• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

3. Teori Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Telah ada kebangkitan yang besar dalam masalah bagaimana melakukan kebijakan moneter. Salah satu fenomena ini adalah besarnya kertas kerja dan konfrensi pada topik tersebut. Hal yang lain adalah beberapa tahun terakhir banyak pemuka makroekonomi mempunyai tujuan khusus aturan kebijakan atau setidaknya telah mengamati posisi kebijakan moneter pada umumnya. John Taylor merekomendasikan sebuah simple rule atas tingkat suku bunga (Taylor 1993a) adalah contoh yang terkenal.

commit to user

Dasar kerangka yang digunakan adalah sebuah model ekuilibrium dinamis dengan uang dan tingkat harga tetap sementara. Dalam model, kebijakan moneter berdampak pada ekonomi riil dalam jangka pendek, sama seperti pada kerangka tradisional Keynesian IS/LM. Di samping itu, model mengakomodasi pandangan yang berbeda tentang bagaimana makroekonomi berperilaku (Clarida, 1999:1664).

2) Tujuan Kebijakan

Fungsi objektif bank sentral menterjemahkan perilaku target variabel ke dalam ukuran kesejahteraan sebagai panduan dalam memilih kebijakan.

α parameter adalah relatif berat pada penyimpangan output. Sejak , fungsi kerugian potensial mengambil Output Zt sebagai target.

Hal ini juga secara implisit membawa nol sebagai target inflasi, namun tidak ada biaya dalam bentuk umum sejak inflasi dinyatakan dalam persen deviasi dari trend.

Meskipun telah ada cukup besar kemajuan dalam memotivasi perilaku makroekonomi model dari prinsip-prinsip pertama, sampai sangat baru-baru ini, yang sama telah tidak benar tentang rasionalisasi tujuan kebijakan. Selama beberapa tahun terakhir tahun, telah ada sejumlah upaya untuk benar-benar koheren merumuskan masalah kebijakan dengan mengambil sebagai kriteria kesejahteraan utilitas dari agen perwakilan di dalam model (Clarida,1999:1668)

commit to user

3) Aturan Suku Bunga Sederhana

Taylor (1993a) memicu diskusi tentang tingkat suku bunga sederhana. Taylor mengajukan kebijakan umpan balik dari model berikut :

dan, ,

,

dimana adalah tingkat suku bunga yang ditargetkan mendefinisikan aturan umpan balik, adalah target tingkat inflasi, dan adalah tingkat ekuilibrium bunga riil jangka panjang.

Kontribusi Taylor adalah untuk merinci normatif dan implikasi positif. Di sisi normatif, aturan terdiri dari prinsip-prinsip utama kebijakan optimal yang digambarkan. Secara khusus, memiliki tingkat nominal menyesuaikan lebih dari satu-untuk-satu dengan tingkat inflasi. Untuk tingkat inflasi tertinggal adalah prediktor yang baik untuk inflasi ke depan, sehingga memiliki tingkat riil menyesuaikan untuk ekonom inflasi kembali ke target . Akhirnya, perhatikan bahwa tingkat suku bunga merespon ke output gap sebagai lawan tingkat output. Jadi, setidaknya sebuah perkiraan akal, aturan panggilan untuk countercydical menanggapi permintaan guncangan dan akomodasi guncangan terhadap GDP potensial yang tidak mempengaruhi output gap (Clarida,1999:1695).

commit to user

Taylor Rule menjelaskan seberapa besar tingkat bunga nominal yang ditetapkan agar inflasi dapat dikendalikan sehingga mencapai target inflasi (inflation targeting).

Taylor rule mempunyai 3 hal yang perlu diamati yaitu pertama, instrumen kebijakan moneter yang digunakan adalah tingkat bunga bank. Efisiensi kebijakan ini secara tidak langsung akan ditunjukkan oleh Taylor Rule dengan melihat koefisien output dan inflasi. Dua, yang menjadi sasaran akhir adalah inflasi. Tiga, sasaran lainnya adalah pendapatan nasional.

Prinsip dasar model Taylor Rule adalah mengatur tingkat bunga nominal pada tingkat tertentu yang dilakukan oleh bank sentral sehingga pada keseimbangan jangka panjang tingkat bunga nominal setara yaitu tingkat bunga riil ditambah inflasi. Penentuan tingkat bunga nominal yang baik antara lain memperhatikan sasaran laju inflasi dan output gap yang diyakini sebagai penyebab munculnya inflasi sehingga dalam taylor rule mempunyai 2 cakupan dalam target moneter yaitu inflasi yang rendah dan stabil serta pertumbuhan output yang berkelanjutan.

b) Teori dan Pendekatan Model

Pendekatan Taylor (1999), fungsi permintaan agregat perekonomian Indonesia mengikuti suatu persamaan reduced form:

commit to user

Y adalah PDB atau output aktual sebagai cerminan permintaan agregat, y* adalah PDB atau output potensial sebagai cerminan penawaran agregat, i adalah suku bunga dan p adalah inflasi agregat.

Persamaan diatas menyatakan bahwa perbedaan output aktual dan potensinya akan dipengaruhi oleh suku bunga riil. Bila suku bunga riil meningkat maka kesenjangan output tersebut akan semakin membesar. Cerminan dari biaya (inflasi) yang harus ditanggung oleh perekonomian bila menginginkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi digunakan kurva philips yang menggambarkan trade-off antara output dan inflasi.

Pt+1 adalah inflasi agregat (headline inflation) dimasa datang, p*

ekspektasi inflasi, εt+1 adalah kejutan dari sisi penawaran yang bersifat

sementara dan c adalah kejutan kebijakan.

Perlu ditambahkan bahwa εt+1 adalah kejutan dari sisi penawaran

yang bersifat sementara, sehingga adalam jangka panjang bernilai 0 (white noise). Kejutan dari sisi penawaran ini memiliki tanda t+1, artinya bahwa otoritas moneter sama sekali tidak memiliki informasi kejutan macam apa yang akan terjadi pada periode mendatang. Adapun c adalah konstan kejutan kebijakan (one time policy shocks) yang berasal dari penyesuaian harga barang-barang yang dikendalikan pemerintah. Kenaikan inflasi yang berasal dari unsur ini banyak ditemukan di negara- negara sedang berkembang, dimana pemerintah memiliki kewenangan

commit to user

mengendalikan harga secara langsung dan mengatur tingginya tingkat harga.

Untuk memperoleh makna dari persamaan diatas, maka dilakukan penyederhanaan, dimana ekspektasi inflasi dianggap sama dengan sasaran inflasi yang diterapkan (fully credible monetary policy). Selain itu diasumsikan c=0, yang berarti tidak ada kebijakan penyesuaian harga oleh pemerintah. Dengan demikian laju inflasi hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan situasi permintaan (p dan output gap) dan kejutan dari sisi penawaran (ε). Dengan demikian persamaan diatas menggambarkan situasi trade off, bahwa kenaikan jumlah produksi (output) periode sekarang (atau dengan kata lain, produksi semakin mendekati kapasitas penuhnya) akan cenderung menaikkan tekanan- tekanan inflasi pada periode mendatang. Dengan model seperti persamaan diatas, maka perubahan suku bunga sekarang hanya dapat mempengaruhi laju inflasi periode mendatang. Ini merupakan cerminan dari mekanisme penundaan waktu (time lag) kebijakan moneter atas perkembangan output maupun inflasi.

4) Agregat Demand dan Agregat Supply

Permintaan agregat (agregat demand) adalah permintaan total barang dan jasa dalam perekonomian. Kurva permintaan agregat diturunkan dengan mengasumsikan bahwa variabel-variabel kebijakan fiskal (pembelian pemerintah (G) dan pajak neto (T) ) serta variabel kebijakan moneter (M) tetap tak berubah. Dengan kata lain asumsi pemerintah tidak

commit to user

melakukan tindakan apapun dalam mempengaruhi perekonomian sebagai tanggapan atas perubahan tingkat harga.

Tingkat bunga yang lebih tinggi, lebih sedikit proyek investasi yang diinginkan, dan belanja investasi yang direncanakan (I) turun dari I0 ke I1. I

yang lebih rendah berarti pengeluaran agregat yang direncanakan (agregat ekspendicture) lebih rendah. AE yang lebih rendah berarti persediaan lebih besar dari pada yang direncanakan, perusahaan memotong output, dan Y turun dari Y0 ke Y1 seperti yang ditunjukan pada gambar 2.4 (b).

Kenaikan tingkat harga menyebabkan tingkat output (pendapatan) agregat turun.

Situasi ini terbalik ketika tingkat harga turun. Tingkat harga yang lebih rendah menyebabkan permintaan uang turun, yang menyebabakan tingkat bunga yang lebih rendah. Tingkat bunga yang lebih rendah mendorong belanja investasi yang direncanakan, pengeluaran agregat yang direncanakan meningkat, yang menyebabkan peningkatan Y.

Penurunan tingkat harga menyebabkan tingkat pengeluara agregat yang direncanakan naik.

commit to user

% M %

9 9

6 6 I

0 M 0 I1 I0

uang, M investasi yang direncanakan, I

Gambar 2.4 (a) Uang (M) Gambar 2.4 (b) Investasi yang

Sumber : Karl, 2009:193 direncanakan (I)

Sumber :Karl, 2009:193

C +I0 + G

C + I1 + G

Y1 Y0

Output (pendapatan) agregat, Y

Gambar 2.4 (c), Output (pendapatan) agregat Sumber : Karl, 2009:193

a. Kenaikan tingkat harga menaikan permintaan uang dari ke . Dengan penawaran uang yang tetap, tingkat bunga meningkat dari 6 persen ke 9 persen. P en g el u ar an a g re g at y an g d ir en ca n ak an , A E = C + I + G T in g k at b u ng a, r T in g k at b u ng a, r

commit to user

b. Tingkat bunga yang lebih tinggi menurunkan investasi yang direncanakan dari I0 ke I1.

c. Penurunan investasi yang direncanakan mengurangi pengeluaran agregat yang direncanakan dan menyebabakan output (pendapatan) ekuilibrium turun dari Y0 ke Y1.

Kurva permintaan agregat (AD) adalah kurva yang memperlihatkan hubungan negatif antara output (pendapatan) agregat dan tingkat harga. Masing-masing titik pada kurva AD adalah titik di mana baik pasar barang maupun pasar uang berbeda pada ekuilibrium (Karl,2009:193).

P2

P1

P0

AD 0 Y2 Y1 Y0

Gambar 2.5 Kurva Permintaan Agregat (AD) Sumber : Karl,2009 :194

Permintaan agregat turun ketika harga naik karena tingkat harga yang lebih tinggi menyebabkan permintaan uang (Md) naik. Dengan penawaran uang tetap konstan, tingkat bunga akan naik untuk mewujudkan kembali ekuilibrium di pasar uang. Tingkat bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan output agregat turun.

ti n gk at h ar g a, , P

commit to user

Titik di sepanjang kurva permintaan agregat, kuantitas agregat yang diminta tepat sama dengan pengeluaran agregat yang direncanakan, C + I + G.

Kurva permintaan agregat pada gambar 2.5 diatas didasarkan pada asumsi bahwa variabel-variabel kebijakan pemerintah G, T dan Ms itu tetap. Jika ada variabel yang berubah, kurva permintaan agregat akan bergeser. Jika kantitas uang ditambah pada segala tingkat harga tertenntu, tingkat bunga akan turun, yang menyebabkan belanja investasi yang direncanakan (dan pengeluaran agregat yang direncanakan) naik. Hasilnya adalah peningkatan output pada tingkat harga tertentu. Seperti diperlihatkan pada gambar 2.6.

AD1 AD0

0 output (pendapatan) agregat, Y

Gambar 2.6 Efek Peningkatan Penawaran Uang atas Kurva AD

Sumber : Karl, 2009:196

Peningkatan penawaran uang (Md) menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan, dari AD0 ke AD1. Pergeseran ini terjadi karena

peningkatan Ms menurunkan tingkat bunga, yang meningkatkan investasi yang direncanakan (sehingga juga meningkatkan pengeluaran agregat yang

ti n gk at h ar g a, , P

commit to user

direncanakan). Hasil akhirnya adalah penigkatan output pada tiap tingkat harga yang mungkin.

AD1

AD0

0 Output (pendapatan) agregat, Y

Gambar 2.7 Efek Peningkatan Belanja Pemerintah atau Penurunan Pajak Neto atas Kurva AD Sumber : Karl, 2009 : 197

Peningkatan belanja pemerintah (G) atau penurunan pajak neto (T) menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser ke kanan, dari AD0 ke

AD1. Kenaikan G meningkatkan pengeluaran agregat yang direncanakan,

yang menyebabkan peningkatan output pada tiap tingkat harga yang mungkin. Penurunan T menyebabkan konsumsi naik. Konsumsi yang lebih tinggi kemudian meningkatkan pengeluaran agregat yang direncanakan, yang menyebabkan peningkatan output pada tiap tingkat harga yang mungkin.

Kurva permintaan agregat adalah berasal dari model IS-LM. Dalam ilustrasi di bawah ini, pendapatan ekuilibrium Y1 ketika tingkat harga P1. Kenaikan tingkat harga ke tingkat yang lebih tinggi, dari P1 ke P2. Pada tingkat yang lebih tinggi, dengan jumlah konstan uang, daya beli dipotong.

G ↑ atau T ↑ ti n gk at h ar g a, , P

commit to user

Jumlah tetap dolar tidak lagi membeli sebanyak. Dampak pada kurva LM identik dengan apa yang terjadi ketika harga tetap tetap dan jumlah uang yang jatuh. Kurva LM, dalam kasus lain, bergeser kiri, suku bunga naik, dan pendapatan turun. tingkat output tersebut pada kedua P1 dan P2 akan ditampilkan di bagian bawah ilustrasi. Kurva permintaan agregat menghubungkan mereka dengan poin yang tingkat harga yang lainnya menghasilkan. Interest rate IS LM2 LM1 Output AS P2 P1 AD Y2 Y1 Output

Gambar 2.8 Kurva IS-LM

Kurva penawaran agregat berasal dari pasar sumber daya. Meskipun pasar ini dapat menyesuaikan perlahan, ketika mereka akhirnya melakukan sepenuhnya menyesuaikan, tingkat harga harus memiliki pengaruh yang

commit to user

kecil atau tidak ada pada jumlah sumber daya yang disediakan. Jika dua kali lipat dari semua harga dan upah hasil output lebih atau kurang, seseorang menderita ilusi uang. Orang percaya juga bahwa ia adalah lebih baik dengan nominal yang lebih tinggi (tapi sama nyata) upah, atau bahwa ia adalah lebih buruk dengan harga yang lebih tinggi yang telah dapat dikompensasi dengan upah yang lebih tinggi. Jika orang menyadari bahwa uang hanyalah perantara, dan akhirnya perdagangan barang untuk barang, tingkat harga tidak masalah.

Setelah kita menambahkan lengket untuk harga dan memberikan peran kepada inflasi yang diharapkan, perubahan dalam pengeluaran tidak akan hanya memindahkan ekonomi atas atau bawah kurva agregat- penawaran vertikal. Kurva ke atas-miring di bawah ini menunjukkan apa yang mungkin dalam jangka pendek. Sebuah perubahan pengeluaran akan memindahkan kurva agregat-permintaan. Jika kurva agregat-penawaran jangka pendek cukup datar, akan ada perubahan besar dalam output dan perubahan kecil pada tingkat harga.

Price level Agregat Demand

Short run AS

Output

Gambar 2.9 Agregat Demand

commit to user

Penawaran agregat dan permintaan agregat adalah sebuah kerangka menarik karena sederhana, dengan struktur yang sama dengan penawaran dan permintaan. Namun, asumsi di balik penawaran agregat dan permintaan agregat sama sekali berbeda dengan mereka yang berada dibalik penawaran dan permintaan, yaitu kurva penawaran agregat dan permintaan agregat tidak diperoleh dengan menjumlahkan semua kurva penawaran dan permintaan dalam suatu perekonomian. Jika mereka, orang akan mengharapkan bahwa kurva agregat-penawaran jangka panjang akan datar dari kurva agregat-penawaran jangka pendek, seperti halnya dengan kurva penawaran yang normal. Tetapi kurva penawaran agregat tumbuh curam semakin lama waktu untuk penyesuaian.

Penawaran agregat dan permintaan agregat adalah lebih umum dari IS-LM, dan mengatasi beberapa keterbatasan IS-LM. Ini mencakup tingkat harga sebagai variabel, dan itu menunjukkan bahwa masalah sumber daya pasar. Hal ini juga memungkinkan satu mempertimbangkan kasus-kasus di mana gangguan berasal di pasar sumber daya, seperti gangguan pasokan minyak, yang IS-LM tidak bisa menangani.

Permintaan agregat dan penawaran agregat menunjukkan proses penyesuaian. Hal ini dengan serangkaian kesetimbangan jangka pendek. Alfred Marshall berasal teknik ini dengan pasokan teratur dan permintaan. Dia memiliki tiga periode: periode pasar atau jangka sangat pendek, di mana output adalah tetap; jangka pendek, di mana modal tersebut tetap tetapi pemanfaatan modal tidak; dan jangka panjang, di mana tidak ada yang tetap.

commit to user

Sejauh ini eksposisi penawaran agregat dan permintaan agregat telah fuzzy tentang apa yang tetap dalam jangka pendek yang tidak tetap dalam jangka panjang. Ketidakjelasan ini tetap sebagai masalah permintaan agregat dan penawaran agregat.

Penawaran agregat (AS) adalah penawaran total barang dan jasa dalam perekonomia. Kurva penawaran agregat (AS) adalah grafik yang memperlihatkan antara kuantitas output agregat yang ditawarkan oleh semua perusahaan dalam perekonomian dengan tingkat harga keseluruhan (Karl,2009:197). p D AS C B A

0 output (pendapatan) agregat, Y Gambar 2.10 Kurva Penawaran Agregat Jangka

Pendek Sumber : Karl,2009:199

Kurva penawaran agregat (kurva tanggapan harga/output) memiliki slope positif dalam jangka pendek. Pada tingkat output agregat yang rendah, kurva ini agak datar. Sewaktu perekonomian mendekati kapasitasnya, kurva ini menjadi hampir vertikal. Pada tingkat kapasitas penuh, kurva ini vertikal.

ti n gk at h ar g a, , P

commit to user

Tabel 2.1

Perilaku Perusahaan Individu yang Membentuk Perekonomia. Kebijakan moneter ekspansif

Md↑→ kurva AD bergeser ke kanan Kebijakan fiskal ekspansif

G ↑→ kurva AD bergeser ke kanan T ↓→ kurva AD bergeser ke kanan

Kebijakan moneter kontraktif Md↓→ kurva AD bergeser ke kiri Kebijakan fiskal kontraktif G ↓→ kurva AD bergeser ke kiri T ↑→ kurva AD bergeser ke kiri Sumber : Karl, 2009:197 p AS1 AS0

0 Output (pendapatan) agregat, Y

Gambar 2.11 (a) Penurunan Penawaran Agregat Sumber : Karl,2009:203

p

AS0

AS1

0 Output (pendapatan) agregat, Y

Gambar 2.11 (b) Peningkatan Penawaran Agregat Sumber : Karl,2009:203 T in g kat h ar g a T in g kat h ar g a

commit to user

a. Penurunan penawaran agregat

Pergeseran kurva AS ke kiri dari AS0 ke AS1 bisa disebabkan oleh peningkatan biaya, misalnya kenaikan tingkat upah atau harga energi, bencana alam, stagnasi ekonomi, dan semacamnya.

b. Peningkatan penawaran agregat

Pergeseran ke kanan kurva AS dari AS0 ke AS1 bisa disebabkan oleh

penurunan biaya, kebijakan publik yang mendorong penawaran, dan semacamnya.

Tingkat harga ekuilibrium adalah tingkat harga dimana kurva permintaan agregat dan penawaran agregat berpotongan, seperti pada gambar 2.9 dimana tingkat harga ekuilibrium adalah P0 dan tingkat output

(pendapatan) agregat ekuilibrium adalah Y0.

AS

P0

AD

0 Y0

Output (pendapatan) agregat,Y

Gambar 2.12 Tingkat Harga Ekuilibrium

Sumber : Karl,2009:205

Titik disepanjang kurva AD, baik pasar uang maupun pasar barang berada pada ekuilibrium. Masing-masing titik pada kurva AS menggambarkan keputusan harga/output semua perusahaan dalam

T in g kat h ar g a, P

commit to user

perekonomian. P0 dan Y0 berhubungan dengan ekuilibrium di pasar barang

dan uang dan dengan sekumpulan keputusan harga/output dari semua perusahaan dalam perekonomian.

AS (jangka panjang) AS1 (jangka pendek) AS0 (jangka pendek) P2 C P1 B P0 A AD1 AD0 0 Y0 Y1

Output (pendapatan) agregat, Y

Gambar 2.13 Kurva Penawaran Agregat

Jangka Panjang Sumber : Karl, 2009: 206

Kurva AD bergeser dari AD0 ke AD1, maka tingkat harga

ekuilibrium awalnya naik dari P0 ke P1 dan output naik dari Y0 ke Y1. Biaya

merespon dalam jangka panjang, menggeser kurva AS dari AS0 ke AS1. Jika

biaya akhirnya meningkat dengan presentase yang sama seperti tingkat harga, kuantitas yang ditawarkan akan kembali ke Y0. Y0 kadang disebut

dengan GDP potensial.

Tingkat bunga merupakan kunci mekanisme transmisi moneter dalam model IS, model LM, model AD dan model AS. Peningkatan stok uang akan menurunkan tingkat bunga riil dan biaya modal serta meningkatkan investasi bisnis. Peningkatan investasi akan meningkatkan

T in g kat h ar g a, P

commit to user

permintaan agregat. Penurunan tingkat bunga riil juga akan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian rumah dan barang tahan lama. Oleh sebab itu penurunan tingkat bunga akibat ekspansi moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi dan permintaan agregat. Pada tingkat bunga nominal yang sangat rendah, ekspansi moneter akan meningkatkan ekspektasi tingkat harga dan inflasi, akibatnya tingkat bunga riil turun. Penurunan tingkat bunga riil akan menurunkan biaya modal dan biaya memegang uang, kemudian menstimulasi pengeluaran bisnis dan konsumen. Peningkatan pengeluaran bisnis dan konsumen pada akhirnya akan mingkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi alur tingkat bunga dirumuskan dalam dua bentuk, yaitu

dimana :

M = stok uang nominal, r = tingkat bunga riil,

p = ekspektasi tingkat harga, π = investasi riil, dan

y = output riil agregat.

Kebijakan moneter mempengaruhi ekonomi riil dalam jangka pendek berjalan, seperti halnya dalam kerangka tradisional Keynesian IS / LM. Perbedaan utamanya adalah bahwa perilaku agregat berkembang secara eksplisit dari optimasi oleh rumah tangga dan perusahaan. Salah satu

commit to user

implikasi penting adalah bahwa saat ini perilaku ekonomi secara kritis tergantung pada ekspektasi masa depan ke arah kebijakan moneter, serta pada kebijakan saat ini. Selain itu, model mengakomodasi perbedaan pandangan tentang bagaimana makroekonomi berperilaku. Dalam membatasi kasus fleksibilitas harga sempurna, misalnya, siklus dinamika menyerupai orang-orang dari siklus bisnis riil model, dengan kebijakan moneter yang mempengaruhi hanya variabel nominal.

Biarkan Yt dan Zt menjadi komponen stokastik output dan tingkat alami output, masing-masing, baik dalam logs. Yang terakhir adalah tingkat output yang akan muncul jika upah dan harga fleksibel yang sempurna. Perbedaan antara aktual dan output potensial merupakan variabel penting dalam model. Dengan demikian mudah untuk mendefinisikan "keluaran celah" xt:

4. Instrumen Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Dokumen terkait