• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA KEKERASAN TERHADAP SUPORTER Analisis Framing terhadap Kasus Haringga pada Acara Mata Najwa & ILC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA KEKERASAN TERHADAP SUPORTER Analisis Framing terhadap Kasus Haringga pada Acara Mata Najwa & ILC"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

Kasus Haringga pada Acara Mata Najwa & ILC

SKRIPSI

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya “Almamater Wartawan Surabaya” untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh :

ABIANTORO SEPUTRO

NPM : 15.01.0044

KEKHUSUSAN : JURNALISTIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI

ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA

(2)

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi oleh

Nama : ABIANTORO SEPUTRO

NPM : 15.01.0044

Kekhususan : JURNALISTIK

Juduk Skripsi : PENELITIAN BERITA KEKERASAN TERHADAP

iiSUPORTER BOLA PADA MEDIA

ii(Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Mengenai Kasus

iiKekerasan terhadap Haringga Suporter Bola pada Acara Mata

iiNajwa & ILC pada Media Massa)

Telah diperiksa dan siap untuk diujikan di hadapan tim penguji

Surabaya, 28 Juni 2019 Mengetahui / Menyetujui

Dosen Pembimbing

(3)
(4)
(5)
(6)

v

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis:

Judul : BERITA KEKERASAN TERHADAP SUPORTER

Sub Judul : Analisis Framing terhadap Kasus Haringga pada Acara Mata Najwa & ILC

Yang saya ajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi S-1 Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-AWS adalah benar-benar hasil karya penelitian saya sendiri bukan hasil menjiplak (plagiat) karya orang lain. Surat pernyataan tentang orisinalitas (keaslian) ini saya buat dengan penuh kesadaran. Saya siap mempertanggungjawabkan dan menerima risiko apapun bila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar.

Surabaya, 28 Juni 2019 Pembuat Pernyataan:

Abiantoro Seputro 15.01.0044

(7)

vi

MOTTO :

“ Mengerjar pelangi agar lebih berwarna kehidupan ini”

(Abiantoro)

Skripsi ini Saya Persembahkan Kepada: Keluarga Tercinta

Ibunda Sulys & Ayahanda Langen Dan Sahabat Tersayang Alamamater Stikosa-AWS

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi berjudul” Penelitian Berita Kekerasan terhadap Suporter Bola pada Media” sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana, dapat terselesaikan dengan lancar.

Skripsi ini dilatarbelakangi oleh rasa penasaran peneliti terhadap fenomena Pemberitaan pada media televisi. Adapun secara khusus, mengenai pemberitaan di Mata Najwa dan ILC Episode Duka Bola Duka Kita dan Aduh Suporter Bola Dari situ, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana pemberitaaan pada Media Televisi di era saat ini.

Kesuksesan penyusunan skripsi ini diperoleh atas dukungan dan pertolongan baik moril maupun material dari banyak pihak. Atas terselesainya skripsi ini, peneliti mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Ismojo Herdono, M. Med. Kom selaku Ketua STIKOSA-AWS. 2. Bapak Drs. Zainal Arifin Emka, M.Si selaku Dosen pembimbing skripsi.

Terima-kasih untuk diskusi yang mencerahkan. Terimakasih pula telah mengajari peneliti tentang arti kesabaran dan kedisiplinan. Peneliti yakin kehadiran Bapak dalam skripsi ini bukanlah sebuah kebetulan.

3. Teman-teman kantor yang selalu membantu saran dan selalu memberi semangat

4. Orangtua tercinta, Ibunda Sulys dan Ayahanda Langen Seputro, terimakasih atas doa dan semangat yang tiada hentinya agar putrinya menjadi lulusan

(9)

viii

yang membanggakan. Semoga skripsi ini dapat mengantarkan putra mereka menuju gerbang kesuksesan.

5. Dosen-dosen yang mendukung, terutaman untuk Bapak Drs. Zainal Arifin Emka, M.Si, berkat beliau, peneliti mengetahui dunia jurnalistik dari kacamata yang anti mainstream. Tampa beliau, peneliti menjadi buta arah akan penulisan karya ilmiah penelitian. Dan Dosen-dosen Stikosa-AWS lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu.

6. Teman-teman angkatan 2015, khususnya kelas malam. Terimakasih peran ‘partner’ yang menghidupi hari-hari di kampus selama 7 semester ini. 7. Sahabat-sahabat tercinta Rusita Sari dan Tony Hermawan, komunitas dan

ORGANISASI, terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kalian saat peneliti mengerjakan skripsi. Kebersamaan kalian akan menjadi memori berharga di masa depan. Semoga kita sukses selalu.

8. Staf Stikosa-AWS, baik staf Pengajaran dan Keuangan, terimakasih atas perannya menjalankan roda instansi STIKOSA-AWS. Terimakasih atas kebaikan yang diberikan kepada peneliti.

Peneliti tak menutup mata akan kekurangan dari skripsi ini, Hendaknya kekurangan skripsi ini tidak menjadikan kecil hati, namun membuat semangat bagi peneliti menuju perbaikan. Oleh sebab itu, peneliti membuka tangan lebar atas kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga segala amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada peneliti mendapat balasan sebaik mungkin dari Allah SWT, Penguasa alam semesta, Terima kasih.

(10)

ix

ABSTRAK

Pemberitaan di media Televisi sangat berdampak luas kepada masyarakat, Mata Najwa & ILC adalah acara Talk Show berkelas nasional. Haringga Sirla adalah hanya satu dari banyaknya korban kekerasan antar suporter di Indonesia. Ketidak jelasan agenda media dalam mengkonsep berita membuat memperjatam konflik di kalangan masyarakat. Media yang seharusnya menjadi penengah dari konflik yang terjadi baiknya menjadi juru damai untuk masyarakat yang mengkonsumsi berita setiap harinya. Mata Najwa dan ILC baiknya mempunyai agenda framing yang baik bagi penonton. Bukan hanya sebagai pengeras suara bagi elit di Indonesia harusnya masyarakat di akar rumput juga harus dilibatkan dalam membahas masalah yang langsung berdampak kepada kalangan di akar rumput. Haringga adalah kita. Masalah kekerasan yang mengatas namakan fanatisme tidak ada lagi di persempak bolaan di Indonesia. Perdamaian antar Suporter harusnya menjadi sorotan utama bagi elit di Indonesia.

(11)

x

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... i

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Kajian Pustaka ... 9

1.5.1 Kajian Penelitian Terdahulu ... 9

1.5.2 Kajian Konsep ... 10

1.5.2.1 Konsep Framing ... 10

1.5.2.2 Konsep Media Televisi ... 13

1.5.2.3 Konsep Kontruksi Media Terhadap Realitas ... 14

1.5.3 Kajian Teori ... 19

1.5.3.1 Teori Peace Journalism (Jurnalisme Damai) ... 19

1.6 Kerangka Berpikir ... 25

1.7 Metodelogi Penelitihan ... 26

1.7.1 Metode Penelitian... 27

1.7.2 Jenis dan sumber Data ... 28

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data dan Pencatatan Data ... 29

1.7.4 Teknik Analisis dan Intrepetasi Data ... 30

1.7.5 Pemeriksaan Keabsahan Data ... 32

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ... 33

2.1 Profil Najwa Sihab ... 33

2.2 Profil Karni Ilyas ... 36

(12)

xi

2.4 ILC (Indonesia Lawyers Club) ... 40

BAB III ANALISIS DAN DISKUSI HASIL PEMBINGKAIAN ... 42

3.1 Analisis Framing Model Pan dan Kosicki Acara ILC ... 42

3.1.1 Analisis Narasumber 1 ILC ... 42

3.1.2 Analisis Narasumber 2 ILC ... 47

3.1.3 Analisis Narasumber 3 ILC ... 51

3.1.4 Analisis Narasumber 4 ILC ... 55

3.1.5 Analisis Narasumber 5 ILC ... 59

3.1.6 Analisis Narasumber 6 ILC ... 64

3.1.7 Analisis Narasumber 7 ILC ... 68

3.1.8 Analisis Narasumber 8 ILC ... 71

3.1.9 Analisis Narasumber 9 ILC ... 75

3.1.10 Analisis Narasumber 10 ILC ... 79

3.1.11 Analisis Narasumber 11 ILC ... 81

3.1.12 Analisis Narasumber 12 ILC ... 84

3.1.13 Analisis Narasumber 13 ILC ... 86

3.1.14 Analisis Narasumber 14 ILC ... 89

3.2 Analisis Framing Model Pan dan Kosicki Acara MATA NAJWA ... 91

3.2.1 Analisis Narasumber 1 MATA NAJWA ... 91

3.2.2 Analisis Narasumber 2 MATA NAJWA ... 96

3.2.3 Analisis Narasumber 3 MATA NAJWA ... 102

3.2.4 Analisis Narasumber 4 MATA NAJWA ... 105

3.2.5 Analisis Narasumber 5 MATA NAJWA ... 110

3.2.6 Analisis Narasumber 6 MATA NAJWA ... 113

3.2.7 Analisis Narasumber 7 MATA NAJWA ... 117

3.2.8 Analisis Narasumber 8 MATA NAJWA ... 119

3.2.9 Analisis Narasumber 9 MATA NAJWA ... 123

3.2.10 Analisis Narasumber 10 MATA NAJWA ... 128

3.2.11 Analisis Narasumber 11 MATA NAJWA ... 132

3.2.12 Analisis Narasumber 12 MATA NAJWA ... 136

3.2.13 Analisis Narasumber 13 MATA NAJWA ... 139

3.2.14 Analisis Narasumber 14 MATA NAJWA ... 142

3.2.15 Analisis Narasumber 15 MATA NAJWA ... 145

3.2.16 Analisis Narasumber 16 MATA NAJWA ... 148

3.3 Diskusi Hasil Pembingkaian... 152

(13)

xii

4.1 Kesimpulan ... 154

4.2 Saran ... 156

DAFTAR PUSTAKA ... 158

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar korban kekerasan Suporter... 2

Tabel 3.1 Analisis Framing Narasumber 1 ILC ... 43

Tabel 3.2 Analisis Framing Narasumber 2 ILC ... 47

Tabel 3.3 Analisis Framing Narasumber 3 ILC ... 52

Tabel 3.4 Analisis Framing Narasumber 4 ILC ... 55

Tabel 3.5 Analisis Framing Narasumber 5 ILC ... 60

Tabel 3.6 Analisis Framing Narasumber 6 ILC ... 65

Tabel 3.7 Analisis Framing Narasumber 7 ILC ... 69

Tabel 3.8 Analisis Framing Narasumber 8 ILC ... 71

Tabel 3.9 Analisis Framing Narasumber 9 ILC ... 76

Tabel 3.10 Analisis Framing Narasumber 10 ILC ... 79

Tabel 3.11 Analisis Framing Narasumber 11 ILC ... 82

Tabel 3.12 Analisis Framing Narasumber 12 ILC ... 84

Tabel 3.13 Analisis Framing Narasumber 13 ILC ... 86

Tabel 3.14 Analisis Framing Narasumber 14 ILC ... 89

Tabel 3.15 Analisis Framing Narasumber 1 MATA NAJWA ... 92

Tabel 3.16 Analisis Framing Narasumber 2 MATA NAJWA ... 97

Tabel 3.17 Analisis Framing Narasumber 3 MATA NAJWA ... 102

Tabel 3.18 Analisis Framing Narasumber 4 MATA NAJWA ... 105

Tabel 3.19 Analisis Framing Narasumber 5 MATA NAJWA ... 110

Tabel 3.20 Analisis Framing Narasumber 6 MATA NAJWA ... 113

Tabel 3.21 Analisis Framing Narasumber 7 MATA NAJWA ... 117

Tabel 3.22 Analisis Framing Narasumber 8 MATA NAJWA ... 120

Tabel 3.23 Analisis Framing Narasumber 9 MATA NAJWA ... 123

Tabel 3.24 Analisis Framing Narasumber 10 MATA NAJWA ... 129

Tabel 3.25 Analisis Framing Narasumber 11 MATA NAJWA ... 132

Tabel 3.26 Analisis Framing Narasumber 12 MATA NAJWA ... 136

Tabel 3.27 Analisis Framing Narasumber 13 MATA NAJWA ... 139

Tabel 3.28 Analisis Framing Narasumber 14 MATA NAJWA ... 142

Tabel 3.29 Analisis Framing Narasumber 15 MATA NAJWA ... 146

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan empat struktur besar perangkat Framing ... 13

Gambar 2.1 Profil Najwa Sihab ... 33

Gambar 2.1 Profil Karni Ilyas ... 36

Gambar 2.1 Acara Mata Najwa Media Televisi Trans 7 ... 38

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis Pertanyaan

2. Berita acara bimbingan skripsi 3. Form ACC revisi sidang skripsi

(17)
(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bicara sepak bola di Indonesia sangatlah panjang sejarahnya, sepak bola pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1914. Saat itu Indonesia masih bernama hinda belanda yang masih di jajal oleh Belanda.1

Pada tahun 1930 terbentuk organisasi pemerintah yang mengontrol persempak bolaan di Indonesia. PSSI (Persatuan Sempak bola Seluruh Indonesia) yang di ketuai oleh Ir. Soeratin Sosrosoegondo. Kemudian pada tahun 1952 (PSSI) bergabung dengan organisasi FIFA dan tahun 1954 bergabung dengan AFC.2 PSSI juga menggelar kopetisi Liga Indonesia setiap tahunnya dan sejak 2005 di adakan kopetensi Piala Indonesia.

Bersamaan dengan adanya kompetisi Liga Indonesia dan Piala Indonesia semakin banyak TIM sempak bola besar yang tumbuh mewakili kotanya antara lain PERSIJA Jakarta, Persebaya Surabaya, Persib Bandung, Arema Malang, PSMS Medan Dll yang tersebar di seluruh Indonesia.

Banyaknya Tim Sempak Bola yang terbentuk tidak mempungkiri tumbuhnya Supporter yang menjamur pula di berbagai kota Indonesia. Banyaknya Suporter tidak semudah yang di bayangkan banyak Perselisihan antar suporter bola di Indonesia antara lain Persebaya & Aremania, Jakmania & Persib, Persis & Brajamukti dan masih banyak lagi.3

1 Melansir https://www.pssi.org/about/historyPSSI - Football Association of Indonesia. Diakses

tanggal 19 Mei 2019.

2Ibid. 3Ibid.

(19)

Kabar Rivalitas Suporter ini bukan hanya kabar isapan jempol belaka, banyak korban luka dan bahkan nyawa menjadi masalah serius bagi pemerintah. Hingga tahun 2018 tercatat korban nyawa Rivalitas Suporter hingga 55 orang bukan angka yang kecil apa lagi kasusnya hingga merenggut nyawa.4

Semakin banyak korban di persepakbolaan Indonesia. Bukan cuma luka-luka atau dampak trauma semata, tidak sedikit anak bangsa yang harus meregang nyawa, dihabisi atas nama fanatisme demi martabat sempit dan dendam kesumat. Antara lain deretan kasus kekerasan atas nama fanatisme yakni:5

Nama Tahun Tim Kasus

Suhermansyah 1995 Persebaya Vs

PSIM

Terhimpit dan Jatuh

Iman Siswanto 2001 Persija Vs PSIS Pengeroyokan di

stasiun manggarai

Faturrahman 2005 Persija Vs

Persipura

Di kroyok

Dani Maulana 2012 Persib Vs Persija Di kroyok

Haringga Sarila 2018 Persib Vs Persija DI kroyok

Tabel 1.1 Daftar korban kekerasan Suporter

Sumber: https://www.goal.com/id/berita/daftar-suporter-tewas-dalam-23-tahun-terakhir/1f0zrfi1i4tyzzc7hwu2rp47v

4Melansir berita online Goal.id berjudul Daftar Suporter Tewas dalam 23 Tahun terakhir

https://www.goal.com/id/berita/daftar-suporter-tewas-dalam-23-tahun-terakhir/1f0zrfi1i4tyzzc7hwu2rp47v Diakses tanggal 19 Mei 2019.

(20)

3

Masih banyak lagi kasus yang kekerasan yang terjadi di Indonesia. Pemerintah harusnya lebih tegas menangani kasus kekerasan suporter di Indonesia. Kasus Haringga bukan hanya pukulan keras pada pemerintah namun juga kabar buruk buat PSSI dan TIM yang terlibat. Dampak dari kasus ini membuat kompetisi LIGA 1 sempat di berhentikan Sementara. Dan panitia penyelanggara mendapat mendapat hukuman yang tegas dari PSSI.6

Tidak hanya itu dengan adanya media sosial banyak beredar video pengeroyokan haringga yang sangat membuat miris keluarga dan warga yang melihat video tersebut. Dengan adanya video tersebar itu semakin memperkeruh Rivalistas suporter di Indonesia.

Kematian Haringga Sirla, Suporter Persija bukan lah kabar yang ini kita dengar dari sempak bola Indonesia. Sayangnya, kabar duka semacam ini selalu terulang lagi dan lagi. Ketika kekerasan dan konflik berulang adakah andil media di dalamnya? Lantas bagaimana media seharusnya memberitakan konflik? Dan mengapa Mata Najwa lebih baik dari ILC dalam memberitakan kasus kekerasan suporter sempak bola.

Pemberitaan kasus haringga mirip seperti pemberitaan kasus konfik antar-agama paling berdarah di Ambon tahun 1999.7 Kala itu grup jawa pos menanam saham di dua koran yang cukup luas peredarannya Suara Maluku dan Ambon Ekspres, masing-masing media di tugaskan menjadi media bagi tiap kelompok yang sedang bertikai. Pemberitannya sama baerat sebelah Suara Maluku memberitakan

6 Melansir pengumuman PSSI tentang PSSI umumkan sanksi untuk Persib

https://www.pssi.org/news/pssi-umumkan-sanksi-untuk-Persib diakses tanggal 19 Mei 2019.

7Melansir berita online BBC berjudul Mantan tentara anak Ambon: 'Kami berdamai perlu proses

yang sangat panjang, bertahun-tahun https://www.bbc.com/Indonesia/trensosial-45873855

(21)

korban dari kelompok Kristen dan Ambon Expres memberitkan kelompok Islam. Alhasil Jurnalisme malah memperuncing konflik, Jurnalisme memang tidak di beri tugas sebagi juru damai. Tapi setidaknya, jurnalisme tidak menghalang-halangi terciptanya perdamaian.

Pada titik inilah perspektif “Peace Journalism” Atau “Jurnalisme Damai” kita butuhkan. Jurnalisme damai adalah gagasan yang di kenalkan oleh Johan Galtung.8 Tentang bagaimana sebaiknya wartawan memberitakan perang atau

konflik. Jurnalisme damai bekerja dengan cara menunjukkan jalan non-kekerasan dalam merespon konflik. Tugas utamanya memberikan peluang dalam terciptanya perdamaian.9

Mata Nadjwa dan ILC (Indonesia Lawyers Club) adalah talk show terpopules di Indonesia yang sama-sama memberitakan kasus Haringga. Keduapun memiliki kinerja yang saling bertolak belakang dalam penerapan Jurnalisme damai dan kita bisa belajar dari keduanya. 10

Satu hal yang membedakan keduanya adalah dalam tahap pemilihan narasumber.11 “Mata Nadjwa” memposisikan warga biasa, korban paling terdampak, sebagai suara yang paling dominan ia menegaskan bahwa “Perspektif dari keluarga korban harus didengarkan agar kemanusiaan yang terus-menerus didahulukan” Dalam hal ini Mata Nadjwa lebih baik dari “ILC” karena salah satu prinsip utama dalam “ Jurnalisme Damai” adalah Orientasi kedapa warga biasa bukan “ELIT”. Dalam “Mata Nadjwa”,Suara Korban ditaruh paling awal dan

8 Arif Zaini dalam Kedaulatan Rakyat pada 27 februari 2017 9Ibid.

10 ILC menayangkan tentang topic kasus Haringga pada 26 September 2018 MATA NAJWA

menayangkan tentang topic kasus Haringga pada 27 September 2018 11Ibid.

(22)

5

dominan dalam dua sesi berdurasi 27 menit dari total satu setengah jam tayangan. Dengan cara ini “Mata Najdwa” berhasil menunjukan empati dan mengeksplorasi dampak dari konflik.12

“Banyak Sekali yang bersimpati banyak sekali yang ikut berduka luar biasa. Orang tua saya nangis sama seperti kayak bapak sisi manusia ada mbak” tak hanya itu, “Mata Najwa juga memperlihatkan heroisme dan inisiatif warga biasa dalam menyelesaikan konflik. “Sempat ada Suporter Persija yang kemudia sempat di kepung dan kemudian Cakra yang menyelamatkan” “Denny Afrizal yang bersama teman-temannya membentuk komunitas Labora FC, misinya menyatukan suporter Persija dan Persib”.13

Sementara itu ILC memberikan Ruang bagi suara korban, tapi porsinya sangat kecil hanya lima menit dari total tiga setengah jam tayangannya.14 Setara dengan durasi perayaan ulang tahun pembawa acara Karni Ilyas di awal acara. Dalam durasi sesingkat itu suara korban hanya dipakai sebagai informasi dasar tentang Haringga dan insidennya atau pertanyaan seputar.”Mba lihat jenazahnya? Sebelum dimakamkan?” “Mbak lihat video yang beredar itu nggak?” Selebihnya “ILC” berorientasi kepada elit yang bisa dilihat dari komposisi narasumbernya, berberapa diantaranya pun kurang tepat untuk dimintai pendapat seperti, Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan kamil, Effendi Gazali.15

12Ibid.

13 Kutipan wawancara supporter Denny Afrizal oleh Najwa Sihab dalam acara MATA najwa.

Mengakses https://www.youtube.com/watch?v=QQ3xvf_1zTw Channel MataNajwa.

14 Durasi penayangan ILC tentang topik kasus kekerasan Suporter bola Haringga.

15 Kutipan pertanyaan wawancara yang dilontarkan Karni Ilyas dalam acara ILC tentang topik kasus kekerasan Suporter bola Haringga. Mengakses

(23)

Pendapat non-elit, yang punya sudut pandang segar, malah ditaruh di paling ujung acara. Komposisi seperti itu lebih jauh memperlihatkan cara berpikir “ILC” bahwa elit adalah pihak yang perlu didengar dan pendapat elit-lah yang dapat menyelesaikan masalah-masalah kita.16

Hal ini tampak dalam bagaimana “ILC” membingkai episode tersebut dengan judul “Aduh, Suporter Bola” judul ini terdengar seperti cemooh dari luar, dari suatu kelompok yang menyesalkan dan menyalahkan suporter bola. 17

Bandingkan dengan judul yang dipakai “Maja Najwa”, “Duka Bola Kita” melalui judul ini, Mata Nadjwa membingkai konflik antar-suporter sebagai masalah “kita”, Masalah warga.18 Mungkin semua yang melihat tayangan “Mata Najwa

berusaha mengajak kita semua untuk menempatkan diri di posisi para suporter untuk mendekati permasalahan ini dengan empati, bukan permusuhan.

Mata Nadjwa mendorong kita semua untuk terlibat kerana ini adalah masalah kita bersama bukan hanya masalah suporter bola.19 Jurnalisme damai

memiliki orientasi dalam mendorong perdamaian, bukan konflik berorientasi pada perdamaian bisa dimulai dengan merendakan ketegangan dan inilah yang dilakukan “Mata Najwa” ia menghentikan narasumber yang hendak menceritakan konflik secara detail sebaliknya, Mata Nadjwa secara konsisten menggiring agar kemungkinan perdamaianlah yang di seruhkan dan didiskusikan Hal ini dilakukan

16 Sumber remotivi dalam mengkritiki ILC.

17ILC”membingkai episode acaranya dengan judul “Aduh, Suporter Bola”, Mengakses https://www.youtube.com/watch?v=PxevRYL96DA Channel Remotivi

18MATA NAJWA membingkai episode acaranya dengan judul “Aduh, Suporter Bolahttps://www.youtube.com/watch?v=PxevRYL96DA“Duka Bola Kita”.

(24)

7

dengan, misalnya, seruan untuk “menutus kekerasan” atau dengan menonjolkan fakta bahwa Jakmania dan Bobotoh pernah berdamai.20

Sementara itu “ILC” malah membiarkan ungkapan konfrontatiff meluncur bebas dari narasumber.21 “Dia posting di Instagram, dia datang ke PTIK ini orangnya” “H-1 Sudah terjadi,Provokasi intimidasi sama teror, kepada pelatih pemain kami pada waktu MCM”.22 “ILC” bahkan menguatkan nada konfrontatif

tersebut menjadi judul potongan video.23 Karni Ilyas tanpaknya tidak mempunyai

agenda apapun ia hanyalah bertanya. “apa tanggapan Pak Mempora atas peristiwa”,”apa tanggapan pak Kapolres?”,”apa yang Mas Heru lihat ketika kejadian?”.24

Hal ini kontras dengan “Mata Nadjwa”, yang memiliki agenda jelas dan sejalan dengan jurnalisme perdamaian. “Mata Nadjwa” mencari solusi damai untuk keluar dari konlik.25 “Mata Nadjwa” secara keras kepala menanyakan solusi konkret dari semua pihak, memulainya dengan mengajak kita memahami masalah lewat suara korban dan lewat suara suporter di akar rumput. “saya ingin ke suporter Persija dulu, apa yang anda dan teman-teman di perbatasan alami, sesungguhnya kalau menjelang laga atau bahkan tidak ada laga, seperti apa kondisinya?” tak berhenti pada level bawah, Nadjwa kemudian membawa hal ini menjadi persoalan struktural, yakni dengan menanya tanggung jawab dan menagih solusi di level atas. Misalnya lewat pimpinan suporter, pengurus klab, hingga PSSI.26

20Ibid. 21Ibid. 22Ibid. 23Ibid. 24Ibid. 25Ibid. 26Ibid.

(25)

Pada ketua PSSI Edy Rahmayadi, Najwa mencecarnya berkali-kali untuk menyediakan solusi konkret. “Baik pak Edy, Jadi selama jeda ini itu yang dilakukan jadi output nya kira-kira apa ini?” dan kerana output dari Edy kurang memuaskan, Najwa bertanya kembali ke narasumber lain “Dari kacamata Anda, Output yang ideal yang bisa dihasilkan oleh PSSI selama masa jeda ini itu apa?”.27

Jika di bandingkan dengan “Mata Najwa”, “ILC” tampak tidak punya agenda apapun apalagi agenda perdamaian. Yang mereka tonjolkan barangkali hanya memberi ruang pertunjukan bagi elit, untuk menyatakan pendapat, agar bisa menjadi tontonan bagi sobat miskin di seluruh Indonesia.28

Selain media sosial media massa tak kalah memberitakan berita kekerasan Haringga ini antara lain yaitu Mata Nadjwa TransTv & ILC TVONE. Pemberitaan kasus Haringga di Mata Nadjwa lebih balik di bandingkan pemberitaan kasus Haringga di ILC. 29

Bagaimana peran media Televisi memberitakan kekerasan suporter beserta maksud dari progam TV untuk mengkonstruk mindset publik yang menjadi bahan pertanyaan riset penulis untuk meneliti fenomena tersebut dengan Judul “Berita kekerasan terhadap Supporter (Analisis Framing Terhadap kasus kekerasan terhadap Haringga pada acara Mata Najwa & ILC)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disusun rumusan masalah seperti berikut:

a. Bagaimana kerangka framing dalam kasus kekerasan Haringga ?

27Ibid. 28Ibid. 29Ibid.

(26)

9

b. Adakah perbedaan sudut pandang berita antar progam acara Mata Najwa dan ILC ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimanana media berita memberitakan kekerasan suporter.

b. Untuk mengetahui adakah perbedaan sudut pandang berita antar progam Mata Najwa dan ILC.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Secara Praktis, penelitian ini memberikan manfaat praktis bagi akademisi untuk memahami fenomena Kekerasam Suporter berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari informasi progam acara Mata Najwa dan ILC.

2. Secara Akademis, penelitian ini bermanfaat bagi akademik bagi pengembangan ilmu Komunikasi khususnya pada kajian teks media (framing), mengenai sudut pandang antar progam ILC dan Mata Najwa dalam kasus kekerasan Haringga

3. Secara Sosial, Penelitian ini memberikan manfaat sosial bagi Mahasiswa Komunikasi Stikosa AWS pemaknaan akan berita tentang kasus kekerasan Haringga dalam media berita dari berbagai sumber dan terkait isu terkini.

1.5 Kajian Pustaka

1.5.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berjudul Berita kekerasan terhadap Supporter (Analisis Framing Terhadap kasus kekerasan terhadap Haringga pada

(27)

acara Mata Najwa & ILC) ini terinspirasi atas berita kekerasan suporter yang sedang ramai diperbincangkan pada sepekan kejadian pengeroyokan Haringga suporter Persija. Selain itu Juga terhadap berbagai macam perbedaan sudut pandang atas pemberitaan kekerasan Suporter.

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus belajar dari peneliti lain untuk menghidari plagiatis dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu mengenai pemberitaan Kasus Kekesaran.

No. Judul Penelitian Tahun Perbedaan Penelitihan 1 Jurnalisme Damai dalam

media Online dalam kasus Lurah Susan 2014 Penelitihanya menggunakan kualitatif 2 Jurnalisme Dalam pemberitaan kerusuhan temanggung

2013 Analisa menggunakan media cetak Harian Suara Merdeka

3 Jurnalisme Damai dalam

Pemberitaan SKH

Kedaulatan

Rakyat Mengenai Kasus Ahmadiyah Periode Februari- Maret 2011 2012 Mengangkat konflik Ahmadiyah 1.5.2 Kajian Konsep 1.5.2.1 Konsep Framing

Menurut Eriyanto (2002:3) analisis framing adalah analisis yang memusatkan perhatian pada bagaimana media mengemas dan membingkai

(28)

11

berita.30 Proses ini umumnya di lakukan untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok dan lain-lain) dibingkai oleh media dengan melalui proses konstruksi. Dalam Analisis Framing, yang kita lakukan pertama kali adalah melihat bagaimana media mengonstruksi realitas. Peristiwa dipahami bukan sesuatu yang taken for granted. Sebaliknya wartawan dan medialah yang secara aktif membentuk realitas.31 Dalam jurnalnya an approach to news discourse yang ditulis oleh Pan dan Kosicki merumuskan konsep framing menjadi dua, Pertama adalah konsep sosiologi, dan yang kedua adalah konsep psikologi.

Konsep sosiologi, Bingkai Analisis menyatakan bahwa kita semua aktif dalam mengklasifikasikan, mengatur, dan menginterpretasikan pengalaman hidup untuk memahaminya. Gitlin (1980) menggunakan konsepsi yang sama framing dalam studi dari hubungan antara media berita dan gerakan Mahasiswa Baru Kiri.32 Ia mendefinisikan frame sebagai

"pilihan yang gigih, penekanan, dan pengucilan". Dia menghubungkan konsep langsung ke produksi wacana berita dengan mengatakan bahwa frame "memungkinkan wartawan untuk memproses sejumlah besar informasi dengan cepat dan secara rutin. Gamson telah mengembangkan konsep lebih jauh. Sedangkan Gamson, bingkai adalah "Pusat pengorganisasian ide atau alur cerita yang menyediakan berarti".33 (Gamson & Modigliani,1987, p. 143) untuk kegiatan yang terkait dengan masalah.

30 Eriyanto. 2002. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik. Yogyakarta: LKis. Hal. 03 31 Eriyanto. Op.cit. hal. 19-36.

32Ibid.

33 Gamson, W., & Modigliani, A. 1987. The Changing Culture Of Affirmative Action. Dalam R. Braungart, & M. (Braungart, Research in political sociology (hal. 137-177). Greenwich: JAI Press.hal 143

(29)

Kedua, konsep psikologi, Konsep konstruksionis dari framing dalam literatur sosiologis membuat asumsi yang kuat terhadap proses kognitif individu.34 Framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik sehingga unsur-unsur tertentu dari hal ini mendapatkan alokasi yang lebih besar dari sumber kognitif individu. Konsekuensi penting dari hal ini adalah bahwa elemen yang dipilih menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu atau pembuatan inferensi. Maka dari itu framing dapat memberikan efek pertanyaan yang menjadi opini publik. 35

Model Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita—kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu—ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.36

Framing model ini Mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat yaitu, sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.37 Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai

34Ibid.

35 Framing Analysis: An Approach to News Discourse ZHONGDANG PAN The Annenberg School for

Communication University of Pennsylvania GERALD M. KOSICKI The Ohio State University. Political Communication, volume 10, pp. 55-75 1058-4609/93 $10.00 +.00 Printed in the UK. All rights reserved.

36Ibid. 37Ibid.

(30)

13

frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Bagan empat struktur besar perangkat Framing Sumber : Eriyanto, 2002:256 38

1.5.2.2 Konsep Media Televisi

Televisi (TV) adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari Bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan

(31)

sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”39

Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi". Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)40

Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an d1920-an sejak saat itu televisi telah menjadi bar1920-ang biasa di rumah, k1920-antor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan.41 Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.42

1.5.2.3 Konsep Kontruksi Media Terhadap Realitas

Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak (Eriyanto, 2002:26).43 Kesibukkan utama media massa adalah mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna (Hamad, 2004:11).44 Berita

39 Television Frequency Table website, CSGNetwork.com., a Division of Computer Support Group.

Diakses pada 20 Mei 2019.

40 Kowalewski, Anthony, "An Amateur's Television Transmitter", Radio News, April 1938. Early Television Museum and Foundation Website. Diakses pada 20 Mei 2019.

41Ibid. 42Ibid.

43 Eriyanto. Op.cit. hal 26

(32)

15

adalah hasil dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas.

Eriyanto (2002:19-36) mendefinisikan media dan berita dalam paradigm konstruksionis sebagai berikut :45

1. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi

Realitas itu bersifat subjektif, realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi sudut pandang tertentu dari wartawan. Fakta atau realitas bukanlah sesuatu yang tinggal ambil dan menjadi bahan dari berita. Fakta atau realitas pada dasarnya di konstruksi. Eriyanto dalam tahap pertama ini menekankan, bahwa fakta itu merupakan hasil dari konstruksi atas realitas, sebab kebenaran suatu fakta bersifat relatif berlaku sesuai konteks tertentu.

2. Media adalah agen konstruksi

Dalam tahap ini media bukanlah sekedar saluran yang bebas,ia juga subjek yang mengkontruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Lewat bahasa yang dipakai, media dalam pemberitanya dapat membingkai peristiwa tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak dapat

(33)

memilih dan memahami peristiwa dalam kacamata tertentu. Dalam tahap ini Eriyanto lebih menekankan kepada media sebagai agen konstruksi pesan.

3. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas. Berita itu diibaratkan seperti sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, tetapi potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Berita adalah hasil konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu disajikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Dalam tahap ini Eriyanto menekankan bahwa berita tidak mungkin merupakan cermin dan refleksi dari realitas, karena berita yang terbentuk merupakan konstruksi atas realitas.

4. Berita bersifat subjektif atau konstruksi atas realitas

Berita adalah produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan realitas yang berbeda pula. Kalau ada perbedaan antara berita dengan realitas yang sebenarnya, maka tidak dianggap sebagai kesalahan, tetapi memang seperti itulah pemaknaan mereka atas realitas. Penempatan sumber yang menonjol dibandingkan dengan sumber lain, menempatkan wawancara seorang tokoh lebih besar dari tokoh lain, liputan yang hanya satu sisi dan merugikan pihak lain, tidak berimbang dan

(34)

17

secara nyata memihak satu kelompok. Semuanya tidaklah dianggap sebagai kekeliruan atau bias, tetapi dianggap memang itulah praktik yang dijalankan oleh wartawan. Dalam tahap ini yang ditekankan adalah bahwa berita bersifat subjektif, opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif.

5. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas

Wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakannya, karena ia merupakan bagian yang instrinsik dalam membentuk berita. Lagipula berita bukan hanya individual, melainkan juga dari proses organisasi dan interaksi antara wartawan. Wartawan dipandang sebagai aktor ataua agen konstruksi. Wartawan bukan hanya melaporkan fakta, melainkan juga turut mendefinisikan peristiwa. Realitas dibentuk dan diproduksi tergantung pada bagaimana proses konstruksi berlangsung. Realitas bersifat subjektif yang terbentuk lewat pemahaman dan pemaknaan subjektif dari wartawan.

6. Etika, pilihan moral, dan ketrampilan wartawan adalah bagian yang integral dalam produk berita.

Aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa yang dia lihat. Etika dan moral dalam banyak hal berarti keberpihakan terhadap satu kelompok atau nilai tertentu, umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu. Bagian yang

(35)

integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkontruksi realitas. Wartawan menulis berita bukan hanya sebagai penjelas, tetapi mengkontruksi peristiwa dari dirinya sendiri dengan realitas yang diamati. Penekanan dalam tahap ini adalah, nilai, etika, atau keberpihakan wartawan tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa.

7. Etika dan pilihan moral peneliti menjadi bagian yang integral dalam penelitian

Peneliti bukan subjek menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses penelitian. Peneliti adalah entitas dengan berbagai nilai dan keberpihakanyang berbeda-beda yang ditekan oleh Eriyanto dalam tahap ini adalah nilai, etika, dan pilihan moral bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian.

8. Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita

Khalayak bukan dilihat sebagai subjek yang pasif. Ia juga subjek yang aktif dalam menafsirkan apa yang ia baca. sebuah foto yang sebetulnya dimaksudkan untuk mengkomunikasikan stop kekerasan dan seksual, bisa jadi dimaknai pembaca sebagai penyebaran pornografi.

Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena ada cara melihat yang berbeda (Eriyanto, 2002:29).46 Berita tidaklah dibentuk dari ruang hampa. Berita diproduksi dari ideologi dominan dalam suatu wilayah kompentensi tertentu. Ideologi disini tidak harus selalu

(36)

19

dikaitkan dengan ide-ide besar. Ideologi juga bisa bermakna politik penandaan atau pemaknaan (Eriyanto, 2002:154).47

Disini peneliti akan melihat kontruksi berita kasus kekerasan supporter Haringga. Apakah ada perbedaan pemberitaan dalam acara ILC dan Mata Najwa.

1.5.3 Kajian Teori

1.5.3.1 Teori Peace Journalism (Jurnalisme Damai)

Ada beragam definisi mengenai jurnalisme damai. Pengertian jurnalisme damai sendiri menurut Galtung adalah jurnalisme yang berdiri di atas nama kebenaran yang menolak propaganda dan kebohongan, di mana kebenaran dilihat dari beragam sisi tidak hanya dari sisi “kita”.48 Penafsiran

tersebut menjelaskan bahwa dalam berita yang mengandung konflik, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik diberi kesempatan untuk mengemukakan permasalahan dari sudut pandang mereka masing-masing, sehingga tidak ada keberpihakan dari jurnalis maupun media massa yang menampilkan permasalahan tersebut.

Senada dengan Galtung, Jake Lynch dari Assosiate Professor and Director of The Center for Peace and Conflict Studies, University of Sydney, mengatakan jurnalisme damai adalah situasi ketika para editor dan reporter membuat pilihan, mengenai apa yang akan dilaporkan dan bagaimana melaporkannya, yang menciptakan kesempatan bagi masyarakat

47 Eriyanto. Op.cit. hal 154.

48 Sefti Oktarianisa, 2009. Jurnal penelitian Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi Universitas

Indonesia Volume VII/No.3 September – Desember 2009. Pandangan jurnalis TV Mengenai

(37)

luas untuk mempertimbangkan dan menilai tanggapan non kekerasan terhadap konflik.49

Sedangkan Pecojon,50 mengatakan jurnalisme damai akan terlaksana ketika jurnalis memilih memberitakan berita dengan berpatok pada kebenaran dan tanggungjawab yang membuka ruang perdamaian atas konflik. Lebih singkatnya, Muhammad Ali, dalam tulisannya di Harian Suara Merdeka, menyatakan jurnalisme damai adalah jenis jurnalisme yang lebih mengarah pada penyampaian informasi yang berdampak pada perdamaian.51 Jurnalisme damai merupakan laporan jurnalistik yang tidak

mengobarkan konflik lewat media massa. Hal yang jauh lebih penting adalah bagaimana memunculkan semangat bersama agar bisa membuat paradigma baru dalam penulisan berita tentang konflik.52

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa jurnalisme damai merupakan sebuah konsep baru di bidang akademik, khususnya jurnalisme dan sektor media. Jurnalisme damai menekankan pada bagaimana berita, dikumpulkan, diolah, dan disajikan sehingga produk jurnalisme yang dihasilkan mengarahkan audien untuk memberikan tanggapan positif atas berita yang disajikan media. Penting untuk ditekankan bahwa jurnalisme damai adalah jenis baru pelaporan, pemilihan berita dan pembingkaian berita untuk profesi jurnalisme.

49 Lynch, Jake. 2008. What Is Peace Journalism? Dalam

http://www.internationalpeaceandconflict.org/forum/topics/article-from-jake-lynch-what diakses pada 6 Juli 2019.

50 Lynch, Jake. 2012. Response to Peace Journalism. Sage Journal. Jurnalisme Damai Suatu

Keniscayaan.

51Ibid.

52 http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/14/opi4.htm. Harian Kompas edisi Jumat, 22 Juni

(38)

21

Prinsip-prinsip Jurnalisme Damai Dalam alam demokrasi di Indonesia sekarang ini, sudah saatnya berkembang budaya, bahwa suatu kebenaran adalah milik bersama, tidak bisa diklaim oleh hanya satu pihak saja, tetapi harus dikonfirmasi menurut kebenaran pihak lain. Inilah mengapa penerapan jurnalisme damai menjadi sangat penting untuk menjauhkan masyarakat dari konflik yang banyak ditimbulkan dari media massa.

Menurut Lynch and McGoldrick, terdapat tiga hal yang paling penting dalam Jurnalisme damai:53

a. Menggunakan wawasan yang lebih luas dalam memandang dan menganalisa sebuah konflik dan mentransformasikannya sebagai konsep yang seimbang adil, dan akurat dalam melaporkan berita. b. Membuat sebuah cara baru dalam memetakan sebuah hubungan antara

jurnalis, sumber, cerita yang mereka buat, dan konsekuensi dari bentuk jurnalisme yang dipakai di mana ada intervensi etika dalam jurnalisme. c. Membangun kesadaran atas pentingnya fokus pada anti kekerasan yang

diimplementasikan pada kegiatan harian si jurnalis.

Masih menurut Jake Lyinch dan Mc Goldrick, jurnalisme tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga untuk melihat penyebab kekerasan dari berbagai sisi konflik. Seorang jurnalis dapat menghindari dampak negatif dari pemberitaan bila mereka dapat melakukan hal-hal berikut.54

53Ibid.

54 Kovarik, Bill. Peace Journalism/Media and the Path to Peace. Diakses dari

http://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/216932707/fulltextPDF/140DE94223019E 8DCEA/2?accountid=13771. diakses 7 Juli 2019.

(39)

a. Tidak menggambarkan konflik sebagai percecahan antar dua kubu. Jurnalis harus melihat konflik dari banyak kelompok-kelompok kecil yang mengambil bagian dalam konflik tersebut.

b. Ajukan pertanyaan yang dapat mengungkapkan kesamaan; Hindari saling menyalahkan, tetapi melihat bagaimana masalah dan isu-isu bersama yang mengarah ke arah penyelesaian masalah

c. Jangan fokus hanya pada penderitaan satu kelompok dan jangan menggunakan pilihan kata yang memojokkan. Jangan menggunakan kata-kata seperti menyedihkan, hancur, tak berdaya, atau tragedi. Sebaliknya, melaporkan apa yang telah dilakukan oleh masyarakat, memberitakan bagaimana mereka mengatasi dan memberi solusi.

Dalam mengolah pemberitaan yang baik, seorang jurnalis harus mampu memahami konteks masalah secara keseluruhan, mencangkup memahami sudut pandang dari semua pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Kemudian dari pemahaman tersebut, jurnalis dapat menyimpulkan informasi dan pemberitaan yang positif bagi para audien.

Menurut Shinar (2007), data yang komprehensif dapat dikumpulkan dengan melakukan lima hal berikut ini:

a. Mengeksplorasi latar belakang dan konteks dari formasi konflik, dan menyajikan berbagai macam sebab serta pilihan dari berbagai sisi sehingga menggambarkan konflik seperti aslinya. Transparan terhadap audiens.

(40)

23

c. Menawarkan ide kreatif untuk resolusi konflik, pengarahan kepada perdamaian, dan penjagaan perdamaian.

d. Mengekspos semua kebohongan, upaya menutup-nutupi, korban serta pelaku dari semua pihak.

e. Memperhatikan cerita perdamaian dan perkembangan pasca perang. Pada prinsipnya, jurnalisme damai lebih mementingkan empati kepada korban-korban konflik daripada liputan kontinyu tentang jalannya konflik. Jurnalisme damai memberi porsi sama kepada semua versi yang muncul dalam wacana konflik. Jurnalisme damai juga berusaha mengungkapkan ketidakbenaran di kedua belah pihak.55 Ini membuktikan bahwa jurnalisme damai mengedepankan prinsip menghindari kekerasan, konflik, dan memegang prinsip nilai kemanusiaan, sehingga menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beriktikad buruk.

Praktek jurnalisme damai di Indonesia memang sulit untuk dilaksanakan. Unsur ”kekerasan” dianggap masih menjadi sebuah daya tarik bagi pemberitaan. Padahal sebenarnya audience sudah mulai bosan melihat tayangan yang tidak manusiawi. Dengan melihat perbedaan antara jurnalisme damai dan jurnalisme perang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jurnalisme damai berorientasi pada perdamaian, kebenaran, masyarakat dan korban, penyelesaian dan penghentian kekerasan. Sedangkan jurnalisme perang berorientasi pada perang, propaganda, elite dan pelaku kekerasan, kemenangan. Selain uraian di atas, ada beberapa nilai

55 Prinsip Kerja Jurnalisme Damai dalam

(41)

dalam jurnalisme damai yang sedikit berbeda dengan nilai-nilai dalam jurnalisme umum menurut Syirikit Syah (2011), diantaranya:56

a. Dalam jurnalisme damai, nilai ketokohan atau prominence dapat diabaikan, mengingat suara rakyat (non-elit) sama pentingnya.

b. Unsur magnitude atau berita berdampak besar juga kurang sesuai karena peristiwa kecilpun patut diperhitungkan.

c. Unsur konflik atau pertentangan juga sedapat mungkin dihindari. Jurnalisme damai bukan berarti tidak memberitakan konflik. Konflik tetap diberitakan karena konflik merupakan salah satu nilaiberita.57

Bedanya adalah jurnalisme membingkai konflik sedemikianrupa sehinggal fokus berita bukan pada perspektif menang kalah dengan menampilkan jumlah korban atau menyudutkan salah satu pihak yang berkonflik. Agak berbeda dengan nilai berita pada umumnya, nilai berita pada jurnalisme damai menekankan kepada bagaimana berita dibuat agar mengarah ke perdamaian dan gagasan-gagasan untuk pemecahan masalah.58

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, penulisan berita dengan konsep jurnalisme damai tetap menggunakan nilai-nilai berita jurnalisme pada umumnya, karena nilai berita itu sendiri merupakan syarat suatu peristiwa layak diberitakan. Namun selain memenuhi nilai berita,

56 Syah, Sirikit. 2011. Jurnalisme Damai Bukan Bodrex. Dalam

http://indonesianmediawatch.wordpress.com/2011/07/11/jurnalisme-damai-bukan-bodrex/ diakses pada 3 Juli 2019.

57 News Values dalam http://vegeta.hum.utah.edu/communication/classes/news.htm. Diakses

tanggal 3 Juli 2019

58 Buller, Judy (2011): A Review of Reporting Conflict: New Directions in Peace Journalism

Peace Review: A Journal of Social Justice. Dalam

http://sydney.edu.au/arts/peace_conflict/docs/media/Judy_Buller_review_of_Reporting_Conflict.p df Diakses tanggal 3 Juli 2019.

(42)

25

jurnalisme damai juga menuliskan berita secara positif, menggunakan diksi yang tepat sehingga tidak menimbulkan konflik.59

1.6 Kerangka Berpikir

59 Putut. Kembangkan Jurnalisme Damai. Dalam

http://www.uinjkt.ac.id/index.php/component/content/article/1-headline/356-pututkembangkan-jurnalisme-damai.pdf. Diakses 3 Oktober 2013

(43)

1.7 Metodelogi Penelitihan

Adakah perbedaan sudut pandang berita

antar progam acara Mata Najwa dan ILC ?

Bagaimana kerangka framing dalam kasus kekerasan Haringga ? Fenomena Kasus Kekerasan Supporter bola terhadap Haringga Teori Jurnalisme Damai Judul

Analisis Framing Terhadap Pemberitaan mengenai kasus kekerasan Haringga supporter bola pada acara Mata Najwa

& ILC

Metodelogi Penelitihan Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald

M. Kosicki

Konstruksi Acara ILC & Mata Najwa terhadap Kasus

kekerasan Suporter Bola Haringga

(44)

27

1.7.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan secara sistematis untuk melakukan suatu pengumpulan data, memganalisis data, dan menginterpretasikan data sesuai dengan fakta-fakta yang ada.60

Metode deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dapat melakukan pendeskripsian terhadap data yang diperoleh secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang terdapat dalam suatu teks pemberitaan oleh media massa. Selanjutnya, peneliti sebagai instrumen penelitian melakukan penelitian secara kualitatif. Jadi, metode penelitian deskriptif-kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendeskripsian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta berupa kata-kata tertulis yang terdapat dalam suatu teks berita di media massa.

Pendekatan dalam metode penelitian ini adalah analisis Framing. Model analisis yang dipakai dalam pemberitaan mengenai kasus kekerasan terhadap Haringga supporter bola pada acara Mata Najwa & ILC) pada media berita online adalah analisis framing yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.61 yang membedakan analisis framing miliknya dengan analisis framing lainnya adalah, pertama tidak seperti pendekatan tradisional pada analisis konten, analisis framing tidak

60 Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2007), hal.3 61 Eriyanto. Op.cit. hal 251-252.

(45)

memahami konten tayangan sebagai rangsangan psikologis dengan makna diidentifikasi secara obyektif, melainkan memandang konten tayangan terdiri dari konstruksi perangkat simbolik yang terorganisir yang akan berinteraksi dengan memori agen individu, Kedua, analisis framing tidak dibatasi dalam pendekatan bebas kontak strukturalis wacana,melainkan ia menerima baik asumsi sifat aturan pembentukan konstruksi moderator/host dan Narasumber, serta konsepsi multidimensi konten acara yang akan memungkinkan untuk jalan pintas kognitif dalam produksi informasi dan konsumsi infomasi. ketiga, validitas analisis framing tidak berdasarkan pada peneliti melainkan pada setiap element bingkai dalam berita yang diidentifikasi.62 Oleh karena itu,analisi penelitian model ini sangat membantu dalam menganalisis framing acara diskusi terkait kasus Haringga supporter bola pada acara Mata Najwa & ILC.

1.7.2 Jenis dan sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi :

1. Data Primer

Data Primer penelitian ini adalah Tayangan Indonesia Lawyer Club (ILC) episode “Aduh, Supporter Bola” yang tayang 25 September 2018 di media TvOne dan tayangan Mata Najwa episode “Duka Haringga Duka Kita” di media Trans7 yang ditayangkan 26 September 2018.

2. Data Sekunder

(46)

29

Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur pustaka, baik buku – buku, penelitian terdahulu, dan jurnal penelitian ilmiah lainnya.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data dan Pencatatan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara : 1. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari softcopy Tayangan Indonesia Lawyer Club (ILC) episode “Aduh, Supporter Bola” yang tayang 25 September 2018 di media TvOne dan tayangan Mata Najwa episode “Duka Haringga Duka Kita” di media Trans7 yang ditayangkan 26 September 2018. Data yang diteliti adalah pernyataan-pernyataan dari setiap scene yang menggambarkan atau menunjukkan adanya konstruksi media terhadap isu kekerasan supporter, dalam hal ini kasus kekerasan pada Haringga.

2. Observasi

Pengamatan dilakukan dengan cara menonton dan menyimak setiap scene dari tayangan ILC & Mata Najwa tersebut.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka bertujuan untuk memperoleh data teoritis dari berbagai sumber /literatur yang dapat mendukung penelitian ini. Kegiatan ini dilakukan dengan mengkaji dan menganalisis berbagai literatur dan bacaan yang berkaitan dengan penelitian ini.

(47)

1.7.4 Teknik Analisis dan Intrepetasi Data

Pada teknik analisis data ini menjelaskan langkah-langkah secara rinci yang ditempuh penliti dalam menganalisis atau mengolah data yang sudah diperolehnya melaluli teknik pengumpulan data. Dalam analisi data yang didapatkan berdasarkan hasil dokumentasi, selanjutnya data tersebut akan dianalisis dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan terangkum dari rumusan masalah yang kemdian ditarik kesimpulan dari hasil analisa tersebut.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penlitian ini menggunakan kerangka analisis model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, karena perangkat ini meneliti media melalui struktur bahasa yang digunakan dalam mengontruksi realitas. Model analisa inilah yang tepat untuk hasil kesimpulan dari rumusan masalah penelitian ini.

Model analisis framing model Pan dan Kosicki ini terbagi berdasarkan perangkat analisis data:

1. Sitaksis

Struktur sintaksi adalah cara wartawan menyusun sebuah berita. Peranhkat dari struktur sintaksis antara lain:

a. Headline (pokok berita) b. Lead (teras berita) c. Latar informasi d. Kutipan sumber

(48)

31

2. Skrip

Struktur skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta. Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kekengkapan berita (5W1H): a. What (apa) b. Where (dimana) c. When (kapan) d. Who (siapa) e. Why (mengapa) f. How (bagaimana) 3. Retoris

Struktur retoris adalah cara wartawan menekankan fakta. Dalam struktur retoris, unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar atau foto, dan grafis. Perangkat framing dari struktur retoris antara lain: a. Leksikon atau pilihan kata

b. Grafis c. Metafora

Dengan keempat struktur tersebut dapat menunjukkan framing dari suatu media dengan mengetahui bagaimana wartawan menyusun berita, mengisahkan suatu isu, penggunaan kalimat dalam penulisan berita dan juga pemilihan kata atau idiom yang dipilih.63

(49)

1.7.5 Pemeriksaan Keabsahan Data

Pada penelitihan ini, pemeriksaan keabsaan data memakai Authenticity yaitu memperluas kontruksi personal yang diungkapakan. Peneliti memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan konstruksi personal yang lebih detail sehingga mempengaruhi pemahaman yang lebih mendalam. Misalnya, peneliti memberi peluang subjek untuk bercerita panjang lebar tentang apa yang di alaminya dalam konteks.

(50)

33

BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

2.1 Profil Najwa Sihab

Gambar 2.1 Profil Najwa Sihab Sumber: Wikipedia.com/NajwaSihab

Nama lengkap : Najwa Shihab

Lahir : 16 September 1977 Makassar, Indonesia Pekerjaan : Pembawa acara, Presenter, Berita

Tahun aktif : 2001 – sekarang

Suami : Ibrahim Sjarief Assegaf Anak : Izzat Assegaf

Orang tua : Quraish Shihab Fatmawati Assegaf

(51)

Najwa Shihab salah satu presenter yang cukup terkenal kritis dalam mengajukan pertayaan kepada narasumber’nya. Najwa adalah alumni fakultas hukum UI tahun 2000. Perempuan yang kerap juga di panggil Nana ini semasa SMA perna terpilih mengikuti AFS. Di Indonesia program ini dilaksanakan oleh Yayasan Bina Antarbudaya, di Amerika Serikat.64

Tahun 2005, ia memperoleh penghargaan dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) untuk laporan ketika bencana tsunami di Aceh pada Desember 2004. Laporannya memberi andil banyak bagi masyarakat Aceh dan meluasnya empati dan dukungan terhadap kejadian bencana alam yang luar biasa tersebut.65

Metro Tv menobatkan Najwa sebagai Jurnalis terbaik pada 2006 dan Namanya masuk nominasi Pembaca Berita Terbaik Panasonic Awards.Bersama sejumlah wartawan dari berbagai negara Najwa juga terpilih menjadi perseta Senior Journalist Seminar yang di berberapa Kota di Amerika Serikat, dan menjadi pembicara d acara Konvensi Asian American Journalist Association. 66

Pada tahun 2007, Najwa mendapat hujan pujian terhadap profesionalisme dalam bidangnya. Tidak hanya dari Indonesia pujian juga datang dari mancanegara. Ia juga masuk nominasi 5 besar ajang bergengsi di tingkat Asia, Asian Television Awards untuk kategori Talkshow Presenter Terbaik.

Salah satu acara yang di pandu Najwa Shihab yang sangat memberkas di benak masyarakat. Adalah acara debat antar calon gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo – Priyanto dan Adang Daradjatun – Dani Anwar yang di adakan oleh KPUD

64 Profil Najwa Shihab melansir website www.najwashihab.com diaksespada 15 Mei 2019.

65 Melansir portal berita online kompas.com: Najwa Shihab peroleh PWI Jaya Award.

http://www.kompas.co.id/gayahidup/news/0502/02/221046.htm. Diakses pada 20 Mei 2019. 66 Melansir portal berita online mediaIndonesia.com: "Najwa Shihab Raih Asian Television Award". Diakses pada 20 Mei 2019.

(52)

35

DKI Jakarta. Yang di siarkan langsung oleh MetroTV dan JakTv. Najwa terpilih dan menyisihkan berberapa pembawa acara yang di seleksi oleh KPUD DKI Jakarta.67

Najwa sangat mencintai buku terbukti ia menjabat menjadi Duta Baca Indonesia, Najwa sangat peduli dengan gerakan literasi. Hal ini diakuinya sebagai sebuah tantangan besarm karena peran yang di embannya menjadi Duta Baca Indonesia (2016-2020) yang di tunjuk langsung oleh perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dengan mengemban tugas utama menyebarkan minat baca ke seluruh plosok Indonesia.68

Najwa Shihab adalah wartawan wanita yang berkesampatan mewawancarai tokoh-tokoh politik nasional melalu progam Mata Najwa yang di siarkan di stasiun MetroTv. Najwa shibab juga di kenal presenter kritis ia juga berkesempatan mewawacarai presiden SBY (Susilol Bambang Yudhoyono) saat selesai pelantikan. Sampai saat ini najwa Shihab masih aktif sebagai seorang jurnalis. Ia juga membuat channel youtube Mata Najwa Milik menjadi medianya sendiri, ia membuat berita Investigasi yang lebih tanpa intervensi pemlik media.

Najwa sempat vakum berberapa saat dari televisi, namun sekarang Najwa Shihab kembali hadir di program Mata Najwa yang kini di siarkan di stasiun Trans7.

67Ibid.

68 Najwa Sihab diangkat sebagai Duta Baca Indonesia.melansir berita online Detik.com: Jdi Duta Baca Najwa Sihab Bagikan Tips Agar Anak-Anak Gemar Membaca.

https://news.detik.com/berita/d-3273636/jadi-duta-baca-najwa-shihab-bagikan-tips-agar-anak-gemar-membaca. Diakses pada 24 Mei 2019.

(53)

2.2 Profil Karni Ilyas

Gambar 2.1 Profil Karni Ilyas Sumber: Wikipedia.com/KarniIlyas

Nama : Sukarni “Karni” Ilyas

Lahir : 25 September 1952 Balingka, Agam

Sumatera Barat

Pekerjaan : Pemimpin Redaksi, Pembawa Acara Tahun Aktif :1972 – Sekarang

Orang tua : Ilyas Sutan Nagari (ayah) dan

Syamsinar (ibu)

Karni mengawali karirnya menjadi wartawan harian suara karya tahun 1972. Lalu pada tahun 1978 pindah ke majalah tempo sempat menduduki jabatan

(54)

37

sebagai redactor pelaksana. Kepintarnya di bidang hokum menyebabkan karni di tugaskan memimpin majalah Forum tahun 1991-1999. Di tahun berikutnya di tugaskan menjadi komisaris majalah tersebut. 69

Lalu pada tahun 1999-2005 karini di beri amanat menjadi pimpinan Liputan 6 SCTV. Ia televisi karni menemukan dunia baru yang sangat berarti bagi hidupnya. Ia terbiasa berhadapan dengan waktu dan jawal yang sangat ketat di televisi yang harus tayang berita dengan waktu yang tepat. Dari sini lah karni menggukanan jargon kekuatan televisi adalah kecepatan. Hanya dapan waktu 6 tahun, ia berhasil membanggakan progam Liputan 6 SCTV menjadi progam berita terkemuka di Indonesia.70

Pada tahun 2005 karji hijrah ke ANTV. Berkat keuletannya, tanyangan ekslusif mulai bermunculan mulai dari liputan dan ketajaman naluri kewartawannya. Tak heran juga dalam liputan-liputan tersebut ia sesekali menjadi reporternya. Tahun 2007, ia dipercaya oleh Bakrie untuk bergabung di TvOne. Di Tvone dia sangat berkibar, terutama pada acara yang ia gawangi “Indonesia Lawyers Club” hingga saat ini. Karni juga menjabat Direktur Pemberitaan atau pemimpin Redaksi News dan Sports. 2012 ia meraih Panasonic Gobel Awards, untuk kategori “Life Time Achievement”.71

Bang One adalah salah satu karitakur yang digambarkan oleh TvOne, yang menjadi sosok yang kritis namun lucu bagi permirsa. Bang One lahir pada tahun maret 2008, munculnya di TvOne. Karakter tersebut menjadikan progam berita di

69 Fenty Effendy, Karni Ilyas Lahir untuk Berita, Kompas, 2012

70 Melansir portal berita online Bisnis.com: Karni Ilyas Raih Panasonic Gobel Awards 2012 http://www.bisnis.com/articles/karni-ilyas-raih-panasonic-gobel-awards-2012. Diakses pada 20 Mei 2019.

(55)

TvOne (Kabar pagi, Kabar Siang, Kabar Malam) menuai apresiasi yang baik dari masyarakat.72

2.3 Profil Progam Mata Najwa

Gambar 2.1 Acara Mata Najwa Media Televisi Trans 7 Sumber: Wikipedia.com/MataNajwa

Mata Najwa adalah program wicara yang di gawangi oleh sosok jurnalis wanita yang senior di bidangnya. Nana panggilan yang biasa di lontarkan oleh berbagai narasumbernya Najwa Shihab adalah sosok di balik karaktar jurnalis wanita yang sangat kritis saat bertanya pada narasumbernya. Mata najwa perdana di siarkan di MetroTv pada tanggal 25 November 2009, Mata Najwa memiliki komitment untuk menghadirkan isu-isu menarik dengan nasarumber yang berkelas nasional. 73

72 Melansir portal berita online Republika

https://www.republika.co.id/koran/124/35857/Bang_One_Parodi_TV_One Diakses pada 20 Mei 2019.

73 Melansir portal berita online Detik.com Najwa Shihab Blak-blakan Soal Mata Najwa Kembali ke

Layar Kaca

(56)

39

Musim perdana Mata Najwa berakhir tanggal 23 Agustus 2017 dengan keputusan sang punggawa Najwa untuk mengakhiri karier di MetroTv. Pada musium keduanya Mata Najwa kembali tayang di Trans7 mulai 10 Januari 2018, dengan episode perdana berjudul “Indonesia Rumah Kita”74

Mata Najwa juga perna menyajikan liputan ekslusif di dalam sel tahanan Lapas Sukamiskin dan Rutan Cipinang. Di episode tersebut, Najwa melakukan inspeksi dan berbincang dengan penggungi rutan dengan kasus korupsi, Gayus Holomoan Tambunan, Agusrin Najamuddin dan Adrian Waworuntu.75

Sejumlah orang penting telah dating di talk Show ini seperti Presiden 7 Indonesia Joko Widodo Episode Laga Ibukota, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Presiden ke 5 RI Megawati Sukarnoputri Presiden ke 3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie dan sejumlah tokoh polik dan orang berpengaruh lainnya.

Tak hanya tokoh yang berpengaruh di RI Progam ini juga di hujani berbagai penghargaan seperti KPI Awards,Rolling Stone Editor Choice Awars Indonesia Choice Awards, Indonesia Television Awards dan masih banyak lagi penghargaan yang di borong oleh progam Mata Najwa ini.76

74Ibid. 75Ibid. 76Ibid.

(57)

2.4 ILC (Indonesia Lawyers Club)

Gambar 2.4 Indonesia Lawyer Club (ILC) Sumber: Wikipedia.com/IndonesiaLawyerClub

Karya jurnalistik yang awalnya bernama JLC (Jakarta Lawyers Club). JLK di adopsi dari komunitas praktisi hokum yang ada dari tahun 80-an. Karni Ilyas di percayai sebagai punggawa progam JLC sejak awal oleh TvOne Bersama pengacara” senior lainnya. JLC adalah semua kumpulkan banyak praktisi pengacara hokum Indonesia kelompok ini di dirikan tepatnya 6 Mei 1992 oleh para pengacara ternama yang kelasnya telah Nasional atau bakan Internasonal. Dahulu hanya teruntuk para advokat guna sharing diskusi perkembangan para pengacara itu sendiri yang mengandung banyak kontroversi. Namun berjalanya waktu JLC merubah nama menjadi ILC, sosok Karni Ilyas sudah sangat melekat dengan Progam ILC (Indonesia Lawyers Club), jadi sangat susah mencari pengganti sosok Karni Ilyas untuk membawakan acara yang sudah lama melintang di pertelevisian Indonesia. Progam ini di kemas interaktif yang di siarkan setiap Selasa, 19:30 WIB.77

77 Melansir berita https://www.gatra.com/detail/news/22698-karni-ilyas-sosok-di-balik-sukses-banyak-media diakses pada 20 Mei 2019.

(58)

41

ILC saat ini tayang live di TvOne, ILC bertemakan talkshow dengan karakter Hardnews Talkshow. Yang focus membahas politik, hokum dan belakangan berkembang social kemasyarakatan. Acara ini bertujuan membongkar tema yang di soroti publik secara lebih mendalam dan mencerdaskan kehidupan bernegara dan berbangsa. 78

(59)

42

BAB III

ANALISIS DAN DISKUSI HASIL PEMBINGKAIAN

Analisis pembingkaian ini dilakukan terhadap pertayaan yang diajukan kepada narasumber pada acara ILC dan Mata Najwa atas kasus kematian suporter bola The Jackmania Haringga Sirla. Adapun penyajiannya diurutkan sesuai dengan urutan narasumber yang bersangkutan pada masing-masing acara.

Dengan analisis framing model Pan dan Kosicki, penelitian ini berusaha menelaah bagaimana pembingkaian narasumber pada acara ILC dan Mata Najwa atas kasus kematian suporter The Jackmania Haringgal Sirla.

3.1 Analisis Framing Model Pan dan Kosicki Acara ILC 3.1.1 Analisis Narasumber 1 ILC

Narasumber : Imam Nahrowi, Menpora

Sumber : Tayangan Indonesia Lawyer Club (ILC) episode ii“Aduh, Supporter Bola” yang tayang 25 iiSeptember iiii2018 di media TvOne

Ringkasan : Karni Ilyas Menanyakan mengenai pendapat Menpora mengenai kasus pengeroyokan suporter bola yang selalu terjadi bahkan sebelum ia menjadi Menpora. Terus menerus jatuhnya korban suporter sepak bola dari tahun 1995 hingga tahun ini. Dalam kurun waktu 5 tahun ini saja sudah 54 orang suporter yang tewas. Menanyakan pendapat Menpora jika dalam masalah ini benar dilakukan oleh oknum kemungkinan akan memunculkan spekulasi negatif jika ada orang yang memakai seragam maka disebut sebagai suporter.

Gambar

Tabel 1.1 Daftar korban kekerasan Suporter
Gambar 1.1 Bagan empat struktur besar perangkat Framing  Sumber : Eriyanto, 2002:256  38
Gambar 2.1 Profil Najwa Sihab  Sumber: Wikipedia.com/NajwaSihab
Gambar 2.1 Profil Karni Ilyas  Sumber: Wikipedia.com/KarniIlyas
+7

Referensi

Dokumen terkait

BPRS Buana Mitra Perwira adalah salah satu bank di kabupaten Purbalingga. Dengan berbagai macam pendanaan, pembiayaan yang tersedia di BPRS Buana Mitra Perwira

Jika masing-masing atom sukar untuk melepas elektron (memiliki keelektronegatifan yang tinggi) maka atom-atom tersebut cenderung menggunakan elektron secara bersama

Pengaruh misi budaya merantau etnik Bugis terhadap keputusan dan pilihan yang menggambarkan strategi-strategi adaptasi para perantau etnik Bugis untuk mengatasi

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian meliputi pengamatan pertumbuhan mikroalga Nannochloropsis sp., pengukuruan kualitas media, biomassa basah, biomassa kering,

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini maka dapat di simpulkann bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fleksibilitas bahu

Honorarium panitia diberikan kepada aparatur sipil negara yang diberi tugas oleh pejabat yang berwenang sebagai panitia atas pelaksanaan kegiatan seminar, rapat kerja,

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar pada mata PPKn siswa kelas VI

Komponen strategi komunikasi penyuluh dalam teknik komunikasi yang dilihat dari cara penyampaian pesan dengan skor rata-rata 2,47 berada pada kriteria tinggi.. Hal