• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Kajian Pustaka

1.5.3 Kajian Teori

1.5.3.1 Teori Peace Journalism (Jurnalisme Damai)

dikaitkan dengan ide-ide besar. Ideologi juga bisa bermakna politik penandaan atau pemaknaan (Eriyanto, 2002:154).47

Disini peneliti akan melihat kontruksi berita kasus kekerasan supporter Haringga. Apakah ada perbedaan pemberitaan dalam acara ILC dan Mata Najwa.

1.5.3 Kajian Teori

1.5.3.1 Teori Peace Journalism (Jurnalisme Damai)

Ada beragam definisi mengenai jurnalisme damai. Pengertian jurnalisme damai sendiri menurut Galtung adalah jurnalisme yang berdiri di atas nama kebenaran yang menolak propaganda dan kebohongan, di mana kebenaran dilihat dari beragam sisi tidak hanya dari sisi “kita”.48 Penafsiran tersebut menjelaskan bahwa dalam berita yang mengandung konflik, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik diberi kesempatan untuk mengemukakan permasalahan dari sudut pandang mereka masing-masing, sehingga tidak ada keberpihakan dari jurnalis maupun media massa yang menampilkan permasalahan tersebut.

Senada dengan Galtung, Jake Lynch dari Assosiate Professor and Director of The Center for Peace and Conflict Studies, University of Sydney, mengatakan jurnalisme damai adalah situasi ketika para editor dan reporter membuat pilihan, mengenai apa yang akan dilaporkan dan bagaimana melaporkannya, yang menciptakan kesempatan bagi masyarakat

47 Eriyanto. Op.cit. hal 154.

48 Sefti Oktarianisa, 2009. Jurnal penelitian Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Volume VII/No.3 September – Desember 2009. Pandangan jurnalis TV Mengenai Aplikasi Konsep Jurnalisme Damai Pada Berita Perang di Televisi Indonesia. hal. 543

luas untuk mempertimbangkan dan menilai tanggapan non kekerasan terhadap konflik.49

Sedangkan Pecojon,50 mengatakan jurnalisme damai akan terlaksana ketika jurnalis memilih memberitakan berita dengan berpatok pada kebenaran dan tanggungjawab yang membuka ruang perdamaian atas konflik. Lebih singkatnya, Muhammad Ali, dalam tulisannya di Harian Suara Merdeka, menyatakan jurnalisme damai adalah jenis jurnalisme yang lebih mengarah pada penyampaian informasi yang berdampak pada perdamaian.51 Jurnalisme damai merupakan laporan jurnalistik yang tidak mengobarkan konflik lewat media massa. Hal yang jauh lebih penting adalah bagaimana memunculkan semangat bersama agar bisa membuat paradigma baru dalam penulisan berita tentang konflik.52

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa jurnalisme damai merupakan sebuah konsep baru di bidang akademik, khususnya jurnalisme dan sektor media. Jurnalisme damai menekankan pada bagaimana berita, dikumpulkan, diolah, dan disajikan sehingga produk jurnalisme yang dihasilkan mengarahkan audien untuk memberikan tanggapan positif atas berita yang disajikan media. Penting untuk ditekankan bahwa jurnalisme damai adalah jenis baru pelaporan, pemilihan berita dan pembingkaian berita untuk profesi jurnalisme.

49 Lynch, Jake. 2008. What Is Peace Journalism? Dalam

http://www.internationalpeaceandconflict.org/forum/topics/article-from-jake-lynch-what diakses pada 6 Juli 2019.

50 Lynch, Jake. 2012. Response to Peace Journalism. Sage Journal. Jurnalisme Damai Suatu Keniscayaan.

51 Ibid.

52 http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/14/opi4.htm. Harian Kompas edisi Jumat, 22 Juni 2001. Diakses pada 13 Juli 2019

21

Prinsip-prinsip Jurnalisme Damai Dalam alam demokrasi di Indonesia sekarang ini, sudah saatnya berkembang budaya, bahwa suatu kebenaran adalah milik bersama, tidak bisa diklaim oleh hanya satu pihak saja, tetapi harus dikonfirmasi menurut kebenaran pihak lain. Inilah mengapa penerapan jurnalisme damai menjadi sangat penting untuk menjauhkan masyarakat dari konflik yang banyak ditimbulkan dari media massa.

Menurut Lynch and McGoldrick, terdapat tiga hal yang paling penting dalam Jurnalisme damai:53

a. Menggunakan wawasan yang lebih luas dalam memandang dan menganalisa sebuah konflik dan mentransformasikannya sebagai konsep yang seimbang adil, dan akurat dalam melaporkan berita. b. Membuat sebuah cara baru dalam memetakan sebuah hubungan antara

jurnalis, sumber, cerita yang mereka buat, dan konsekuensi dari bentuk jurnalisme yang dipakai di mana ada intervensi etika dalam jurnalisme. c. Membangun kesadaran atas pentingnya fokus pada anti kekerasan yang

diimplementasikan pada kegiatan harian si jurnalis.

Masih menurut Jake Lyinch dan Mc Goldrick, jurnalisme tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga untuk melihat penyebab kekerasan dari berbagai sisi konflik. Seorang jurnalis dapat menghindari dampak negatif dari pemberitaan bila mereka dapat melakukan hal-hal berikut.54

53 Ibid.

54 Kovarik, Bill. Peace Journalism/Media and the Path to Peace. Diakses dari

http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/216932707/fulltextPDF/140DE94223019E 8DCEA/2?accountid=13771. diakses 7 Juli 2019.

a. Tidak menggambarkan konflik sebagai percecahan antar dua kubu. Jurnalis harus melihat konflik dari banyak kelompok-kelompok kecil yang mengambil bagian dalam konflik tersebut.

b. Ajukan pertanyaan yang dapat mengungkapkan kesamaan; Hindari saling menyalahkan, tetapi melihat bagaimana masalah dan isu-isu bersama yang mengarah ke arah penyelesaian masalah

c. Jangan fokus hanya pada penderitaan satu kelompok dan jangan menggunakan pilihan kata yang memojokkan. Jangan menggunakan kata-kata seperti menyedihkan, hancur, tak berdaya, atau tragedi. Sebaliknya, melaporkan apa yang telah dilakukan oleh masyarakat, memberitakan bagaimana mereka mengatasi dan memberi solusi.

Dalam mengolah pemberitaan yang baik, seorang jurnalis harus mampu memahami konteks masalah secara keseluruhan, mencangkup memahami sudut pandang dari semua pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Kemudian dari pemahaman tersebut, jurnalis dapat menyimpulkan informasi dan pemberitaan yang positif bagi para audien.

Menurut Shinar (2007), data yang komprehensif dapat dikumpulkan dengan melakukan lima hal berikut ini:

a. Mengeksplorasi latar belakang dan konteks dari formasi konflik, dan menyajikan berbagai macam sebab serta pilihan dari berbagai sisi sehingga menggambarkan konflik seperti aslinya. Transparan terhadap audiens.

23

c. Menawarkan ide kreatif untuk resolusi konflik, pengarahan kepada perdamaian, dan penjagaan perdamaian.

d. Mengekspos semua kebohongan, upaya menutup-nutupi, korban serta pelaku dari semua pihak.

e. Memperhatikan cerita perdamaian dan perkembangan pasca perang. Pada prinsipnya, jurnalisme damai lebih mementingkan empati kepada korban-korban konflik daripada liputan kontinyu tentang jalannya konflik. Jurnalisme damai memberi porsi sama kepada semua versi yang muncul dalam wacana konflik. Jurnalisme damai juga berusaha mengungkapkan ketidakbenaran di kedua belah pihak.55 Ini membuktikan bahwa jurnalisme damai mengedepankan prinsip menghindari kekerasan, konflik, dan memegang prinsip nilai kemanusiaan, sehingga menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beriktikad buruk.

Praktek jurnalisme damai di Indonesia memang sulit untuk dilaksanakan. Unsur ”kekerasan” dianggap masih menjadi sebuah daya tarik bagi pemberitaan. Padahal sebenarnya audience sudah mulai bosan melihat tayangan yang tidak manusiawi. Dengan melihat perbedaan antara jurnalisme damai dan jurnalisme perang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jurnalisme damai berorientasi pada perdamaian, kebenaran, masyarakat dan korban, penyelesaian dan penghentian kekerasan. Sedangkan jurnalisme perang berorientasi pada perang, propaganda, elite dan pelaku kekerasan, kemenangan. Selain uraian di atas, ada beberapa nilai

55 Prinsip Kerja Jurnalisme Damai dalam http://rumakom.com/2008/01/19/prinsip-kerjajurnalisme-damai/ diakses 10 Juli 2019.

dalam jurnalisme damai yang sedikit berbeda dengan nilai-nilai dalam jurnalisme umum menurut Syirikit Syah (2011), diantaranya:56

a. Dalam jurnalisme damai, nilai ketokohan atau prominence dapat diabaikan, mengingat suara rakyat (non-elit) sama pentingnya.

b. Unsur magnitude atau berita berdampak besar juga kurang sesuai karena peristiwa kecilpun patut diperhitungkan.

c. Unsur konflik atau pertentangan juga sedapat mungkin dihindari. Jurnalisme damai bukan berarti tidak memberitakan konflik. Konflik tetap diberitakan karena konflik merupakan salah satu nilaiberita.57 Bedanya adalah jurnalisme membingkai konflik sedemikianrupa sehinggal fokus berita bukan pada perspektif menang kalah dengan menampilkan jumlah korban atau menyudutkan salah satu pihak yang berkonflik. Agak berbeda dengan nilai berita pada umumnya, nilai berita pada jurnalisme damai menekankan kepada bagaimana berita dibuat agar mengarah ke perdamaian dan gagasan-gagasan untuk pemecahan masalah.58

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, penulisan berita dengan konsep jurnalisme damai tetap menggunakan nilai-nilai berita jurnalisme pada umumnya, karena nilai berita itu sendiri merupakan syarat suatu peristiwa layak diberitakan. Namun selain memenuhi nilai berita,

56 Syah, Sirikit. 2011. Jurnalisme Damai Bukan Bodrex. Dalam

http://indonesianmediawatch.wordpress.com/2011/07/11/jurnalisme-damai-bukan-bodrex/ diakses pada 3 Juli 2019.

57 News Values dalam http://vegeta.hum.utah.edu/communication/classes/news.htm. Diakses tanggal 3 Juli 2019

58 Buller, Judy (2011): A Review of Reporting Conflict: New Directions in Peace Journalism Peace Review: A Journal of Social Justice. Dalam

http://sydney.edu.au/arts/peace_conflict/docs/media/Judy_Buller_review_of_Reporting_Conflict.p df Diakses tanggal 3 Juli 2019.

25

jurnalisme damai juga menuliskan berita secara positif, menggunakan diksi yang tepat sehingga tidak menimbulkan konflik.59

Dokumen terkait