• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.5. Uji Asumsi Klasik

4.1.5.2. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonearitas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai toleransi dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance > 10% dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas

dalam model regresi. Berikut hasil perhitungan menggunakan program SPSS 16 :  Tabel 4.19 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -2.31 9 7.819 -.297 .768 X1 .383 .124 .321 3.099 .003 .757 1.320 X2 .455 .119 .395 3.823 .000 .757 1.320 a. Dependent variable : Y

Sumber : Data Penelitian 2010 yang Telah Diolah

Dari tabel di atas terlihat setiap variabel bebas mempunyai nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi ini.

4.1.5.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukkan penyebaran variabel bebas. Penyebaran yang acak menunjukkan model regresi yang baik. Dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot dengan pola titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y. Berikut hasil pengolahan menggunakan program SPSS 16 :

Gambar 4.14 Uji Heteroskedastisitas Pada Grafik Scatterplot

Pada grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini. Selain dengan mengamati grafik scatterplot uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan uji Glejser. Uji glejser yaitu pengujian dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen.

Cara melakukan uji glejser dengan SPSS 16 adalah sebagai berikut. (1).Lakukan regresi prestasi belajar/nilai UAS KKPI

(2).Dapatkan variabel residual dengan memilih tombol save pada tampilan windows linear regression dan aktifkan unstandardized residual.

(3).Absolutkan nilai residual (absres nilai UAS) dengan mengklik menu Tranform kemudian pilih Compute.

(4).Regresikan variabel nilai UAS KKPI sebagai variabel dependent dan variabel motivasi belajar, metode belajar sebagai variabel independen.

(5).Klik OK.

Output dari proses di atas adalah sebagai berikut. Tabel 4.20 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -1.477 3.821 -.387 .700 X1 .108 .060 .224 1.782 .079 X2 .054 .058 .117 .932 .354

a. Dependent Variable : abs_res

Sumber : Data Penelitian 2010 yang Telah Diolah

Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan semua variabel independen mempunyai nilai sig ≥ 0,05. Jadi tidak ada variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen abs_res. Hal ini terlihat dari nilai sig pada tiap-tiap variabel independen seluruhnya diatas 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. 4.2 Pembahasan

Dari hasil uji t diperolehnilai thitung = 3,099 > 1,99 = ttabel, dan sig = 0,003 < 5% dengan nilai koefisien 0,383 > 0. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel

motivasi belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar KKPI siswa secara signifikan besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar KKPI adalah 11,22%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Gamon (2001) dalam jurnalnya Relationship Among Student Motivation, Attitude, Learning Styles and Achievement yang menyimpulkan bahwa “Motivation was the significant factor that explained more than one-fourth of student achievement”. (Motivasi merupakan faktor penting yang menjelaskan lebih dari seperempat dari prestasi siswa). Selain itu juga senada dengan penelitian Nopitahari (2009) mengenai pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran peralatan kantor siswa kelas X jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Antonius Semarang yang menyebutkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial motivasi mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa sebesar 23,23%. Ini sesuai dengan pendapat Gates dalam Djaali (2006: 101) berikut :

Motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu. Motivasi juga merupakan proses membangkitan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan.

Dalam hal ini tujuan yang di maksud tentunya sesuai dengan apa yang hendak dicapai oleh siswa yaitu prestasi belajar KKPI sesuai dengan yang diharapkan. Seperti yang disebutkan oleh Teori Motivasi Berprestasi dimana esensi dari teori motivasi berprestasi ini adalah bahwa siswa yang bermotivasi berprestasi tinggi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil, dan apabila mengalami kegagalan, mereka akan berusaha keras mencapai keberhasilan dan cenderung mengalami kesuksesan dalam mengerjakan tugas-tugas belajar di sekolah. Ini berarti semakin tinggi tingkat motivasi belajar diyakini akan

berpengaruh pada semakin baiknya prestasi belajar KKPI siswa kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Widya Praja Ungaran. Dengan kata lain prestasi belajar siswa yang belum optimal ini cenderung dipengaruhi oleh kurang optimalnya motivasi belajar siswa. Motivasi belajar akan mendorong seorang siswa untuk terus belajar agar mencapai tujuan yang diharapkan yaitu prestasi dalam belajar.

Siswa yang tekun menghadapi tugas termasuk kategori tinggi. Tingginya ketekunan siswa ini dapat mempengaruhi prestasi yang diperoleh siswa. Ditinjau dari kegigihan untuk tidak mudah putus asa sudah baik karena ternyata 43 % siswa dalam kategori tinggi. Satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah baik suka bekerja keras dan mandiri. Sebanyak 37% siswa mempunyai suka bekerja keras dan mandiri yang masih sedang, dan 14 % lainnya masuk dalam kategori rendah dan sangat rendah dalam belajar KKPI. Dari data ini menunjukkan bahwa perlu ada perubahan pada diri siswa untuk meningkatkan bekerja keras dan mandiri dalam belajar KKPI. Kondisi dapat ditingkatkan melalui usaha guru dengan penugasan yang bersifat individu serta memberi penilaian tidak hanya hasil namun dilihat pula kedisiplinannya. Cara ini merupakan salah satu bentuk motivasi agar siswa lebih terdorong untuk bekerja keras dan mandiri. Siswa yang senang memecahkan masalah juga mendukung dalam proses belajar mengajar juga dalam kategori tinggi.

Lebih lanjut menurut Sardiman (2007:85) menjelaskan tentang “motivasi yaitu sesuatu yang mendorong manusia untuk berbuat”. Dalam hal ini motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan,

menentukan arah perbuatan yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Dengan adanya motivasi belajar KKPI yang baik, berarti adanya dorongan untuk mempelajari KKPI dengan baik serta mempunyai arah yang jelas untuk mencapai tujuan yang dicapai.

Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai thitung = 3,823 > 1,99 = ttabel, dan sig = 0,000 < 5% dengan nilai koefisien 0,455> 0 . Hal ini mengindikasikan bahwa variabel metode belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar KKPI secara signifikan. Ini berarti semakin baik metode belajar diyakini akan berpengaruh pada semakin baiknya prestasi belajar siswa X Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Widya Praja Ungaran. Besarnya pengaruh metode belajar terhadap prestasi belajar KKPI adalah 16,16%. Tetapi prestasi belajar yang kurang optimal tidak sepenuhnya karena metode belajar yang kurang optimal karena dari angka persentase yang ditunjukkan tidak besar sehingga bukan faktor dominan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar siswa telah memiliki metode baik namun ada 25 % siswa yang menerapkan metode belajar dalam kategori cukup saja, dan bahkan 10% siswa memiliki metode belajar KKPI yang kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan adanya tindakan untuk menumbuhkan keinginan melakukan pendeketan-pendekatan dan strategi belajar lebih lanjut dan maksimal. Perbaikan dalam menerapkan metode-metode yang akan digunakan dalam belajar sangat diperlukan sehingga prestasi yang dicapai siswa dapat meningkat dengan adanya metode yang tepat dan mempermudah siswa memahami pelajaran. Ditinjau dari pembuatan jadwal dan

pelaksanaannya secara klasikal persentasi pembuatan jadwal dan pelaksanaannya termasuk dalam kriteria baik. Ini menunjukkan bahwa dalam pembuatan jadwal maupun pelaksanaanya sebagian besar siswa sudah baik.

Dalam hal membaca dan membuat catatan siswa-siswa secara klasikal sudah termasuk dalam kriteria baik dan untuk catatan ini akan sangat membantu siswa dalam memahami materi terlebih nantinya akan di aplikasikan pada komputer. Berbeda halnya dengan kemauan siswa dalam mengulang pelajaran, kebanyakan siswa enggan untuk mengulang kembali materi yang telah di ajarkan di sekolah, termasuk tugas-tugas dan mencobanya kembali di rumah. Secara klasikal persentasi mengulangi bahan pelajaran hanya masuk dalam kategori cukup, bahkan 16% siswa termasuk kurang baik dan tidak baik dalam mengulang bahan pelajaran KKPI. Untuk itu perlu adanya upaya menumbuhkan keinginan belajar lebih lanjut di rumah sehingga siswa antusias untuk mengulang kembali tentang pelajaran KKPI yang telah disampaikan dan ingin memperdalam materi tersebut dengan lebih banyak mempelajarinya dengan guru memperbanyak memberikan semacam quiz dan ulangan mendadak kepada siswa, serta menunjuk siswa dengan acak untuk mengerjakan materi yang pernah dibahas sebelumnya. Hal ini harus diperhatikan karena belajar KKPI dibutuhkan banyak latihan sehingga metode belajar siswa harus tepat.

Konsentrasi siswa dalam pembelajaran KKPI berdasarkan hasil penelitian sudah masuk kriteria baik. Ini mengindikasikan bahwa hampir tidak ada masalah untuk konsentrasi dalam belajar Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi. Siswa cenderung fokus dalam pelajaran ini kerena berupa

aplikasi komputer dimana mereka dituntut untuk mengikuti tahapan-tahapannya dengan baik dan jika tidak fokus maka bisa tertinggal. Aspek lain yang sudah dapat dikatakan optimal adalah dalm siswa mengerjakan tugas. Secara klasikal persentasi tingkat mengerjakan tugas sebesar 81,94 % pada kategori baik. Seperti keterangan yang diperoleh dari observasi bahwa hampir semua siswa mengerjakan dan mengumpulkan tugas tepet waktu pada buku khusus yang mereka sediakan untuk tugas-tugas KKPI.

Hasil uji parsial menunjukkan bahwa pada variabel X2 (metode belajar) diperoleh nilai thitung = 3,823 > 1,99 = ttabel, dan sig = 0,000 < 5% jadi Ho ditolak. Ini berarti variabel independen metode belajar secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen prestasi belajar (nilai UAS). Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:82) mengemukakan bahwa,

Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Selain itu juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Novita Rusliana (2008) mengenai lingkungan keluarga dan cara belajar siswa terhadap prestasi belajar KKPI siswa kelas II program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Gatra Praja Pekalongan, diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan cara belajar siswa terhadap prestasi belajar KKPI. Sumbangan cara belajar siswa terhadap prestasi belajar KKPI sebesar 20%.

Dari perhitungan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS (Statiscal Product and Servise Solution) for Windows Release 16 antara motivasi belajar dan metode belajar terhadap prestasi belajar KKPI siswa kelas X

diperoleh persamaan garis : Y = -2,319 + 0,383 X1 + 0,455 X2. Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan motivasi belajar akan diikuti kenaikan prestasi belajar KKPI siswa sebesar 0,383 apabila variabel metode belajar dianggap tetap, dan apabila terjadi kenaikan satu poin metode belajar maka akan diikuti kenaikan prestasi belajar KKPI siswa sebesar 0,455 jika variabel motivasi beljar tetap. Dapat dilihat bahwa perubahan prestasi belajar KKPI siswa lebih besar dipengaruhi oleh metode belajar yang ada daripada motivasi belajar. Terlihat pula bahwa metode belajar siswa mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar KKPI siswa kelas X SMK Widya Praja Ungaran.

Selain itu, berdasarkan hasil uji F diketahui terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar dan metode belajar siswa terhadap prestasi belajar KKPI siswa dengan diperoleh Fhitung sebesar 23,697 pada sig 0,000 ≤ α (0,05), yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan secara bersama-sama memberikan sumbangan atau kontribusi 36,8%, yang berarti bahwa motivasi belajar dan metode belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar KKPI siswa kelasX Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Widya Praja Ungaran siswa sebesar 36,8% dan sisanya 63,2 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

92

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :

4. Ada pengaruh positif motivasi belajar terhadap prestasi belajar Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) pada siswa kelas X program keahlian administrasi perkantoran SMK Widya Praja Ungaran secara signifikan dengan besarnya pengaruh yaitu 11,22 %.

5. Ada pengaruh positif metode belajar terhadap prestasi belajar Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) pada siswa kelas X program keahlian administrasi perkantoran SMK Widya Praja Ungaran secara signifikan dengan besarnya pengaruh yaitu 16,16%.

6. Ada pengaruh motivasi dan metode belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) pada siswa kelas X program keahlian administrasi perkantoran SMK Widya Praja Ungaran secara signifikan dengan besarnya pengaruh yaitu 36,8% dan sisanya 63,2 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang diajukan oleh penulis dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Bagi guru

Guru hendaknya meningkatkan intensitas pemberian tugas individu atau yang yang lebih bervariasi kepada siswa dalam pembelajaran KKPI. Selain itu, hendaknya diperbanyak pemberian quiz dan ulangan mendadak kepada siswa, serta menunjuk siswa dengan acak untuk mengerjakan materi yang pernah dibahas sebelumnya.

b. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian sejenis hendaknya menggunakan variabel yang lebih luas sehingga diperoleh informasi yang lebih lengkap tentang faktor-faktor yang menentukan prestasi belajar KKPI siswa sebagai dasar penentuan kebijakan guru dalam pengajaran.

94

Dokumen terkait