• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori Yang Mendukung

1. Pengertian Buku Ajar

Buku ajar terdiri dari beberapa jenis. Salah satu dari buku ajar yaitu buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran adalah buku yang berisi ilmu pengetahuan, yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, dimana buku tersebut digunakan oleh peserta didik untuk belajar menurut Lia (dalam Prastowo,2011:168). Buku ajar menurut Tarigan (1986:13) adalah buku yang digunakan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya untuk maksud dan tujuan intruksional, yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh pengguna. Tak hanya itu, buku teks pelajaran atau buku ajar merupakan salah satu jenis buku pendidikan, berisi uraian bahan tentang bidang studi tertentu, disusun secara sistematis dan diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran dan disesuaikan dengan perkembangan siswa menurut Muslich (2010:24). Lalu menurut Sitohang (2015:4) buku ajar adalah seperangkat pelajaran pokok yang dikembangkan berdasarkan isi kurikulum yang harus dicapai peserta didik untuk menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.

8

Menurut peneliti, buku ajar merupakan buku yang berisikan ilmu/materi mengenai suatu pembelajaran. Buku ajar juga dapat berupa pedoman dalam pembelajaran.

2. Fungsi Buku Ajar

Fungsi buku ajar menurut Nasution (2008:103) yaitu:

a. Membantu guru melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku

b. Buku pelajaran sebagai pegangan dalam menentukan metode pengajaran

c. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengulangi pelajaran d. Memberikan kontinuitas pelajaran di kelas yang berurutan, sekalipun

guru berganti

e. Memberikan pengetahuan dan metode mengajar yang lebih mantap dari tahun ke tahun.

Menurut Prastowo (2013:169) fungsi buku ajar yaitu: a. Sebagai referensi bagi peserta didik

b. Sebagai bahan evaluasi

c. Sebagai alat bantu pendidik untuk melaksanakan kurikulum

d. Sebagai penentu metode atau teknik pengajaran yang digunakan pendidik

e. Sebagai sarana peningkatan karir dan jabatan.

Buku ajar yang dikembangkan pada penelitian ini berfokus pada fungsi bahan ajar poin 1-3 menurut Nasution dan 1-4 menurut Prastowo.

3. Karakteristik buku ajar:

Karakteristik buku ajar menurut Prastowo (2014:245) dapat dirinci sebagai berikut:

a. Buku ajar yang diterbikan oleh penerbit tertentu memiliki ISBN (kode pengidentifikasian buku yang sifatnya unik). Yang di dalamnya terdapat judul, penerbit, dan kelompok penerbit tercakup dalam ISBN.

9

b. Dalam penyusunan buku ajar ada 2 fungsi: optimalisasi pengetahuan yang ringkas, pengetahuan sesuai dengan prosedur, dan pengetahuan menjadi target dari buku ajar yang digunakan di sekolah.

c. Buku ajar dikembangkan oleh penulis senantiasa mengacu pada pemprograman kemendikbud.

Karakteristik buku ajar menurut Tarigan (2009:22) dapat dirinci sebagai berikut:

a. Konsep yang digunakan dalam buku ajar jelas b. Berkaitan dengan kurikulum

c. Menarik minat pembaca

d. Memberi motivasi pada pengguna e. Dapat mendorong aktivitas siswa

f. Isi membantu kelancaran mata pelajaran lain

Karakteristik buku ajar yang digunakan oleh peneliti yaitu berkaitan dengan kurikulum, menarik minat pembaca, mendorong aktivitas siswa, dan membantu kelancaran mata pelajaran lain.

2.1.1.2 Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum merupakan rencana yang telah dibuat oleh pihak yang mengurus mengenai Pendidikan dan digunakan untuk seluruh bidang Pendidikan baik sekolah maupun universitas. Kurikulum merupakan suatu rencana yang telah disusun untuk melancarkan proses belajar dan mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau Lembaga Pendidikan beserta pengajarnya menurut Nasution (2008:5).

Selain itu, kurikulum juga dapat diartikan dengan niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program Pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. Menurut Trianto (2010:13) dalam bahasa Yunani kuno, Curriculum berasal dari kata Curir yang artinya pelari; dan Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang harus di tempuh oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan masalah tersebut kurikulum dalam pendidikan di

10

artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau disekesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.

Kurikulum secara umum menurut Hamid (2009:231) diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Kurikulum adalah rencana yang telah dibuat pihak berwajib atau dinas yang mengurus Pendidikan di Indonesia untuk mengembangkan pembelajaran di Indonesia agar menjadi lebih baik dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tak hanya itu, kurikulum 2013 juga mendefinisikan standar kompetensi kelulusan yakni sebagai kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Adapun pengertian Kurikulum 2013 menurut Mulyasa (2013: 6-7), Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Kurikulum 2013 mendefinisikan standar kompetensi lulusan (SKL) sesuai dengan yang seharusnya, yakni sebagai kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.

2. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki kerakteristik yang berbeda dengan karakteristik kurikulum sebelumnya. Yang mana pada kurikulum 2013 peserta didik mampu menguasai sendiri materi yang diberikan dan menekankan peserta didik memahami mengenai materi yang mereka terima.

Menurut Kemendikbud (2013) karakteristik kurikulum 2013 sebagai berikut:

11

a. Meningkatkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, dan kerja sama

b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana siswa menerapkan sesuatu yang dipelajari di sekolah ke masyarakat serta memberi manfaat kepada masyarakat sebagai sumber belajar

c. Meningkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan lingkungan masyarakat

d. Memberi waktu yang leluasa untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan

e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang lebih dirinci dalam kompetensi dasar mata pelajaran

f. Kompetensi inti menjadi unsur pengorganisasian/ organizing elements kompetensi dasar yang mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajarannya dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti

g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip terkumpul, saling memperkuat/ reinforced dan memperkaya/ enriched antar mata pelajaran dan jenjang Pendidikan.

Demikian dapat peneliti simpulkan bahwa karakteristik kurikulum 2013 lebih menekankan pada pengembangan terhadap sikap, pengetahuan, serta keterampilan peserta didik serta penerapan dalam berbagai situasi di sekolah maupun di masyarakat.

3. Tujuan Kurikulum 2013

Dalam menciptakan sebuah kurikulum pasti sudah ada sebuah konsep yang dibuat secara matang. Selain itu hal utama dalam kurikulum yaitu tujuan dari kurikulum itu sendiri. Kurikulum yang diterapkan di Indonesia saat ini yaitu kurikulum 2013 yang mana memiliki tujuan tersediri.

12

Menurut Fadillah (2014:25) mengatakan bahwa tujuan kurikulum 2013 sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu Pendidikan yang mana menyeimbangkan hard skill dan soft skill melalui kemampuan sikap, keterampilan, serta pengetahuan menghadapi tantangan masa akan dating

b. Meningkatkan dan membentuk potensi manusia yang produktif, kreatif, dan inovatif dalam membangun bangsa dan negara

c. Meringankan tenaga pendidik dalam kegiatan belajar mengajar dan menyiapkan administrasi mengajar

d. Meningkatkan keikutsertaan pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat yang seimbang dalam mengendalikan kualitas kurikulum e. Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan Pendidikan

mengenai kualitas Pendidikan yang akan dicapai.

Jadi berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan kurikulum 2013 yaitu kurikulum ini mengajak peserta didik untuk aktif, kreatif, dan juga inovatif melalui peningkatan mutu melalui sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

2.1.1.3 Model Pembelajaran Problem Based Learning

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Menurut Barrow (dalam Huda (2013:271)) Problem Based Learning sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman atau resolusi suatu masalah. Lalu menurut Triyadi (dalam Darmadi,2017:117) pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Sedangkan menurut Triyadi (dalam Hamdayama,2016:116) berpendapat bahwa model pembelajaran problem based learning adalah pembelajaran yang memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. The principal idea behind problem based learning is…that the starting point for learning

13

should be a problem, a query or a puzzle that the learner wishes to solve menurut Boud (1985a:13).

Menurut peneliti, Problem based learning merupakan model pembelajaran yang berisikan permasalahan yang ditemukan, dianalisis, lalu menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Model pembelajaran ini mengajak peserta didik untuk mencari solusi dari permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Tak jarang dalam menyelesaikan permasalahan, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.

2. Prinsip Model Pembelajaran Problem Based Learning

Problem Based Learning lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu pembelajar/ peserta didik membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi menurut Donalds Woods (dalam Amir,2009:13).

Problem based course use stimulus material to engage students in considering a problem which, as far as possible, is presented in the same context as they would find it in real life; this often means that it crosses traditional disciplinary boundaries menurut Boud (1991:15).

Jadi, prinsip dari model pembelajaran ini yaitu untuk mempelajari pengetahuan untuk membangun kecakapan dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi. Tak hanya itu, model pembelajaran ini menggunakan stimulus untuk melibatkan siswa dalam mempertimbangkan masalah yang mungkin disajikan dalam konteks yang dapat ditemukan pada kehidupan nyata.

3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, pembelajar secara kelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan melaporkan solusi dari permasalahan mereka menurut Tan (dalam Amir,2009:12). Tak hanya itu, menurut Wee (dalam

14

Amir,2009:13) menyebutkan ciri proses PBL sangat menunjang pembangunan kecakapan mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif, berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang semuanya relatif perlu untuk dunia kerja.

Menurut Nur (2008:3) ciri Problem Based Learning berfokus pada interdisiplin. Dalam pembelajaran masalah yang dihadapkan kepada peserta didik meskipun berpusat pada masalah pembelajaran tertentu solusi yang dikehendaki melibatkan banyak mata pelajaran. PBL menghendaki peserta didik menggeluti penyelidikan otentik dengan memperoleh pemecahan nyata terhadap masalah-masalah nyata. Mereka menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bila diperlukan) membuat inferensi dan membuat kesimpulan. Serta menghasilkan karya nyata dan memamerkan.

Ciri dari model ini yaitu pemberian masalah kepada peserta didik, masalah yang diberikan yaitu masalah dalam kehidupan nyata, lalu menyelesaikan masalah dengan kelompok maupun individu, lalu analisis masalah.

4. Lingkungan Belajar Dalam Model Pembelajaran Problem Based Learning Lingkungan belajar yang sesuai untuk menerapkan model pembelajaran ini yaitu lingkungan yang memiliki sebuah permasalahan yang sesuai dengan konsep dan prinsip yang akan di pelajari dan lingkungan yang menyajikan masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Model ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning

Langkah dalam Model Pembelajaran Problem Based Learning menurut Amir (2009:24-26):

Langkah pertama yaitu mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas. Yang mana pada tahap pertama mengajak peserta didik dapat memiliki sebuah pandangan mengenai konsep yang ada dalam masalah.

15

Lalu pada tahap ke2 peserta didik diajak untuk merumuskan masalah, yang mana permasalahan yang ada diperjelas dengan hubungan yang ada diantara permasalahan. Jadi, pada langkah ke 2 ini peserta didik di ajak untuk memperjelas permasalahan yang telah di berikan. Lalu langkah ke3 yaitu menganalisis masalah yang mana pada tahap ini anggota kelompok berdiskusi untuk mencari solusi bagi permasalahan yang telah diberikan. Untuk itu, terjadilah diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum dalam permasalahan) dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini. Untuk langkah 4 yaitu peserta didik diminta untuk menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam yang mana pada bagian yang telah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan; mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-milah sesuatu menjadi bagian yang membentuknya. Pada langkah selanjutnya peserta didik diajak untuk memformulasikan tujuan pembelajaran dimana kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok telah mengetahui pengetahuan mana yang dirasa kurang dan mana yang belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat.

Untuk langkah selanjutnya yaitu mencari informasi tambahan dari sumber lain.

Pada langkah ini kelompok sudah mengetahui informasi yang tidak dimiliki dan sudah punya tujuan pembelajaran. Saat ini mereka harus mencari informasi tambahan dan menentukan dimana hendak dicari. Mereka harus mengatur jadwal, menentukan sumber informasi. Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini agar mendapatkan informasi yang relevan, seperti misalnya menentukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, publikasi dari sumber pembelajaran. Keaktifan anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh setiap individu/sub kelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran.

16

Selanjutnya peserta didik diminta untuk mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk guru/kelas. Laporan individu/kelompok yang di presentasikan di hadapan kelompok lain, maka kelompok lain akan mendapatkan informasi baru. Anggota yang mendengarkan harus kritis tentang laporan yang disajikan. Terkadang laporan yang disajikan dibuat untuk menghasilkan pertanyaan baru dan harus disikapi oleh kelompok. Pada tahap ini, kelompok sudah dapat membuat sintesis; menggabungkannya dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan.

Pada tahap ini, keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinya disajikan dalam bentuk paper/makalah. Di sinilah kemampuan menulis dan kemudian mempresentasi sangat dibutuhkan dan dikembangkan.

Menurut (Shofiyah dalam Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol 3, No 1:33-38) langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning yaitu:

Tahap pertama yaitu peserta didik diajak untuk mengorientasikan siswa pada masalah. Untuk itu guru menginformasikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan logistik penting, dan memotivasi agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri. Selanjutnya guru mengorganisasikan siswa untuk belajar yang mana guru membantu peserta didik menentukan dan mengatur tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.

Selanjutnya guru membantu penyelidikan mandiri dan kelompok namun tidak membantu peserta didik dalam penyelesaian hanya mendampingi. Lalu guru mendorong peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan dan solusi. Setelah itu peserta didik mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta mempresentasikan. Disini guru membantu peserta didik dalam

17

merencanakan dan menyiapkan hasil karya peserta didik yang sesuai seperti laporan.

Yang terakhir peserta didik diajak untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Menurut Arends (2004:406):

Tahap pertama yaitu orientasi siswa terhadap masalah autentik. Lalu mengorganisasi siswa dalam belajar. Setelah itu membantu siswa secara individual atau kelompok dalam melaksanakan penyelidikan. Selanjutnya mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Yang terakhir yaitu analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Berdasar langkah-langkah yang telah dijelaskan oleh para ahli dapat diberi kesimpulan bahwa dalam menyusun Problem Based Learning peneliti harus mengetahui fase yang ada pada model pembelajaran tersebut. Pada awalnya peneliti menemukan sebuah permasalahan yang dapat diangkat menjadi sebuah penelitian oleh peneliti. Setelah menemukan permasalahan lalu dianalisis hingga pada akhirnya menganalisis hasil akhir dan menemukan solusi atas permasalahan yang telah ditemukan.

6. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning menurut Taufik (2009:32-33):

a. Memiliki keaslian seperti di kehidupan sehari-hari/lingkungan sekitar. b. Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya. c. Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif. d. Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.

Menurut Kurniasih dan Berlin (2015:49-50) kelebihan PBL adalah: a. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif peserta

18

b. Dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah para peserta didik dengan sendirinya

c. Meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar

d. Membantu peserta didik dalam belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi yang serba baru

e. Dapat mendorong peserta didik mempunyai inisiatif untuk belajar mandiri

f. Mendorong kreativitas peserta didik dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan

Menurut Hamdayama (2016: 117) kelebihan PBL adalah:

a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik karena peserta didik dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga mampu menyerap pengetahuan dengan baik.

b. Jiwa sosial peserta didik berkembang karena peserta didik dilatih untuk bekerja sama dengan peserta didik lain dalam menyelesaikan masalah c. Peserta didik memperoleh pengetahuan baru dari beberapa sumber. Berdasarkan uraian kelebihan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model pembelajaran problem based learning yaitu peserta didik mampu berfikir secara kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah, mampu menciptakan kebersamaan karena peserta didik dibiasakan untuk bekerja bersama kelompok, peserta didik juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru.

Sedangkan untuk kelemahan model pembelajaran Problem Based Learning oleh Kurniasih dan Berlin (2015:50-51) dideskripsikan sebagai berikut:

a. Model ini membutuhkan pembiasaan, karena dalam teknis pelaksanaannya yang rumit dan peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi dan memiliki daya kreasi yang tinggi.

b. Persiapan proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama, hal tersebut karena sedapat mungkin persoalan yang ada harus dipecahkan sampai tuntas, agar maknanya tidak terpotong.

19

c. Peserta didik tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya.

d. Tak jarang guru juga merasa kesulitan, hal tersebut disebabkan karena guru kesulitan dalam menjadi fasilitator dan mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi.

Menurut Hamdayama (2016:117) kelemahan PBL adalah sebagai berikut:

a. Jika Peserta didik yang malas, tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai.

b. Membutuhkan banyak waktu dan dana.

c. Tidak semua pembelajaran dapat diterapkan dengan model ini

Menurut Susanto (2014:90) kelemahan PBL adalah sebagai berikut:

a. Bila peserta didik tidak memiliki minat karena masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan pendekatan pembelajar melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mereka untuk berusaha memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar dari apa yang mereka pelajari.

Berdasarkan uraian kelemahan diatas dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari model pembelajaran problem based learning yaitu pelaksanaan model problem based learning membutuhkan pembiasaan diri dan waktu yang relatif lama dan dana yang lumayan, model pembelajaran juga tidak dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, jika peserta didik malas maka tujuan pembelajaran ini tidak dapat tercapai.

2.1.1.4 Media Digital

20

Media digital/baru adalah media yang berbasis internet dengan menggunakan komputer dan telepon genggam canggih. Dua kekuatan utama perubahan awalnya adalah komunikasi satelit dan pemanfaatan komputer menurut Carey (dalam McQuail,2011:43). Tak hanya itu, media digital adalah media yang kontennya berbentuk gabungan data, teks, suara, dan berbagai jenis gambar yang disimpan dalam format digital dan disebarluaskan melalui jaringan berbasis kabel optic broadband, satelit dan system gelombang mikro menurut Flew (2008:2-3). Media baru merupakan media yang pada saat ini sedang berkembang dan akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman menurut Ardianto (2007:26). Media digital merupakan media berbasis internet yang dapat menjangkau PC maupun Handphone. Tak hanya itu, media digital merupakan sarana/ akses yang dapat digunakan untuk mencari sesuatu hal dengan mudah dan dengan waktu yang singkat tanpa biaya yang besar. Media digital merupakan sumber informasi yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Dengan adanya media digital, kita dapat mengikuti berita yang ada dengan cepat dan mudah. Tak hanya sebagai sumber informasi, media digital juga dapat membantu kita dalam berbisnis melalui media. 2. Ciri Media Digital

Menurut Arsyad (2010:32) ciri media digital yaitu:

a. Dapat digunakan secara acak, non-konsekuensi, atau secara linier/ngikutin alur

b. Dapat digunakan berdasarkan keinginan pengguna sebagaimana direncanakan

c. Gagasan yang disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol, atau grafik

d. Prinsip ilmu factual untuk meningkatkan media

e. Pembelajaran dapat meninjau peserta didik dan mengajak peserta didik berinteraksi

Jadi ciri media digital dapat digunakan dimanapun dan kapanpun sesuai dengan apa yang dicari oleh pengguna.

Dokumen terkait