• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.3 Teori Pembelajaran van Hiele

2.1.3.1 Sejarah Teori Pembelajaran van Hiele

Teori van Hiele dicetuskan oleh dua tokoh pendidikan matematika dari Belanda, yaitu Pierre van Hiele dan isterinya yaitu Dina van Hiele. Kedua tokoh tersebut mengungkapkan tentang proses perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri (Mason, 2002: 4). Tahun 1954 Pierre van Hiele menuliskan hasil penelitiannya dalam disertasi. Beliau melakukan penulisan setelah mengadakan penelitian di lapangan, dengan melalui observasi dan tanya jawab, Penelitian yang telah dilakukan oleh van Hiele melahirkan beberapa kesimpulan

mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami geometri. Penelitian tersebut mereka selesaikan bersama di Universitas Utrecht. Dina van Hiele meninggal setelah menyelesaikan disertasinya, kemudian Pierre van Hiele mengklarifikasi, mengubah, dan memajukan teorinya sehingga muncullah teori pembelajaran van Hiele (Crowley, 1987: 1).

Teori van Hiele telah diakui secara internasional dan memberikan pengaruh yang kuat dalam pembelajaran geometri di sekolah. Uni Soviet dan Amerika Serikat murapakan contoh negara yang telah mengubah kurikulum geometri berdasarkan teori van Hiele. Uni Soviet melakukan perubahan kurikulum menjadi sesuai dengan teori van Hiele pada tahun 1960-an, sedangkan di Amerika Serikat pengaruh teori van Hiele mulai terasa sekitar permulaan tahun 1970-an. Sejak tahun 1980-an, terjadi peningkatan minat penelitian yang memusatkan pada teori

van Hiele (Crowley, 1987: 1). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut

membuktikan bahwa penerapan teori van Hiele memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran geometri.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa teori van Hiele sangat cocok digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya geometri karena teori van Hiele muncul berdasarkan proses perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri. Siswa perlu memiliki banyak pemikiran dan pengalaman pada tingkat yang lebih rendah dulu sebelum mempelajari konsep geometri formal. Hal tersebut karena teori van Hiele terdiri dari lima level dalam pemahaman ide-ide ruang. Kelima level tersebut merupakan tahapan pemikiran geometri dari yang sederhana menuju yang lebih rumit.

2.1.3.2 Lima Level dalam Pemahaman Ide-Ide Ruang van Hiele

Menurut van De Walle (2008: 151-154) saat ini, teori van Hiele menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam kurikulum geometri di Amerika. Bagian yang paling menonjol dari model pembelajaran tersebut adalah lima level dalam pemahaman ide-ide ruang. Setiap level mengembangkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Perbedaan yang signifikan dari satu level ke level berikutnya adalah objek-objek pikiran yang mampu kita pikiran secara geometris.

Level 0: Visualisasi

“Objek-objek pikiran pada level 0 berupa bentuk-bentuk dan bagaimana

“rupa” mereka”.

Penekanan pada level 0 terdapat pada bentuk yang dapat diamati, dirasakan, dibentuk, dipisahkan, atau digunakan dengan beberapa cara oleh siswa. Tujuan umumnya yaitu menelusuri bagaimana bentuk serupa atau berbeda, serta menerapkan ide-ide untuk membuat berbagai kelompok dari bentuk (baik secara fisik maupun mental). Dengan demikian, hasil pemikiran pada level 0 adalah kelas-kelas atau kelompok-kelompok dari bentuk yang terlihat “mirip”.

Level 1: Analisis

“Objek-objek pemikiran pada level 1 berupa kelompok-kelompok bentuk bukan bentuk-bentuk individual”.

Siswa pada tingkat ini mulai mengerti bahwa sebuah kumpulan bentuk tergolong serupa berdasarkan sifat/ciri-cirinya. Ide-ide dalam suatu bentuk dapat digeneralisasikan pada semua bentuk yang sesuai dengan golongan tersebut. Dengan demikian, hasil pemikiran pada tingkat 1 adalah sifat-sifat dari bentuk.

Level 2: Deduksi informasi

“Objek pemikiran pada tingkat 2 adalah sifat-sifat dari bentuk”.

Siswa pada tingkat ini akan dapat mengikuti dan mengapresiasi pendapat-pendapat informal, deduktif tentang bentuk, dan sifat-sifatnya. Hasil pemikiran pada level 2 adalah hubungan diantara sifat-sifat obyek geometri. Dengan demikian, siswa pada level 2 dapat menghubungkan sifat-sifat dari dua atau lebih obyek geometri.

Level 3: Deduksi

“Objek pemikiran pada tingkat 3 berupa hubungan di antara sifat-sifat objek geometri”.

Siswa pada tingkat ini mulai menghargai kebutuhan dari sistem logika yang berdasar pada kumpulan asumsi minimum dan kebenaran lain yang dapat diturunkan. Siswa juga mampu bekerja dengan pernyataan-pernyataan abstrak tentang sifat-sifat geometris dan membuat kesimpulan lebih berdasarkan logika daripada naluri. Hasil pemikiran pada tingkat 3 berupa sistem-sistem deduktif dasar geometri. Karakteristik tipe pemikiran pada tingkat 3 sama dengan yang dibutuhkan pada pelajaran geometri sekolah tinggi tipikal. Siswa membuat daftar aksioma dan definisi untuk membuat teorema serta membuktikan teorema dengan menggunakan pemikiran logis yang teratikulasi.

Level 4: Ketepatan (Rigor)

“Objek-objek pemikiran pada tingkat 4 berupa sistem-sistem deduktif dasar dari geometri”.

Tingkat teratas dalam tingkatan van Hiele, objek-objek perhatian adalah sistem dasarnya sendiri, bukan hanya penyimpulannya dalam sistem. Secara

umum ini adalah tingkatan mahasiswa jurusan matematika yang mempelajari geometri sebagai cabang dari ilmu matematika. Hasil pemikiran dari tingkat 4 adalah perbandingan dan perbedaan diantara berbagai sistem-sistem geometri dasar.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V Sekolah Dasar berada pada level 1 yaitu analisis. Hasil pemikiran pada tingkat 1 adalah sifat-sifat dari bentuk. Materi geometri bangun datar kelas V Sekolah Dasar mengenai sifat-sifat bangun datar yang berkaitan dengan bentuk dan sifat sehingga siswa mempelajari bahwa sekumpulan bentuk yang tergolong serupa berdasarkan sifat/ciri-cirinya. Dengan demikian, muncul fase tahapan pembelajaran van Hiele untuk membantu siswa dalam memahami sifat-sifat dari bentuk atau bangun datar tersebut. Fase tersebut sejalan dengan level pemahaman ide-ide ruang van Hiele yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2.1.3.3 Lima Fase Tahapan Pembelajaran van Hiele

Model pembelajaran van Hiele terdiri dari lima fase berurutan, yang sekaligus sebagai tujuan pembelajaran (Crowley, 1987: 5), yaitu sebagai berikut: 1 Fase Informasi/inkuiri (Information/Inquiry)

Fase ini merupakan tahapan awal. Siswa bersama dengan guru saling bertanya jawab tentang materi yang akan dibahas. Hal tersebut mempunyai tujuan, yaitu guru mengetahui pengetahuan/informasi awal siswa tentang materi yang akan dibahas dan siswa belajar tentang kegiatan yang akan mereka lakukan.

2 Fase Orientasi Langsung (Directed Orientation)

Tahapan ini siswa mengeksplorasi materi dengan menggunakan media yang sudah disediakan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan harus secara bertahap agar dapat mengungkapkan karakteristik tahapan ini kepada siswa. Sehingga dalam kegiatan ini diperlukan beberapa tugas singkat supaya memperoleh respon khusus dari siswa. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah merangsang siswa agar aktif dalam mengeksplorasi obyek, melalui beberapa kegiatan seperti: melipat, mengukur untuk menemukan hubungan sifat dari bentuk-bentuk bangun datar atau bangun ruang.

3 Fase Penjelasan (Explication)

Siswa pada tahapan ini mengekspresikan dan saling bertukar pikiran tentang topik sebelumnya yang telah diamati. Hal tersebut membantu siswa dalam menggunakan bahasa yang akurat dan tepat, selain itu guru juga tidak dominan. 4 Fase Orientasi Bebas (Fee Orientation)

Siswa menjumpai tugas yang lebih kompleks dan dengan langkah yang cukup banyak, tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa cara. Siswa mendapatkan pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan tugas. Hal ini bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman menyelesaikan permasalahan dalam belajar dan menggunakan strateginya sendiri. 5 Fase Integrasi (Integration)

Tahapan ini adalah tahapan terakhir. Pada tahapan terakhir ini siswa meninjau kembali dan merangkum sehingga siswa mempunyai gambaran dan hubungan baru tentang materi yang telah mereka pelajari. Saat kegiatan ini guru dapat membimbing dan mendampingi siswa dalam membantu mengintegrasikan

pengetahuannya. Tujuan kegiatan ini adalah mengintegrasikan pengetahuan yang telah diamati dan didiskusikan.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

van Hiele memiliki lima fase tahapan pembelajaran, yaitu: fase informasi/inkuiri

(information/inquiry), fase orientasi langsung (directed orientation), fase

penjelasan (explication, fase orientasi bebas (ree orientation), fase integrasi

(integration). Setiap fase memiliki karakteristik dan tujuan masing-masing. Hal

tersebut membuat kegiatan pembelajaran antar fase berbeda namun tetap berkesinambungan. Kegiatan pada kelima fase juga dapat mengguanakan media konkret dan sangat memungkinkan untuk mengajak siswa melakukan pengamatan pada lingkungan sekitar kelas maupun sekolah sehingga proses pembelajaran berdasarkan model pembelajaran van Hiele sangat erat kaitannya dengan pembelajaran kontekstual. Dengan demikian, membangun pengetahuan dan ketrampilan siswa yang realistis untuk dapat memecahkan masalah.

Dokumen terkait