• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Gaya Bahasa

2.6.2 Teori M etafora

M enurut Picken m et afora merupakan sebuah t opik kajian ut am a berbagai disiplin ilmu, t erutam a linguist ik, t eori kesusast raan, filsafat , dan psikologi, konsep-konsep t ent ang met afora, t ermasuk definisinya sangat beragam (Picken, 1988: 108). Hingga saat ini, terdapat empat t eori met afora yang m engungkapkan m et afora dengan berbagai sudut pandang dit injau dari perspekt if penerjem ahan.

a. Teori Perbandingan (Comparison Theory)

Teori perbandingan digagas oleh Aristot eles pada abad keem pat m asehi. M enurut Arist ot eles, m etafora merupakan sarana berpikir yang sangat efekt if unt uk mem aham i suat u konsep abst rak, yang dilakukan dengan cara memperluas m akna konsep t ersebut dengan cara membandingkannya dengan suat u konsep lain yang sudah dipahami. M elalui perbandingan itu t erjadi pemindahan m akna dari konsep yang sudah dipaham i kepada konsep abst rak. Bat asan ini biasanya diungkapkan dengan rumus “ A adalah B dalam kont eks X, Y, Z …” Sebagai contoh, dalam m et afora “ Guru adalah mat ahari bangsa” , fungsi “ m at ahari‘ sebagai pem beri “ t erang‘ dan “ kehangatan‘ dipindahkan kepada ‘guru‘. Pem indahan ini m em buat “ guru” menjadi “ pem beri t erang dan kehangat an” kepada bangsa. Oleh Arist ot eles, ungkapan-ungkapan linguist ik yang dihasilkan dari met afora sebagai sarana berpikir itu disebut sebagai st ilist ika.

Ort ony m enyat akan bahw a bagi Arist ot eles, fungsi ut am a met afora adalah sebagai st ilistika at au ornam en ret oris, khususnya m ajas (Ort ony, 1993: 3).

Danesi dalam hal ini m enambahkan bahw a m ajas t ersebut digunakan untuk memperindah ungkapan-ungkapan dalam puisi (Danesi, 2004: 118). Dengan kat a lain, Aristot eles lebih mement ingkan m et afora sebagai ekspresi linguist ik, bukan sebagai konsep berpikir yang menghasilkan ekspresi t ersebut . Nam un Punt her t idak sependapat dengan Arist ot eles. Punt her menyat akan bahw a penekanan pada fungsi m et afora sebagai ornamen ret oris m engakibat kan kajian-kajian itu hanya t erfokus pada upaya upaya untuk m em bedakan bahasa harfiah dan bahasa figuratif (Punther, 2007: 10-12).

Teori perbandingan ini didukung oleh Larson yang m enekankan bahw a sepert i halnya sim ile, met afora m erupakan ungkapan figurat if yang didasarkan pada perbandingan (Larson, 1998: 271). Dalam bukunya Larson menegaskan bahw a met afora dan simile m erupakan bentuk-bent uk gramat ikal yang m ew akili dua proposisi dalam st ruktur sem ant ik. Sebuah proposisi t erdiri sebuah t opik dan penjelasan mengenai t opik itu. Dalam ungkapan “ Guru adalah mat ahari bangsa” , “ guru” m erupakan t opik dan “ adalah m at ahari bangsa” m erupakan penjelasan. Hubungan ant ara kedua proposisi t ersebut m erupakan sebuah perbandingan yang t erdapat dalam bagian penjelasan. Penjelasan t ersebut mengungkapkan kemiripan at au m enunjukkan tit ik kesamaan t ert ent u. Dalam contoh di at as, bagian penjelasan m engungkapkan kemiripan ant ara “ guru” dan “ mat ahari” sebagai pemberi “ t erang” dan “ kehangat an” .

a. Teori Int eraksi

Richard m enolak pandangan bahw a m et afora digunakan secara khusus hanya dalam karya sast ra. Richards m enyat akan bahwa m et afora sesuat u yang ist im ew a dan hanya digunakan oleh orang-orang berbakat sebagai ornamen ret oris (Richards, 1936: 90). Richards m enekankan juga bahw a met afora merupakan proses kognit if yang dilakukan unt uk m em aham i suatu gagasan yang asing (met aphor/ vehicle) m elalui int eraksi gagasan t ersebut dengan gagasan lain yang m aknanya secara harfiah sudah lebih dikenal (t enor), bukan m elalui pemindahan m akna. Gagasan baru yang dihasilkan m elalui int eraksi met aphor/ vehicle dan t enor disebut connect ion/ ground (Richards, 1936: 93-96).

Black kem udian m engem bangkan t eori int eraksi Richards dengan menekankan bahwa m et afora pada hakikat nya merupakan inst rum en kognitif yang t idak dapat berlangsung t anpa adanya int eraksi ant ar elem en-elem en pembentuknya, yang t erdiri dari aspek kont eks, situasi, pem bicara/ pendengar, penulis/ pembaca, dan t em a pert ut uran.

b. Teori Pragm at ik

Teori pragm at ik merupakan penolakan t erhadap konsep adanya perubahan m akna pada topik karena adanya pemindahan m akna dari cit ra, at au karena adanya int eraksi m et aphor/ vehicle dengan t enor. Davidson dalam hal ini mempert anyakan asum si st andar t ent ang keberadaan m akna m et aforis yang berbeda dengan m akna harfiah (Davidson, 1978: 32). M enurut Davidson, met afora pada hakikatnya t idak berbeda dengan ungkapan linguist ik lainnya. M et afora mengungkapkan m akna kat a-kat a sesuai dengan makna harfiahnya, t idak lebih dari it u. Bagi Davidson, persoalan m et afora m erupakan ranah pragm at ik, bukan sem antik. makna sebuah met afora dit entukan oleh makna harfiah kat a-kat a maupun kalim at yang membent uknya, dan bagaim ana makna t ersebut digunakan. Jadi, m et afora tidak memiliki makna khusus.

Searl e dalam bukunya juga m enolak konsep perubahan m akna pada t opik karena adanya pem indahan m akna dari cit ra, at au karena adanya int eraksi met aphor/ vehicle dengan t enor (Searle, 1981: 76-103). M enurut Searle, di dalam met afora sam a sekali t idak ada perubahan makna. Searle m engakui bahw a makna ungkapan met aforis berbeda dengan makna harfiah kat a-kat a at au kalim at penyusunnya. Namun hal itu t idak disebabkan oleh perubahan makna elem en-elem en leksikal, melainkan karena penutur berm aksud mengungkapkan makna yang lain m elalui kat a-kat a at au kalim at t ersebut .

c. Teori Kognit if

Wilayah kajian m et afora yang dulu cenderung mengacu pada ungkapan figuratif mulai berubah sejak Lakoff dan Johnson m enerbit kan M et aphors We Live By pada t ahun 1980. Dalam buku ini m ereka m enegaskan bahw a met afora t idak hanya digunakan dalam karya sast ra t et api dalam kehidupan sehari-hari.

M enurut m ereka, “met aphors are pervasive in our ordinary everyday w ay of t hinking, speaking, and act ing” . Pendapat ini m erupakan penolakan mereka t erhadap pendapat umum dalam linguist ik konvensional bahw a ungkapan met aforis m erupakan alt ernatif bagi pert uturan harfiah. M ereka m enent ang asum si Grace bahwa seseorang akan m encoba mendahulukan int erpret asi harfiah jika dia mendengar sebuah kalim at. M enurut Lakoff dan Johnson, asumsi ini t erkesan benar hanya karena pengguna bahasa tidak m enyadari bahw a banyak ungkapan-ungkapan yang biasa m ereka gunakan sebenarnya didasarkan pada st ruktur m et aforis.

M enurut Ort ony prinsip ut am a dalam t eori kongnit if Lakoff dan Johnson adalah bahw a m et afora berlangsung dalam t ataran proses berpikir (Ort ony, 1993: 208-209). M et afora menghubungkan dua ranah konsept ual, yang disebut ranah sumber (source domain) dan ranah sasaran (t arget domain). Ranah sumber t erdiri dari sekum pulan ent it as, at ribut at au proses yang t erhubung secara harfiah, dan secara semant is t erhubung dan t ersimpan dalam pikiran. Ranah sasaran cenderung bersifat lebih abst rak dan mengikut i st rukt ur yang dimiliki ranah sumber m elalui pem et aan ont ologis. Pemet aan inilah yang disebut met afora konseptual. Pada t at aran bahasa, seluruh, ent it as, at ribut, dan proses dalam ranah sasaran dileksikalkan m elalui kat a-kat a dan ungkapan dari ranah sumber. Kat a-kat a atau ungkapan inilah yang disebut dengan m et afora linguist ik. 2.6.3 M ethaphor Identification Procedure (M IP)

Pemahaman at as definisi, komponen, dan tipe met afora belum menjam in kemam puan m engident ifikasi keberadaan m ajas ini dalam wacana, apalagi bila wacana yang dianalisis m erupakan korpus yang besar. Krennm ayr dalam bukunya menegaskan bahw a pendekat an “ I-know -it -w hen-I-see-it” at au int uitif t idak bisa diharapkan unt uk m enghasilkan identifikasi m et afora yang akurat (Krennm ayr, 2011: 15-16). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu prosedur yang t erukur. Untuk m enjaw ab kebuutuhan ini, kelompok Pragglejaz m enyusun M et aphor Identificat ion Procedure (M IP), yang dirancang secara khusus bagi para peneliti untuk m engenali met afora dalam bahasa lisan dan t ulisan. Prosedur ini

bertujuan unt uk menentukan apakah unit leksikal t ert ent u dalam wacana berperan sebagai m et afora dengan m elihat hubungan unit leksikal t ersebut dalam w acana. Karena banyak kat a yang berfungsi sebagai met afora dalam kont eks yang berbeda, unt uk m enerapkan M IP diperlukan kem am puan untuk membedakan kat a-kat a yang m enyam paikan m akna met aforis dan yang tidak. Secara t erperinci, kelom pok Pragglejaz (2007) m erumuskan M IP sebagai berikut .

1. Baca w acana secara m enyeluruh untuk m em bangun pem aham an umum t ent ang m aknanya,

2. Tent ukan unit leksikal dalam w acana,

3. (a) Untuk set iap unit leksikal dalam t eks, lihat m aknanya dalam kont eks yait u bagaimana m akna itu berlaku sebagai suatu entit as, relasi, atau at ribut dalam situasi yang dit imbulkan oleh t eks (makna kont ekst ual). Perhitungkan apa yang dat ang sebelum dan set elah unit leksikal.

(b) Untuk set iap unit leksikal, t entukan apakah unit itu memiliki makna kont em porer yang lebih m endasar dalam kont eks lain daripada dalam kont eks t ersebut . Dalam ident ifikasi m et afora ini, makna dasar cenderung: (i) lebih nyat a (apa yang diungkapkan lebih mudah dibayangkan, dilihat , didengar, diraba, dicium, dan dirasakan); (ii) t erkait dengan tindakan fisik; (iii) Lebih t epat (tidak samar-sam ar); dan (iv) secara hist oris lebih tua. M akna dasar harus merupakan makna yang paling sering m uncul dari unit leksikal t ersebut .

(c) Jika unit leksikal m em iliki m akna kontem porer yang lebih mendasar dalam kont eks lain dibandingkan dengan kont eks yang ada, periksa apakah makna kont ekst ual berbeda dengan m akna dasar t et api dapat dimengert i m elalui perbandingan dengan makna dasar t ersebut.

4. Jika ya, t andai unit leksikal t ersebut sebagai met afora. 2.6.4 M etafora Know les and M oon

M enurut Knowles dan M oon dalam bukunya Int roducing M et aphor menyat akan bahw a met afora adalah “ …t he use of language t o refer t o somet hing other t han w hat is originally applied to, or w hat it ‘lit erally’ means, in

order t o suggest some resemblance or make a connect ion bet w een t he t w o t hing”. Dapat kit a definisikan bahw a m et afora adalah penggunaan bahasa untuk merepresent asikan sesuat u yang selain apa yang seharusnya dit erapkan at au secara harfiahnya adalah untuk m enunjukan beberapa kem iripan dan ket erkait an antara keduanya (Knowles and M oon, 2006: 3). M et afora juga merupakan non-lit eral at au figuratif yang m engungkapkan perbandingan ant ara dua hal secara im plisit (Knowles and M oon, 2006: 6). Knowles dan M oon juga menyat akan bahw a t erdapat dua jenis m et afora, yaitu m et afora kreat if dan met afora konvensional

1. M et afora kreat if adalah met afora yang digunakan penulis at au petut ur unt uk m engekspresikan ide dan perasaannya ke dalam sebuah t ulisan sehingga t ulisan t ersebut menjadi m udah dipahami oleh pembaca. M et afora ini m enampilkan suatu ungkapan yang baru berdasarkan realit as yang ada dan biasanya t erdapat di dalam karya sast ra.

2. M et afora Konvensional adalah met afora yang sudah t idak lagi bersifat baru dan jenis m et afora ini t elah kehilangan cirinya sebagai sebuah m et afora, karena met afora ini sering digunakan dan kemudian dim asukkan ke dalam kosakat a sehari-hari. M et afora konvensional juga sering disebut dengan m et afora m at i at au dead met aphor (Knowles dan M oon, 2006 : 6).

Berdasarkan t eori Knowles dan M oon t erdapat t iga hal yang harus diperhat ikan unt uk menganalisis m et afora, yaitu:

a. kat a at au frase met aforis b. makna met aforisnya

c. kait an at au hubungan ant ara dua hal yang dibandingkan

Dalam m enganalisis m et afora dibut uhkan tiga komponen, yaitu met aphor/ vehicle, meaning/ t opic, dan connection/ grounds.

M et aphor/ vehicle adalah kat a at au frase yang mem iliki makna met aforis. M eaning/ t opic adalah m akna m et aforis yang dimaksudkan penulis, bukan makna

harfiah. Connect ion/ grounds adalah hubungan ant ara m akna harfiah dengan makna m etaforis. M elalui connect ion/ grounds dapat diket ahui makna apa yang ingin disampaikan dan prototipe sepert i apa yang ingin dialihkan ke meaning/ t opic¸ t erkait dengan m akna harfiah dari met aphor/ vehicle at au met aforanya. M isalnya,

Cont ext :be prepared for a mount ain of paperw ork M et aphor/ vehicle :mountain

M eaning/ t opic :a large amount

Connect ion/ grounds :ideas of size, being immovable and difficult t o deal wit h

Berdasarkan contoh di at as, penggunaan m et afora mount ain (gunung) dikarenakan protot ipe dari gunung yang berukuran t inggi dan besar sehingga t idak dapat bergerak dan sulit untuk dit aklukan.

Dokumen terkait