• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Dana Alokasi Khusus (DAK) Di SMP Negeri 2 Dempet T2 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Dana Alokasi Khusus (DAK) Di SMP Negeri 2 Dempet T2 BAB II"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan didiskripsikan tentang evaluasi program, model evaluasi program, Dana Alokasi Khusus, Penelitian yang relevan, dan kerangka pikir penelitian.

2.1. Evaluasi Program

(2)

Pengertian evaluasi yang lain yaitu yang dikutip oleh Arikunto (2010) yang menyatakan bahwa:

Kaufman & Thomas (1980) Evaluation is a process of helping to make things better than they are, of improving the situation , evaluasi adalah suatu proses untuk membantu dan memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya, Stufflebeam (1971)

Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives, evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.Evaluasi adalah kegiatan untuk mempengaruhi informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan .

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah sebagai suatu kegiatan atau tindakan menilai, menaksir sesuatu secara sistematik, dan terencana untuk menentukan pilihan yang tepat dalam mengambil keputusan menuju sesuatu yang lebik baik dari keadaan sebelumnya.

(3)
(4)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa program adalah suatu kesatuan kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang saling berkesinambungan dalam melaksanakan kebijakan dan memerlukan waktu yang relatif lama.

Evaluasi program adalah kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan (Sudjana, 2006). Selanjutnya Tayibnapis (1989) sependapat bahwa apabila evaluator melakukan evaluasi sebuah program itu artinya evaluator secara teratur mengumpulkan informasi tentang bagaimana program itu berjalan dan tentang dampak yang mungkin terjadi atau menjawab pertanyaan yang diamati.

Arikunto (2010) mendifinisikan evaluasi program sebagai:

(5)

Sedangkan Grolund, (l983 dalam Roswati, 2008) evaluasi program adalah suatu kegiatan pengumpulan dan pemberian data atau informasi baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yang dipergunakan oleh para pengambil keputusan untuk mempertimbangkan apakah suatu program perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan. Evaluasi program juga dimaksudkan untuk memotret apa yang kita lihat dalam program tersebut kemudian kita identifikasi masalah apa yang muncul dalam kegiatan itu dan menemukan solusinya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah suatu kegiatan yang sistematis dan terstruktur dalam rangka mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan informasi sebagai masukan yang pada akhirnya digunakan untuk mengambil keputusan. Dengan melakukan evaluasi program diharapkan dapat digunakan untuk memberikan rekomendasi atau masukan terkait dengan implementasi suatu kebijakan.

(6)

melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya selain itu untuk mengetahui bagaian mana dari komponen dan sub komponen dari sebuah program yang belum terlaksana apa sebabnya. Selanjutnya Arikunto (2010) menjelaskan bahwa:

Evaluasi program dilakukan dengan tujuan: (1) memberi masukan pada perencanan program atau kegiatan; (2)sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan; (3) memberi masukan untuk memodifikasi program;(4) mendapatkan informasi tentang pendukung dan penghambat program; (5) sebagai upaya untuk melakukan tindakan perbaikan .

Roswati (2008) menjelaskan tujuan evaluasi program adalah:

Menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang tindak lanjut suatu program di masa depan;

Penundaan pengambilan keputusan;

Penggeseran tanggung jawab; Pembenaran program; Memenuhi kebutuhana kreditasi; Laporan akutansi untuk pendanaan; Menjawab atas permintaan pemberi tugas, informasi yang diperlukan; Membantu staff mengembangkan program; Mempelajari dampak atau akibat yang tidak sesuai dengan rencana; Mengadakan usaha perbaikan bagi program yang sedang berjalan; Menilai manfaat dari program yang sedang berjalan; Memberikan masukan bagi program baru.

(7)

pengeluaran dana; (5) memperbaiki kinerja dan materi dari keadaan sebelumnya.

Manfaat evaluasi program menurut Kelsey dan Hearne (1955 dalam Mugniesyah, 2006) adalah:

(1)menguji secara berkala pelaksanaan program yang mengarahkan perbaikan kegiatan yang berkelanjutan;(2) membantu memperjelas manfaat yang penting dan tujuan-tujuan khusus program serta memperjelas dan mengukur sampai seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu tercapai; (3)menjadi pengukur keefektifan metode pelatihan; (4)menyediakan data dan informasi tentang situasi yang penting untuk perencanaan program selanjutnya; dan (5)menyediakan bukti entang nilai atau pentingnya program .

Arikunto (2010) menguraikan manfaat evaluasi program lebih sederhana yaitu bahwa:

Manfaat evaluasi program adalah (1) menghentikan program karena dipandang bahwa program tersebut tidakada manfaatnya;(2) merevisi program karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan;(3) melanjutkan program karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberi hasil yang manfaat; dan (4) menyebarluaskan program karena program tersebut berhasil dengan baikmaka sangat baik apabila dilaksanakan lagi ditempatdan waktu yang lain.

Selanjutnya manfaat evaluasi program menurut Roswati (2008) adalah untuk:

Memberikan masukan apakah suatu

(8)

diperbaiki; memberitahukan strategi, atau teknik yang mana yang perlu dihilangkan atau diganti; memberikan masukan apakah program yang sama dapat diterapkan di tempat lain; memberikan masukan ke arah mana dana harus dialokasikan; memberikan masukan apakah teori atau pendekatan tentang program dapat diterima atau ditolak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat evaluasi program adalah untuk mengetahui sejauh mana program itu berjalan atau terlaksana. Informasi atau data hasil evaluasi kemudian dikumpulkan, dideskripsikan, kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dalam rangka memperbaiki, menghentikan, merevisi program, dan atau menyebarluaskan program. Evaluasi program bermanfaat juga untuk memberikan rekomendasi bagi pengambil keputusan dengan masukan hasil evaluasi program yang sedang atau telah dilaksanakan.

Evaluasi program akan berjalan dengan baik apabila dilakukan dengan secara terus menerus, menyeluruh, dan obyektif. Hal ini senada dengan Rusyan (1989) bahwa prinsip-prinsip evaluasi program adalah sebagai berikut:

(9)

telah dicapai,namun mulai pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan; (2) Komprehensif: evaluasi program harus mencakup bidang sasaran yang luas atau menyeluruh, baik aspek personalnya, materialnya, maupun aspek operasionalnya; (3) Kooperatif: dalam melaksanakan evaluasi program harus dilaksanakan secara bekerjasama dengan semua orang yang terlibat dalam aktivitas program pendidikan; (4) Objektif: dalam mengadakan evaluasi program harus menilai sesuai dengan kenyataan yang ada; (5) Akuntabilitas:hasil evaluasi program dapat dipertanggung jawabkan; dan (6) Praktis: evaluasi program dilakukan dengan sederhana.

Selanjutnya Arikunto (2010) menyatakan bahwa dalam mengevaluasi program, evaluator harus mememenuhi beberapa syarat yaitu sebagai berikut:

(10)

Wibisono (2007)menjabarkan aspek-aspek yang perlu dinilai dalam evaluasi antara lain: (1) Persiapan program; (2)Kemungkinan tindak lanjut, perluasan, atau penghentian program; (3) Kemungkinan melakukan modifikasi program; (4)Temuan tentang dukungan masyarakat, kekuatan politik, atau kelompok profesi terhadap program; (5)Temuan tentang hambatan program yang berasal dari masyarakat, kelompok politik atau profesi; dan (6)Hasil atau tujuan program.

Dengan demikian dalam mengevaluasi program, evaluator perlu memperhatikan prinsip-prinsip dan syarat-syarat melaksanakan evaluasi program. Evaluasi program harus dilakukan oleh evaluator yang mampu dan dilakukan dengan terus menerus, teliti, terbuka dengan bekerjasama dan obyektif, simple (sederhana), dan harus mencakup semua aspek yang dievaluasi. Hasil dari evaluasi haruslah yang bisa dipertanggung jawabkan.

2.2. Model Evaluasi Program

(11)

dalam mengevaluasi sebuah program,ada banyak model yang digunakan untuk mengevaluasi program.Meskipun antara satu dengan yang lainnya berbeda, namun maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan obyek yang dievaluasi yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil keputusan, menjadi bahan menyebarluaskan, dalam mengambil tindak lanjut suatu program.

Hal senada dipertegas oleh Tayibnapis (1989) bahwa model evaluasi adalah model (design) evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar yang biasanya sama dengan pembuatannya atau tahap pembuatannya. Model-model evaluasi ini dianggap Model-model standar atau dapat dikatakan merek standar dari pembuatannya.

Ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program seperti Stufflebean, Metfssel, Michael Scriven, Stake, dan Gleser (Arikunto, 2010)

(12)

Model; (7)Descrepancy Evaluation Model; (8) Context Input Process Product Evaluation Model.

Goal Oriented Evaluation Model adalah

model evaluasi yang dikembangkan oleh Tyler pada tahun 1996 adalah sebuah model evaluasi program yang mengevaluasi program secara terus menerus berkesinambungan, dan mencek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Yang menjadi objek pengamatan model ini adalah tujuan program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai, sedangkan Goal Free Evaluation Model yaitu model evaluasi yang dikembangkan oleh Michael Scriven pada tahun 1967 berfokus pada bagaimana kerjanya sebuah program dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal yang positif maupun yang negatif.

(13)

program yang dirancang itu dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasi hambatan, sedangkan tujuan evaluasi sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian program. Evaluasi sumatif dilakukan setelah program berakhir.

Countenence Evaluation Model adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh Stake pada tahun 1967. Model evaluasi ini menekankan adanya pelaksanaan dua hal pokok yaitu (1) deskripsi (description) dan (2) pertimbangan (judgement) serta membedakan adanya 3 (tiga) tahap dalam evaluasi program, yaitu (1) masukan (antecedence/contect), (2) transaksi (transaction /procees), dan (3) keluaran (output-outcomes).

CSE-UCLA Evaluation Model yaitu model evaluasi yang dikembangkan oleh Fernandez pada tahun 1984. Model evaluasi CSE-UCLA terdiri dari dua singkatan, CSE dan UCLA. CSE singkatan dari Center of the Study of Evaluation, sedangkan

UCLA singkatan dari University of California in Los Angles. Ada empat tahap yang dilakukan dalam evaluasi program dengan menggunakan model ini yaitu (1) need assessment, (2) program planning, (3) formatif evaluation, (4) summative evaluation.

Model evaluasi program selanjutnya adalah

(14)

Model ini menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik. Tujuan evaluasi ini adalah untuk memahami semua komponen program melalui sudut pandang yang berbeda. Evaluator mencoba responsive terhadap orang-orang yang berkepentingan terhadap hasil evaluasi, sedangkan Descrepancy Evaluation Model adalah model evaluasi untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut. Standar adalah kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan dengan hasil yang efektif, sedangkan penampilan adalah sumber, prosedur, manajemen dan hasil nyata yang tampak ketika program dilaksanakan.Model ini dikembangkan oleh Provus pada tahun 1971.

Model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) dikembangkan oleh Stufflebeam.Model ini diperkenalkan pada tahun 1967 di Ohio State University. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa model evaluasi CIPP merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat kata yaitu (1)

(15)

evaluation yaitu evaluasi terhadap hasil. Hal ini sejalan dengan pemikiran Sudjana dan Ibrahim (2004) bahwa ada empat dimensi CIPP yaitu dimensi context, dimensi input, dimensi process

dan dimensi product. Menurut Stufflebeam (1993 dalam Widoyoko, 2009) mengungkapkan bahwa,

the CIPP approach is based on the view that the most important purpose of evaluation is not to prove but improve. Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.

(16)

meliputi situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan misalnya masalah pendidikan yang dirasakan, keadaan ekonomi Negara, atau pandangan hidup masyarakat.

Arikunto (2010) mendifinisikan evaluasi konteks (Context Evaluation) sebagai:

upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi, sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Ada 4 (empat) pertanyaan yang dapat diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks seperti:(1)Kebutuhan yang belum terpenuhi oleh program; (2) Tujuan pengembangan apakah yang belum dapat tercapai oleh program;(3)Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mengembangakan program; dan (4) Tujuan-tujuan mana sajakah yang paling mudah dicapai.

(17)

dan peralatan pendukung; (3) Dana atau anggaran; dan (4) Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.Pendapat ini dipertegas oleh Arikunto (2010) bahwa evaluasi masukan (input evaluation) membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif yang diambil, serta rencana apa yang strategis untuk mencapainya.

Menurut Arikunto (2010) evaluasi proses (Process evaluation) adalah menunjuk pada: (1) apa/what kegiatan yang dilakukan dalam program, (2) siapa/who yaitu orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, (3) kapan/when kegiatan itu akan berakhir. Di lain pihak Tayibnapis (1989) berpendapat bahwa evaluasi proses adalah untuk membantu mengimplementasikan keputusan, sampai sejauh mana rencana telah diterapkan, apa yang harus dievaluasi, dan lain-lain. Sudjana dan Ibrahim (2004) selanjutnya mengemukakan bahwa evaluasi proses terjadi pada saat pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di dalam kegiatan di lapangan. Worthen & Sanders (1981 dalam Widoyoko, 2009) menjelaskan bahwa evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan:

(18)

provide information for programmed decision; and (3) to maintain a record of the procedure as it occurs . Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Menurut George Edward III dalam Widodo (2010) bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan antara lain yaitu faktor: (1) komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur birokrasi.

(19)

kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program.Lain halnya dengan pendapat Sudjana dan Ibrahim (2004) bahwa evaluasi hasil (Product Evaluation) merujuk pada hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat kami simpulkan bahwa ada berbagai model evaluasi program yang berbeda namun mempunyai tujuan dan maksud yang sama yaitu melakukan kegiatan untuk mengumpulkan data dan informasi terkait dengan obyek yang dievaluasi, selanjutnya digunakan untuk mengambil keputusan atau rekomendasi yang sesuai untuk menentukan tindak lanjut program yang dievaluasi.

(20)

metode dan alat pengumpul data yang digunakan. Pada tahap monitoring yaitu monitoring pelaksanaan evaluasi berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan rencana program. Sasaran monitoring adalah seberapa pelaksanaan program dapat diharapkan/telah sesuai dengan rencana program, apakah berdampak positif atau negatif.

Arikunto (2010) bependapat bahwa model evaluasi CIPP memiliki pendekatan yang holistik dalam evaluasi dan bertujuan memberikan gambaran yang sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteks, input, proses implementasi sampai pada hasil evaluasi program. Model evaluasi program CIPP memiliki potensi bergerak diwilayah evaluasi formatif dan sumatif, sehingga kedua evaluasi itu sama baiknya dalam membantu melakukan perbaikan selama program berjalan, maupun memberikan informasi final. Widoyoko (2009) sependapat bahwa model evaluasi program CIPP

lebih komprehensif diantara model evaluasi lainnya, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil.

(21)

model evaluasi program dan apapun model evaluasi program yang dipakai oleh evaluator adalah dalam rangka perbaikan sehingga bisa menghasilkan sebuah rekomendasi yang sesuai untuk menetukan tindak lanjut program yang dievaluasi. Dalam pembahasan tesis ini peneliti menggunakan model evaluasi program CIPP

karena Model evaluasi CIPP lebih komprehensif diantara model evaluasi lainnya yaitu objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks (Context), masukan (Input), proses (Process), dan hasil (Poduct).

2.3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

(22)

Khusus, selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

Program Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan dasar bertujuan untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana satuan pendidikan 9 (Sembilan) tahun yang belum mencapai standar tertentu atau percepatan pembangunan daerah dibidang Pendidikan Dasar yang bermutu dan merata dalam rangka memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan secara bertahap untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP).

(23)

dan Petunjuk Teknis digunakan sebagai pedoman bagi lembaga yang terkait dengan ruang lingkup tugasnya terkait DAK Pemerintah Propinsi maupun pemerintah Kabupaten.

Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis program DAK Khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2012 diatur dalam Permendikbud Nomor 57 tahun 2011 tentang Juknis DAK bidang pendidikan untuk SMP/SMPLB tahun anggaran 2012, sedangkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) program DAK bidang pendidikan untuk SMP/SMPLB tahun anggaran 2013 diatur dalam Permenkeu Nomor 201/PMK.07/2012 tentang Pedoman Umum DAK tahun anggaran 2013 dan Permendikbud Nomor 12 tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis DAK bidang Pendidikan tahun anggaran 2013.

(24)

sarana peningkatan mutu pendidikan dilaksanakan sesuai kebutuhan satuan pendidikan berdasarkan pendataan dan pemetaan yang dilakukan oleh Dindikpora Kabupaten/Kota, terdiri dari: (a)Peralatan Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA);(b) Peralatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); dan (c) Peralatan Laboratorium Bahasa.

Selanjutnya DAK bidang Pendidikan Dasar tahun anggaran 2013 digunakan untuk membiayai penggandaan dan distribusi buku bahan ajar Kurikulum 2013, peningkatan prasarana dan pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan SMP/SMPLB sehingga peserta didik terpenuhi semua kebutuhan bukunya. Sisa DAK dapat digunakan untuk peningkatan prasarana sekolah, dan pengadaan sarana untuk peningkatan mutu pendidikan yang porposinya sebesar 35% (tiga puluh lima prosen) sampai dengan 65% (enam puluh prosen) untuk membiayai peningkatan prasarana dan pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan untuk mencapai 100% (seratus prosen) sesuai dengan kebutuhan Kabupaten /Kota.

(25)

dengan tingkat kerusakan paling rendah rusak sedang beserta perabotnya dan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) beserta perabotnya. Apabila hal tersebut sudah terpenuhi maka sisa dana dapat digunakan untuk pembangunan Ruang Belajar Lain (RBL) beserta perabotnya. Peningkatan mutu pendidikan pengadaan alat pendidikan diprioritaskan yang dianggarkan dari DAK yaitu untuk peralatan IPS dan peralatan matematika dan apabila seluruh sekolah telah memiliki peralatan IPS dan matematika maka sisa dana dapat dipergunakan untuk pengadaan peralatan laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam, peralatan Laboratorium Bahasa, dan peralatan olah raga.

(26)

adanya keterbukaan yang memungkinkan masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai pengelolaan DAK bidang Pendidikan;(4)akuntabel, berarti pelaksanaan kegiatan DAK bidang Pendidikan dapat dipertanggung jawabkan;(5) kepatutan, yaitu penjabaran program/kegiatan DAK bidang Pendidikan harus dilaksanakan secara realistis dan proporsional; dan (6)manfaat, berarti pelaksanaan program/kegiatan DAK bidang Pendidikan yang sejalan dengan prioritas nasional yang menjadi urusan daerah dalam kerangka pelaksanaan desentralisasi dan secara riil dirasakan manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat.

(27)

rehabilitasi berat dalam rangka pemenuhan rehabilitasi baik melalui DAK maupun APBN 2012 dan 2013;(4) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar mengadakan sosialisasi dan memberikan data hasil pemetaan kepada seluruh Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota tentang program DAK rehabilitasi berat ruang belajar; (5) Direktorat Pembinaan SMP, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota mereview dan memverifikasi data tersebut yang selanjutnya dijadikan dasar pemberian DAK;(6) Pelaksanakan DAK Bidang Pendidikan tahun Anggaran 2012 Program rehabilitasi ruang belajar menggunakan mekanisme swakelola kepada Panitia Pembangunan di Sekolah; (7) Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk, menetapkan sekolah penerima rehabilitasi berat yang dibiayai melalui dana DAK.

(28)

ditetapkan dalam Petunjuk Teknis beserta peraturan pelaksanaannya dengan memperhatikan pemenuhan sarana pendidikan penunjang peningkatan mutu pendidikan SMP dan jumlah alokasi dana yang tersedia.

Pelaksanaan DAK bidang Pendidikan untuk Program Peningkatan Mutu Pendidikan menggunakan mekanisme pengadaan barang/jasa dengan mengikuti Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku dimana Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk, menetapkan sekolah penerima sarana peningkatan mutu pendidikan yang dibiayai melalui DAK, sedangkan Sekolah menginventarisasi barang-barang dan/atau fisik yang diperolehnya dari kegiatan DAK bidang Pendidikan.

(29)

dibangun di atas lahan milik sendiri (milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah untuk sekolah negeri; milik yayasan untuk sekolah swasta) yang dibuktikan dengan bukti kepemilikan berupa sertifikat atau surat kepemilikan lain yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. Lain halnya untuk kriteria khusus Sekolah penerima DAK untuk Peralatan Laboratorium IPA, Peralatan Laboratorium Bahasa, dan Peralatan IPS adalah: (1). Alat Laboratorium IPA, yaitu diperuntukkan bagi sekolah yang membutuhkan dan belum mempunyai alat tersebut atau jumlah alat yang dimiliki kurang dari kebutuhan, serta sekolah tersebut mempunyai Ruang Laboratorium IPA; (2) Alat Laboratorium Bahasa, yaitu diperuntukkan bagi sekolah yang membutuhkan dan belum mempunyai peralatan tersebut, serta sekolah tersebut mempunyai ruang untuk digunakan sebagai Laboratorium Bahasa; dan (3) Peralatan IPS, yaitu diperuntukkan untuk sekolah yang membutuhkan dan belum mempunyai peralatan IPS atau jumlah peralatan yang dimiliki kurang dari kebutuhan.

(30)

c.q Kementerian Keuangan) ke Rekening Kas Umum Daerah (kabupaten/kota). Mekanisme dan tata cara mengenai penyaluran DAK Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2012 dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan DAK bidang Pendidikan menggunakan mekanisme Swakelola oleh sekolah sesuai peratuan perundang-undangan dengan melibatkan partisipasi masyarakat sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Program Peningkatan Mutu Pendidikan menggunakan mekanisme penyedia barang/jasa sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sekolah melaksanakan program peningkatan prasarana pendidikan dengan metode swakelola sesuai peraturan perundang-undangan dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melaksanakan program peningkatan mutu pendidikan dengan metode penyedia barang/jasa sesuai peraturan perundang-undangan.

(31)

kerusakan yang terjadi di sekolah. Sebagai bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas pengelolaan dana, sekolah penerima DAK berkewajiban membuat laporan, baik pada saat penerimaan dana bantuan, realisasi pemanfaatan dana, dan perkembangan pelaksanaan serta hasil rehabilitasi. Laporan tersebut disampaikan ke Bupati/Walikota u.p Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Penggunaan DAK bidang pendidikan untuk tahun anggaran 2012 adalah untuk: (1)peningkatan prasarana pendidikan yaitu rehabilitasi ruang belajar termasuk perabotnya;(2) peningkatan mutu pendidikan berupa pengadaan peralatan laboratorium IPA,pengadaan peralatan laboratorium Bahasa, dan pengadaan peralatan IPS, sedangkan alokasi biaya untuk masing-masing kegiatan/komponen seperti yang dituangkan dalam table berikut.

Tabel1

Data ALokasi Biaya DAK Tahun Anggaran 2012

NO KOMPONEN SATUAN ALOKASI BIAYA (Rp)

JUMLAH SATUAN 1 Rehabilitasi ringan 90.000.000 1 Ruang 2 Peralatan Lab. IPA 50.000.000 1 Paket 3 Peralatan Lab.

Bahasa

(32)

4 Peralatan IPS 9.000.000 1 Paket Sumber: Juknis DAK Tahun Anggaran 2012

Selanjutnya Penggunaan DAK bidang pendidikan untuk tahun anggaran 2013 diperuntukkan: (1) buku bahan ajar Kurikulum 2013; (2) rehabilitasi ruang belajar kondisi paling rendah rusak sedang, pembangunan perpustakaan, pembangunan ruang kelas baru, dan pembangunan ruang kelas lainnya;(3) pengadaan peralatan pembelajaran yang terdiri dari peralatan IPS, Matematika, peralatan laboratorium IPA, peralatan laboratorium Bahasa, dan peralatan Olahraga, seperti yang dituangkan dalam table berikut.

Tabel 2

Data ALokasi Biaya DAK Tahun Anggranan 2013

NO KOMPONEN

JUMLAH SATUAN

SATUAN ALOKASI BIAYA

(33)

Kelas

10 Pembangunan Lab. Bahasa

1 ruang 235.000.000

Sumber: Juknis DAK Tahun Anggaran 2013

(34)

yang ada, baik di kas atau di Bank, (9) Buku harian ditulis dengan tulisan rapih, lengkap dan bersih, (10) Memenuhi semua ketentuan dalam pengelolaan keuangan termasuk di dalamnya peraturan pajak yang berlaku.

Tata cara pengelolaan keuangan PPS secara garis besar meliputi: pembukuan keuangan, pengelompokan jenis pengeluaran, cara pengisian buku kas umum, rekapitulasi pengeluaran, laporan keuangan dan pengarsipan dokumen keuangan. Dokumen pendukung pembukuan berisi: (1) Kuitansi atau tanda bukti pembayaran/nota/bon asli dari pihak yang menerima pembayaran, (2) Bukti transaksi keuangan lainnya, (3) Semua dokumen yang ditandatangani PPS harus distempel oleh sekolah, (4)Saldo pembukuan dana yang belum dibutuhkan harus tetap disimpan di Bank, tidak boleh dipindahkan pada rekening lain atau disimpan lain. Jumlah saldo pembukuan setiap harinya tidak lebih dari Rp. 5 juta.

(35)
(36)
(37)

pada saat pelaksanaan rehabilitasi mencapai progres fisik 50%, dan 75% dan Foto kondisi akhir setelah rehabilitasi selesai dikerjakan100%.

Kegiatan yang tidak dapat dibiayai DAK bidang Pendidikan Dasar adalah administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, perjalanan Dinas, Izin mendirikan bangunan, pembebasan tanah, pematangan tanah, konsultan, dan sebagainya.

(38)

sesuai dengan kebutuhan;(3) menetapkan nama-nama sekolah penerima DAK; (4) melakukan seleksi sekolah calon penerima sesuai dengan kriteria; (5) membentuk tim teknis untuk melakukan pemetaan dan pendataan kondisi prasarana sekolah;(6) mengusulkan nama-nama sekolah calon penerima DAK;(7) mensosialisasikan pelaksanaan program DAK kepada seluruh sekolah penerima DAK; (8) melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa;(9) melaksanakan monitoring dan evaluasi serta menyusun pelaporan kegiatan DAK; (10) menggandakan Juknis penggunaan DAK dan didistribusikan kepada seluruh sekolah menerima DAK;(11) dan melaporkan penggunaan kepada Direktur Pembinaan SMP.

(39)

dan memelihara bangunan atau barang hasil DAK.Komite Sekolah mempunyai tugas melakukan pengawasan dalam transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan program DAK di tingkat Sekolah.

Panitia Pembangunan Sekolah (PPS) mempunyai tugas dan tanggung jawab yaitu: (1) memilih dan menetapkan kepala pelaksana; (2) melaksanakan rahabilitasi ruang kelas rusak sedang atau pembangunan ruang perpustakaan dengan mekanisme swakelola, serta sesuai dengan standar dan spesialisasi teknis yang telah ditentukan; (3) mengadminitrasikan dan mendokumentasikan segala kegiatan pembangunan baik administrasi keuangan maupun teknis yang telah ditentukan; (4) menyusun laporan teknis dan mempertanggung jawabkan realisasi penggunaan dana dan pelaksanaan rehabilitasi atau pembangunan yang menggunakan DAK kepada masyarakat dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

(40)

Kebudayaan, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Pengawasan fungsional atau pemeriksaan tentang pelaksanaan kegiatan dan administrasi keuangan program DAK bidang Pendidikan dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Inspektorat Daerah sedangkan sanksi diberikan kepada: (1) setiap orang atau sekelompok orang di setiap tingkat pelaksana (Kabupaten/Kota, Sekolah, masyarakat) yang melakukan tindakan penyalahgunaan, dan atau penyimpangan pelaksanaan kegiatan dan keuangan sebagaimana tertuang dalam petunjuk teknis DAK serta peraturan perundang-undangan yang terkait, ditindak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan (2) Pemerintah kabupaten/kota yang melakukan kegiatan tidak berpedoman pada petunjuk teknis serta peraturan perundangan lain yang terkait.

2.4. Penelitian yang Relevan

(41)

Alokasi Khusus Pendidikan-APBN RI Tahun 2007 di Provinsi Maluku , menunjukkan bahwa pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Pendidikan di Propinsi Maluku telah berjalan dengan baik. Selanjutnya penelitian Ahmat Yusuf (2009) berjudul Efektifitas Dana Alokasi Khusus Dalam Pemenuhan Sarana Prasarana (Studi di Madrasah Ibtidaiyah/MI se-Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan) , menunjukkan bahwa pelaksanaan DAK di MI se Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan masuk dalam kategori baik; pemenuhan sarana dan prasarana dari DAK di juga dalam kualifikasi baik.

(42)

mengatasinya. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan obyek SD Negeri Tigasan Kulon II. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah (a) dokumentasi, (b) wawancara, dan (c) angket. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan antara anggaran dengan realisasi DAK bidang Pendidikan dimana Dana untuk pembangunan rumah Dinas dialihkan untuk pembangunan tiga ruang kelas. Informasi tentang DAK tidak banyak diketahui oleh siswa, namun hasil pemanfaatan DAK berupa rehabilitasi fisik/pengadaan sarana pendidikan sangat dirasakan manfaatnya oleh siswa dan guru sehingga terjadi peningkatan yang signifikan pada jumlah siswa yang mendaftar. Kendala yang timbul dalam pemanfaatan DAK bidang Pendidikan berasal dari kebijakan Pemerintah atau Dinas Pendidikan, terutama dalam hal alokasi dan mekanisme pencairan dana namun dapat diatasi dengan baik oleh pihak sekolah.

(43)

2000 sampai tahun 2011 yang bersumber dari bulletin Bank Central Nigeria (2000-2011). Penelitian ini menghasilkan sebuah rekomendasi bahwa Internally Generated Revenuees (IGR) seharusnya meningkat dari 10% (sepuluh porsen) sampai 15% (lima belas porsen) sehingga berdampak pada Dana Anggaran Pendidikan dan Pendidikan seharusnya tidak terpancang pada birokrasi atau politik yang kurang peduli terhadap kualitas kehidupan generasi yang akan datang.

Penelitian terdahulu yang relevan dengan evaluasi program selanjutnya berjudul Formula Funding and Decentralized Management of Schools- Has It Improved Resource Allocation in Schools in Sri Lanka? (Arunatilake, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di Sri Lanka tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembagian anggaran Educational Quality Inputs

(44)

2.5. Kerangka Pikir Penelitian

(45)

Alokasi Khusus (DAK) di SMP Negeri 2 Dempet dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

LANDASAN HUKUM

UU No. 32 dan UU No. 33 Th. 2004

Permendikbud No.57 Th. 2011

Permendikbud No. 12 Th. 2013

PROGRAM

DANA ALOKASI KHUSUS

DI SMP NEGERI 2 DEMPET

REKOMENDASI

EVALUASI

Gambar

Tabel 2Data ALokasi Biaya DAK Tahun Anggranan 2013

Referensi

Dokumen terkait

Maka untuk kemudahan download dan pencarian nama Ilmubeton.com telah membagi-bagi file tersebut.. Tanpa mengubah, menambahi, mengurangi Isi dari

Sesuai dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 5 tahun 2009 tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan

Laporan digenerate secara otomatis melalui aplikasi SSCN Pengolahan Data, © 2018 Badan

Dalam melaksanakan PPL 2 di MAN 1 Semarang penulis selalu dibimbing oleh guru pamong dan dosen pembimbing. Dimana kualitas dari guru pamong dan dosen pembimbing di MAN

[r]

[r]

Implikasi bagi guru bimbingan dan konseling (konselor) yaitu dapat memanfaatkan dan menerapkan program intervensi dengan menggunakan teknik sosiodrama yang telah

Permasalahan yang akan dikaji pada Tugas Akhir kali ini adalah :. • Berapa volume air kondensat yang