
bergabung dengan organisasi tersebut karena mereka membutuhkan organisasi.
Karyawan yang memiliki komponen normative yang tinggi tetap menjadi anggota
organisasi karena mereka harus melakukannya. Setiap organisasi memiliki dasar
dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen yang dimilikinya.
Karyawan yang memiliki komitmen organisasi dengan dasar affective memiliki
tingkah laku yang berbeda dengan karyawan yang berdasarkan ontinuance.
Karyawan yang ingin menjadi anggota akan memiliki keinginan untuk
menggunakan usaha yang sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaliknya, mereka
yang terpaksa menjadi anggota akan menghidari kerugian finansial dan kerugian
lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal. Sementara
itu dimensi normative yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi,
tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki karyawan. Dimensi
normative menimbulkan perasaan kewajiban pada karyawan untuk memberi
balasan atas apa yang telah diterimanya.
Meyer dan Allen (dalam Soekidjan, 2006) membagi komitmen organisasi
a. Affective commitment, berkaitan dengan keinginan secara emosional terikat
dengan organisasi, identifikasi serta keterlibatan berdasarkan atas nilai-nilai
yang sama.
b. Continuance Commitment, komitmen didasari oleh kesadaran akan
biaya-biaya yang akan ditanggung jika tidak bergabung dengan organisasi. Disini
juga didasari oleh tidak adanya alternatif lain.
c. Normative Commitment, komitmen berdasarkan perasaan wajib sebagai
anggota/karyawan untuk tetap tinggal karena perasaan hutang budi. Disini
terjadi juga internalisasi norma-norma.
Dari ketiga jenis komitmen di atas tentu saja yang tertinggi tingkatannya
adalah affective commitment. Anggota/karyawan dengan affective commitment
tinggi akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkontribusi secara berarti
terhadap organisasi. Sedangkan tingkatan terendah adalah continuance
commitment. Anggota/karyawan yang terpaksa menjadi anggota/karyawan untuk
menghindari kerugian financial atau kerugian lain, akan kurang/tidak dapat
diharapkan berkontribusi berarti bagi organisasi. Untuk normative commitment,
tergantung seberapa jauh internalisasi norma agar anggota/karyawan bertindak
sesuai dengan tujuan dan keinginan organisasi. Komponen normatif akan
menimbulkan perasaan kewajiban atau tugas yang memang sudah sepantasnya
dilakukan atas keuntungan-keuntungan yang telah diberikan organisasi
(Soekidjan, 2006).
Muhyi (2005:31) mengemukakan beberapa cara untuk membangun
komitmen karyawan terhadap organisasi sebagai berikut :
2. Keamanan kerja
3. Organisasi secara keseluruhan
4. Keterlibatan karyawan
5. Kepercayaan karyawan
Disamping itu juga, komitmen karyawan terhadap organisasi dapat terus
ditingkatkan. Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan komitmen karyawan
terhadap organisasi:
1. Berusaha meningkatkan input karyawan kedalam organisasi. Karyawan yang
merasa bahwa suara mereka didengar cenderung lebih terikat secara efektif.
2. Perkuat dan komunikasikan nilai-nilai dasar, sikap dan tujuan organisasi. Hal
ini tidak berarti bahwa perusahaan harus dirubah menjadi kelompok tanggung
jawan sosial.
Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi
melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Steers (dalam Sopiah, 2008)
menyatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan :
1. Ciri pribadi pekerja termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi
kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan.
2. Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan
rekan sekerja.
3. Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara
pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya tentang
organisasi.
David (dalam Sopiah, 2008:163) mengemukakan ada empat faktor yang
1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman
kerja dan kepribadian.
2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan,
konflik peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan.
3. Karakteristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi,
kehadiran serikat pekerjan, dan tingkat pengendalian yang dilakukan
organisasi terhadap karyawan.
4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja seorang karyawan sangat berpengaruh
terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru
beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja
dalam organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan.
Stum (dalam Sopiah, 2008:164) mengemukakan ada 5 faktor yang
berpengaruh terhadap komitmen organisasi yaitu budaya keterbukaan, kepuasan
kerja, kesempatan personal untuk berkembang, arah organisasi, penghargaan kerja
yang sesuai dengan kebutuhan.
2.2.3. Teori Kecerdasan Emosional
Salovey dan Mayer (dalam Luthans, 2006 : 332) mendefinisikan
kecerdasan emosi sebagai subset kecerdasan sosial yang mencakup kemampuan
untuk memonitor perasaan dan emosi diri sendiri dan orang lain, membedakan
emosi dan perasaan, dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun
pemikiran dan tindakan.
Goleman (dalam Luthans, 2006:332) juga mendefinisikan kecerdasan
emosi (emotional intelegence) sebagai kapasitas untuk mengenali perasaan diri
sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Goleman meyimpulkan bahwa
pada tingkat individu, elemen kecerdasan emosi dapat diidentifikasi , dinilai dan
di up-grade. Pada tingkat kelompok, elemen kecerdasann emosi berarti
pengaturan dinamika interpersonal yang baik yang membuat kelompok menjadi
lebih cerdas. Pada tingkat organisasi, elemen kecerdasan emosi berarti merevisi
hirarki nilai agar kecerdasan emosi menjadi prioritas dalam konteks penerimaan
karyawan, pelatihan dan pengembangan, evaluasi kinerja dan promosi. Suatu
analisis teori akademis mengindikasikan bahwa kecerdasan emosi mungkin
membantu mempermudah adaptasi dan perubahan karyawan. Dalam konteks
penelitian empiris, ada beberapa bukti longitudinal yang mengindikasikan bahwa
dibanding IQ, EI adalah prediktor yang lebih baik untuk kesuksesan hidup
(keberhasilan ekonomi, kepuasan hidup, persahabatan, kehidupan keluarga).
Dalam konteks pekerjaan Cooper dan Sawaf (2003), menyatakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain
rasakan, termasuk cara tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang
dimaksudkan disini bisa meliputi atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga
pelanggan.
Covey (2005) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan
seseorang untuk memantau perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri maupun
pada orang lain. Selanjutnya Covey menyebutkan ada lima komponen utama
kecerdasan emosional yang telah umum diterima yaitu:
1. Kesadaran diri, yakni kemampuan untuk merefleksikan kehidupan diri sendiri,
menumbuhkan pengetahuan mengenai diri sendiri, dan mengunakan
2. Motivasi pribadi, yakni yang berkaitan dengan apa yang menjadi pemicu
semangat seseorang, visi, nilai-nilai, tujuan, harapan, hasrat, dan gairah yang
menjadi prioritas-prioritas mereka.
3. Pengaturan diri atau kemampuan untuk mengelola diri sendiri agar mampu
mencapai visi dan nilai-nilai pribadi;
4. Empati, kemampuan untuk memahami cara orang lain melihat dan merasakan
berbagai hal; dan
5. Kemampuan sosial dan komunikasi, yakni yang berkaitan dengan bagaimana
cara mengatasi perbedaan, memecahkan masalah, menghasilkan solusi-solusi
kreatif, dan berinteraksi secara optimal untuk mengejar tujuan-tujuan bersama.
Patton (2000), mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan,
membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan. Kecerdasan emosional
berarti menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan
dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,
menggunakan keterampilan-keterampilan lain untuk mempengaruhi dan
memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja
sama dan bekerja dalam tim. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional
mampu berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu yang jelas dan menyakinkan
dan memiliki jiwa kepemimpinan untuk membangkitkan inspirasi dan memandu
kelompok dan orang lain.
Robbins (2003:144) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah
keanekaragaman keterampilan, kapabilitas, dan kompetensi nonkognitif, yang
dan tekanan lingkungan. Robbins (2003 : 144) menyatakan terdapat 5 (lima)
dimensi kecerdasan emosi, yaitu :
1. Kesadaran Diri. Kemampuan untuk sadar akan apa yang dirasakan.
2. Mengelola Diri. Kemampuan untuk mengelola emosi dan rangsangan sendiri.
3. Motivasi diri. Kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi kemunduran dan
kegagalan.
4. Empati. Kemampuan untuk merasakan bagaimana yang lain merasakan.
5. Keterampilan sosial. Kemampuan untuk menangani emosi orang lain.
Kecerdasan emosi dalam konteks dunia kerja menurut Goleman
sebagaimana dikutip oleh Simons (dalam Hardaningtyas, 2004) membagi dua
wilayah kerangka kecerdasan emosi yaitu :
1. Kompetensi pribadi (personal competence), yaitu bagaimana mengatur diri
sendiri yang terdiri dari :
a. Kesadaran diri (self awareness), yaitu kemampuan untuk mengenal perasaan
diri sendiri. Indikatornya: tingkat emosional awareness, ketepatan self
assessment, self confidence.
b. Kemampuan mengatur diri sendiri (self regulation/self management), yaitu
kemampuan mengatur perasaannya. Indikatornya : tingkat self control,
trustworthiness dan conscientiousness, inovasi dan adaptasi.
c. Motivasi, yaitu kecenderungan untuk memfasilitasi diri sendiri untuk
mencapai tujuan walaupun mengalami kegagalan dan kesulitan.
Indikatornya: tingkat achievement drive, komitmen, inisiatif dan optimisme.
2. Kompetensi sosial (social competency), yaitu kemampuan mengatur hubungan
a. Empati, yaitu kesadaran untuk memberikan perasaan/perhatian, kebutuhan
atau kepedulian kepada orang lain. Indikatornya ; memahamai orang lain,
mengembangkan orang lain, berorientasi pada pemberian pelayanan,
leveraging diversity, kesadaran politis.
b. Memelihara hubungan sosial, yaitu mengatur emosi dengan orang lain,
keterampilan sosial seperti kepemimpinan, kerja tim, kerjasama, dan
negosiasi. Indikatornya: kemampuan mempengaruhi, kemampuan
komunikasi, kemampuan mengelola konflik, tingkat kepemimpinan, change
catalyst.
2.2.4. Teori Kinerja Karyawan 2.2.4.1. Pengertian Kinerja
Pada dasarnya kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat
individual karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang
berbeda-beda dalam mengerjakan tugas pekerjaannya. Kinerja seseorang bergantung pada
kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang
Moeheriono (2009:60), kinerja merupakan deskripsi dalam hal tingkat
pencapaian pelaksanaan dari suatu program kegiatan atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dicantumkan melalui
perencanaan strategis organisasi. Dalam menjalankan fungsinya, kinerja tidak
berdiri sendiri akan tetapi selalu berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan
dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh keterampilan,
kemampuan, dan sifat-sifat individu.
diperoleh.
Notoadmodjo (2009) mendefinisikan kinerja adalah apa yang dapat
rumusan yang didapat dari batasan-batasan yang ada, maka kinerja adalah hasil
kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang karyawan. Dengan
dimikian kinerja seorang karyawan dapat diukur dari hasil kerja, hasil tugas, atau
hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu.
Mangkunegara (2009: 67), kinerja berasal dari kata job performance atau
actual performance yang memberikan makna prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang dan kinerja (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang diperoleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja merupakan penampilan hasil kerja karyawan baik secara kuantitas
maupun kualitas (Cokroaminoto, 2007). Sedangkan menurut Robbins (2006)
kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan
selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target/sasaran atau kriteria.
Kemudian menurut Hasibuan (2001) menegmukakan kinerja (prestasi kerja)
adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu.
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat
kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan
seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman
yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.