• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI PENELITIAN

2.3. Tinjauan tentang Kompetensi Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) Informasi (KKPI)

2.4.2. Teori-teori Motivasi

Untuk memahami tentang motivasi, berikut beberapa teori tentang motivasi, antara lain seperti yang disajikan oleh Anni (2006:166) yaitu “teori behavioral, kebutuhan manusia, disonansi, kepribadian, dan atribusi”. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Teori Behavioral

Inti dari teori ini adalah bahwa motivasi merupakan produk dari penguatan. Siswa diperkuat untuk belajar (seperti mendapat nilai terbaik dari guru) akan termotivasi untuk belajar, sebaliknya bagi siswa yang tidak mendapatkan penguatan dalam belajar maka siswa itu tidak akan termotivasi untuk belajar. b. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H.Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :

(1) Fisiologis

(2) Keamanan, keselamatan dan perlindungan (3) Sosial, kasih sayang, rasa dimiliki

(4) Penghargaan, rasa hormat internal seperti harga diri, prestasi

(5) Aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi apa yang mampu ia menjadi. Menurut teori ini, jika seorang yang ingin memotivasi seseorang, maka ia perlu memahami sedang berada pada anak tangga manakah posisi orang lain tersebut dan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan dia atas tingkat itu. Sebagai contoh, siswa yang sangat lapar dan sedang menghadapi lemah fisik, akan memiliki sedikit energi psikologis dalam belajar sehingga ia tidak mampu untuk berkreativitas dan beraktualisasi diri dalam pengembangan prestasinya.

c. Teori Disonansi

Teori ini dikemukakan oleh Festinger yang menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri yang positif merupakan motivator yang sangat kuat. Siswa akan mengalami tekanan dan keidaknyamanan apabila keyakinan dan nilai yang dipegang berlawanan dengan perilaku yang tidak konsisten.

d. Teori Kepribadian

Dalam teori ini motivasi dapat diterapkan pada perilaku di berbagai situasi. Motivasi sebagai karakteristik kepribadian yang stabiluntuk melakukan sesuatu dalam situasi tertentu.

e. Teori Atribusi

Asumsi utama teori atribusi adalah bahwa seseorang akan berupayamepertahankan citra diri yang positif. Oleh karena itu apabila terjadi sesuatu yang baik maka anak itu akan mengatribusikannya pada usaha atau kemampuannya sendiri.

Selain teori-teori yang telah disebutkan di atas, Akhmad Sudrajat (2008) mengatakan bahwa “untuk memahami tentang motivasi kita akan bertemu dengan teori harapan dan teori motivasi berprestasi”. Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:

f. Teori Harapan

Teori Victor H. Vroom ini menjelaskan bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran

tertentu, dan pada daya tarik dari keluaran bagi individu tersebut. Seseorang dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantarkan ke suatu penilaian kinerja yang baik.

g. Teori Motivasi Berprestasi

Teori motivasi berprestasi mengemukakan bahwa, manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan orang lain. Teori ini memiliki sebuah pandangan (asumsi) bahwa kebutuhan untuk berprestasi itu adalah suatu yang berbeda dan dapat dan dapat dibedakan dari kebutuhan-kebutuhan yang lainnya. Menurut teori yang diciptakan Mc Clelland ini, seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Ada tiga jenis kebutuhan manusia menurut Mc Clelland, yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk kekuasaan, dan kebutuhan untuk berafiliasi. Esensi dari motivasi berprestasi adalah bahwa siswa yang bermotivasi berprestasi tinggi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil, dan apabila mengalami kegagalan, mereka akan berusaha keras mencapai keberhasilan dan cenderung mengalami kesuksesan dalam mengerjakan tugas-tugas belajar di sekolah. Tizzi Maharani (1996) dari segi kognisi dan konasi dapat dikemukakan ciri-ciri individu yang termotivasi menurut teori ini yaitu :

a. menyelesaikan tugas dengan hasil sebaik mungkin b. bekerja tidak atas dasar untung-untungan (gambling);

c. berfikir dan berorientasi ke masa depan dengan berusaha mengantisipasi hasil kerjanya secara logik;

d. lebih mementingkan prestasi ketimbang upah yang akan diterimanya; e. realistik menilai dirinya

g. cenderung berorientasi ke dalam (inner orientation) kendati cukup tanggap terhadap stimulasi lingkungan

h. bersemangat, bekerja keras dan penuh pitalitas;

i. tidak gampang menyerah dan merasa bersalah kalau tidak berbuat sebaik mungkin;

j. tidak cepat lupa diri kalau mendapat pujian atas prestasinya;

k. dengan senang hati menerima kritik atas hasil kerjanya dan bersedia menjalankan petunjuk-petunjuk orang lain selama itu sesuai dengan gagasannya;

l. lebih senang bekerja pada tugas-tugas yang sukar, cukup menantang untuk berkreasi, bukan yang monoton

Jadi wajar jika ditemukan siswa-siswa yang berlainan intensitas dan cara dalam menyelesaikan tugasnya. Ada yang amat giat untuk mencapai sukses, ada yang sedang-sedang saja, bahkan ada pula yang nampaknya tidak ada gairah. 2.4.3. Ciri-ciri motivasi belajar

Menurut Sardiman (2007:83) bahwa motivasi yang ada dalam diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1). Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

(2). Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

(3). Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses).

(4). Lebih senang bekerja sendiri

(5). Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin

(6). Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

(7). Dapat mempertahankan pendapatnya(kalau sudah yakin akan sesuatu) (8). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu

(9). Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

Apabila pada saat siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas kemudian ia berusaha keras dengan sungguh-sungguh dan antusias agar dapat

berhasil menguasai materi dan menyelasikan pekerjaannya, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut telah memiliki motivasi dalam belajar.

2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

Seringkali siswa dihadapkan dengan berbagai masalah dari hal-hal yang dipelajarinya akibat kurang dapat mencerna dengan baik materi pelajaran yang ada. Hal ini tentu akan membebani siswa apalagi dengan ditentukannya standar kompetensi yang harus dipenuhi. Bagi siswa yang termotivasi, hal ini bukan menjadi penghalang keberhasilannya, karena setelah ia menyadari kemampuannya, ia akan semakin tertantang dan terus percaya diri mempelajari setiap titik kesulitan yang perlu ia sempurnakan.

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses). Manusia secara alami mempunyai ketertarikan terhadap sesuatu hal. Namun, dalam proses belajar mengajar yang termotivasi adalah apabila siswa sebagai individu yang mempelajari berbagai ilmu pengetahuan tertarik tidak hanya pada satu aspek pengetahuan melainkan juga terhadap banyak aspek atau masalah yang kompleks yang tidak lain untuk menunjang pengembangan wawasannya.

4. Lebih senang bekerja mandiri.

Memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri (tanpa bergantung pada orang lain) mengindikasikan bahwa seseorang tersebut telah memiliki semangat dalam mengerjakan sesuatu.

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin

Siswa yang belajar dengan baik dan termotivasi tidak akan terjebak dalam sesuatu yang rutinis dan mekanis.

6. Dapat mempertahankan pendapatnya(kalau sudah yakin akan sesuatu)

Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya kalau ia sudah yakin dan dipandangnya secara rasional.

7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu

Ketika sesuatu telah diyakini oleh siswa, maka bagi siswa yang memiliki motivasi yang kuat, ia akan memegang teguh apa yang diyakininya.

8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Siswa harus peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya.

Dokumen terkait