• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. URAIAN TEORITIS

E. Motivasi

2. Teori motivasi

a. Teori Motivasi Abraham Maslow

Abraham Maslow telah mengembangkan suatu konsep hirarki yang menunjukkan adanya suatu tingkatan keinginan dan kebutuhan. Konsep dasarnya menekankan adanya suatu hirarki dari kebutuhan (hierarchy of needs), dimana kebutuhan yang lebih tinggi akan mendorong seseorang untuk mendapatkan kepuasan atas kebutuhannya tersebut setelah kebutuhan yang lebih rendah

berikut (Robbins, 2003: 209): Aktualisasi Diri Penghargaan Sosial Keamanan Psikologis

Gambar: 2. 1 Konsep Hirarki Abraham Maslow Sumber : Robbins (2003: 209)

Maksud dari jenjang kebutuhan Maslow tersebut adalah sebagai berikut : 1) Psikologis (Physiological needs)

Kebutuhan yang paling dasar yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan fisiologis seperti pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan ini sering disebut pula kebutuhan fisiologis.

2) Keamanan (Safety needs)

Kebutuhan atas perlindungan dari gangguan pihak lain yang berasal dari manusia lain atau makhluk lain seperti binatang buas. Pemenuhan kebutuhan ini berupa pemilikan alat-alat perlindungan, persenjataan, dan alat tanda bahaya. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan pertama terpenuhi.

Kebutuhan akan bergaul dengan orang lain atau anggota masyarakat yang lain. Pemenuhan kebutuhan ini adalah memberi dan menerima rasa cinta kasih dari orang lain, rasa diterima, rasa saling membutuhkan dan dibutuhkan serta berteman dan bekerjasama. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, sehingga mempunyai kebutuhan sosial, antara lain :

a. Kebutuhan akan perasaan diterima orang lain dimana ia hidup dan bekerja. b. Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya

penting.

c. Kebutuhan untuk bisa berprestasi. 4) Penghargaan (Esteem needs)

Pengakuan orang lain atas harga diri seseorang. Pengakuan kebutuhan ini ialah pemilikan kebebasan, prestasi atau suatu kekuatan atau wewenang.

5) Aktualisasi diri (Self actualization needs)

Kebutuhan yang memperihatkan kepribadian seseorang secara khusus, yang lain daripada yang lain, dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Kebutuhan ini adalah berupa keinginan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang dapat diakui oleh umum untuk kepentingan masyarakat. Menurut Maslow, pemenuhan tingkat keinginan dan kebutuhan dilakukan secara bertahap. Dimulai dari tingkat yang paling dasar, yaitu physiological needs. Manusia akan berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan ini, hal ini disebabkan karena kebutuhan ini menyangkut kelangsungan hidup manusiaitu sendiri. Setelah tingkat pertama terpenuhi, selanjutnya manusia akan berusaha untuk memenuhi tingkat kedua, yaitu safety

needs sudah terpenuhi. Begitu pula seterusnya sampai pada tingkat yang paling akhir, yaitu self actualization needs.

b. Teori Motivasi Aldefer

Aldefer mengungkapkan bahwa ada 3 kelompok dari kebutuhan inti, yaitu existence, relatedness, and growth yang dinamakan dengan ERG theory. The existence group berhubungan dengan penyediaan kebutuhan keberadaan materi dasar kita. Kebutuhan-kebutuhan itu termasuk hal-hal yang dianggap oleh Maslow sebagai kebutuhan keamanan dan kebutuhan psikologi (Robbins, 2003: 214).

Kelompok kedua dari kebutuhan tersebut adalah relatedness. Adanya keinginan yang kita miliki untuk mempertahankan hubungan interpersonal yang penting. Keinginan status dan sosial membutuhkan interaksi dengan yang lainnya jika mereka ingin mendapatkan kepuasan dan itu sesuai dengan Maslow’s social need dan external component of Maslow’s esteem category and the characteristic termasuk under self-actualization (Robbins, 2003: 214).

Kelompok ketiga dari kebutuhan inti menurut Aldefer adalah growth. Growth merupakan gabungan antara kebutuhan akan pengakuan orang lain atas harga diri seseorang dengan kebutuhan akan aktualisasi diri.

Teori Aldefer berbeda dengan teori Maslow. Secara kontras dengan hirarki teori kebutuhan, teori ERG menunjukkan bahwa :

1) Lebih dari sebuah kebutuhan dapat dioperasikan pada saat yang bersamaan. 2) Jika gratifikasi dari sebuah kebutuhan level yang lebih tinggi meningkat,

kebutuhan untuk memuaskan sebuah kebutuhan level yang lebih rendah meningkat.

tingkat dan kaku. Teori ERG tidak mengandaikan suatu hierarki yang kaku dimana kebutuhan yang lebih rendah harus lebih dipuaskan sebelum orang dapat maju terus. Misalnya, seseorang dapat mengusahakan pertumbuhan meskipun kebutuhan eksistensi dan hubungan belum dipuaskan; atau ketiga kategori kebutuhan dapat beroperasi sekaligus (Robbins, 2003: 214).

Teori ERG juga mengandung suatu dimensi frustasi-regresi. Maslow berargumen bahwa seorang individu akan tetap pada suatu tingkat kebutuhan tertentu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi. Teori ERG menyangkalnya dengan mengatakan bahwa suatu tingkat kebutuhan dari dari urutan-lebih-tinggi terhalang, akan terjadi hasrat individu itu untuk meningkatkan kebutuhan tingkat lebih-rendah. Ketidakmampuan memuaskan suatu kebutuhan akan interaksi sosial, misalnya, mungkin meningkatkan hasrat memiliki lebih banyak uang atau kondisi kerja yang lebih baik. Jadi frustasi (halangan) dapat mendorong pada suatu kemunduran ke kebutuhan yang lebih rendah (Robbins, 2003: 214).

Ringkasnya, teori ERG berargumen, seperti Maslow, bahwa kebutuhan tingkat lebih-rendah yang terpuaskan menghantar ke hasrat untuk memenuhi kebutuhan tingkat lebih-tinggi; tetapi kebutuhan ganda dapat beroperasi sebagai motivator sekaligus, dan halangan dalam mencoba memuaskan kebutuhan tingkat lebih-tinggi dapat menghasilkan regresi ke suatu kebutuhan tingkat lebih-rendah (Robbins, 2003: 214).

Teori ERG lebih konsisten dengan pengetahuan kita mengenai perbedaan individual di antara orang-orang. Variabel seperti pendidikan, latar belakang keluarga, dan lingkungan budaya dapat mengubah pentingnya atau kekuatan

Beberapa studi telah mendukung teori ERG, tetapi ada juga bukti bahwa teori ERG tidak berhasil dalam beberapa organisasi. Bagaimanapun, secara keseluruhan teori ERG menyatakan suatu versi yang lebih sahih (valid) dari hierarki kebutuhan (Robbins, 2003 : 214).

B A B III

GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN

A. Sekilas Tentang Program Studi Manajemen

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu dari tiga Program Pendidikan Starta-I yang berada dibawah Fakultas Ekonomi USU. Melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. No.0535/O/1983 tanggal 8 Desember, Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi USU, yang dahulunya merupakan Jurusan Ekonomi Perusahaan dibakukan. Pembakuan tersebut diperkuat dengan Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No.131/Dikti/Kep/1984, disusul dengan Surat Keputusan No.23/Dikti/Kep/1987 dan yang terakhir dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan No.028/Dikti/Kep/1996, tanggal 11 Juli tentang Program Studi pada Program Sarjana di Lingkungan Universitas Sumatera Utara.

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dipimpin oleh seorang Ketua dibantu oleh seorang Sekretaris dengan beberapa pegawai administrasi. Ketua dan Sekretaris dipilih untuk masa bakti 4 tahun. Ketua dan Sekretaris Program Studi melaksanakan sepenuhnya kegiatan operasionil Program Studi, antara lain: membagi beban mengajar setiap dosen, mengkoordinir pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) mahasiswa program studi, mengatur pendistribusian tugas pembimbingan skripsi mahasiswa bagi dosen Program Studi, mengatur dan melaksanakan ujian komprehensif bagi para mahasiswa Program Studi, dan melaksanakan rapat program studi secara periodik.

B. Visi, Misi dan Tujuan Program Studi Manajemen

Dokumen terkait