• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Teori Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah penemuan-penemuan, ketrampilan dan rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu yang berfokus pada klien (Varney dalam Norma, 2013).

1. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan data dasar)

MenurutAmbarwati dan Wulandari (2010), pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibuutuhkan untuk mengevaluasi pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.

a. Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara (anamnesa) langsung kepada kjlien dan keluarga dan tim kesehatan lainnya (Norma dan Dwi, 2013).

1) Biodata menurut Norma dan Dwi (2013), yaitu : a) Nama istri atau suami

Agar dapat mengenal klien dan tidak terjadi kekeliruan dengan klien lainnya.

b) Umur istri/suami

Untuk mengetahui apakah umur ibu termasuk risiko tinggi kehamilan atau tidak.

c) Agama istri/suami

Agama dinyatakan berhubungan dengan perawatan klien misal ada hal yang dilarang oleh agama lain.

d) Suku/ Bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

e) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan istri/suami sebagai dasar untuk memberi konseling dalam asuhan kebidanan. f) Pekerjaan

Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

g) Alamat

Agar dapat mengenal klien dan tidak keliru dengan klien lainnya (Norma dan Dwi, 2013).

2) Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang menyertai ibu (Norma dan Dwi, 2013). Ibu mengeluh merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum atau vaginanya dan ibu merasa ingin meneran (Saifuddin, 2010). Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian bawah perut dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah (Oxorn dan Fote dalam Aminin, 2013).

3) Tanda-tanda persalinan

Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan yang ditanyakan ibu berupa mulainya kontraksi, banyak frekuensi setiap 10 menit, lamanya kontraksi, kekuatan kontraksi dan lokasi nyeri (Rukmawati dan Nurasiah, 2014).

4) Riwayat menstruasi a) Menarche

Usia pertama kali mengalami menstrruasi, wanita Indonesia biasanya mengalamimenarche sekitar umur 12 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum (Astuti, 2012).

b) Siklus

Jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23 sampai 32 hari (Nugraheny dan Sulistyawati, 2013).

c) Lamanya

Lama haid yang normal adalah ± 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhinya (Astuti, 2012).

d) Banyaknya

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan (Nugraheny dan Sulistyawati, 2013).

e) Teratur atau tidak

Untuk mengetahui haidnya teratur sesuai dengan siklusnya (Nugraheny dan Sulistyawati, 2013).

f) Sifat darah

Untuk mengetahui warna dan jenis darah yang dikeluarkan saat haid (Nugraheny dan Sulistyawati, 2013).

g) Disminorhoe

Untuk mengetahui apakah ibu pernah mengalami nyeri hebat pada perut bagian bawah sampai mengganggu aktivitas saat haid atau tidak (Astuti, 2012).

5) Riwayat perkawinan

Riwayat perkawinan menurut Norma dan Dwi, (2013) meliputi: Ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama kali menikah. a) Jika lama menikah > 4 tahun tetapi belum hamil bisa

menyebabkan masalah pada kehamilannya (persalinan preterm), persalinan tidak lancar dan pre eklamsia.

b) Lama menikah, 2 tahun sudah punya lebih dari 1 anak bahaya perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah, bayi prematur, BBLR.

c) Umur pertama kali menikah < 18 tahun pinggulnya belum cukup pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko kesulitan waktu, melahirkan.

d) Jika hamil lebih > 35 tahun bahaya bisa terjadi hipertensi, preeklamsia, KPD, persalinan tidak lancar/macet, perdarahan setelah bayi lahir dan BBLR.

6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Kehamilan yang lalu mengalami gangguan atau tidak, seperti mual muntah, perdarahan yang banyak, nyeri kepala, gangguan penglihatan, anak lahir spontan/ tindakan, aterm/ prematur/ dismatur, ditolong oleh dokter/ bidan/ dukun, berat badan lahir, PBL, jenis kelamin, hidup atau meninggal. Bila meninggal sebabnya apa, bagaimana plasenta lahir, perdarahan/ tidak, masa nifas terdapat penyulit/ tidak (seperti perdarahan/ demam), laktasi (Norma dan Dwi, 2013).

7) Riwayat kehamilan sekarang

a) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

Tanggal pada hari pertama haid terakhir pasien untuk memperkirakan kapan kira-kira bayi akan dilahirkan dan untuk mengetahui usia kehamilannya (Astuti, 2012).

b) HPL (Hari Perkiraan Lahir)

Untuk mengetahui hari perkiraan lahirnya bayi, biasanya ditambah 7 (pada tanggal) dikurangi 3 (pada bulan) dan ditambah 1 (pada tahun) (Astuti, 2012).

c) Keluhan-keluhan

Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu selama kehamilan (Astuti, 2012).

d) ANC

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan setiap 4 minggu jika segala sesuatu normal sampai kehamilan 28 minggu, sesudah itu pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu dan sesudah 36 minggu pemeriksaan dilakukan setiap minggu (Norma dan Dwi, 2013).

e) Penyuluhan yang pernah didapat

Untuk mengetahui pengetahuan apa saja kira-kira yang telah didapat pasien dan berguna bagi kehamilannya (Astuti, 2012).

f) Imunusasi TT

Untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus neonatorum, imunisasi dapat dilakukan pada Trimester I atau Trimester II pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu (Astuti, 2012).

8) Riwayat Keluarga Berencana

Untuk mengetahui jenis KB apa yang dipakai ibu sebelum hamil, sudah berapa lama ibu menggunakan KB tersebut, apa yang ibu keluhkan selama menggunakan KB tersebut (Norma dan Dwi, 2013).

9) Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit-penyakit yang menyertai dan yang dapat mempengaruhi proses persalinan (Astuti, 2012).

b) Riwayat penyakit sistemik

Untuk mengetahui apakah ibu mengalami penyakit jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi dan lain-lain (Astuti, 2012).

c) Riwayat penyakit keluarga

Menurut Norma dan Dwi (2013), riwayat penyakit keluarga ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular seperti TBC, hepatitis. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan pembekuan darah, penyakit jiwa dan asma.

d) Riwayat kehamilan kembar.

Untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai riwayat keturunan kembar atau tidak (Astuti, 2012).

e) Riwayat operasi

Untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah melakukan operasi atau belum (Norma dan Dwi, 2013).

10) Pola kebiasaan sehari-hari

Pola kebiasaan sehari-hari menurut Astuti (2012), meliputi: a) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum terakhir, banyaknya jenis makanan pantangan. Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong dicantumkan waktu terakhir makan dan minum serta jenis makanan dan minuman (Norma dan Dwi, 2013).

b) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu menjaga kebersihan tubuh dan gigi.

c) Eliminasi

Dikaji untuk mengetahui kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau, serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, bau dan masalah. pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong dicantumkan waktu terakhir buang air besar dan buang air kecil (Norma dan Dwi, 2013).

d) Aktivitas

Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan ibu saat sebelum hamil maupun selama hamil.

e) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien pada siang dan malam hari.

f) Psikososial budaya

Perasaan menghadapi persalinan ini, kehamilan ini direncanakan atau tidak, jenis kelamin yang diharapkan, dukungan keluarga, keluarga lain yang tinggal serumah, pantangan makanan, kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan. Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong, pasien mengeluh cemas, takut, selalu menanyakan keadaannya (Asri dan Clervo 2012).

g) Hubungan seksual

Untuk membantu pasien menangani keluhan saat berhubungan seksual (Sulistyawati, 2009).

h) Penggunaan obat-obatan, jamu atau rokok

Hal ini perlu ditanyakan karena secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan janin dan menimbulkan kelainan dengan berat badan lahir rendah bahkan dapat menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental.

b. Data Objektif

Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi yang bidan lakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009).

1) Pemeriksaan fisik a) Keadaan umum

Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria baik dan lemah (Sulistyawati, 2009).

b) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis ( kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009).

c) TTV

(1) Tekanan darah : Diukur untuk

mengetahuikemungkinan adanya preeklamsia yaitu bila tekanan darah lebih

dari 140/90 mmHg. Normalnya 110/70 – 120/90 mmHg

(2) Nadi : Untuk mengetahui fungsi jantung dan apakah terjadi syok yakni nadi bertambah cepat atau sebaliknya. Normalnya 80-100x/menit

(Norma dan Dwi, 2013).

(3) Pernafasan : Untuk mengetahui sistem pernafasan. Normalnya 16-20x/ menit (Norma dan Dwi, 2013). (4) Suhu : Untuk mengetahui infeksi atau

tidak. Normalnya 36,5-37,5oC (Norma dan Dwi, 2013).

d) Berat Badan : Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ibu dan janin (Norma dan Dwi, 2013).

e) Tinggi badan : Untuk menentukan kemungkinan terjadinya CPD bila <145 cm (Norma dan Dwi, 2013).

f) LILA : Untuk mengetahui status gizi ibu. Normalnya 23,5 cm

2) Pemeriksaan sistematik

Peemeriksaan sistematik menurut Muslihatun, dkk (2009), meliputi:

a) Kepala

(1) Rambut : Untuk mengetahui kebersihan rambut, mudah rontok atau tidak, berketombe atau tidak.

(2) Muka : Untuk mengetahui keadaan muka pucatatau tidak, adakah kelainan, terjadi cloasma gravidarum atau tidak, terdapat oedema atau tidak.

(3) Mata : Untuk mengetahui

conjungtivaberwarna merah muda atau pucat, sklera berwarna putih atau kuning.

(4) Hidung : Untuk mengetahui adanya benjolanatau tidak.

(5) Telinga : Untuk mengetahui adanya serumenatau tidak.

(6) Mulut : Untuk mengetahui keadaan mulutbersih atau kotor, ada stomatitis atau tidak, caries gigi atau tidak.

(7) Leher : Adakah pembesaran pada kelenjar gondok, kelenjar getah bening atau tidak, tumor atau tidak.

b) Dada dan axilla (1) Dada

Kesimetrisan, massa, lesi jaringan parut, pada struktur dan dinding dada.

(2) Mammae

Ada pembesaran apa tidak, tumor simetris, areola hiperpigmentasi apa tidak, puting susu menonjol apa tidak, kolostrom keluar atau belum.

(3) Axilla

Untuk mengetahui ada atau tidaknya benjolan di ketiak dan ada atau tidaknya nyeri tekan (Astuti, 2012).

(4) Ekstremitas

Untuk mengetahui ada atau tidaknya varices, oedema pada tangan dan kaki, reflek patella dan pucat pada kuku jari (Astuti, 2012).

3) Pemeriksaan Khusus obstetri (Lokalis) a) Abdomen

(1) Inspeksi

Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi atau tidak, striae gravidarum, linea nigra,

apakah perut tampak membesar memanjang atau melintang (Norma dan Dwi, 2013).

(2) Palpasi

Menurut manuaba, dkk (2012), pemeriksaan palpasi digunakan untuk menetapkan kedudukan janin dalam rahim dan usia kehamilan terdiri dari pemeriksaan menurut Leopold I-IV.

Menggunakan teknik Leopold (Manuaba dkk, 2012). (a) Leopold I :

Untuk menetukan tinggi fundus uteri, dengan demikian tua kehamilan dapat diketahui. Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong janin yang berada difundus akan teraba keras, bulat dan dapat diraba dengan ballootement karena sudah menempati fundus uteri (Aminin, 2013). (b) Leopold II :

Untuk menentukan batas samping uterus dan dapat pula ditentukan letak punggung janin yang membujur dari atas ke bawah menghubungkan bokong dengan kepala.

(c) Leopold III :

Dapat ditentukan bagian apa yang terletak disebelah bawah. Sedangkan pada kasus ibu

bersalin dengan presentasi bokong, bagian bawah teraba lunak, tidak melenting (bokong) (Aminin, 2013).

(d) Leopold IV :

Untuk menentukan berapa bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul.

(3) Auskultasi

Auskultasi merupakan metode pengkajian menggunakan stetoskop atau alat lainnya untuk memperjelas pendengaran (Priharjo, 2007).

DJJ : Dilakukan pemeriksaan DenyutJantung Janin (DJJ) untuk mengetahui lokasi punctum maximum tampak dan frekuensi teratur atau tidak. Pada kasus persalinan dengan presentasi bokong, Denyut Jantung Janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat. Suara jantung janin biasanya terdengar paling keras didaerah sedikit atas umbilikus (Aminin, 2013).

b) Pemeriksaan panggul

Untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan penyulit persalinan (Astuti, 2012).

Menurut Astuti (2012), pemeriksaan panggul meliputi:

(1) Distantia spinarum

Distantia spinarum yaitu jarak antara spina iliaka

anterior superior kanan dan kiri, dengan ukuran normal 23 cm – 26 cm

(2) Distansia kristarum

Distansia kristarum yaitu jarak antara krista iliaka

terjauh kanan dan kiri dengan ukuran sekitar 26 cm – 29 cm.

(3) Konjugata eksterna (boudeloque)

Konjugata eksterna (boudeloque) yaitu jarak antara tepi

atas simfisis dan prosesus spinous lumbal ke V dengan ukuran normal sekitar 18 cm – 20 cm.

(4) Lingkar panggul

Lingkar panggul yaitu tepi atas simfisis pubis, mengelilingi ke belakang melalui pertengahan SIAS ke ruas lumbal V dan kembali lagi ke simfisis melalui pertengahan SIAS berakhir di tepi atas simfisis. Ukuran normal sekitar 80 cm – 90 cm. Pada kasus ibu bersalin

dengan presentasi bokong, terjadi pada panggul ibu yang sempit (Manuaba dkk, 2012).

c) Anogenital

Menurut Norma dan Dwi (2013), pemeriksaan anogenital dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya varices, luka, nyeri, pengeluaran pervaginam, haemoroid dan kelainan lain.

c. Pemeriksaan penunjang

Dengan pemeriksaan USG dapat dipastikan perkiraan-perkiraan dari hasil pemeriksaan sebelumnya. USG dilakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu yang berguna untuk menegakkan diagnosis maupun memperkirakan ukuran panggul ibu. Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong, pemeriksaan USG terlihat bayangan kepala berada pada fundus (Aminin, 2010).

2. Langkah II : Interpretasi Data

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Pada langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Diagnosa kebidana dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Paritas, Abortus, Anak hidup, Umur ibu dan keadaan ibu (Ambarwati, 2010).

a. Diagnosa kebidanan

Ny....G...P...A... hamil... minggu, janin tunggal, hidup, intrauteri, letak memanjang, puka/ puki, presentasi bokong, inpartu kala I fase laten/ aktif.

1) Data subjektif

Data subjektif menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) : a) Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah

abortus atau tidak.

b) Keterangan ibu tentang umur.

c) Keterangan ibu tentang keluhannya.Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian bawah perut dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah (Oxorn dan Fote dalam Aminin, 2013).

2) Data objektif

a) Pemeriksaan Leopold menurut Aminin (2013), pada ibu bersalin dengan presentasi bokong meliputi :

(1) Leopold I : Pada fundus teraba keras bulat, dandapat diraba dengan

ballotementkarena sudah menempati

fundus uteri.

(2) Leopold II : Menunjukkan punggung sudahberada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain. (3) Leopold III : Bagian terbawah teraba lunak,

tidakmelenting (bokong).

(4) Leopold IV : Menunjukkan posisi bokong yangmapan di bawah simfisis.

(5) DJJ : Denyut Jantung Janin

terdengarPadapunggung anak setinggi pusat. Suara jantung janin biasanya terdengar paling keras didaerah sedikit atas umbilikus (Aminin, 2013).

(6) Hasil USG : Pada pemeriksaan USG, bayangankepala berada pada fundus (Aminin, 2013).

b. Masalah

Masalah adalah permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong, pasien mengeluh cemas, takut, selalu menanyakan keadaannya.

c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan maalahnya (Nugraheny dan Sulistyawati, 2013). Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong kebutuhan yang tepat selama persalinan yaitu :

1) Kebutuhan dukungan emosional, sosial dan spiritual. 2) Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman.

3) Kebutuhan privasi.

3. Langkah III : Merumuskan Diagnosa Potensial

Pada langkah ini, mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan pencegahan sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa potensial ini benar-benar terjadi (Asri dan Clervo, 2012). Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong diagnosa potensial yang bisa terjadi adalah perdarahan, robekan jalan lahir dan infeksi yang bisa terjadi pada ibu,

sedangkan pada bayi bisa mengakibatkan asfiksia, trauma persalinan, infeksi (Manuaba dkk, 2012).

4. Langkah IV : Antisipasi/Tindakan Segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus ibu bersalin dengan presentasi bokong antisipasi/tindakan segera menurut Norma dan Dwi (2013) adalah :

a. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk penatalaksanaan persalinan sungsang.

b. Kolaborasi dengan petugas perinatologi untuk melakukan resusitasi bayi.

5. Langkah V : Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan yang up to

date, serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan

dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2009).

a. Asuhan yang diberikan pada ibu bersalin kala II menurut Asri dan Clervo (2012) adalah:

2) Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu. 3) Ibu tetap dijaga kebersihanya agar terhindar dari infeksi. 4) Jika ada lendir darah atau cariran ketuban segera dibersihkan. 5) Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan ibu. 6) Menjaga privasi ibu.

7) Menjelaskan proses kemajuan persalinan dan prosedur yang akan dilakukan.

8) Mengatur posisi ibu, menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin.

b. Menurut Manuaba, dkk (2012), penatalaksanaan persalinan dengan presentasi bokong dibagi menjadi:

1) Persalinan dengan metode brach

Persalinan brach berhasil bila berlangsung satu kali His dan mengejan, sedangkan penolong membantu melakukan hiperlordosis. Tekhnik melakukan hiperlordosis adalah:

a) setelah bokong tampak disuntikkan oksitosin 5 unit.

b) setelah bokong lahir, bokong dipegang secara brach (kedua ibu jari pada kedua paha bayi dan keempat jari kedua tangan lainnya memegang bokong bayi).

c) Lakukan hiperlordosis dengan melengkungkan bokong kearah perut ibu.

d) Seorang membantu melakukan tekanan Kristeller pada fundus uteri, saat his dan mengejan.

e) Sehingga akan lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung, muka dan kepala bayi.

f) Bayi diletakkan keperut ibu untuk pemotongan tali pusat dan selanjutnya dirawat sebagaimana mestinya. Bila pertolongan bracht gagal, dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid).

2) Manual aid (partian breech extraction)

a) Pertolongan ekstraksi bokong secara klasik dilakukan sebagai berikut:

(1) Tangan memegang bokong dengan cara telunjuk pada spina iskiadika anterior superior.

(2) Tarik cunam ke bawah sampai ujung skapula tampak. (3) Badan anak dipegang sehingga perut anak didekatkan

ke perut ibu dengan demikian kedudukan bahu belakang menjadi lebih randah.

(4) Tangan lainnya menelusuri bahu belakang sampai mencapai persendian siku.

(5) Tangan belakang dilahirkan, dengan mendorong persendian siku menelusuri badan bayi.

(6) Selanjutnya badan anak dipegang demikian rupa, sehingga punggung anak mendekati panggul ibu.

(7) Tangan lainnya menelusuri bahu depan, menuju persendian siku, selanjutnya lengan atas dilahirkan dengan dorongan pada persendian siku.

(8) Persalinan kepala dilakukan sebagai berikut: badan anak seluruhnya ditunggangkan pada tangan kiri. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut bayi, untuk mempertahankan situasi fleksi. Dua jari lain menekan pada os maksilaris, untuk membantu fleksi kepala. Tangan kanan memegang leher bayi, menarik cunam kebawah, sehingga suboksiput berada dibawah simfisis sebagai hipomoklion. Kepala bayi dilahirkan dengan melakukan dengan melakukan tarikan tangan kanan, sambil melakukan putaran kearah perut ibu. Berturut-turut lahir, dagu, mulut, muka, dahi dan kepala seluruhnya. Setelah bayi lahir diletakkan di atas perut ibu, tali pusat dipotong, lendir dibersihkan dan selanjutnya dirawat sebgaimana mestinya.

b) Persalinan ekstraksi bokong parsial menurut Mueller. (1) Punggung bayi didekatkan ke punggung ibu, sehingga

skapula tampak.

(2) Tangan lainnya menelusuri bahu depan menuju lengan atas, sampai persendian siku untuk melahirkan lengan atas.

(3) Perut bayi didekatkan ke perut ibu, tangan lain menelusuri bahu belakang, sampai persendian siku dan selanjutnya lengan belakang dilahirkan.

(4) Persalinan kepala dilakukan dengan teknik Mauriceau. (5) Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong dan dibersihkan

untuk dirawat sebagaimana mestinya. c) Pertolongan persalinan bahu menurut Loevset.

(1) Perbedaan panjang lahir depan dan belakang.

(2) Bahu depan yang berada dibawah simfisis bila diputar menjadi bahu belakang kedudukannya menjadi lebih rendah sehingga otomatis terjadi persalinan.

(3) Bahu belakang setelah putaran 90o menjadi bahu depan, kedudukannya menjadi lebih rendah sehingga secara otomatis terjani persalinan.

(4) Pada waktu melakukan putaran disertai tarikan sehingga kedua bahu dapat dilahirkan.

(5) Persalinan kepala dapat dilakukan dengan teknik

Mauriceau.

c. Pertolongan persalinan kepala

Pertolongan kepala menurut Mauriceau-veit Smellie. Apabila terjadi kegagalan pada persalinan kepala dapat dilakukan pertolongan secara Mauriceau (Viet Smellie):

2) Tali pusat dilonggarkan.

3) Jari tengah dimasukkan kedalam mulut bayi, dua jari lain diletakkan pada tulang pipi serta menekan kearah badan bayi sehingga fleksi kepala dapat dipertahankan.

4) Tangan kanan memegang leher bayi, menarik curam kebawah sampai sampai suboksiput sebagai hipomoklion, kepala bayi diputar keatas sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, kepala bayi seluruhnya.

6. Langkah VI : Pelaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana) (Asri dan Clervo, 2012). Pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan presentasi bokong sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

7. Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektivan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi

belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Evaluasi yang diharapkan pada ibu bersalin dengan presentasi bokong menurut Nugraheny dan sulistyawati (2013), antara lain :

a. Bagi ibu

1) Keadaan umum baik 2) Tanda-tanda vital normal 3) Kontraksi uterus baik 4) Perdarahan normal b. Bagi bayi

1) Bayi lahir dengan selamat dan sehat

2) Bayi dapat bernafas dan menangis dengan spontan 3) Keadaan bayi baik dan tidak ada kelainan

DATA PERKEMBANGAN

Berdasarkan evaluasi selanjutnya rencana asuhan kebidanan dituliskan dalam catatan perkembangan yang menggunakan SOAP yang meliputi:

Dokumen terkait