• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.2 Teori Layout

Adapun pengertian Layout menurut beberapa sumber, diantaranya : Dalam buku layout yang ditulis oleh Gavin Ambrose dan Paul Harris layout

adalah pengaturan elemen-elemen desain dalam kaitannya dengan ruang atau bidang dimana elemen-elemen tersebut berada, dan dalam keserasian dengantampilan secara keseluruhan dari segi estetis.

(Rustan, 2009), Layout merupakan tata letak elemen-elemen desain seperti huruf teks, garis-garis, bidang-bidang, gambar-gambar terhadap suatu bidang dalam media tertentu seperti majalah, buku, dan lain-lain guna mendukung konsep atau pesan yang dibawanya.2 Layout adalah mengatur penempatan berbagai unsur komposisi, seperti misalnya huruf teks, garis-garis, bidang-bidang, gambar-gambar dan sebagainya.

(Scheder, 1985), Layout dimulai dengan gagasan pertama dan diakhiri oleh selesainya pekerjaan. Layout berarti memberi kesempatan kepada layouter dan langganannya untuk melihat pekerjaan mereka sebelum dilaksanakan. Peningkatan biaya oleh karena pengulangan penyusunan dan pembetulan dapat dicegah.3

Menurut (Rustan, 2009), elemen layout dibagi menjadi tiga, yaitu elemen teks, elemen visual, dan elemen invisible.

2

Rustan, Surianto. 2009. “Layout, Dasar & Penerapannya”. PT. Gramedia Pustaka Utam; Jakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

1. Elemen Teks

a. Judul

Judul dapat diidentifikasi dari ukuran huruf yang lebih besar dibanding teks lainnya. Selain dari ukuran, gaya (style) pada judul termasuk flesibel, terkadang juga menggunakan jenis huruf dekoratif untuk menambah segi estetisnya.

b. Subjudul

Artikel yang cukup panjang biasanya dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai topiknya. Subjudul juga memudahkan pembaca mengambil jeda untuk mengidentifikasi apa yang akan dan sudah dibacanya. Biasanya diidentifikasi dengan jenis atau ukuran huruf yang berbeda dengan bodytext, atau juga bisa membedakannya dengan mempertebal huruf, membuatnya kapital, atau memberi warna berbeda.

1. Body Text

Teks utama yang dicirikan dengan kalimat panjang dan paragraf-paragraf di dalamnya. Ukuran huruf dan jenis huruf biasanya dipilih yang keterbacaanya baik, namun sesuai dengan kapasitas area kertas dan jumlah halaman yang ada.

2. Caption

Keterangan singkat yang menyertai elemen visual, seperti ilustrasi, infografis, yang umumnya dicetak dalam ukuran kecil dan dibedakan gaya atau hurufnya dengan bodytext dan elemen teks lainnya.

3. Deck

Gambaran singkat tentang topik yang dibicarakan di

bodytext, fungsinya sebagai pengantar sebelum orang membaca

bodytext. Pencapainnya berbeda-beda, antara lain dengan membedakan ukuran huruf dengan bodytext, atau membedakan gaya huruf yang digunakan.

4. Pull Quotes

Satu atau lebih kalimat singkat yang mengandung informasi penting yang ingin ditekankan. Kadang diambil dari sebagian

bodytext, yang dianggap menarik atau penting untuk ditekankan. 5. Initial Caps

Huruf awal yang berukuran besar dari kata pertama dari paragraf, dapat juga berfungsi sebagai penyeimbang komposisi suatu layout.

2. Elemen visual

Elemen visual terdiri dari foto, artworks, dan infografis : a. Foto

Kekuatan terbesar dari fotografi. Pada media periklanan khususnya adalah kredibilitasnya atau kemampuannya untuk memberi kesan sebagai dapat dipercaya. Foto adalah potongan momen. Maka dari itu, ilustrasi foto dapat memvisualkan emosi pada momen yang diabadikan. Suasana asli dan keadaan fakta yang tidak bisa digantikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

dengan ilustrasi yang lain dapat ditangkap dengan foto. Contohnya seperti lezatnya makanan, suasana kota, bangunan, benda-benda, dan keindahan akan yang nyata.

b. Artwork

Artwork digunakan untuk menangkap dan memvisualkan kondisi abstrak seperti mimpi dan kondisi perasaan seseorang. Selain hal tersebut juga digunakan untuk memudahkan pembaca untuk memahami suatu kondisi dan situasi. Kesan lucu, konyol yang akan disampaikan akan lebih tampak jika menggunakan ilustarsi manual. Ilustrasi pada buku secara umum ada beberapa jenis, yaitu realis, naturalisme, surealis, figuratif, dekoratif, kartun, karikatur, digital imaging.

c. Infografis

Infografis adalah perwujudan data yang diaplikasikan dan ditampilkan secara visual dengan tujuan agar informasi yang disampaikan mudah untuk dipahami.

3. Elemen invisible a. Margin

Margin menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen-elemen layout. Margin mencegah agar elemen-elemen tersebut tidak terlalu jauh ke pinggir halaman. Karena hal tersebut secara estetika kurang menguntungkan, bahkan bisa membuat elemen layout terpotong pada saat pencetakan.namun ada juga yang sengaja meletakkan elemen layout jauh ke pinggir halaman jika memang konsep desain tersebut mengharuskan demikian dan sudah melalui pertimbangan estetis.4

Menurut Iyan (2007), pertimbangan dasar untuk menentukan bidang layout adalah perbandingan margin dalam (margin punggung), margin atas, margin luar dan margin bawah, yang dihitung dari tepi ukuran buku. Perbandingan margin yang lazim digunakan adalah 2:2:2:2 cm. Perbandingan magin tersebut dibaca searah dengan putaran jarum jam khusus untuk besar margin punggung ditentukan berdasar jumlah halaman buku dan penjilidan yang digunakan. Karena semakin banyak jumlah halaman buku, besar margin punggung harus ditambah, biasanya 2,25 cm sampai 2,5 cm. Dengan begitu, keterbacaan (readibility) buku tetap tinggi.

Harap diperhatikan bahwa besarnya bidang layout teks, terutama tinggi bidang layout, sudah mencakup nomor halaman. Nomor halaman tersebut diletakkan di batas bawah bidang layout. Nomor halaman ganjil diletakkan disudut kanan bawah bidang layout. Sementara itu, baris teks paling bawah di dalam suatu halaman berjarak satu centimeter dari batas bawah bidang layout sehingga nomor halaman berada diantara baris teks dan batas bidang layout.5

4

Rustan, Surianto. 2009. “Layout, Dasar & Penerapannya”. PT. Gramedia Pustaka Utam; Jakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

b. Grid

(Rustan, 2009), Grid adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam melayout. Grid mempermudah kita dalam menentukan dimana harus meletakkan elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang mempunyai beberapa halaman.

Dalam membuat grid kita membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan garis-garis vertikal, dan ada juga yang horisontal. Sedangkan untuk merancangnya harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut: berapa ukuran dan bentuk bidangnya, apa konsep dan

style desainnya, berapa ukuran huruf yang akan dipakai, berapa banyak isinya / informasi yang ingin dicantumkan dan lain-lain. Kadangkala untuk membuat layout sebuah karya desain yang mempunyai banyak halaman seperti company profile, katalog, majalah, newsletter, atau surat kabar, boleh saja kita menggunakan kombinasi lebih dari satu sistem grid.6

c. Tipografi

Menurut Scheder (1985), tipografi atau tata huruf, merupakan unsur dalam karya desain yang mendukung terciptanya kesesuaian antara konsep dan komposisi karya. Di luar kecocokannya dengan tema / konsep desain yang dibawanya dalam menentukan huruf dan ukuran huruf yang cocok, perlu memahami beberapa hal berikut, jenis huruf yang berbeda mempunyai ukuran yang berbeda walaupun menggunakan satuan ukuran yang sama (point). Walaupun sudah disamakan ketinggian hurufnya dari baseline sampai capeline secara manual, namun secara optis tetap tidak sama tinggi. Ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: x-height yang berbeda, beda tebal tipis (stem stroke dan hairline stroke), pengaruh optis dari serif (kait pada huruf), dan lain-lain.

Dalam penggunaan tipografi ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan, yaitu :

1. Readibility (keterbacaan)

Merupakan tingkat atau level dimana sebuah penulisan dapat dipahami atau dibaca dengan mudah berdasarkan kompleksitas penggunaan kata-kata dan kalimat.

2. Clearity (kejelasan)

Adalah hal yang paling penting dalam memilih suatu jenis huruf. Menurut David Ogilvy, tipografi yang baik ”menolong” orang untuk membaca, sedangkan tipografi yang buruk ”mencegah” orang untuk membaca.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

3. Visibility (dapat dilihat)

Pemakaian tipe huruf harus disesuaikan dengan komposisi yang baik. Peletakan huruf yang terhalang oleh gambar atau warna hampir sama dengan latar belakang akan mempersulit pembaca.

4. Legibility

Merupakan kejelasan visual dari penulisan teks, biasanya berdasarkan ukuran, jenis huruf, kontras, text block, dan spasi antar huruf yang digunakan.7

Menurut Scheder (1985), unsur-unsur pada tipografi, meliputi : a. Huruf-huruf

Masing-masing huruf merupkan bagian individual dalam alphabet. Bentuk dasar huruf tidak dapat diubah. Sedangkan variasi bentuknya sangat banyak jumlahnya. Jenis huruf baru selalu dirancang sebagai hasil teknik produksi yang lebih progresif atau sebagai adaptasi daripada mode dan gaya. Huruf-huruf secara tersendiri berbeda dalam bentuk, ukuran, berat, kelebaran, dan miringnya.

b. Bentuk

Huruf cetak jenis huruf dengan kait atau serif, misalnya Garamond atau Bodoni dan yang tanpa kait atau sans-serif antara lain Univers dan Futura. Ada cukup pilihan dari berbagai jenis tersedia dalam kedua grup ini. Alfabet sans-serif berikut ini adalah yang terbanyak dipakai dewasa ini : Univers, Monotype, Futura, Gill, Folio dan Helvetica. Perkembangan yang terakhir adalah OCR (Optical Character Recognition). Alfabet OCR adalah suatu seri tanda-tanda yang di satu pihak secara teliti dan mudah dapat dibaca oleh alat pembaca elektronis dan di lain pihak juga dapat dibaca oleh manusia. Huruf-huruf ini sangat mirip dalam bentuknya dengan huruf-huruf sans-serif yang terkenal itu.

Alfabet sans-serif dapat diperoleh untuk keperluaan set tangan, set mesin, set foto grafis dan set cahaya. Tetapi hendaklah ingat, bahwa sekalipun dalam satu jenis huruf yang sama bentuk teknik yang dipergunakan berbeda misalnya, Univers 10 punt roman pada set timah berbeda dengan Univers 10 punt roman pada set fotografis.

c. Ukuran

Pada set timah, foto atau cahaya, ukuran diatur menurut punt atau mm ataupun inchi. Ukuran punt yang paling umum adalah diantara 6-72 punt.

Pada set fotografis untuk jumlah kecil atau untuk judul-judul, ukuran dapat diatur dalam proses yang sama, huruf-huruf secara individual dibuat lebih besar atau lebih kecil secara proporsional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Pada set timah huruf-huruf punya proporsi khusus untuk setiap ukuran, misalnya huruf-huruf kecil lebih lebar (berspasi lebih besar) daripada huruf yang besar. Pembesaran atau pengecilan secara fotografis daripada set timah karenanya harus dihindarkan. d. Berat dan Lebar Huruf

Disamping ukuran besar, huruf-huruf juga berbeda dalam berat dan lebarnya. Dengan berat huruf dimasukan berbagai ketebalan garis-garis huruf dalam hubungan dengan spasi, sedang tingginya tetap.

Berat huruf dinilai sebagai tipis sekali, tipis, normal, setengah tebal, tebal, dan sangat tebal. Namun, demikian tidak ada keseragaman standarisasi.

Lebar huruf adalah ukuran bagian luar yang vertikal daripada huruf-huruf. Ukuran ini ada dalam proporsi tertentu sepadan dengan berat garis-garis huruf dan spasi bagian dalam tingginya tetap.

e. Kemiringan Huruf

Sebagian tambahan pada huruf-huruf yang tegak, yakni huruf-huruf yang tegak lurus (90o) pada garis dasarnya juga dapat diperoleh huruf miring. Huruf-huruf miring condong ke satu arah. f. Kata

Kata merupakan kombinasi daripada huruf-huruf tunggal. Huruf-huruf ini ditempatkan bersama sedemikian untuk menjadi kata yang diucapkan dengan cara dituliskan. Ejaan yang benar sebuah kata dikenal seperti halnya dengan bentuk-bentuk huruf. Maka huruf-huruf harus dipelajari tentang kekhasan visualnya masing-masing dan diatur dengan jarak yang benar satu dari yang lain. Dengan huruf-huruf timah yang biasanya diperdagangkan dan sebagian pada photocomposing, jarak antara huruf-huruf sudah diatur sehingga dengan begitu setiap kombinasi yang mungkin antara huruf yang satu dengan yang berikut dapat teratur secara otomatis. Koreksi dengan tangan biasanya tidak diperlukan.

Pada huruf-huruf yang besar (diatas 12 punt) dan huruf-huruf judul, ketidakseragaman yang disebabkan oleh teknik terlihat jelas. Spasi yang terlalu besar atau terlalu kecil memerlukan koreksi.

Huruf-huruf tuang hanya dapat didekatkan satu dengan yang lain sejauh besar badan huruf (body size) memungkinkan. Jarak yang terlalu kecil dapat diperbesar dengan diberi spasi yang tipis. Pada photocomposing untuk kepala-kepala karangan, huruf-huruf dapat disusun saling mendekati atau saling menjauhi satu dengan yang lain menurut kehendak kita.

g. Baris

Baris terdiri dari kata-kata yang diatur satu dibelakang yang lain. Di antara kata-kata ada jarak antar kata. Pada set timah seperti juga pada set foto dan set film, jarak-jarak antar kata yang minimum sampai ke maksimum dapat diperoleh. Sebuah baris

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

harus memiliki koherensi optis, yaitu bahwa kata-kata harus dapat dengan jelas dikenali dan yang satu tidak terbaur dengan yang lain. Juga sama pentingnya bahwa kata-kata itu tidak saling terpisahkan secara seenaknya sehingga spasi-spasi yang ada mengganggu kelancaran membaca. Spasi yang normal antara kata-kata adalah sebuah ukuran yang tetap dan secara terartur diulangi. Sebagai jarak dasar untuk ukuran huruf 6-12 punt spasi 1/3 em-quad harus dipakai.

Untuk huruf-huruf yang besar (huruf judul) ketidakteraturan jarak antar kata akan nampak. Ini harus dikoreksi secara optis sesuai dengan bentuk dari huruf-huruf pertama dan terakhir daripada kata yang berikutnya.

h. Kolom

Sebuah kolom terdiri dari sejumlah baris dengan lebar tertentu. Dari praktek ternyata bahwa kolom pada kebanyakan majalah atau brosur adalah 5-7 kata dengan sekitar 6-10 huruf per kata. Pada koran jumlah kata per baris dalam satu kolom lebih sedikit lagi, sedangkan pada buku-buku lebih banyak.

Jumlah yang dapat terbaca dengan mudah menurut pengalaman dalam sebuah baris adalah 40-60 huruf. Baris yang lebih panjang sulit dibaca. Sebagai tambahan ketentuan tentang lebar kolom, jarak antara baris dari garis dasar ke garis dasar harus juga ditentukan tanpa interlini atau dengan iterlini. Jarak antar baris biasanya diukur dalam punt, misalnya untuk huruf dengan ukuran 9 punt diberi interlini 1 punt ditulis 9 / 10 punt.

i. Garis-garis

Garis-garis adalah unsur cetak yang paling dan karena kekuatan rupanya maka garis-garis ini harus dipakai dengan hati-hati. Garis-garis dapat membagi sebuah teks, mengelompokkan dan juga dapat menghubungkan kelompok-kelompok teks. Juga dapat dipakai sebagian bingkai dan sebagai hiasan.

Garis-garis yang dipakai harus dapat serasi dengan jenis huruf yang digunakan untuk huruf-huruf Roman dan yang kuno baik dipakai garis-garis yang halus untuk huruf Grotesque dipakai garis-garis setengah tebal.

j. Ornamen

Ornamen hanya kadang-kadang dipakai dalam tipografi modern. Mungkin saja menggunakannya untuk bahan cetakan pribadi dan pekerjaan-pekerjaan dekoratif seperti ijazah. Ornamen yang dipakai juga harus dicampur baik-baik dengan unsur-unsur cetak yang lain.

k. Bidang Cetak

Bidang-bidang dapat dicetak sebagai bidang berwarna (sebagai dasar). Bisa juga diberi raster atau mengandung unsur-unsur yang negatif. Bidang yang dicetak mencerahkan setiap layout

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

kedua. Bidang yang dicetak ini hendaknya tidak terlampau luas, tidak terlalu berat dalam warna dan harus sepadan dengan unsur-unsur lain dalam cetakan. Bila memakai garis negatif, huruf

Grotesque adalah lebih baik sedangkan jenis huruf kuno dan Roman dalam ukuran lebih kecil sukar untuk dicetak negatif. l. Mencampur Berbagai Jenis Huruf

Setiap penyusun harus tahu karakteristik dari jenis-jenis huruf. Hanya kalau masing-masing jenis huruf dikenali (kekhasannya), mereka dapat dipakai dan dicampurkan baik-baik. Pedoman pokok dalam mencampurkan jenis-jenis huruf adalah jangan mencampur lebih daripada dua jenis huruf yang berlainan.

Layout yang terbiasa adalah apabila hanya satu jenis huruf atau satu

family huruf dipakai.

Jenis huruf gaya lama (Garamond, Baskerville) tak pernah dicampurkan dengan jenis huruf Roman (Bodoni). Kedua huruf gaya lama ini bentuknya seperti tulisan dan menggunakan serif yang miring (slanting serifs), sedangkan huruf Roman nampaknnya seperti dikerutkan dan menggunakan serif horizontal.

Jenis huruf Egyptian dapat dipakai sebagai kepala karangan bagi jenis huruf Roman, karena serif-nya juga horizontal. Pencampuran kedua jenis huruf dalam teks harus dihindarkan sebab tinggi kedua jenis huruf itu berbeda pada besar badan huruf yang sama.

Jenis huruf Grotesque sans serif (Univers, Futura) tidak dapat dicampurkan dengan jenis huruf Roman. Grotesque hanya dapat dipakai sebagai kepala karangan, sementara jenis huruf Roman dipakai sebagai teks dengan ukuran huruf yang lebih kecil. Jenis huruf tulisan Inggris (English Script) dapat dicampur dengan baik dengan jenis huruf Roman karena keduanya terdiri dari garis-garis halus dan tebal. Namun, akan Nampak tidak bagus kalau dicampurkan dengan jenis huruf Grotesque (sans-serif). Pencampuran hanya mungkin kalau huruf Grotesque dipakai dalam ukuran normal dan kecil.

Jenis huruf yang lain harus dicampur sesuai dengan bentuk dan tingginya. Jenis huruf dengan perubahan ketebalan garis-garisnya dapat bercampur baik dengan jenis huruf lama. Sedang jenis huruf dengan garis-garis yang seimbang dapat bercampur lebih baik dengan huruf Grotesque.

Berbagai jenis huruf juga harus sesuai dengan unsur-unsur cetakan lainnya seperti simbol-simbol, gambar-gambar, dan garis-garis.

d. Warna dalam Buku

Pewarnaan suatu unsur buku harus direncanakan dengan matang karena semakin banyak unsur berwarna, semakin banyak biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu, alternatif yang dipilih jika ingin membedakan teks dengan unsur lainnya dapat menggunakan sistim

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dua warna (duo tone, duplex) atau juga dengan gradasi raster (grayscale). Oleh karena itu, jika suatu unsur buku ingin diberi warna, dapat menggunakan sistem dua warna atau gradasi raster. Khusus untuk foto, hendaknya dipilih foto hitam putih sehingga jika dicetak tanpa warna hasilnya tampak tajam.

Sistem pewarnaan yang lazim digunakan penerbit dan percetakan adalah sistem pewarnaan yang didasarkan atas empat warna dasar, yaitu biru (cyan), merah (magenta), kuning (yellow), dan hitam (black) atau dikenal dengan CMYK. Sitem pewarnaan CMYK lebih banyak digunakan untuk foto dan gambar, sampul dan jaket buku, atau unsur-unsur lain yang akan diberi penekanan khusus (aksentuasi). Sebelum dicetak pada lembar kertas, unsur warna dipisahkan dalam lembaran film negatif menurut unsurnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara separasi warna.

Warna dibagi dalam 3 kategori, yaitu : terang (muda), sedang, gelap (tua), dan sebagai pertimbangan keterlihatan audience, maka daya pantul cahaya dapat dinilai sebagai berikut :

1. Warna terang (disukai muda-mudi, membuat produk menjadi lebih besar dan lebih dekat ke mata).

2. Warna keras / hangat (termasuk di dalamnya adalah warna merah, oranye, kuning, warna-warna ini memiliki daya tarik dan dampak yang sangat besar, terutama warna merah dan oranye, sehingga sangat tepat diaplikasikan pada media yang menuntut perhatian lebih).

3. Warna lembut / dingin (termasuk didalamnya adalah warna hijau dan biru, warna ini kurang dinamis bila dibandingkan dengan warna keras, namun cocok digunakan untuk produk-produk tertentu).

4. Warna muda / pucat (tampak ringan dan kurang berdaya bagi muda-mudi).

5. Warna medium (sifatnya umum dan sangat serasi bila dikomposisikan dengan warna yang memiliki nilai pantul lebih tinggi).

6. Warna tua, memiliki nilai pantul paling rendah, dan harus dikomposisikan dengan warna yang nilai pantulnya tinggi, serta bila dipajang pada rak penjualan buku harus dengan latar belakang yang kontras dan penerangan yang cukup agar mudah terlihat. 7. Alami / natural, biasanya warna yang dipakai adalah coklat tua

yang merupakan contoh terbaik untuk menampilkan kesan alami. Dalam desain, warna dapat menunjukkan gaya / style sebuah desain:

1. Warna etnik :

Warna yang berciri gaya etnik / tradisional, contohnya dominan warna hijau tua, coklat, dsb.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Warna yang menggunakan warna-warna cerah (khas pop art), seperti perpaduan warna merah, kuning, orang, dsb.

3. Warna op-art (psikodelik) :

Warna yang menggunakan warna-warna yang memberikan efek khusus terhadap mata yang melihatnya ( seperti kesan luas / sempit, tinggi-rendah, dsb.). Contoh komposisi warna tersebut adalah : warna merah-biru, merah-hijau, dll.

4. Warna posmo (postmodern) :

Warna yang menggunakan warna-warna soft (lembut) yang mencirikan gaya postmodern. Contoh : perpaduan warna pastel.8

2.3 Teori Buku, Sejarah Perkembangan Tentang Buku, dan Jenis-jenis

Dokumen terkait